NovelToon NovelToon

Jalur Langit

Dunia perkembang biakan

"Udah ketemu belum bang bukunya?" suara seorang wanita di seberang sana.

"Belum mah, Mungkin memang udah gak ada kali mah bukunya."

"Ada bang. Coba cari yang benar pasti ada."

"Memangnya di Jakarta buku itu gak ada mah?"

"Gak ada abang. Kata temen Mama di Surabaya banyak."

"Gak ada mah. Cari di online store aja napa sih."

"Gak ada, udah sold out."

"Tapi ini gak ada mah."

"Coba cari yang bener dulu bang. Mama tutup dulu, Mama mau masuk ruang operasi. Nanti kalau udah ketemu langsung kirim oke. Assalamualaikum anak ganteng."

"Tap-"

Tut...Tut...

Panggilan di putus sepihak oleh sang Mama tanpa membiarkan Argan mengeluh lebih dulu.

"Punya Mama kok gini amat sih," keluhnya.

Seharusnya hari libur ini ia habiskan nongkrong atau jalan-jalan mengelilingi Surabaya, namun sang Mama malah merusaknya dengan menyuruhnya masuk ke book store seperti ini mencari buku yang sejak tadi membuatnya pusing namun masih belum di temukan. Padahal di jam kerja biasanya ia sudah di buat pusing dengan penerbangan, mengingat ia seroang pilot muda pesawat tempur di lanud Iswahjudi.

Argan berkacak pinggang menatap rak-rak buku yang isinya tentang ilmu kedokteran yang tentunya tidak Argan mengerti. Sejak tadi ia sudah ngubek di tiga baris rak yang sama hanya untuk mencari buku yang di minta sang Mama namun tak juga terlihat.

"Aduh, cari di sebelah mana lagi ini?" keluh Argan lagi mengacak rambut cepaknya karena frustasi. Buku itu langkah atau bagaimana sih, sampai ia tidak dapat menemukan buku tersebut sejak tadi.

"Iki baru cocok untuk awakmu, cara-cara berkembang biak. Hahaha..."

"Hahaha, ngawur awakmu ce. Kuliahku urung rampung. Rampung pun aku isik mau lanjut spesialis. Isik suwi. Ra usah aneh-aneh ce."

Argan menoleh ke rak sebelah, dimana ada 2 orang gadis yang terlihat menggunakan almamater mahasiswa kedokteran di ubaya. Yang satu Cece Cece Chindo dan yang satu gadis cantik berhijab mereka tengah tertawa bersama sambil memegang buku tentang hal mengenai reproduksi yang mereka jadikan bahan candaan.

Jujur saja itu sedikit mengganggu Argan yang tengah fokus mencari buku, tapi biarlah.

Argan kembali melihat satu persatu buku di rak-rak buku khusus bidang kedokteran. Ia lantas beralih ke rak yang terdapat dua gadis yang sibuk cekikikan tanpa perduli tempat tersebut.

"Nah, ini sya. Cara-cara berkembang biak supaya dapat arek Lanang. Posisi berhubungan seks itu sangat penting untuk dapat anak Lanang. Gimana ta? Posisi sing ideal nungging ta?" kembali Cece chindo itu berbicara sangat vulgar sekali di telinga Argan. Membuat pipi Argan tanpa sadar memerah.

Apa memang pembicaraan calon-calon dokter sevulgar ini.

"Ya Allah mulutnya ce, agak di perhalus sedikit dong bosone. Doggy style namanya," Argan pikir gadis berhijab itu lebih waras, ternyata sama saja. Mereka pun tertawa ngakak lagi.

Risih jangan di tanya lagi, tentu saja Argan risih mendengarnya. Namun mau bagaimana lagi? Ini tempat umum, mau protes nanti di pikir otak Argan yang kelewat kotor. Jadi Argan berdoa saja semoga buku yang ia cari lekas di temukan dan pergi dari sana secepatnya.

"Nah, akhirnya," ucap Argan begitu melihat buku yang ia cari terdapat di rak paling atas, ia pun langsung mengambil buku tersebut dan langsung mengecek isinya, namun saat Argan masih sibuk membolak-balikan lembaran demi lembaran buku, tiba-tiba...

Greb!

"Hahahaha, ampun deh ce. Sampe sakit perut aku," tawa gadis berhijab tadi yang dengan seenak jidatnya merangkul tangan Argan membuat wudhu yang selalu ia jaga langsung batal seketika.

"Ehm... Anu... Mbak... Permi-"

"Hahahaha, kalau urusan berkembang biak mah, kita di bawah mapan aja ce. Jangan terlalu agresif, biar wong Lanang yang bekerja keras" astaga dunia perkembangan biakan ternyata masih berlanjut. Namun gadis ini masih belum tau dengan siapa dia berbicara.

Pipi Argan sudah memerah mendengar bahasa yang kelewat vulgar dari bibir gadis berhijab yang masih setia merangkul lengannya.

"Ekhem!" sengaja Argan berdehem cukup keras agar gadis itu tersadar, namun sayang masih belum buktinya ia masih ngakak.

"Hahahaha... Aduh ce... Pegel banget pipi aku, karena kebanyakan ketawa." air matanya bahkan sampai keluar karena terlalu ngakak, gadis itu pun menghapus jejak air matanya menggunakan ujung pasmina yang ia kenakan.

"Sibuk cerita dunia perkembang–" ucapan gadis itu terhenti dengan mata membulat dan mulut menganga menatap Argan.

Tatapan keduanya terkunci dalam beberapa detik, hingga gadis berhijab itu tersadar dengan segera melepaskan gandengan tangannya di lengan Argan.

"M-maaf... Mas," gadis itu menutup wajah dengan buku yang ia pegang seraya pergi berlari dari sana "ce? Cece? Cece dimana sih?" suara gadis itu semakin jauh menghilang. Sementara Argan berdiri mematung di tempat, memegangi jantungnya yang malah tak karuan karena bersitatap dengan si gadis berjilbab tadi. Dan debaran itu baru pertama kali ia rasakan.

"Pulang dari sini, Lo harus periksa ke spesialis jantung Argan," gumamnya pada diri sendiri.

________________

Pesawat Golden eagle t50i itu berisap akan mendarat setelah bermanuver di langit dirgantara. Ini kali pertama Argan terbang sendiri setelah sekian lama berlatih bersama penerbang senior.

"Iswahjudi tower, this is frosefire flight. Request permission to land, over," Argan berbicara melalui radio komunikasi menghubungi tower kontrol Iswahjudi.

"Frosefire flight, this is eagle zero one as mission control. landing permission received. please direct to runway 12, over," jawab suara di radio.

Argan mengarahkan throttle stick dan menariknya menuju runway 12 yang di maksud untuk mendaratkan pesawat yang ia naiki. Menekan salah satu tombol untuk menurunkan roda pesawat agar mendarat dengan sempurna. Tampak dari kejauhan marshaller telah mengangkat tongkat-nya mengantarkan sinyal visual untuk berkomunikasi dengan Argan.

Argan mulai mengikuti sinyal marshaller tersebut. Pesawatnya mulai terbang rendah hingga rodanya benar-benar menyentuh landasan pesawat. "Frosefire landed perfectly, thanks," ujar Argan tersenyum begitu mendaratkan pesawatnya dengan sempurna.

"Alright. Thank you for your good work, have a good rest," sahut radio.

Pesawat mulai melaju pelan di atas runway, mengikuti arahan Marshaller yang mulai mengarahkan pesawat agar memasuki apron dan pesawat pun berhenti.

Tidak berapa lama pria berparas tampan, bertubuh tegap dan memiliki tinggi 180 cm itu terlihat turun dari pesawat setelah sebelumnya membuka knopi kokpit lebih dulu dan menuruni tangga. Argan mengenakan nomex flight-suit berwarna oranye dengan flight vesss serta harness berwarna olive drab green, wajahnya sangat menunjukkan raut lelah, namun tidak mengurangi kadar ketampanan yang di miliki pria tersebut.

Argan berjalan sambil membuka helm yang ia kenakan meninggalkan lapangan udara.

Di lengan kirinya terdapat patch berwarna hijau, patch pertama bertuliskan nickname-nya berupa FROSEFIRE semantara di patch yang kedua terdapat callsign-nya bertuliskan Falcon 08.

Ia berjalan menuju meja staf untuk membubuhkan tanda tangannya pada lembar tugas, karena telah menyelesaikan tugasnya hari ini.

Petugas yang berjaga di meja tersebut berdiri memberi hormat pada Argan yang baru tiba.

"Cuma berdua bang, gak usah pakai hormat hormat segala," ujar Argan melihat aksi Seno barusan.

"Formalitas let. Dimana-mana tamtama sama Bintara itu hormat sama perwira," ia menyodorkan lembar tugas yang harus di tanda tangani Argan.

Argan berdecak "bagaimana pun Abang tetap senior disini," ia tetap keukeuh pada pendiriannya mengingat pangkat Seno adalah seorang sersan kepala pnb, semantara dia baru letnan dua pnb.

"Bagaimana let, enak mana bawa jet asli atau kuda besi dengan kecepatan 250 cc?" mengingat sebelum Argan menjadi tentara angkatan udara, ia adalah seorang pembalap internasional. Yang sering memenangkan ajang kejuaraan balap motor ARRC.

Argan tampak berpikir membandingkan "sama aja bang, sama-sama menantang."

"Kalau gitu saya istirahat dulu bang," ujar Argan setelah membubuhkan tanda tangannya dan menyodorkan kembali lembar tugas itu pada Seno.

"Siap, selamat beristirahat letda Argan."

Argan tersenyum kecil "Nanti saya pesenin pizza untuk menemani Abang tugas hari ini." ujar Argan membuat senyum di bibir Seno turut terbit.

"Wah, ini yang aku senangi dari letda Argan. Saya tunggu let," ucap Seno.

Argan sudah berjalan meninggalkan Seno ia mengacungkan jempol keudara.

...Kenalan dulu yuk sama Abang Argan👇...

...

...

...Wang yibo as Argantara putra Bimantara👆...

cosplay kang ojol

Argan duduk di atas motor dinas CBR dengan helm yang belum lepas dari atas kepala dan memakai jaket berlogo ojek online milik Seno yang ia pinjam, serta masker yang menutupi mulutnya karena hari ini ia menemui sang adik yang sedang pendidikan di Akpol yang terdapat di Semarang, agak menempuh jarak yang cukup jauh si sebenarnya dari Iswahjudi tempat Argan berdinas tapi mau bagaimana lagi, hanya dirinya yang dekat dengan sang adik bungsu, jadi mau tak mau ia yang memantau adiknya karena kalau tidak sang Mama akan terus menerus menerornya untuk melihat keadaan si bungsu kesayangan.

"Bang!" seru pria tak kalah tampan dari Argan berkepala plontos berlari menghampri dirinya yang sudah sekitar lima belas menit menunggu sang adik di pintu gerbang akademi. Adiknya malah tertawa ngakak begitu tiba di hadapannya "hahahaha... Abang cosplay jadi kang ojol apa gimana? Wah seru nih kayaknya di abdikan terus di masukin ke Medsos biar ramai dan masuk artikel terus tulisannya gini 'Pensiun dini menjadi pembalap motor ARRC ternyata Argantara putra Bimantara memilih jadi kang ojol.' Keren gak tuh masuk artikel begitu!"

Argan berdecak mendengar ledekan sang adik. "Gue jitak ya Lo!" geram Argan melihat sang adik yang masih ngakak.

"Hahaha... Jangan galak-galak dong bang. Mana pesenan Idan?" pria itu menengadahkan tangannya ke udara.

Argan mengeluarkan plastik berukuran besar dari tas ransel yang ia kenakan lalu menyerahkannya pada sang adik yang berisikan perlengkapan bocah itu di asrama yang sudah Argan beli lebih dulu sebelum pergi mengunjungi Aidan, lalu ia memberikan plastik berukuran sedang yang merupakan makanan untuk Aidan dan juga teman-teman akademinya. "Nih, makan. Jangan lupa di bagi sama rekan yang lain."

Aidan tampak tersenyum senang dan matanya berbinar saat membuka isi plastik tersebut "wah, makasih bang. Kalau gitu Idan masuk ya. Nanti di hukum pengurus kalau Idan balik gak tepat waktu."

Argan tampak mengangguk "baek-baek di akademi."

Aidan mengangguk dan berlari masuk ke area akademi meninggalkan Argan yang masih menatap kepergian sang adik sampai Aidan benar-benar menghilang dari pandangannya baru pria itu pergi dari sana.

Aidan sudah dua tahun lamanya menjalankan pendidikan di Akpol Semarang, Sementara Argan baru satu tahun di Magetan selepas dia lulus dari akademi angkatan udara Yogyakarta.

Argan membelah jalanan akan kembali ke Magetan, tepat dimana ia berdinas. Namun sebelum ia keluar dari Semarang Argan ingin singgah sebentar ke warung tahu gimbal pak man yang kata Seno paling enak di Semarang.

Argan menghentikan motornya di depan warung tersebut dan langsung memasuki warung "tahu gimbalnya satu porsi pak." ucap Argan pada penjual tahu gimbal tersebut.

"Makan sini mas?"

"Nggih pak. Sama minumnya pakai teh manis dingin ya."

Bapak penjual tersebut mengangguk "nggih mas. Kalau begitu tunggu sebentar."

Argan mengangguk dan mencari tempat untuk ia duduki. Di sekeliling Argan banyak orang yang makan disana bersama teman, rekan atau pasangan, hanya Argan saja sendirian. Tadi sih ia mau mengajak Seno untuk pergi, namun pria itu ternyata masih harus bertugas, Sementara Argan hanya akrab dengan Seno dan beberapa rekan letting lainnya disana yang sayangnya masih pada bertugas, jadi mau tak mau ia pergi sendiri.

"Silahkan di nikmati mas," ucap penjual tersebut meletakkan tahu gimbal pesanan Argan di meja yang ada di hadapan pria itu.

"Inggih pak, matur nuwun."

Akhrinya Argan mulai menikmati tahu gimbalnya yang ternyata memang sangat enak.

Selesai menyantap tahu gimbalnya Argan duduk sejenak lebih dulu disana menikmati kota Semarang sambil menunggu tahu gimbalnya turun sampai ke perut seraya menyeruput teh manisnya.

Setelah di rasa sudah turun, Argan berdiri. Membayar makannya dan kembali akan melanjutkan perjalanannya menuju Magetan yang tidak dekat, karena memakan waktu kurang lebih tiga jam setengah.

"Mas Go-Jek ya?" langsung saja Argan yang sudah duduk di atas motornya dan menggunakan helm serta masker itu menoleh ketika mendengar suara seorang gadis bertubuh mungil tepat berada di sebelahnya, masih sibuk dengan mengubek isi tas tanpa melihat Argan.

"Tap-"

"Boleh tolong anter saya ndak mas, ke Salatiga. Mau pesen dari aplikasi sudah keburu soalnya. Nanti ongkosnya saya kasih lebih deh," jelas gadis itu memotong ucapan Argan, ia mendongakkan kepala setelah memasukkan stetoskop kedalam tas dengan terburu-buru. Gadis itu menatap Argan.

Semantara Argan tersentak begitu tatapan keduanya bertemu.

Gadis itu...

Gadis perkembangan biakan yang tiga bulan lalu ia temui di book store yang ada di Surabaya. Dan gadis penyebab wudhu yang selalu ia jaga batal begitu saja.

Mata gadis itu mengerjap memperhatikan Argan dan juga motor CBR yang ia naiki, yang membuat gadis itu malu bukan karena ia pernah bertemu Argan sebab pria itu memakai masker, tapi karena dia melihat bahwa motor itu jelas bukan motor biasa melainkan motor milik negara, karena memiliki plat berlogo TNI.

"B-bukan Go-Jek ya mas ternyata... Maaf," sungguh malunya gak ketulungan. Tapi wajar saja sih gadis itu sampai tertipu karena Argan memakai jaket driver ojol. Bukan hanya gadis itu saja, siapapun pasti akan mengira dirinya driver ojek online.

Selanjutnya Argan malah acuh, dan menghidupkan mesin motornya lalu meninggalkan gadis itu begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata. Sementara gadis itu hanya diam di tempat memperhatikan kepergian Argan dengan tatapan sendu. Ia tampak menghela nafas lelah.

Tapi sebelum Argan benar-benar menjauh, Argan melirik kaca spionnya melihat gadis itu yang berdiri celingak-celinguk mencari kendaraan umum untuk di tumpangi.

Dan aksi gadis itu membuat Argan tak tega, alhasil ia putar balik menghampiri gadis itu lagi.

Gadis itu menatap bingung Argan yang tiba-tiba kembali, dengan sopannya ia bertanya "ada yang ketinggalan mas?" dengan suara lembutnya, seakan tidak terjadi hal apapun sebelumnya.

Argan menatap gadis itu sejenak, lalu berkata "ayo saya antar."

"Eh?" Perkataan Argan membuat gadis itu terkejut.

Argan malah berdecak kecil "kita searah, ayo sekalian saya antar," dengan nada suara yang teramat datar. Argan bukan modus ya, dia cuma tidak tega melihat gadis ini, jadi ia menawarkan tumpangan. Lagian Argan juga tidak bohong karena mereka memang searah.

Mata gadis itu tampak berbinar "sing nggena ta?"

Argan mengangguk "nggih. Kalau mbak-nya mau."

"Wah kalau begitu, matur suwun mas."

Argan tidak menjawab ucapan terimakasih sang gadis "naik," titahnya malah menyuruh gadis itu naik keatas motornya.

Gadis itu menurut, naik keatas motor Argan dan duduk dengan jarak yang sangat jauh dari pria tersebut, bahkan gadis itu duduk di jok paling ujung.

Sementara Argan menyadari gadis itu yang duduk di ujung jok motornya hanya tersenyum kecil sambil melirik kaca spion. Terserah gadis itu mau duduk di mana yang penting wudhunya tidak batal lagi karena gadis itu.

Sepanjang jalan mereka tidak berbicara, bukan sebantar keduanya di atas motor tersebut bahkan sampai satu jam lebih. Tapi tidak berbicara sama sekali dan berbicara hanya karena Argan bertanya Salatiga-nya di bagian mana dan setalah itu tidak berbicara lagi sampai tiba di tujuan gadis itu.

Gadis itu langsung turun dari atas motor Argan begitu tiba.

"Matur suwun mas. Iki Eneng yorto gaweh tuku bensin," gadis itu memberikan uang selembar seratus ribu.

Dengan segera Argan menolak. "Suwun mbak, tapi Ra usah. Saya ikhlas bantu karena memang searah," baru kali ini Argan berbicara panjang kali lebar dengan orang yang baru ia kenal, lebih-lebih itu perempuan.

"Tapi mas-"

"Simpan aja," ujar Argan pada akhirnya.

"Sing nggena ta?"

Argan mengangguk "saya permisi" Argan menghidupkan mesin motornya.

"Eh, tunggu mas!" gadis itu mengubek tas ranselnya entah mengambil apa membuat Argan yang sudah akan pergi langsung urung.

"Ini saya punya bang-bang, itung-itung sebagai tanda terimakasih karena wes anter saya sampai sini," ujarnya sembari mengulurkan jajan ringan bang-bang itu di hadapan Argan. Awalnya Argan terdiam tidak meraih Snack tersebut. Namun dengan cepat gadis itu menarik tangan Argan karena tidak sabar. Membuat Argan tersentak kaget dan sudah di pasti untuk kedua kalinya wudhu Argan batal karena ulah gadis di hadapannya ini lagi.

Ia memicingkan matanya geram, tapi apa boleh buat sudah terlanjur.

"Makasih."

Gadis itu lantas tersenyum "aku yang harusnya yang kesuwun karena mas wes baik banget mau nganter. Semoga Allah balas kebaikan mas, Amin."

Argan hanya tersenyum kecil di balik maskernya menanggapi ucapan gadis itu. Menatapnya cukup lama, lalu tiba-tiba saja mulutnya terbuka "Saya boleh tau siapa nama kamu?" entah mengapa tiba-tiba saja, pertanyaan itu melintas di kepalanya. Mungkin karena Argan memang penasaran dengan nama gadis di hadapannya ini karena ini kali kedua mereka bertemu.

Gadis itu kembali tersenyum ramah "Nasya. Nama saya Nasya kayshila mas."

Entah mengapa mengetahui nama gadis tersebut membuat hati Argan bersorak heboh, perasaan asing itu kembali hanya karena ia mengetahui nama sang gadis.

"Saya Argan," setelah memperkenalkan diri Nasya dengan buru-buru undur diri dan Argan juga pergi melajukan motornya dengan alasan perjalananya masih sangat jauh. Yang memang benar adanya, karena masih ada dua jam perjalanan lagi untuk sampai ke Magetan.

"Nasya..." gumam Argan berulang kali menyebutkan nama gadis itu sepanjang jalan perjalanan menuju Magetan.

Ada yang tegak tapi bukan keadilan

Dua tahun berlalu...

Helikopter H225M mengangkut para prajurit yang sedang berlatih ada sekitar dua puluh orang di dalam heli tesebut dan kini tengah terbang di atas ketinggian 5000 kaki.

Argan memeriksa semua kelengkapan latihannya. Seraya otaknya berputar mengulangi kata-katanya "buka parasut, safe landing, buka parasut, safe landing."

"SEPULUH DETIK!" seru pilot helikopter tersebut memalui earpiece. Lalu lanjut mulai menghitung mundur.

"SEMBILAN!"

Pintu samping mulai di buka pertanda latihan akan segera dimulai. Angin yang berisik memenuhi cabin membuat para prajurit harus berteriak ketika berbicara menyampaikan informasi satu dengan yang lain.

"DELAPAN!"

"TUJUH!"

"ENAM!"

Argan melepas seatbelt-nya lalu bangkit dari kursi mendekat ke pintu terdapat jumper master dari kopasgat yang melatih mereka hari ini. Beliau memeriksa kelengkapan serta tas utama parasut dan cadangan Argan lebih dulu.

"LIMA!"

"EMPAT!"

"TIGA!"

"DUA!"

"SATU!"

"JUMP OUT! JUM OUT! JUMP OUT!" seru pilot itu lagi. Dan jumper master menepuk pundak Argan untuk menginstruksi agar ia segera lompat.

Dengan gerakan yang sudah terlatih dan terbiasa Argan dengan santai tanpa rasa takut lompat keluar dari heli tersebut. Membuat tubuhnya terjun bebas, meluncur turun di tarik oleh gravitasi bumi. Matanya menatap ke bawah melihat bumi yang masih cukup jauh untuk di pijaki-nya. Sampai pada ketinggian yang cukup, Argan menarik tali berwarna merah yang terdapat di sebelah kanan untuk membuka parasut yang ada di punggung dan membuat parasut itu langsung terbuka sempurna di atas kepalanya. Kecepatan turunnya mulai melambat dan terkontrol. Ia menikmati lebih dulu alam ciptaan sang maha kuasa yang tampak indah dari ketinggian seperti ini. Hamparan hijau hutan yang menjadi tempat mereka berlatih sangat indah sepanjang mata memandang. Belum lagi gunung Lawu yang tampak menonjol di sebelah barat kabupaten Magetan ini menambah nilai plus pemandangan kali ini.

Masih asyik menikmati dan mengangumi alam sekitar tiba-tiba saja angin bertiup lebih kencang dari sebelumnya, membuat parasut Argan oleng kesan kemari begitu juga beberapa prajurit lain yang terbang di atasnya. Sungguh angin ini tidak terduga, padahal sejak tadi sangat bersahabat. Membuat mau tak mau Argan dan beberapa prajurit lain mendarat dengan tidak estetik di atas tanah.

"AKH!" pekik Argan begitu mendarat ranting runcing langsung menancap di paha kanannya. Membuat darah mengucur dengan derasnya.

Argan memegangi pahanya yang terus mengeluarkan darah sambil berteriak meminta tolong "tolong woy, tolong!" serunya pada rekannya yang baru turun. Dan langsung berlari ke arah dirinya yang tergeletak tidak berdaya di atas tanah.

Rekan-rekan Argan langsung menolong pria tersebut begitu melepas parasut mereka dan membawanya ke rumah sakit untuk dilakukan tindakan karena ternyata ranting itu cukup dalam menancap di paha kanan Argan.

___________________

Argan langsung di tindak begitu tiba di RSAU Dr, efram harsana lanud Iswahjudi. Ketika keluar dari ruang operasi ia langsung di bawa ke ruang perawatan.

"Orangtuamu gak di kabari?" tanya Bimo seorang tentara sama sepertinya.

"Gak usah Bim, Mama saya nanti langsung terbang kesini. Meledak nanti rumah sakit kalau Mama saya datang," ujar Argan mengingat bagaimana kelakuan sang Mama jika tau anak-anaknya sakit. Makannya Argan memilih tidak mengabari. Ia sangat hapal bagaimana orangtuanya lebih-lebih sang Mama yang akan langsung terbang dari Jakarta ke Magetan hanya untuk memastikan dirinya baik-baik saja dan lagi mamanya itu heboh dan paling rewel kalau tau anak-anaknya sakit atau terluka. Maka dari itu Argan tidak memberi tahu orangtuanya supaya tidak di recoki sang Mama yang melarangnya ini dan itu pastinya.

"Permisi, saya dokter koas Nasya, disini saya mau menggantikan perawat yang sedang sibuk untuk memasang alat keteter agar membantu bapak buang air kecil."

Sungguh, Argan terkejut bukan main dengan kedatangan dokter muda ini, lebih-lebih itu gadis yang 2 tahun lalu menumpang di jok motor belakangnya dan saat ini datang untuk melakukan tugasnya.

Tugas yang mengharuskan gadis itu melihat aset yang Argan persiapkan untuk istrinya kelak.

Ya tuhan!

Malu jangan di tanya lagi, sudah pasti malu setengah mati. Apa tidak ada dokter atau perawat pria yang bisa memasangkan alat laknat itu untuknya? Mengapa harus Nasya?

Kacau banget pertemuan ketigamu ini Argan!

Argan juga tidak mampu menolaknya karena memang ia butuh alat keteter itu dalam keadaan seperti ini yang memang tidak mampu berjalan. Karena lukanya ini cukup teramat sakit untuk di gerakkan.

Argan menahan nafasnya ketika Nasya mulai memasang alat keteter itu di bawah sana. Tangan Nasya yang terbungkus handscoon itu mulai bersentuhan langsung dengan asetnya.

"Tarik nafas ya pak, sedikit lagi..." instruksi Nasya dengan suara lembutnya membuat otak Argan tidak mampu berpikiran jernih.

Asetnya mulai menegang di bawah sana dan Argan yakin pasti Nasya melihatnya.

Ya Tuhan malunya!!

"Astaghfirullahaladzim," Argan berusaha membuat pikirannya kembali jernih dan menguatkan dirinya agar tidak menerkam gadis ini.

Ayolah, Argan ini pria 24 tahun yang sangat normal. Hormonnya juga sudah siap menikah, jadi bukan salahnya jika ia tiba-tiba menerkam gadis yang masih fokus di bawah sana dengan asetnya itu.

Perlahan Argan menatap gadis ber-seneli putih yang tengah fokus di bawah sana, wajahnya cantik dan mata bulatnya tak berkedip karena terlalu fokus, bahkan keringat dingin juga mengalir di pelipis Nasya. Membuat Argan mau tak mau menelan salivanya karena gadis itu semakin menggoda dengan keringat yang bercucuran.

Sepertinya Nasya juga tegang.

Dan syukurnya lagi kali ini Argan tidak menjaga wudhunya jadi tidak ada kejadian wudhunya batal jilid tiga yang di sebabkan Nasya lagi.

"Udah selesai," ucap Nasya menutup kembali tubuh bagian bawah Argan dengan selimut dan membereskan alat-alatnya.

Argan pun langsung bernafas lega.

"Berapa lama dan berapa kali harus di cek dan di ganti alatnya dok?" tanya Bimo.

"Minimal 3 hari maksimal seminggu pak," jawab Nasya.

Bimo tampak mengangguk paham. Sementara Argan membuang pandangannya ke sembarang arah karena malu.

"Kalau begitu saya permisi pak, mari," Nasya langsung keluar tanpa menatap wajah Argan mungkin ia juga malu karena habis memegang-megang aset seorang pria secara langsung untuk pertama kalinya.

Dan Argan baru ingat kalau Nasya lagi-lagi tidak mengenalinya, terbukti akan gadis itu tidak menegurkan-nya. Padahal dua tahun lalu ia begitu ramah pada Argan karena telah memberikanya tumpangan.

Apakah wajah dia sesulit itu untuk di kenali?

"Tegang banget mukanya. Rambutnya dari ujung kepala sampai ujung kaki tegak semua ya gan? Haduh belum lagi itu rudalnya juga ikutan ngaceng," ledek Bimo yang sejak tadi menemani Argan di ruangan itu ia lantas tergelak setelah melirik inti sang rekan yang tampak menegak gagah di tengah-tengah.

Kya! Ada yang tegak tapi bukan keadilan😂

Refleks tangan Argan langsung menutup bagian pusat tubuhnya yang memang menegang di balik selimut. Ia melirik tajam Bimo "rudal saya di ubek ubek seperti itu oleh seorang gadis, gak mungkin gak tegak Bim, gak normal namanya," benar bukan?

Bimo lagi-lagi tergelak mendengarnya "boleh tu gan di jadikan istri karena udah renggut keperjakaan kamu."

Ya Allah mulutnya Bimo suka bener😂

Argan langsung mendelikkan matanya "jancuk!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!