NovelToon NovelToon

Cinta Semanis Madu

1. Terlambat

Pagi- pagi di sebuah kamar kost seorang gadis berlari ke kamar mandi karena terlambat bangun. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Seharusnya dua jam yang lalu dia sudah bangun seperti hari- hari biasanya.

Gara- gara tadi malam dia menonton drakor hingga jam satu malam di ponselnya, akhirnya dia harus tidur larut malam dan terlambat bangun.

Nama gadis itu adalah Syahida. Gadis periang berwajah imut , baik hati, perhatian dengan sesama rekan kerja , tapi dia sedikit ceroboh.

Syahida berjalan menuju ke tempat kerjanya, yaitu di sebuah perusahaan yang cukup besar di Jakarta. Dia sudah satu tahun berkerja di perusahaan ini di bagian divisi keuangan. Dengan bermodalkan ijaza S1 akuntansi dia akhirnya bisa diterima di perusahaan tersebut.

Walaupun ayahnya tidak begitu suka dia bekerja di kantor karena sang ayah menginginkan dia meneruskan usahanya yaitu jualan mie ayam. Syahida menolak keinginan ayahnya karena merasa gengsi.

Pikirnya dia sudah capek kuliah selama empat tahun tapi setelah lulus masa harus menjadi penjual mie ayam. Syahida jelas tidak mau. Akhirnya dia memberanikan diri pergi dari Bandung menuju Jakarta untuk melamar pekerjaan. Akhirnya dia diterima di perusahaan ini.

***

Syahida berjalan setengah berlari sehingga tidak sengaja dia menabrak seseorang yang sedang berjalan di depannya.

"Aduh maaf- maaf nggak sengaja..'' ucap Syahida.

Orang yang dia tabrak pun membalikkan badan ke arah Syahida.

"Oh Syahida, ada apa ? Kelihatannya buru- buru sekali, apa Syahida terlambat...'?'' tanya Raihan wakil direktur di perusahaan tersebut.

"I..iya pak Raihan.." ucap Syahida sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Raihan tersenyum manis melihat Syahida. Iya, Raihan itu memang murah senyum, dia tidak pernah marah kepada bawahannya. Dia selalu tersenyum ramah kepada siapapun, termasuk pada Syahida.

"Ayo masuk..." ucap Raihan mengajak Syahida masuk ke dalam lift.

Kebetulan ruangannya ada di lantai empat sedangkan ruangan Syahida di lantai tiga.

"Nggak usah pak, ini kan lift khusus direktur, saya naik lift khusus karyawan aja...'' sahut Syahida.

"Kamu kan sudah terlambat setengah jam, kalau kamu naik lift karyawan, kamu akan lebih lama lagi, kamu harus jalan lagi ke sana.." ucap Raihan sambil menunjuk ke arah lift karyawan yang jaraknya sekitar sepuluh meter dari lift khusus direktur.

"Udah ayo buruan masuk..." ucap Raihan sambil menarik tangan Syahida.

Syahida pun akhirnya mau naik lift khusus direktur. Sebenarnya dia merasa tidak enak takut ada karyawan lain yang melihatnya.

"Kenapa kamu bisa terlambat..?" tanya Raihan ketika sedang berada di dalam lift.

"Saya, terlambat bangun pak.." jawab Syahida nyengir.

"Kok bisa..?" ucap Raihan sambil memperlihatkan senyum manisnya.

"Gara- gara semalam tidurnya telat.."

"Oh kamu habis bergadang..?"

"Iya, nonton drakor sampai jam satu heheee.."

Raihan geleng- geleng kepala sambil tersenyum melihat Syahida.

"Triing.." bunyi lift yang sudah sampai ke lantai tiga.

Pintu lift pun terbuka.

"Pak Raihan, makasih ya saya sudah diijinkan naik lift ini, saya duluan ya dadah..'' ucap Syahida melambaikan tangan lalu lari keluar lift.

Karena terburu- buru Syahida pun hampir jatuh.

"Hei hati- hati.." seru Raihan yang kaget melihat Syahida hampir jatuh.

"Hehee..iya pak.." ucap syahida lalu segera berlalu meninggalkan lift menuju ke ruangannya.

"Dasar gadis ceroboh.." ucap Raihan sambil geleng- geleng kepala dan tersenyum.

Lalu lift kembali tertutup. Raihan melanjutkan naik ke lantai empat di mana ruangan kerjanya berada.

Sementara itu Syahida masuk ke ruang kerjanya. Di sana teman- teman seperjuangannya sudah sibuk dengan tugasnya masing- masing. Melihat pintu terbuka, ketiga temannya sontak menoleh ke arah pintu.

Merasa ditatap oleh teman- temannya Syahida hanya meringis memperlihatkan deretan giginya.

"Sorry teman- teman, aku telat...'' ucap Syahida meringis.

"Telat berapa bulan ...?" tanya Agung teman kerja Syahida yang terkenal dengan sifat play boy nya.

Syahida hanya memanyunkan bibirnya mendengar celetukan dari Agung.

"Mba Widya, pak Gunawan sudah datang..?" tanya Syahida kepada seniornya yang duduk di sampingnya.

"Sudah dari tadi, sekarang dia sedang menghadap pak direktur.." jawab Widya sambil terus melihat ke arah laptopnya.

"Kenapa kamu bisa terlambat..? pasti bangun kesiangan lagi gara- gara nonton drakor ya..?" tanya Widya.

"Hehe.. tau aja mba Widya..."

"Ya tahu lah, nggak mungkin juga kan kamu terlambat gara- gara semalam kencan, secara kamu kan jomblo...'' ucap Widya.

"Sesama jomblo jangan ngeledek dong mba.."

Widya lalu membuang muka. Lalu dia fokus lagi dengan laptopnya.

"Kak Syahida, ini kopi susu buat kakak, pasti kakak capek habis lari- lari karena terlambat.." ucap Ridho teman kerja Syahida yang sangat perhatian kepada Syahida.

"Makasih adikku yang unyu.." ucap Syahida sambil mentoel pipi Ridho.

Ridho tersenyum manis kepada Syahida.. Ridho adalah karyawan termuda di divisi keuangan. Dia baru bekerja selama empat bulan. Makanya teman- temannya sering memanggilnya junior.

Ridho juga sering disuruh- suruh oleh Agung dan juga Widya untuk membuatkan kopi. Kebetulan di ruangan itu ada mesin cofe maker yang dibeli dari hasil patungan mereka berempat.

"Hei junior.. Kenapa cuma Syahida yang dibuatkan kopi ? Buat aku mana..?'' ucap Agung.

"Iya nih, kamu pilih kasih banget sama Syahida, padahal dia baru datang tapi udah dibuatkan kopi, lah kita yang udah datang dari tadi nggak dipikirin..'' sahut Widya.

"Kalian nggak minta dibuatkan.." ucap Ridho.

"Ya udah sana bikinin. Seperti biasa jangan terlalu manis karena aku udah manis.." ucap Agung sambil tersenyum hingga terlihat lesung pipinya.

"Muka asem kayak gitu kok dibilang manis.." gerutu Ridho.

"Eh, ngomong apa kamu ..?" tanya Ridho.

"Nggak, aku nggak ngomong apa- apa.."

"Dasar si culun.."

Ridho hanya melirik ke arah Agung karena kesal selalu saja diledek oleh rekan kerjanya yang satu itu. Dari mulai dikatain cowok culun, si polos, kampungan, dan masih banyak lagi ejekan dari Agung.

Sebenarnya Agung itu cowok yang baik, dia hanya bercanda saja, karena dia merasa kesepian mempunyai rekan kerja yang semuanya kalem. Sedangkan dia termasuk cowok yang doyan ngomong.

Jadi untuk menciptakan suasana rame di ruangannya dia selalu meledek rekan kerjanya itu supaya tidak jenuh selama bekerja.

"Nih kopi buat mba Widya gulanya tiga sendok teh, dan ini kopi buat mas Agung yang nggak terlalu manis.." ucap Ridho meletakkan kopi di meja Widya dan meja Agung seperti seorang OB.

"Nah gitu dong, thank you juniorku..." sahut Ridho.

Sementara Widya hanya melirik ke arah Ridho tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Eh tapi ini cuma kopi doang, nggak ada camilannya..?" tanya Agung.

Ridho menggelangkan kepalanya.

"Eh Syahida, kamu nggak bawa camilan ? Biasanya kamu selalu bawa...'' tanya Agung.

"Gimana mau bawa, kan kamu lihat sendiri tadi aku datangnya kesiangan.." sahut Syahida.

"Huft..mana enak ngopi tanpa ada camilannya. Bentar deh aku ke lantai dua dulu nyari makanan gratis. Mba Widya, aku keluar dulu bentar ya.." ucap Agung pamit pada Widya karyawan paling senior diantara mereka berempat.

"Jangan lama- lama, sebelum pak Gunawan kembali, kamu udah harus balik ke sini.." sahut Widya.

"Iya iya.." jawab Agung lalu bergegas keluar ruangan.

Agung memang begitu, kalau sedang lapar dan malas ke kantin dia selalu datang ke lantai dua di ruang HRD, di sana ada beberapa karyawan perempuan yang ngefans dengan Agung.

Agung yang pintar merayu cewek- cewek di sana selalu dikasih berbagai makanan. Iya, di bagian HRD ceweknya cantik- cantik dan glowing, sehingga Agung betah merayu cewek- cewek itu. Karena selain puas merayu cewek cantik dia juga dapat untung yaitu makanan gratis.

Mereka rela memberi makanan kepada Agung dengan harapan agung akan menerimanya sebagai pacarnya. Tapi Agung hanya suka main- main saja dengan mereka. Karena dia belum ingin terikat. Karena kalau sudah terikat dengan satu cewek maka jumlah fans nya akan berkurang. Dan nanti tidak ada yang akan memberinya makanan gratis lagi.

Tidak menunggu lama Agung pun kembali ke ruangannya dengan membawa beberapa jenis makanan. Ada gorengan, kue basah dan makanan ringan lainnya.

"Wah banyak juga kamu dapat makanannya, sering- sering aja kamu begini biar kita makan gratis terus.." ucap Widya.

"Iya ya mba, ternyata ada untungnya juga punya teman play boy, kita jadi kecipratan makanan gratis hihihi..'' sahut Syahida.

"Hihihiii..." Ridho ikut senang juga karena hari ini dia dapat makanan gratis.

"Makanya kalian harus baik sama gue, kalau gue lagi banyak kerjaan kalian harus mau bantuin gue.." ucap Agung sambil memakan kue.

"Kalau urusan kerjaan mah masing- masing, enak aja, emangnya kerjaan kita nggak banyak..." ucap Widya.

Agung manyun mendengar ucapan widya. Sementara Syahida dan Ridho asik memakan kue sambil mengerjakan pekerjaan kantornya.

Bersambung...

🌺 jangan lupa like dan koment ya..🌺

2. Resign

Pintu ruangan terbuka, dan masuklah pak Gunawan. Agung yang dari tadi asik ngopi sambil ngemil pun lalu segera melanjutkan pekerjaannya kembali. Pak Gunawan yang sudah terbiasa melihat kelakuan Agung pun sudah tidak kaget lagi.

Iya, di devisi keuangan ini memang hampir semua karyawannya kurang disiplin. Agung suka keluyuran ketika jam kerja di saat pak Gunawan tidak ada di tempat. Syahida sering datang terlambat, Ridho yang pelupa, dan lambat dalam bekerja, sedangkan Widya yang suka bersikap sombong karena merasa senior.

Wajar saja kalau mereka bersikap seperti itu, pak Gunawan yang menjabat sebagai manager di divisi tersebut juga seenaknya dalam bekerja. Pak Gunawan akan serius kerja jika akan ada rapat saja.

Tapi yang disukai oleh bawahannya dari pak Gunawan adalah dia orangnya tidak pelit, dia sudah beberapa kali mentraktir bawahannya makan siang. Dia juga tidak pernah marah kepada para bawahannya.

"Syahida, kamu tadi datang terlambat ya ?'' tanya pak Gunawan.

"I..iya pak, maaf.." jawab Syahida.

Pak Gunawan hanya geleng- geleng kepala.

"Oya, cepet kalian selesaikan pekerjaan kalian, setelah selesai temui saya di ruangan, ada hal penting yang akan saya bicarakan sama kalian..." ucap pak Gunawan.

"Baik pak.." jawab Agung dan teman- temannya.

Mereka pun segera menyelesaikan pekerjaannya. Pekerjaan yang sering kali bikin pusing kepala. Menghitung pemasukan dan pengeluaran perusahaan yang mencapai ratusan juta bahkan milyaran tapi mereka tidak pernah melihat uangnya. Hanya deretan angka yang berjejer yang harus mereka hitung.

Apa lagi kalau akan ada rapat penting, semua laporan harus segera selesai. Mereka kadang sampai tidak sempat makan siang dan kadang harus lembur demi menyelesaikan pekerjaannya.

Maka dari itu anak- anak dari devisi keuangan sering terlihat kusut, karena tidak memperdulikan penampilan mereka. Apa lagi Syahida yang memang tidak pandai berdandan.

Tidak seperti di devisi lain, cewek- ceweknya cantik dan seksi- seksi karena penampilan bagi mereka adalah hal yang utama. Bahkan tak segan- segan mereka rela mengeluarkan uang yang cukup besar untuk perawatan wajah dan tubuhnya.

Setelah selesai mengerjakan laporannya, Agung dan teman- temannya menemui pak Gunawan di ruangannya.

"Tok..tok.." pintu di ketuk.

"Masuk.." sahut pak Gunawan dari dalam.

Mareka pun masuk, lalu duduk di kursi.

"Kalian sudah selesai dengan pekerjaan kalian..?" tanya pak Gunawan.

"Sudah pak.."

"Baiklah, saya ingin memberitahu kalian kalau hari ini adalah hari terakhir saya kerja di kantor ini.." ucap pak Gunawan.

"Hah..?" Agung dan teman - temannya kaget.

"Maksudnya .. pak Gunawan mau resign..?" tanya Agung.

"Iya.."

"Kenapa pak..? Kok tiba- tiba bapak resign..?" tanya Widya.

"Saya mau pulang kampung ke Surabaya..."

"Hah pulang kampung ..?"

"Ngapain bapak pulang kampung ? Kan bapak udah punya pekerjaan enak di sini, gajinya gede, kalau di kampung bapak mau kerja apa..?" tanya Syahida yang sedih.

"Iya pak, jangan resign dong, kita kan sayang sama bapak.." ucap Ridho.

"Kalian tenang aja nanti ada yang menggantikan saya di sini, mungkin hari senin dia sudah mulai masuk kerja.." sahut pak Gunawan.

"Yah pak, nggak asik ah, kita kan udah klop sama bapak, kalau sama manager baru belum tentu kita se klop ini, iya nggak gaes.." ucap Agung.

"Iya pak, bapak kan baik sama kita- kita.. Saya jadi sedih nih .." sahut Syahida.

"Saya minta maaf ya kalau selama saya kerja di sini punya banyak salah sama kalian. Kalian lebih giat lagi kerjanya ya. Jangan suka terlambat, jangan keluyuran kalau jam kerja..."

Syahida dan Agung yang merasa disindir pun hanya nyengir dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Saya pamit ya.." ucap pak Gunawan.

Mereka pun menyalami pak Gunawan sebagai tanda perpisahan. Kebetulan hari sudah sore, jam sudah menunjukan pukul lima. Waktunya mereka pulang.

Syahida terlihat tidak bersemangat karena pak Gunawan sudah tidak kerja di kantor ini lagi. Tidak hanya Syahida, Agung, Widya dan Ridho pun merasakan hal yang sama. Kebersamaan mereka selama beberapa tahun belakangan ini banyak meninggalkan kenangan di hati mereka. Tidak heran ketika berpisah mereka akan kehilangan sosok pak Gunawan yang di mata mereka sudah seperti bapak mereka sendiri.

"Hai nona Syahida, ngapain kamu di sini...?" tanya Raihan melihat Syahida duduk sendiri di bangku panjang dekat parkiran.

Syahida lalu melirik ke arah Raihan.

"Pak Raihan sendiri ngapain di sini...?" tanya Syahida.

"Aku mau pulang lah , mau ngambil mobil aku di parkiran.."

"Kamu mau ngambil mobil juga..?"

"Mobil siapa ? Saya nggak punya mobil.."

Raihan pun tersenyum.

"Kalau gitu ayo pulang bareng aku..." ajak Raihan.

"Nggak ah, saya mau naik ojek ol line aja ke stasiun..."

"Ngapain kamu ke stasiun..?"

"Pak ,,ini kan hari jumat, besok libur, saya mau pulang ke Bandung naik kereta.."

"Oh.. Gitu... Jadi setiap hari jumat kamu pulang ke Bandung ... ?"

"Nggak sih saya sudah satu bulan lebih nggak pulang, ayah ku sudah marah- marah karena lama nggak ditengokin. Kalau hari ini saya nggak pulang bisa- bisa saya dikeluarkan dari kartu keluarga..."

Raihan tertawa.

"Apakah ayah kamu segalak itu..?"

Syahida mengangguk.

"Salah kamu sendiri, masih punya orang tua tapi jarang ditengokin, ya pasti marah lah.."

"Pak Raihan nggak tahu, saya pulang pun di rumah saya tetap dimarah- marahin sama ayah..."

"Kenapa..?"

"Ya karena aku suka bangun kesiangan, nggak bisa masak, trus banyak deh alasannya.."

"Ha..ha...." Raihan tertawa.

"Kata ayah, anak perempuan itu harus pintar memasak. Tapi saya nggak suka memasak pak.."

"Biasanya perempuan itu hobinya memasak ?" ucap Raihan

"Tapi saya nggak suka, soalnya kalau saya memasak selalu saja hasilnya nggak enak. Dan ujung- ujungnya saya dimarahin lagi sama ayah. Ya udah mending saya nggak usah masak sekalian, biar ayah saja yang masak, masakan ayah kan enak banget..."

"Makanya ayah suka sekali marah kalau saya selesai masak. Soalnya masakan aku selalu gosong.." lanjut Syahida.

"Kenapa bisa gosong..?"

"Iya gini pak, waktu itu ayah beli ayam di pasar satu ekor, trus dia suruh aku merebus ayam itu, diungkep sebelum digoreng. Tapi saya kelupaan kalau lagi rebus ayam, saya ketiduran, pas saya bangun ayamnya sudah gosong sama panci- pancinya. Pernah juga saya merebus air saya tinggal nonton drakor, trus lupa, pancinya gosong. Pas ayah tahu dia marah- marah dan telingaku dijewer.."

Lagi- lagi Raihan tersenyum sambil geleng- gelang kepala mendengar cerita Syahida.

"Ternyata kamu itu ceroboh sekali ya ha..ha.."

"Iiih pak Raihan malah ketawa..." ucap Syahida memanyunkan bibirnya.

"Ayo aku antar kamu ke stasiun.." ucap Raihan.

"Nggak, nggak usah pak, saya naik ojek on line aja lebih cepat, kalau naik mobil suka lama, macat.."

"Ya udah, kalau gitu aku pulang dulu ya, oya nanti di rumah kamu nggak boleh ceroboh lagi ya, kalau ayahmu menyuruh apapun kerjakan dengan baik, supaya kamu nggak dimarahin lagi. Supaya panci di rumahmu tidak gosong lagi..oke.." ucap Raihan mengacungkan jempolnya.

"Iya iya. .."

"Nah gitu dong..'' ucap Raihan sambil tersenyum manis.

"Eh pak, saya boleh tanya nggak..?"

"Boleh , tanya apa..?"

"Soal pak Gunawan, kenapa dia tiba- tiba resign .Apa benar dia mau pulang kampung ? Atau ada alasan lain...?" tanya Syahida.

Raihan menarik nafas panjang.

"Dia memang sebaiknya resign , nanti akan digantikan oleh orang yang jauh lebih baik dan lebih pantas untuk menjadi manager di devisi keuangan.." ucap Raihan.

"Memangnya pak Gunawan kurang pantas menjadi manager di sana..?"

Raihan hanya tersenyum.

"Apa penggantinya dijamin akan lebih baik dari pak Gunawan..?"

"Ya pastinya.."

"Tapi pak Gunawan orangnya baik.."

"Jadi menurut kamu baik..?" tanya Raihan.

Syahida mengangguk.

"Berarti kamu belum mengenal dia dengan baik.." ucap Raihan sambil tersenyum.

"Aku pulang dulu ya, kamu hati- hati di jalan, ingat jangan ceroboh lagi.." ucap Raihan lagi- lagi memperlihatkan senyum manisnya kepada Syahida.

Lalu Raihan pun meninggalkan Syahida menuju mobil nya.

"Pak Raihan, maksud pak Raihan apa sih..? Saya kurang mengenal pak Gunawan, maksudnya apa..?" seru Syahida.

Raihan tidak menjawab pertanyaan Syahida dia lalu masuk ke mobilnya lalu menyalakan mesin mobil kemudian mobil pun perlahan- lahan meninggalkan parkiran.

"Pak Raihan.." seru Syahida.

Raihan hanya membunyika klakson saja tanpa mau menghentikan mobilnya. Mobil Raihan pun meninggalkan area parkiran. Dan tinggallah Syahida sendiri.

"Apa sih maksud pak Raihan, kalau aku belum mengenal pak Gunawan dengan baik.." ucap Syahida.

"Ah udah lah mending aku pesan ojek ol line aja deh.."

Syahida pun memesan ojek on line untuk mengantarnya ke stasiun. Sebenarnya dia tadi menolak tawaran Raihan yang akan mengantar ke stasiun karena dia tidak enak kalau nanti ada yang melihatnya. Takut menimbulkan gosip di kantor.

Bersambung...

🌺 jangan lupa like ya teman- teman 🌺🥰🥰

3. Pulang ke Bandung

Pukul sembilan malam Syahida sampai di rumah ayahnya di Bandung. Sampai di depan rumah ,ayahnya masih sibuk melayani para pelanggan yang sedang memesan mie ayam baso di warung kecil di depan rumah. Ada yang makan di tempat ada juga yang memesan untuk dimakan di rumah.

Ayah Syahida yang bernama pak Setyo sudah menggeluti usahanya berjualan mie ayam dan baso dari dia masih bujangan. Sekitar tiga puluh tahun sudah dia berjualan. Mie ayam baso nya memang sederhana, tapi mempunyai rasa yang khas yang membuat para pelanggannya tidak bosan untuk setia menikmati mie ayam baso pak Setyo.

"Ayah..aku pulang..." seru Syahida sambil jalan menuju warung pak Setyo.

Pak Setyo yang sedang sibuk membungkus pesanan pun menoleh ke arah anak gadisnya itu.

"Apa kamu sudah lupa untuk mengucapkan salam karena sudah lama tinggal di kota..?" ucap pak Setyo dengan juteknya.

"Hehe.. maaf yah lupa. Assalamualaikum ayahku.." ucap Syahida lalu mencium tangan ayahnya.

"Waalaikumsalam..akhirnya kamu pulang juga..."

"Iya dong yah, Syahida kan kangen sama ayah dan adek.."

"Gimana jualannya yah ? rame..?"

"Hemm..." sahut pak Setyo sambil fokus membuat satu mangkok baso.

"Ayah, Syahida kan sudah pulang , kenapa ayah seperti nggak senang gitu..? Bulan kemarin waktu Syahida nggak pulang ayah marah- marah, sekarang Syahida pulang tapi dicuekin..." ucap Syahida sambil cemberut.

"Udah sana kamu masuk rumah, temui adikmu. Ayah masih ada pelanggan, nggak enak kalau kita ngobrol di sini..." sahut pak Setyo.

Syahida cemberut mendengar ucapan ayahnya. Yah walaupun sudah terbiasa dia mendapat perlakuan ayahnya seperti itu.

Lalu Syahida pun masuk ke rumah. Dia membuka pintu dan masuk ke ruang tengah. Di sana ada adik Syahida yang bernama Angga sedang focus menonton film hantu di tv. Syahida berjalan pelan- pelan mendekati Angga.

"Door.." Syahida mengagetkan Angga.

"Haaaa...." Angga teriak karena terkejut.

"Ha..ha..haa....dasar penakut ha..ha..." Sayida merasa puas karena berhasil mengerjai adiknya.

"Kakak.. Bikin aku jantungan aja..." Angga kesal.

Syahida masih saja tertawa puas.

"Kapan kakak datang..? Kok nggak ngabarin kalau mau pulang ? Kan bisa Angga jemput tadi di stasiun. .." tanya Angga.

"Kan mau bikin kejutan hehee.."

"Huuh dasar.. Bawa oleh- oleh nggak kak..?" tanya Angga sambil memegangi dadanya karena masih syok.

"Kamu ini, bukannya nanya kabar tapi malah nanyain oleh- oleh. Ambilkan minum dulu, kakak haus nih..." ucap Syahida.

"Iya..iya..." sahut Angga lalu ke dapur untuk mengambilkan minum.

Syahida lalu duduk di sofa dan membuka tas rangselnya. Dia mengeluarkan oleh- oleh yang dia beli khusus untuk ayah dan adiknya.

"Kakak bawa apa itu..?" tanya Angga sambil meletakan satu gelas air putih di meja depan Syahida.

"Kue, nih makan..." sahut Syahida memberikan satu kotak berbentuk segi empat kepada Angga.

"Kue doang..?" tanya Angga.

"Emang mau apa lagi...? Tadi katanya mau oleh- oleh, ya itu oleh- olehnya.."

Lalu Angga membuka kotak yang berisi kue kemudian dia memakannya.

"Enak nggak..?

"Hem enak.."

Syahida lalu ngobrol dengan adik semata wayangnya itu. Sudah dua bulan mereka tidak bertemu, rasanya kangen.

Pak Setyo lalu masuk ke rumah dengan membawa tiga mangkok mie ayam baso denga menggunakan baki. Syahida dan Angga menoleh ke arah ayahnya yang sedang meletakan mie ayamnya di atas meja.

"Nih ayah buatkan mie ayam baso spesial buat kita makan bersama..." ucap pak Setyo.

"Tumben ayah bikinin mie ayam, biasanya kalau kita pengin mie ayam suruh buat sendiri, yak kak..?" tanya Angga.

"Iya..."

"Sudah ayo makan saja nggak usah banyak omong..." sahut pak Setyo.

"Emang warungnya udah tutup yah..?" tanya Syahida.

"Sudah.."

"Baru jam sepuluh. Biasanya sampai jam duabelas..." sahut Syahida.

"Sudah habis, apa yang mau di jual..." ucap pak Setyo.

"Wuih keren, jam segini udah habis aja.."

"Iya dong kak, kan sekarang ayah jualannya nggak hanya off line saja tapi on line juga, pake aplikasi go food..." ucap Angga.

"Oya..? Harus nya gitu dari dulu. .." ucap Syahida sambil memakan mie ayam.

"Hem ...mie ayam buatan ayah memang paling enak, di jakarta aja Syahida belum menemukan mie ayam baso yang lebih enak dari ini.." sambung Syahida.

"Gimana dengan pekerjaan kamu ..? Masih betah kerja di sana..?"

"Masih dong yah..''

"Jadi kamu mau selamanya kerja di kantoran dari pada harus meneruskan usaha ayah..?"

"Ayah nanya kaya gitu terus. Ayah kan tahu kalau Syahida nggak ada bakat masak mie ayam. Nanti kalau Syahida yang nerusin usaha ayah trus rasanya nggak enak gimana..? Yang ada pelanggan pada kabur.."

"Ah dasar aja kamu malas, nggak mau belajar membuat mie ayam.." ucap pak Setyo.

" Angga aja yah yang suruh nerusin usaha ayah.."

"Nggak bisa lah kak ,mikirin kuliah aja Angga udah pusing masa harus ngurusin mie ayam.." sahut Angga.

"Kalian memang payah, kalian tahu nggak, kerja di kantor jadi karyawan itu sama saja membuat kaya orang lain.." ucap pak Setyo.

" Biarin aja yang penting kan digaji.." sahut Syahida yang sudah menghabiskan mie ayamnya.

Lalu Syahida minum. Setelah itu dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

"Nih, buat ayah.." ucap Syahida memberikan satu bok berwarna coklat kepada ayahnya.

"Apa ini..?" tanya pak Setyo.

"Buka aja yah .." ucap Syahida.

Pak Setyo pun membuka kotak itu. Dan di dalamnya ada sepasang sandal berwarna coklat. Pak Setyo tersenyum tipis melihat hadiah dari putrinya itu.

"Cobain yah, pas nggak ukurannya...''

Lalu pak Setyo pun mencoba sandal barunya itu. Dan ukurannya pas dengan ukuran kakinya.

"Makasih udah membelikan sandal buat ayah.." ucap pak Setyo.

"Ayah suka..?"

Pak Setyo pun mengangguk sambil tersenyum.

"Ayah doang yang dibelikan sandal kak..? Buat Angga mana..?" tanya Angga.

"Ah kamu nggak usah, sandal kamu masih bagus.."

"Ih kakak mah gitu, pilih kasih.." ucap Angga cemberut.

"Hahaaha... Jangan cemberut gitu dong adikku yang ganteng.." ucap Syahida sambil mencubit pipi Angga.

Lalu Syahida menggambil sesuatu lagi dari tasnya.

"Nih buat kamu.."

"Wah..ini buat aku kak..?'" tanya Angga kembali ceria.

Syahida mengangguk.

"Kayaknya ini sepatu deh.." ucap Angga.

"Woww.. Ini kan sepatu yang udah lama aku pengin beli kak..kakak tau aja sih.? Makasih ya kak. Aku sayang deh sama kak Syahida yang cantik..." ucap Angga sambil memeluk Syahida.

Lalu Angga mencoba sepatu barunya. Dia senang sekali akhirnya bisa mempunyai sepatu impiannya.

Mereka bertiga pun melanjutkan obrolannya hingga larut malam. Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul satu dini hari. Merka pun mengantuk.

Lalu pak Setyo menggelar karpet dan kasur lantai. Merka tidur bertiga dia sana. Itu adalah kebiasaan mereka jika Syahida pulang ke Bandung. Mereka tidur di ruang tengah untuk mengobati rasa kangen mereka.

****

Tak terasa waktu dua hari berjalan begitu cepat. Minggu sore Syahida harus bersiap kembali ke Jakarta karena besok pagi dia harus kembali bekerja di kantor.

"Ayah, Syahida pamit ya.." ucap Syahida sambil mencium tangan pak Setyo.

"Iya, hati- hati di jalan, nanti di kereta, pegang tas kamu baik- baik. Jangan sampai kena copet.. Dan satu lagi jangan tinggalkan sholat.." ujar pak Setyo.

"Iya yah.."

"Ayo kak, aku antar ke stasiun..." ucap Angga yang sudah siap di atas motornya.

"Tumben kamu, belum disuruh udah siap aja . Pasti karena udah dibelikan sepatu makanya kamu jadi baik sama kakak..." ucap Syahida sambil mecubit pelan pipi Angga.

"Hehe..kakak bisa aja. Kan adikmu ini selain ganteng juga baik kak. Udah gitu calon dokter lagi..." ucap Angga menyombongkan diri.

"Iya deh dokter Angga. Ayo jalan.." ucap Syahida menepuk pundak Angga.

Angga pun segera menghidupkan motornya dan melajukannya menuju stasiun.

"Dadah ayah sehat terus ya.." ucap Syahida sambil melambaikan tangannya.

Pak Setyo pun melambaikan tangannya sambil tersenyum kepada putrinya yang kadang membuatnya bangga tetapi tak jarang juga membuatnya kesal.

Seperti pulang kali ini pak Setyo merasa bangga karena anaknya perhatian padanya dengan membelikan sandal bagus yang nyaman dipake.

Tetapi keesokan harinya Syahida sudah membuat ulah lagi. Ketika pagi- pagi pak Setyo pergi ke pasar untuk membeli keperluan warung mie ayamnya, dia membangunkan kedua anaknya itu untuk sholat subuh.

Karena pak Setyo melihat mereka bangun dan duduk dia pikir setelah itu mereka langsung pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Sehingga pak Setyo langsung pergi ke pasar untuk belanja.

Tetapi ketika pak Setyo pulang ternyata mereka masih saja tidur dan melewatkan sholat subuhnya. Jadi ketika meraka dibangunkan oleh pak Setyo mereka hanya bangun dan duduk sebentar lalu tidur lagi. Padahal waktu sudah menunjukan pukul tujuh pagi.

Akhirnya mereka berdua disiram dengan air satu gayung oleh pak Setyo. Syahida dan Angga pun kaget dan langsung bangun. Selain kedinginan mereka juga harus menerima omelan dari ayahnya.

Selama ini pak Setyo memang tegas kepada kedua anaknya itu. Maklumlah istrinya sudah lama meninggal. Sehingga dia harus menjadi ayah sekaligus ibu buat kedua anaknya itu.

Bersambung...

🌺jangan lupa di like dan koment ya...🌺

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!