NovelToon NovelToon

Menjaga Amanah Terakhir

MAT 1 Orang Ketiga Itu Aku

Menjaga Amanah Terakhir (1)

" Sayang, mau pesan apa?," tanya seorang laki-laki pada kekasihnya.

Keduanya melihat-lihat buku menu dan menyebutkan pesanan mereka pada pelayan yang sedang menunggu.

Setelah pelayan mengucapkan kembali pesanannya untuk memastikan tidak ada kesalahan, pelayan pun pergi meninggalkan keduanya.

" Mas, kapan kamu mau nikahin aku? Jadi yang kedua juga aku mau," ucapnya tak tahu malu.

Laki-laki yang usianya lebih tua beberapa tahun itu pun diam. Ia dilema. Memang hubungan mereka lebih lama dari usia pernikahannya dengan istrinya yang sekarang. Namun, untuk memiliki dua istri pun, entahlah. Apalagi ia juga sudah berjanji pada almarhumah ibunya untuk tida bercerai dengan istrinya yang sekarang.

" Aku belum tahu," jawabnya singkat.

" Ya, sudah. Kita jalani dulu saja," ucap sang perempuan dengan tetap bergelayut manja di lengan kekasihnya.

Wanita bernama Larasati itu pun tidak lagi meminta kepastian. Karena tidak ingin berakhir dengan perdebatan.

Laras kembali bercerita panjang lebar dan di tanggapi dengan senyuman. Sesekali tangan kokoh itu membelai rambut panjang gadis yang bersandar padanya.

Di sebuah ruangan, masih di restoran yang sama. Seseorang memperhatikan aktivitas keduanya dari balik layar.

Awalnya, ia hanya ingin memantau keadaan di restoran yang memang semakin lama semakin ramai. Tak ada dalam benaknya bahwa hari ini akan melihat pertunjukan yang cukup menguras emosi.

Anin tersenyum getir. Ia tak menyangka laki-laki yang sudah setahun menjadi suaminya itu kini sedang bersama wanita lain yang ia sendiri tidak tahu status keduanya. Namun, Anin sudah bisa menebak.

Sesak itu terasa hingga bulir air mata jatuh di pipinya.

Setahun yang lalu, ibu panti tempat ia tinggal meminta padanya untuk menikahi putra semata wayangnya. Sebagai permintaan terakhir sebelum menghembuskan nafasnya.

Anin yang merasa memiliki hutang Budi yang banyak, akhirnya setuju. Begitupun dengan putranya, Kenan Sanjaya. Ia pun setuju atas dasar bakti pada sang ibu.

Ibu minta, kalian jangan sampai bercerai ya. Pesan ibu mertuanya sesaat sesudah keduanya melakukan ijab qobul.

Hingga beberapa hari kemudian, beliau meninggal dunia.

Hubungan Anin dan sang suami tidak dikatakan buruk juga tidak bisa di bilang baik-baik saja.

Suami Anin memang memberikan nafkah lahir tapi tidak nafkah batin. Bahkan sang suami tidak pernah meminta sekalipun mereka tidur di ranjang yang sama.

Anin awalnya tak terlalu menghiraukan karena berpikir mereka butuh waktu untuk lebih dekat. Mereka tidak saling mencintai sekalipun sudah cukup tahu satu sama lain. Karena Anin tinggal di panti sejak ia masih kecil dan Kenan sering dibawa ke panti oleh ibunya.

Namun, sikap sang suami tetap sama. Tidak ada perubahan sampai terdengar kabar dari mulut ke mulut bahwa suaminya punya kekasih.

Anin tak percaya hingga ia kini menyaksikan sendiri.

Inikah alasannya, mas tak ingin menyentuhku? Mas punya kekasih? Tapi, sejak kapan?

Anin menduga-duga. Apakah wanita itu orang ketiga dalam hubungannya dengan sang suami atau sebaliknya.

Anin mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

Dari layar laptop ia masih melihat suaminya yang mengangkat telpon.

" Assalamu'alaikum,"

" Wa'alaikumsalam, mas."

" Ada apa, An?," tanyanya dengan suara datar namun Anin bisa melihat saat tangannya yang satu memegang ponsel, tangannya yang lain menggenggam tangan wanita itu.

" Ehm, ini mas. Mau tanya, nanti pulang tepat atau lembur ya?," pertanyaan yang hampir sering ia tanyakan.

Kadang miris, tidak ada alasan lain ia menghubungi suaminya selain bertanya apa suaminya pulang tepat waktu atau akan lembur.

" Sepertinya pulang malam. Mas makan di luar," seolah paham maksud Anin menghubungi, Kenan langsung mengatakan akan makan malam di luar.

Ya, Anin hanya akan memasak jika suaminya pulang dan makan malam di rumah. Jika tidak, Anin akan makan bersama anak-anak panti di panti Asuhan milih ibu mertuanya yang kini menjadi tanggung jawabnya setelah kepergian ibu mertuanya.

" Oh, ya sudah. Aku izin mau ke panti kalau begitu,"

" Ya,"

" Assalamu'alaikum,"

" Wa'alaikumsalam,"

Anin yang dari tadi menahan air matanya, kini kembali terisak. Suaminya belum pernah tersenyum dan bersikap hangat seperti itu padanya. Tapi, pada wanita lain? Lihatlah.

Mungkin, ini yang membedakan ia dan wanita itu. Wanita itu dicintai oleh suaminya sementara dirinya tidak.

...******...

" Bu, hari ini Anin melihat Mas Kenan dengan perempuan lain. Dia nampak bahagia berbeda jika saat bersama Anin," Anin bercerita sambil membersihkan makam dari daun-daun yang kering.

" Anin sudah berusaha memikat hatinya, tapi cinta itu tetap belum tumbuh juga." ucapnya lagi sambil menghapus air matanya dengan punggung tangannya.

" Anin sayang ibu, sayang anak-anak panti juga. Anin juga sudah mencintai mas Kenan karena dia suami Anin, satu-satunya laki-laki yang pantas Anin cintai." diam sejenak rasanya berat saat akan mengatakan keputusan yang sudah Anin ambil.

" Bu, Anin bahagia menikah dengan Mas Kenan. Tapi, jika kebahagiaan Mas Kenan bukan dengan Anin, apa Anin harus egois?," tanyanya pada nisan bertuliskan nama Yuni Widyaningsih.

" Hari ini, Anin datang ke makam ibu, Anin ingin minta restu. Anin sudah memutuskan." diam sejenak. " Semoga Ibu merestui apapun yang akan Anin ambil. Ini demi kebahagiaan kita semua. Kebahagiaan Mas Kenan dan anak-anak panti,"

...******...

Setelah sarapan, Anin meminta izin untuk berbicara pada suaminya.

" Mas, boleh bicara sebentar?," tanya Anin.

Ini hari Sabtu dan suaminya libur. Namun, suaminya biasanya akan mengurung diri di perpustakaan atau pergi entah kemana. hampir tidak pernah keduanya menghabiskan waktu bersama.

" Aku tunggu di perpustakaan,"

" Ya, nanti Anin kesana setelah mencuci piring,"

Setelah selesai dengan pekerjaannya, Anin mendatangi suaminya.

Kenan langsung menyimpan buku yang ia baca. Ia tak pernah melihat wajah Anin yang seserius ini.

" Mas, tolong jawab jujur, ini siapa?," tanya Anin sambil menyerahkan ponselnya.

Kenan terkejut saat melihat video dirinya dan Laras di restoran kemarin.

" Kamu dapat ini dari siapa?," Kenan terkejut.

" Bukan dari siapa-siapa. Kebetulan yang mas datangi adalah restoran milik Anin," jawab Anin setenang mungkin.

Deg

" Restoran itu milikmu?,"

Anin tersenyum masam. Padahal ia selalu mengatakan apapun pada suaminya termasuk restoran itu. Tapi, sepertinya suaminya tidak terlalu mendengarkan.

" Iya, Anin kan pernah izin untuk membuka restoran,"

Kenan bungkam. Ia memang tidak terlalu mendengarkan cerita istrinya saat meminta izin. Ia hanya mengizinkan apapun yang akan istrinya lakukan.

" Maaf, aku lupa,"

" Jadi, apa itu kekasih, mas?," todong Anin

" Maaf.,"

Deg

Terasa ada belati yang menikam hati Anin.

" Sejak kapan?," tanya Anin lagi.

Kenan terdiam sejenak. Ia melihat raut wajah Anin yang tampak biasa tapi, tatapan matanya memancarkan kekecewaan.

" Sudah dua tahun ,"

Jeduarrr

Anin diam. Berati, ia lah orang ketiga dalam hubungan suami dan kekasihnya. Miris.

TBC

MAT 2 Rencana Menikah

Menjaga Amanah Terakhir (2)

Kenan masih perpustakaan selepas kepergian Anin. Pikirannya kacau. Bukunya ia baca tadi tak ia lanjutkan.

Nikahilah ia, jika ia adalah wanita yang mas cintai

Perkataan Anin di akhir pembicaraan mereka terus terngiang. Walaupun ia sudah menjawab, "Tapi, aku tidak bisa menceraikanmu karena aku sudah berjanji pada ibuku,"

Anin setuju. Artinya ia siap di madu.

Aneh, bukannya merasa senang. Kenan malah menjadi gusar. Ia sadar setahun menikahi Anin, ia belum pernah membahagiakannya. Namun, ia juga tidak bisa untuk meninggalkan Laras yang sudah mengisi hatinya.

Ponsel di atas meja yang terus berdering pun tidak Kenan hiraukan. Padahal panggilan dari Laras biasanya sangat ia tunggu. Namun, saat ini ia tak seantusias itu untuk mengangkat panggilan dari kekasihnya.

...******...

Di panti, Anin hanya duduk-duduk sambil melihat anak-anak bermain bola di lapangan.

" Kamu yakin, neng?," tanya Bi Titin.

Neng adalah panggilan kesayangan dari bi Titin untuk Anin.

" Harus yakin, Bi. Anin tidak ingin egois. Anin belum pernah lihat Mas Kenan tersenyum seperti saat dia bersama kekasihnya."

Sangat miris.

Bi Titin mengusap punggung Anin memberi kekuatan.

" Anin tidak mau mas Kenan terus-menerus mendekati Zina. Hari ini, pegangan tangan, lalu cium pipi, terus ke bibir. Bagaimana kalau esok lusa berbuat lebih," Anin tak bisa membayangkan. " Lebih baik mereka menikah saja. Lagi pula, disini Anin yang orang ketiga, Bi. Bukan wanita itu," jelas Anin.

Anin belum tahu siapa nama calon adik madunya itu.

" Kamu juga berhak bahagia, Neng. Kalau Kenan tidak bisa membahagiakan mu? kenapa bertahan? Ini sudah satu tahun?." heran Bi Titin.

Anin mendesah. Berat. Ini juga berat untuknya. Tidak ada yang benar-benar ridho suaminya menikah lagi. Sakit itu pasti. Tapi, ini pilihan Anin.

" Kebahagiaan Anin disini, Bi. Dengan bibi, anak-anak panti. Kalau Anin sama mas Kenan pisah, Anin harus kemana? Ini rumah Anin. Sejak kecil, Anin tinggal disini.

Ibu sudah menitipkan panti dan anak-anak pada Anin. Apalagi Anin selalu ingat pesan almarhumah yang minta agar kami tidak bercerai,"

" Iya, tapi kalau membuatmu tidak bahagia? Mau bagaimana?,"

" Anin insya Allah akan selalu bahagia selama dekat anak-anak dan bibi. Kalau Anin pisah, rasanya canggung, Bi. Karena akan ada istrinya mas Kenan yang lebih berhak pada panti daripada Anin,"

Ya, jika bercerai Anin pastinya tidak ada hak apapun.

" Iya sih, Neng. Bibi juga kalau orang lain yang megang panti kayaknya tidak yakin. Kalau kamu kan sudah tahu seluk beluk panti."

Anin tersenyum. Ia juga tak sadar, ternyata dulu Bu Yuni selalu melibatkan ia dalam apapun yang berurusan dengan panti ternyata ada maksud lain. Bu Yuni seolah mempersiapkan penerusnya. Re generasi.

" Bibi mah cuma bisa dukung apapun yang Neng Anin pilih. Sing sabar, Neng,"

" Insya Allah, Bi."

...******...

Malam ini, Anin memasak karena Kenan ada di rumah. Makan malam terasa hening dan lebih sunyi. Baik Anin maupun Kenan masih sibuk dengan pemikirannya.

Kenan langsung masuk ke dalam kamar setelah makan malamnya selesai. Anin sendiri melanjutkan membereskan piring kotor.

" Nin, kenapa kamu meminta aku menikah lagi? Kamu tidak masalah?," tanya Kenan.

Kenan tak bisa menerka isi hati Anin yang memang pandai menyembunyikan isi hatinya.

" Hanya ingin menjaga saja. Menjaga hati Anin agar tidak berburuk sangka pada Mas. Juga menjaga agar mas dan dia tidak terjebak pada situasi yang salah. Intinya menjaga agar kita terhindar dari dosa,"

Deg

Hati Kenan terasa tercubit. Anin memikirkan sejauh itu. Sementara dirinya malah menikmati hubungan yang salah itu.

" Tapi, Anin hanya minta. Jika nanti mas menikahinya, tolong tinggal di rumah yang berbeda. Dan panti, biar tetap jadi urusan Anin. Ibu sudah mengamanahkan pada Anin.

Anin tidak akan mengklaim menjadi milik Anin, hanya saja Anin ingin tetap bertanggung jawab pada panti sekalipun mas punya istri lain,"

Kenan terdiam. Hanya itu? . Pikirnya

Disaat orang lain bisa meminta hal-hal bersifat materi, Anin tak memintanya. Hanya panti dan panti yang ada dalam pikirannya.

" Karena panti adalah rumah Anin." tambah Anin seolah sadar apa yang ada di dalam pikiran suaminya.

Anin sudah terlelap sementara Kenan masih terjaga.

Ia melihat wajah Anin yang kini sudah tampak damai. Apa Anin tidak cantik? Jawabannya, Anin cantik. Bahkan sangat cantik saat ia melepaskan kerudung dan memakai baju rumahannya tampaklah tubuhnya yang indah.

Tapi, cinta itu buta.

Kenan kembali teringat pada kejadian siang tadi saat ia berada di rumah sakit karena ayah Laras sedang sakit.

Flashback on

" Kapan kamu menikahi putriku?," tanya ayah Laras

Kenan masih diam. Belum bisa memberi kepastian.

" Aku tahu kamu sudah beristri. Tapi, Laras pun tidak masalah jika menjadi istri kedua," ucapnya

" Aku akan memberi kepastian secepatnya,"

" Jika tidak ingin menikahi putriku, aku akan mencarikan calon suami untuknya. Aku ingin melihat putriku menikah sebelum aku menutup mata selamanya," gertak calon mertua Kenan.

Flashback end

Kenan merebahkan tubuhnya. Menatap langit-langit. Semua serba kebetulan. Anin yang mengetahui bahwa ia punya kekasih, lalu Anin yang memintanya menikahi Laras dan selanjutnya ayah Laras yang mendesak untuk segera menikahi Laras.

Padahal, tidak ada yang serba kebetulan. Semua sudah rencana yang Maha Pencipta.

Setelah sarapan, sebelum Kenan berangkat, Kenan meminta Anin duduk dulu.

" Soal kemarin. Aku akan memberitahu Laras bahwa aku akan menikahinya secepatnya,"

Deg

Harusnya Anin biasa saja. Lagipula ini pun usulnya. Tapi, tetap saja semakin sakit yang ia rasa.

Kenan mencoba menebak apa yang Anin rasakan dari raut wajahnya. Namun, ia hanya melihat keterkejutan yang hanya beberapa detik. Setelahnya, biasa saja.

" Alhamdulillah. Baguslah kalau begitu," respon Anin membuat Kenan mengernyitkan dahinya.

Dimana ada istri yang justru malah bersyukur saat suaminya akan menikah lagi?

" Untuk urusan catering, biar jadi urusanku. Sebagai hadiah pernikahan untuk kalian berdua," Anin tersenyum.

Namun, Kenan merasa terluka melihat senyum itu.

" Apa ada lagi yang ingin di sampaikan? Hari ini aku akan pergi ke rumah makan karena ada urusan," jelas Anin.

Senin dan Kamis adalah jadwal Anin memantau usahanya. Ia pun sudah memberitahukan tentang itu dan meminta izin pada suaminya sebelumnya tentang jadwal yang ia miliki. Jadi, ia tak perlu meminta izin lagi.

" Tidak apa-apa. Biar aku antar."

Anin heran atas tawaran Kenan padanya. Ini pertama kalinya Kenan menawarkan diri.

" Tapi, Rumah Makan Nusantara milikku arahnya berlawanan dengan kantormu, mas," tolak Anin.

" Tidak apa-apa. Ayo berangkat,"

Kenan melangkah lebih dulu. Ia baru tahu bahwa nama rumah makan milik istrinya adalah Rumah Makan Nusantara yang cukup terkenal. Pantas Anin menawarkan catering darinya.

Lagi-lagi Kenan merasa tak mengenal Anin. Ia hanya tahu Anin sudah membuka usaha rumah makan bersama teman-teman kampusnya. Lalu merambah membuka restoran yang kemarin ia datangi.

Seingatnya, Anin juga pernah meminta izin membuka usaha untuk anak-anak yang pernah tinggal di panti namun, tidak lagi tinggal disana karena sudah ingin mandiri. Namun, Kenan lupa usaha apa.

Bukan lupa, Kenan tidak pernah ingat. Setiap Anin meminta izin akan sesuatu, semua masuk kuping kanan dan keluar dari kuping kiri.

TBC

MAT 3 Sudah Sah Menikah

Menjaga Amanat Terakhir (3)

Kenan sampai di hotel miliknya. Dari kejauhan ia bisa melihat kekasihnya sedang berbicara dengan seseorang tampak sangat ramah dan begitu dekat. Kenan ingat bahwa laki-laki yang sedang berbicara dengan kekasihnya itu adalah orang penting yang akan menyewa hotelnya untuk acara perusahaan.

Tiba-tiba ia ingat interaksi Anin dengan lawan jenisnya saat tadi ia mengantarkan Anin ke rumah makan.

Anin tampak menjaga jarak dengan laki-laki yang menyapanya. Bahkan mereka tidak bersalaman hanya saling menangkupkan kedua tangannya di dada.

Tidak hanya itu, Anin tampak menjaga pandangannya.

" Mereka memang berbeda," gumam Kenan.

Kenan pun menghampiri keduanya dan langsung mengajak keduanya ke ruangannya.

Kenan dan Laras memang bekerja ditempat yang sama. Kekasihnya adalah manager di salah satu hotel miliknya. Kedekatannya berawal dari interaksi keduanya yang cukup intens.

Awalnya masalah pekerjaan lama-lama karena nyaman, mereka menjalin cinta.

Sayang, saat ibu Yuni meminta Kenan menikahi Anin, Kenan tidak berani mengatakan bahwa ia sudah memiliki kekasih.

Ia tidak ingin mengecewakan ibunya. Calon menantu dambaan Bu Yuni adalah yang seperti Anin. Pandai menjaga aurat dan menjaga batasan pada lawan jenis.

Sedangkan Laras jangankan menutup aurat, pakaiannya pun lebih banyak yang menggoda iman. Belum lagi sikapnya juga berbanding terbalik dengan Anin. Tapi, sayangnya Kenan sudah mencintai wanita itu.

Selesai pertemuan, tiba-tiba Laras terlihat khawatir.

" Sayang, kamu kenapa?,'

" Mas, ini mama bilang Papa semakin kritis." Laras menangis karena khawatir.

" Ayo kita ke rumah sakit sekarang," ucap Kenan langsung mengambil kunci mobilnya.

Keduanya langsung menunju ke rumah sakit.

" Pa, papa harus sehat. Laras akan menikah dengan Kak Kenan," lirih Laras

" Nak Kenan..."

" Iya, Om," Kenan menghampiri ayah dari kekasihnya.

" Bisa nikahi putri Om sekarang. Om khawatir jika di tunda, Om tidak bisa menjadi wali nikahnya,"

Kenan nampak diam. Ia bingung. Memang ia akan menikahi Laras tapi, tidak secepat ini juga.

" Kak..."

" Baik, Om. Saya akan menikahinya saat ini juga,"

Kenan keluar untuk menelpon seseorang.

" Sam, aku akan menikah dengan Laras. Tolong kamu siapkan semuanya." ucap Kenan pada Samudera orang kepercayaannya.

" G1la, kamu mau nikahin dia? Bagaimana dengan Anin?," Selain orang kepercayaan, Samudera adalah sahabat dekat Kenan.

" Dia sudah mengizinkan ku menikahi Laras "

" Kalau kamu ingin melepaskan Anin, kabari aku. Karena aku siap menerimanya,"

" Jangan macam-macam. Mau dikemanakan Reina hah?," Kenan mengingatkan Samudra pada Reina, tunangan sekaligus sepupu Kenan.

" Semoga saja Anin mau jadi yang kedua," ucap Samudera sambil tertawa.

Samudera tidak benar-benar serius dalam ucapannya. Ia hanya kesal karena Kenan masih saja mempertahankan gadis yang menurut Samudera tidak ada baik-baiknya itu.

" Jangan harap. Aku tidak akan menceraikannya. Lagian dia juga tidak meminta cerai,"

" Ck, aku urus sekarang. Semoga kamu sadar, siapa wanita yang pantas untuk menjadi pendampingmu," kesal Samudera langsung menutup telpon.

Kenan hanya menghela nafas. Ia tahu ia serakah. Tapi, jujur dari hati yang paling dalam ia pun tak ingin kehilangan sosok Anin.

Sore hari, akad sederhana pun berlangsung. Tidak ada yang hadir dari pihak keluarga Kenan kecuali Samudera dan ternyata ada Reina juga.

Samudera mendapatkan pelototan tajam dari Kenan karena malah membawa sang sepupu.

Samudera hanya meminta maaf. Ternyata, Reina mendengar obrolan mereka di telpon.

" Kak, aku tidak percaya kakak Setega ini pada mbak Anin. Sekalipun dia mengizinkan, tak ada perempuan yang benar-benar ridho di poligami," kesal Reina mengeluarkan unek-uneknya saat Kenan mengantarkan mereka sampai ke tempat parkir.

Alasan sebenarnya karena Kenan ingin bicara dengan Reina.

" Aku tahu,"

" Kalau tahu, ceraikan saja mbak Anin. Dia juga berhak bahagia,"

" Aku tidak bisa,"

" Ck .."

" Rein, tolong jangan beri tahu dulu orang tuamu sampai aku sendiri yang mengatakan pada mereka,"

" Terserah. Aku yakin ayah dan bunda akan marah padamu karena menyakiti wanita sebaik mbak Anin," ketus Reina langsung masuk kedalam mobil Samudera.

Blamm

Pintu mobil ditutup dengan kasar.

Kenan hanya menghembuskan nafas kasar.

" Sam, tolong jaga Rein , ya,"

" Percayakan saja padaku,"

Kenan hanya mengangguk. Ia terus melihat ke arah mobil yang ditumpangi Reina dan Samudera.

Setelah menghirup udara sebanyak-banyaknya. Kenan menghubungi seseorang.

" Assalamu'alaikum, mas. Ada apa?," Suara lembut di seberang sana tiba-tiba membuat Kenan merasa bersalah.

" Wa'alaikumsalam. Nin,malam ini aku tidak pulang. Maaf,"

Padahal pagi tadi saat mengantarkan Anin, Kenan berkata akan pulang dan makan malam di rumah.

Anin terdiam. Saat ini ia sedang memasak untuk makan malam karena Kenan bilang akan makan di rumah. Tahu begitu, ia akan makan malam di panti saja dengan anak-anak.

" Oh iya. Tidak apa-apa. Apa mas akan pulang larut atau ada urusan mendadak ke luar kota?,"

Kenan memang memiliki beberapa cabang hotel di beberapa kota. Biasanya jika Kenan mendadak tidak pulang karena memang ada urusan ke luar kota.

" Hmm, aku tidak pulang malam ini. Maaf, sebenarnya aku baru saja menikah dengan Laras," jelas Kenan.

Deg

Anin meremas dadanya yang terasa sesak. Tidak menyangka pernikahan itu akan terjadi secepat ini.

" Kenapa harus minta maaf? Aku kan sudah mengizinkan mas menikah lagi," ucap Anin mencoba bersikap biasa. Ia tak boleh terdengar sedih.

" Ayahnya sedang di rawat di rumah sakit. Itu permintaannya."

" Hmm, aku do'akan kalian bahagia sampai akhir hayat ya, Mas."

Kenan hanya mengaminkan dalam hati. Lidahnya kelu. Mendengar do'a tulus dari seorang istri atas pernikahan kedua suaminya.

" Nin, sekali lagi aku minta maaf,"

Di sebrang sana Anin mencoba tertawa padahal air matanya sudah menganak sungai.

" Tidak ada yang perlu di maafkan. Mas tidak salah. Aku yang salah karena ada di tengah-tengah hubungan kalian. Hmm." Anin hanya mencengkeram meja mencoba tetap kuat. " Sampaikan maafku padanya. Maaf telah ada di tengah-tengah kalian. Maaf Anin tetap mempertahankan pernikahan kita. Anin hanya mencoba menjaga amanah ibu yang terakhir. Agar kita tidak bercerai,"ucapnya

Kenan merasa tertampar. Lagi dan lagi Anin hanya memikirkan orang lain. Padahal ia yang seharusnya memikirkan perasaan ibunya saat ini. Seandainya ibunya tahu anak yang ia banggakan bukan suami yang bertanggung jawab.

" Berapa lama mas tidak pulang?,"

Anin butuh pelampiasan atas rasa sedihnya. Jika ia seorang diri di rumah ia yakin akan menghabiskan tiap malam untuk menangisi nasibnya.

" Emm, besok aku sudah pulang ke rumah," ucap Kenan semakin merasa sesak.

Apakah ia sudah mencintai Anin? Apakah rasa sesak ini buktinya. Ia merasa sakit karena telah menyakiti wanita yang selama ini begitu baik padanya.

" Jangan begitu, mas. Sekarang mas sudah memiliki istri lain. Mas juga sudah punya tempat lain sebagai tempat mas pulang."

Kenan diam. Dia belum memikirkan itu semua.

" Apa sudah menemukan rumah untuk kalian tinggal?,"

" Belum. Aku belum mencarinya,"

" Kalian bisa menggunakan waktu ini untuk mencari rumah impian bersama. Lagipula kalian sudah halal. Mau kemana-mana berdua pun tidak masalah,"

Lagi-lagi Kenan merasa tertohok. Apalagi sebelumnya tanpa ikatan yang halal pun, ia dan Laras sering bepergian berdua saja. Sampai ke luar kota padahal sekedar liburan. walaupun tidur di kamar hotel yang berbeda.

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!