Di Kehamilanku yang sudah memasuki trimester ke dua ini aku semakin tidak percaya diri badanku setiap hari makin bertambah jerawatku apalagi jangan di tanya mekar seperti bunga di pagi hari.
" Huh mas Satrio! kalau menaruh handuk habis di pakai itu langsung di jemur atau taruh di keranjang kotor ".
Seperti biasa mas Satrio habis mandi pasti menaruh handuk sembarangan habis di pakai.
" Jangan marah marah sayang kasihan adek mendengar suara mamanya tiap pagi teriak ".
Mas Satrio mendekatiku yang bertolak pinggang sambil menjawil hidungku kebiasaan dia memang begitu.
Katanya aku makin gemoy padahal aku merasa makin tidak karuan tiap hari insecure melihat penampilan mas Satrio sebelum berangkat kerja yang terlihat rapi terkadang aku juga suka menuduh mas Satrio punya simpanan kenapa penampilannya begitu rapi.
" Kenapa pagi ini mas Satrio pakai parfum biasanya hanya pakai gel rambut ".
Aku makin cemberut melihat mas Satrio yang tampilannya paripurna padahal kan biasa aja memang hormon kehamilanku ini sangat mempengaruhi mood ku kadang aku sendiri heran.
"Rapi bagaimana sayang kan biasanya mas juga begini pakai gel rambut terus sedikit parfum haduh hilangkan pikiran kotor mu itu ".
Mas Satrio menyentil keningku sambil senyum kan aku makin bete aku merasa dia tidak seromantis dulu sebelum aku hamil.
"Mas apaan sih ya sudah kapan berangkatnya kalau kita debat Mulu sana turun terus sarapan".
Aku makin manyun melihat tingkah mas Satrio pagi ini.
" Hari ini mas ada seminar bersama IDI mungkin habis itu mas langsung praktek sore kalau kemalaman tidak perlu tunggu mas langsung tidur saja kasihan istri mas nunggu kalau sampai malam tidur di sofa".
Mas Satrio memelukku sambil mengelus perutku trus mencium keningku aku merasa di sayang kalau posisi seperti ini.
" Ia mas, hati hati dijalan ya ".
Mas Satrio pergi aku makin mager di rumah walaupun ada si mbak yang membantu di rumah.
Semenjak kehamilanku memasuki trimester ke dua mas satrio mempekerjakan mbak sri untuk beres beres rumah biar ada yang temenin katanya sebelum dia pulang memang mbak sri akan pulang sore setelah mas Satrio di rumah lain hal kalau ada seminar atau kerjaan lain.
Karena ini sudah larut mas Satrio belum juga pulang membuat hatiku kacau bertanya tanya ngapain diluar sana sampai Selarut ini belum juga pulang? biasanya pukul sepuluh malam sudah pulang ini sudah lewat pukul sepuluh kemana aja?.
Untuk mengurangi kecurigaanku aku mencoba menghubungi tapi panggilanku tidak juga di angkat padahal panggilannya berdering.
"Kemana sih kok bikin cemas aja nih mas satrio. Apa mungkin bersama temanya ya tapikan mas Satrio tidak punya teman dekat di kota ini" Monolog ku.
Aku mondar mandir karena kegelisahanku semakin tak tertolong lagi disebabkan hormon kehamilanku yang suka menuduh mas Satrio yang tidak-tidak.
"Aku masih terlihat cantik kok walaupun gemuk sedikit berjerawat" sambil berkaca aku ngomong sendiri.
Semakin takut kalau-kalau mas Satrio punya simpanan .
" jangan harap aku maafkan kalau kamu selingkuh mas" hatiku semakin membara padahal yang ku pikirkan belum tentu terjadi.
Salahkan saja ini hormon makin hari aku semakin kepikiran hal sepele bisa jadi besar karena pikiranku yang tidak terkontrol.
" Tenang Keysa suamimu pasti pulang kamu harus sabar" Aku tarik nafas sambil menenangkan diri.
*JANGAN LUPA VOTE KOMEN YA TEMAN*
Aku makin gelisah sudah larut tapi mas Satrio belum pulang terus mas Satrio tidak menghubungiku apa se sibuk itu, awas saja nanti aku bakal marah masa tega tinggalin istrinya yang sedang hamil sendirian di rumah sebesar ini.
walaupun mas Satrio bilang tidur saja sebelum dia pulang tapikan aku cemas tidak ada kabar satu harian pokoknya mas Satrio salah.
Mendengar deru mobil terparkir pasti itu mas Satrio aku sudah berdiri sambil berkacak pinggang di depan pintu awas aja akan ku ngomeli sampai kupingnya panas.
Mas Satrio kaget melihat aku berdiri menjulang di depan pintu rumah yang sudah temaram.
" Sayang belum tidur ini sudah larut loh kenapa belum tidur tadi pagi kan mas sudah bilang tidak perlu tunggu mas pulang ".
Aku hanya diam dan memicing melihat mas Satrio kebiasaan ku kalau sudah marah diam tidak mau ngomong semua yang tersusun di otakku memarahi mas Satrio lenyap sudah.
Mau ngomel juga kasihan melihat wajahnya yang kusut pasti capek banget yang biasanya dia pulang jam sepuluh malam ini sudah jam dua belas malam jadi tidak tega.
"Mas sudah makan kalau belum aku siapin dulu".
" Sudah sayang tadi sebelum pulang mas mampir ke tempat sate langganan kita takutnya kamu sudah tidur malah mengganggu istri mas yang cantik dan gemoy ini".
" Mas jangan mulai deh sana mandi terus istirahat mas juga pasti capek banget kan".
Kunci dalam rumah tangga memang harus saling percaya supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan aku juga harus membuang segala pikiran buruk ku tentang mas Satrio salahkan saja hormon kehamilanku yang semakin hari semakin ngelunjak kan aku kesal.
" Mas kangen bangat samamu sayang satu hari tidak ada kabar mas rasanya mau meninggoi".
"Lebai mas salah sendiri tidak hubungin aku, kan bisa chat aja masa tidak ada waktu memang dasar mas aja sayangnya sudah berkurang samaku".
" Tidak usah mancing deh yang ujung ujungnya nanti kita berantem sudah yuk tidur".
Mas Satrio memelukku sambil ngedusel di area ternyaman nya dia.
" Makin hari kok makin gemoy ya yang aku makin suka ".
Tidak perlu di perjelas aku sudah tau mas Satrio suka banget kepalanya parkir di buah dadaku setiap mau tidur katanya makin gemoy empuk dasar lelaki memang gitu.
" yang...Mas pengen" Memperlihatkan puppy eyes nya membuatku geli setiap dia pengen pasti seperti ini.
" Tapi ini sudah larut mas, besok mas kerja apa tidak capek ya ini saja pulang larut" masih tidak habis pikir mas Satrio meminta jatah dia baru pulang lagi ini sudah pukul 01.00 dini hari.
" Giman lagi nih kamu bisa rasakan si Bram sudah bangun" Mas Satrio sengaja menggesekkan bukti gairahnya ke pahaku yang memang sudah siap tempur.
" Mas kenapa sih kalau soal itu tidak kenal waktu aku cuman kasihan kamu mas besok harus bangun pagi" Sengaja aku mengulur waktu biar mas Satrio makin panas hahaha biar aja aku jahat memang.
" Mas sudah tidak tahan yang... Ayok mas serang nih" sambil ambil bangkit mas Satrio mengukungku.
" Kamu ya sengaja banget buat mas sengsara" mas Satrio menciumiku tanpa ampun.
" Ia mas tunggu dulu aku tarik nafas" bisa kolaps aku di cium terus tanpa jeda.
Akhirnya mas Satrio pun melakukanya dengan pelan katanya takut menyakiti aku dan anak kami.
Bukan aku tidak mensyukuri kehamilanku ini tapi pikiran ku ini susah sekali di ajak kompromi padahal masih banyak wanita yang lebih sederhana daripada aku mereka sangat bahagia menerima kehamilannya walaupun itu akan mengubah bentuk tubuh mereka.
Mas Satrio membatasi ku semenjak aku hamil di suruh resign dari tempat kerjaku padahal aku sudah sangat nyaman dengan banyak teman di sana.
Sedari dulu aku hanya tinggal dengan kakak Perempuanku orang tuaku tinggal jauh dengan kami karena tuntutan pekerjaan.
Kak Jessi yang sangat mengerti aku yang pendiam kalau marah pendam sendiri dan sulit mengutarakan apa isi hatinya menyuruh supaya banyak bergaul biar pola pikirku makin terbuka biar apa apa jangan pendam sendiri katanya bahaya.
" Key! kemari sebentar bantu mas".
Padahal tidak perlu teriak juga aku pasti dengar ya kalian ngk salah dengar nama ku "Kesya" biasanya kalau mas Satrio memanggilku dengan nama berarti itu sangat penting.
" Ada apa mas kenapa musti teriak padahal aku hanya di ruang tamu tidak jauh juga".
" Ini yang dari tadi mas nyari kemeja yang biru Dongker kok tidak ada ya coba kamu yang nyari biasanya kalau kamu cari langsung dapat".
" Ini loh mas masa itu aja di depan mata tidak lihat mana sudah berantakin semuanya lagi kan capek nyusunya kembali".
" Ya ampun yang kan tinggal rapikan ulang , biar ada pekerjaanmu di rumah".
Apa katanya tadi biar ada kerjaan ku di rumah ?. Eh Dengan membawa perut buncit ini saja aku sudah mager. Walau pun belum buncit amat tapi aku pengen di manja dan ini rasanya tidak nyaman.
" Mas ini perut buncit aja sudah bikin aku mager ya mas kalau lagi disuruh yang lain mas tega? Ini juga kan anakmu kok ngomongnya gitu sih".
Entah kenapa mataku sudah mengembung karena mendengar perkataan mas Satrio seakan menyentil ku aku gini kan juga gara gara dia.
" Tidak usah ngambek bagus kamu kalau gerak biar kurang sedikit lemaknya. Aku berangkat dulu nanti sarapan di luar aja hari ini ada jadwal operasi mana harus LA lagi kamu sih telat bangunin aku".
Padahal telat bangun pun gara gara dia tidak mau berhenti semalam dasar mas Satrio.
Kan semua jadi salah aku mana pakai body shaming lagi memang salahku tidak menyetel alarm biasanya juga aku jarang setel tapi kenapa tadi pagi aku malas bangun.
Aku tau mas Satrio salah satu dokter obgyn ternama di salah satu RS swasta di kota ini karena dulu kami satu tempat kerja aku sebagai tenaga medis juga di RS tersebut karena tidak diperbolehkan suami istri satu tempat kerja terus aku mengalah resign.
Sempat juga kerja sebelum hamil di RS lain .
Memang permintaanku sama mas Satrio aku resign setelah hamil terus di perbolehkan kerja tapi sekarang aku yang malah makin kesepian tidak ada teman semuanya sibuk palingan hanya teleponan tidak se intens dulu lagi apalagi aku orangnya tertutup temanku hanya satu dia pun jauh sudah berkeluarga diboyong suaminya keluar kota.
" Mas nanti aku mau pergi sama teman ya ".
Dia hanya menatap aku saja terus pergi tidak tau arti tatapannya ia apa tidak padahal aku hanya ngetes mas Satrio apa dia masih peduli.
LA : (LAHIR ANAK ) BIASANYA DI TENTUKAN PASIEN SENDIRI SESUAI KEPERCAYAAN MEREKA.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!