Hari ini terasa menyejukkan bagi Lily yang baru saja terbangun dari tidurnya, gadis yatim piatu ini mulai bersiap - siap untuk menyiapkan sarapan bagi adik-adiknya yang berada di panti asuhan sebelum dirinya pergi bekerja paruh waktu.
Hari ini, dia akan bekerja sebagai pelayan di sebuah acara pesta ulang tahun perusahaan teknologi terkemuka di negerinya.
Meskipun hal ini harus membuat Lily bekerja dari pagi sampai malam, tapi dengan insentif yang diberikan membuat Lily langsung menyetujui tawaran pekerjaan yang diberikan oleh Donna kepada dirinya.
Saat ini panti asuhan sedang kekurangan dana, terutama untuk kebutuhan anak - anak yang dirawat disini, sehingga tak urung Lily sebagai anak tertua harus ikut bekerja menyumbang tenaga dan uang demi kelangsungan hidup mereka.
"Lily, kamu kok sudah bangun jam segini? Kamu tidur lagi saja. Biar bunda yang siapin sarapan untuk adik - adik. Kamu kan harus berangkat kerja sampai malam, nanti kamu kecapekan nak" sahut Bunda Rosa yang juga ikut terbangun.
"Nggak apa - apa bunda, Lily nggak capek kok. Lily senang bisa bantu bunda siapin makanan buat adik - adik. Ini udah mau selesai kok" balas Lily seraya mendorong bundanya ke ruang tamu dan memijat pundaknya.
Meskipun bunda Rosa bukanlah ibu kandung Lily, tapi Lily sangat menyayangi wanita ini sepenuh hatinya.
Sejak kecil Lily sudah ditinggalkan di panti asuhan, dan bunda Rosa lah yang menemukan serta merawat Lily sampai sekarang.
Selama ini sudah ada beberapa orang tua yang datang untuk mengadopsi Lily, tapi Lily selalu bertingkah nakal dihadapan mereka sehingga membuat Lily batal untuk diadopsi.
Hal itu Lily lakukan karena dirinya tidak ingin berpisah dengan bunda Rosa yang hidup sebatang kara mengurus panti asuhan setelah kepergian suaminya. Lily juga lebih menginginkan agar adik - adiknya saja yang di adopsi supaya kehidupan adiknya jauh lebih baik.
Beberapa Jam Kemudian......
"Bunda Lily berangkat kerja dulu ya, doain kerjaan aku lancar supaya bisa bawa duit yang banyak" seru Lily.
"Amin sayang...."
"Adik - adik jangan bikin repot bunda ya, nanti kalau jadi anak baik. Kakak belikan kalian semua coklat" rayu Lily kepada adik - adiknya itu.
"Baik kak....." Seru bocah - bocah kecil itu dengan wajah gembira, sementara bunda Rosa hanya menggelengkan kepala melihat Lily begitu memanjakan adik - adiknya.
...****************...
"Wah perusahaan ini rupanya besar sekali" Lily menatap takjub dihalaman gedung perusahaan yang berdiri megah didepannya.
"Pantas saja mereka bisa membayar mahal hanya untuk bekerja selama beberapa jam saja" batin Lily.
Tanpa menunggu lama, Lily bergegas masuk kedalam area gedung setelah menunjukkan surat rekomendasi, Lily pun diijinkan masuk kedalam gedung dan diarahkan untuk masuk kedalam ruangan dimana acara akan berlangsung.
"Lilyana?" Tanya seorang perempuan yang tampaknya merupakan penanggung jawab para pelayan yang akan bekerja disana.
"Iya betul Miss Abigail" sahut Lily setelah membaca name tag di dadanya.
"Ini seragam kamu, kamu ganti dulu ya pakai ini. Setelah itu langsung bantu yang lain mengatur meja dan kursi yang ada di ruangan pesta" perintah Abigail.
Lily pun bergegas menuruti perintah Abigail dengan patuh, tanpa kesulitan Lily yang memiliki sikap ceria dan ramah menjadi cepat beradaptasi dengan rekan - rekan kerjanya.
"Lily tolong kamu taruh kursi itu disebelah sana, itu kursi untuk tamu - tamu penting" ucap Sharon rekan kerjanya.
"Oke...."
"Wah kamu semangat sekali Lily, rasanya semuanya jadi selesai lebih cepat" puji Sharon.
"Terima kasih, kalau selesai lebih cepat artinya kita bisa beristirahat lebih cepat sampai pesta akan dimulai" kata Lily sambil tertawa.
"Hahaha. Kau benar, sudah tidak ada lagi yang kita kerjakan. Lebih baik kita semua pergi makan siang. Miss Abigail sudah mengatakan kalau pekerjaan kita sudah selesai kita bisa beristirahat dan makan siang dis kantin kantor ini secara gratis" ucap Sharon.
"Clap...clap..." Suara tepukan tangan panggilan dari Abigail membuat semua orang langsung menghampiri Abigail dan berbaris dengan rapi.
"Semuanya karena tugas kita sudah selesai kita bisa beristirahat sejenak selama kurang lebih dua jam sampai makanan dan minuman untuk pesta berdatangan. Kalian bisa beristirahat atau makan siang dimanapun kalian inginkan selama tidak berada di kantin. Aku sarankan kalian bisa makan di ruang ganti" ucap Abigail.
"Ehm maaf Miss, bukankah kita boleh makan di kantin perusahaan ini ya?" tanya Sharon.
"Siapa yang bilang seperti itu? Kalau kau karyawan perusahaan ini kau boleh makan disana. Kalau bukan kau harus makan dimanapun kau bisa itu terserah padamu" sahut Abigail sinis sambil berlalu meninggalkan mereka.
"Sudah Sharon, jangan marah. Yang penting kita masih bisa beristirahat sejenak. Lebih baik kita makan siang sekarang" Ajak Lily.
"Kau benar, harusnya aku tidak banyak berharap soal ini" keluh Sharon.
Disela - sela mereka sedang berbincang, tiba - tiba segerombolan pria masuk kedalam ruang pesta. Sepertinya mereka ingin meninjau persiapan pesta tersebut.
Lily, dan yang lain hanya diam memperhatikan dari kejauhan tanpa berani mengatakan apapun.
"Pria itu adalah CEO perusahaan ini" Bisik Sharon pada Lily.
"Yang benar, dia masih semuda itu dan sudah menjadi CEO? Hebat sekali" puji Lily penuh kagum.
"Jangan tertipu dengan penampilan luarnya, dari yang pernah aku dengar, dia itu juga seorang mafia yang kejam. Selain itu dia juga suka bergonta ganti wanita. Tak heran kalau setiap hari ada saja wanita berbeda yang datang menemuinya" lanjut Sharon.
"Hush.... Jangan bicara sembarangan. Kalau apa yang kamu katakan tidak benar, itu bisa menjadi fitnah" ucap Lily mengingatkan.
"Terserah saja kalau kamu tidak percaya, tapi kamu harus berhati - hati jangan pernah terlibat dengan dia. Kalau kamu masih sayang sama hidupmu" ujar Sharon menambahkan.
"Sudahlah, daripada itu lebih baik kita pergi makan siang" ajak Sharon kemudian.
Lily mengangguk dan mengikuti Sharon beserta rekannya keluar dari pintu yang lain sambil matanya melihat kearah Jason hingga tanpa sengaja kedua mata mereka saling bertatapan dan membuat Lily terkejut lalu memalingkan wajahnya kemudian berlari mengejar Sharon yang sudah terlebih dulu keluar.
"Siapa mereka?" tanya Jason kepada Gilbert asisten pribadinya.
"Sepertinya mereka adalah pelayan yang akan bekerja di pesta nanti. Apa ada masalah?" tanya Gilbert.
"Tidak... Tidak ada apa - apa" jawab Jason kemudian.
"Sepertinya aku pernah melihat salah satu dari mereka" batin Jason.
"Sepertinya aku salah lihat"
Jason pun melanjutkan kegiatannya dan pergi sesaat kemudian.
"Oh ya, Claudia sudah menunggumu di ruang kerjamu. Dia bilang kalau kalian ada janji bertemu" sahut Gilbert.
"Ah ya benar, kalau begitu jangan biarkan siapapun masuk kedalam ruang kerjaku. Aku ingin beristirahat sebentar" kata Jason seraya menyunggingkan senyum di wajahnya.
"Pastikan kalau kau menggunakan pengaman, kau tidak ingin kan ada skandal kau menghamili model top negeri ini" saran Gilbert hanya ditanggapi santai oleh Jason.
Lily dan juga bersama dengan teman - temannya asyik menikmati makan siang mereka bersama - sama.
Sampai akhirnya waktu istirahat mereka hampir saja usai, Lily pun bersiap - siap untuk menjalankan tugas dia selanjutnya.
"Eh Sharon sepertinya aku harus ke toilet. Kamu tahu nggak toiletnya dimana?" tanya Lily pada Sharon.
"Oh kalau toilet sih ada di bagian ujung koridor ini. Kamu keluar dari sini langsung ke kanan, dari situ kamu cari aja pintu warna merah maroon" jelas Sharon pada Lily yang langsung pergi menuju arah yang dimaksud.
"Eh apa aku salah ya, harusnya pintu warna putih kan. Ya sudahlah, toh ruangan itu juga kosong tidak ada orang disana" batin Sharon dalam hati.
Sesampainya di depan pintu yang dimaksud Lily sedikit heran, karena pintu toilet ini terlihat lebih megah dan mewah daripada pintu yang lain yang berada di koridor itu.
Tanpa pikir panjang, Lily pun beranjak untuk masuk kedalam tapi kemudian langkahnya terhenti ketika dirinya mendengar suara - suara aneh dari dalam "TOILET" tersebut.
Karena penasaran, Lily mencoba mengintip dari balik celah pintu.
"Astaga Tuhan....." Lily menjerit kecil sambil menutup mulutnya.
Seolah tak percaya dengan apa yang sedang dia saksikan, Lily kembali mempertegas pandangannya.
Didalam ruangan yang dia kira adalah toilet terdapat Jason dan seorang wanita sedang memadu kasih dengan penuh ga*irah.
Sekujur tubuh Lily meremang, menyaksikan adegan demi adegan yang mereka lakukan, dengan berbagai macam posisi gaya. Si wanita yang sudah telan*jang tanpa memakai apapun tampak pasrah dan senang menerima semua perlakuan yang diberikan oleh Jason. Meskipun terkadang Jason memukul dn menjambak rambut wanita itu.
Lily sejenak tertegun sampai dia berhasil menguasai dirinya, sekali lagi tanpa sadar kedua matanya dengan Jason saling beradu membuat Lily terkejut setengah mati kalau ketahuan dirinya sedang mengintip.
Tanpa pikir panjang, Lily segera pergi dari tempat itu dan tidak lagi memikirkan rasa ingin ke toilet.
"Aduh, apa yang harus aku lakukan. Apa orang itu menyadari keberadaanku? Aku rasa saat kami saling menatap dia menyeringai padaku" monolog Lily.
"Benar kata Sharon, lebih baik aku tidak terlibat dengan orang seperti itu. Semoga pesta ini segera berakhir dan aku bisa segera pulang" kata Lily kemudian.
...****************...
"Sayang, sepertinya pestanya sudah akan dimulai. Bagaimana kalau kita bersiap - siap?" rayu Claudia yang baru saja selesai membersihkan tubuhnya di kamar mandi khusus yang ada di ruangan itu
Jason yang sedang membaringkan tubuhnya diatas sofa pun segera bangkit berdiri, menuju kamar mandi untuk membasuh tubuhnya sendiri. Tak lama kemudian dia sudah keluar dengan pakaian rapi dan terlihat sangat tampan di mata Claudia.
"Ini uang untuk pelayananmu hari ini. Aku rasa itu lebih dari cukup dari yang bisa kau dapatkan sebagai seorang model. Setelah ini kita tidak perlu bertemu lagi" sahut Jason dingin seraya melemparkan selembar cek dengan nominal yang fantastis.
"Apa maksudmu mengatakan hal ini? Kau kira aku ini adalah pela*cur? Yang bisa kau perlakukan seperti ini. Aku adalah top model negeri ini. Berani - beraninya kau memperlakukanku seperti ini!!!!" Seketika Claudia menjadi berang.
"Claudia, bukankah aku sudah bilang padamu. Kalau diantara kita berdua tidak ada hubungan spesial, statusmu sama dengan wanita - wanita lain yang telah aku bayar dan aku tiduri. Kau tidak bermimpi untuk menjadi kekasih atau istri dari seorang Jason Rockwood kan?" Balas Jason dengan nada sedikit mengejek.
"Dan jangan lupa, kalau aku bisa membungkam karir dan juga nyawamu kapan saja kalau aku mau. Jadi berhati-hatilah saat kau bertingkah dihadapanku. Kau mengerti kan?" Tatapan tajam serta intimidasi yang diberikan oleh Jason membuat Claudia ciut bukan kepalang.
Tanpa mampu membalas ucapan Jason, wanita itu pun meraih tas dan juga cek yang diberikan oleh Jason lalu pergi meninggalkan Jason.
"Kau benar - benar memiliki boss seorang ba*jingan. Aku harap hidupnya menderita selamanya" kata Claudia begitu dirinya bertemu dengan Gilbert sang asisten didepan pintu.
Bukannya membalas makian dan sumpah serapah yang dilontarkan oleh Claudia, pria itu justru tersenyum dan mempersilahkan Claudia untuk meninggalkan tempat itu.
"Acara sudah dimulai, lebih baik kau segera bersiap sekarang" panggil Gilbert pada Jason.
...****************...
Acara pesta berlangsung sangat meriah, tamu undangan yang hadir tampak menikmatinya. Mata Lily berkeliling mencari kesana kemari, dia tidak menemukan wanita yang tadi dia lihat bersama dengan Jason di ruangannya. Ada sedikit rasa penasaran di hati Lily tentang siapa wanita itu, tapi rasa penasaran itu segera saja terkubur dengan panggilan Abigail yang menyuruhnya untuk menuangkan wine ke meja dimana Jason sedang duduk bersama dengan koleganya.
Lily pun menuruti perintah Abigail dengan patuh, saat akan menuangkan minuman kepada Jason. Pria itu menatap wajahnya, ditatap seperti itu membuat Lily semakin gugup sehingga tanpa sengaja dirinya menumpahkan wine diatas celana dan juga jas milik Jason yang berwarna putih.
"Apa - apaan kau?" tatap tajam Jason pada Lily.
Seketika musik berhenti, suasana yang tadinya meriah berubah menjadi mencekam.
"Ma-maafkan saya Mister, saya tidak sengaja menumpahkan minuman ke pakaian tuan" sahut Lily dengan wajah panik memandangi pakaian yang berwarna putih itu, kini menjadi merah keunguan akibat kesalahannya.
"Kenapa aku bisa sebodoh ini, pakaian itu pasti sangat mahal bagaimana aku bisa menggantinya" batin Lily.
Gilbert yang berada disampingnya segera menyuruh Lily untuk pergi dan membawa Jason ke ruangan lain untuk mengganti pakaiannya.
"Pecat gadis itu, kenapa kalian mempekerjakan gadis ceroboh seperti dia" kata Jason sebelum dirinya pergi.
Lily seketika lemas, acara pesta belum terlalu lama berlangsung tapi dirinya sudah dipecat. Artinya dia tidak akan memperoleh insentif hari ini.
...****************...
Dengan langkah gontai, Lily pergi dari ruangan pesta itu untuk mengambil barang - barang miliknya dan mengganti pakaiannya.
Dalam perjalanan pulang, dirinya menangis karena tidak berhasil membawa sepeser uang untuk adik - adiknya yang berada di panti.
"Aku janji membelikan mereka coklat hari ini, tapi sekarang aku malah tidak bisa membawa apa - apa" batin Lily.
Ditengah rasa galau dan kalut, Lily menerima sebuah telepon dari Donna. "Lily, apa besok sampai lusa kau ada pekerjaan?" tanya sahabatnya.
"Tidak ada Donna, memangnya kenapa?"
"Aku ada pekerjaan untukmu, apa kau berminat? Tapi pekerjaan ini cukup berat dan bayarannya pun tidak terlalu besar. Bagaimana?" tanya Donna lagi.
"Tidak masalah, aku akan melakukannya" sahut Lily kemudian.
"Kalau kau setuju, besok jam 4 pagi kau harus berkumpul di depan halte yang ada didekat panti. Nanti akan ada orang yang datang menjemput. Kau akan bekerja di sebuah perkebunan di pedesaan, sepertinya perkebunan itu membutuhkan tenaga tambahan untuk memanen buah apel disana" kata Donna lagi.
"Tidak masalah aku akan melakukannya, terima kasih banyak Donna. Setidaknya ini bisa menutupi rasa sedihku hari ini" sahut Lily dari balik telepon.
"Memang apa yang sudah terjadi?" tanya Donna, Lily pun menceritakan semuanya kepada Donna dan sahabatnya itu hanya bisa menenangkan Lily.
"Untung saja kau hanya dipecat dan tidak disuruh mengganti pakaiannya, kalau kau disuruh mengganti pakaiannya maka seumur hidup gajimu mungkin tidak akan bisa menggantikannya" balas Donna.
"Kalau begitu sampai jumpa besok pagi, aku juga akan ikut jadi kita akan bekerja bersama - sama" lanjut Donna sebelum dirinya menutup teleponnya
Lily tersenyum ketika dirinya mendapatkan pekerjaan lagi. Bekerja serabutan adalah pilihannya, bukan dia tidak ingin memiliki pekerjaan tetap, tapi karena hasil yang dia dapatkan bisa jauh lebih besar daripada bekerja tetap setiap bulannya.
Dengan kondisi Lily yang sedang membutuhkan banyak uang, ini adalah salah satu pilihan yang tidak bisa dia hindari.
Selain itu dengan melakukan pekerjaan serabutan, Lily memiliki waktu lebih banyak untuk membantu bunda Rosa mengurus adik - adik dan juga panti asuhan.
Setidaknya sampai dengan hari ini Lily cukup bersyukur karena Donna selalu memberi tahu jika ada pekerjaan yang membutuhkan tenaganya, baginya itu sudah lebih dari cukup.
"Lebih baik aku pulang saja sekarang, sebelum gelap"
...****************...
Pukul 4 pagi Lily sudah bersiap didepan halte yang diinformasikan oleh Donna. Ternyata Lily tak perlu menunggu lama karena bis yang akan menjemputnya sudah tiba setelah Lily menunggu selama kurang lebih sepuluh menit.
Tampak Donna melambaikan tangannya dari arah jendela bis, keduanya terlihat senang karena akan pergi bekerja bersama - sama.
"Lily, kau duduk saja disini denganku. Perjalanan masih cukup lama sekitar 2jam baru kita akan tiba di perkebunan itu" jelas Donna.
Sepanjang perjalanan keduanya tak berhenti berbicara satu sama lain, sampai akhirnya mereka pun tiba di perkebunan tersebut.
Sementara di tempat lain, Jason dan Gilbert sedang berada di sebuah Villa yang juga tak jauh dari lokasi perkebunan tersebut. Rencana kedatangan mereka adalah karena Jason ingin membeli perkebunan itu dan mengubahnya menjadi resort dan Villa.
Luas perkebunan serta kondisi lahan yang strategis membuat Jason berambisi untuk dapat memiliki perkebunan itu.
"Apa kau sudah menyiapkan semuanya?" tanya Jason.
"Tentu saja, semua akan berjalan sesuai rencana" balas Gilbert.
...****************...
Selama seharian penuh Lily memetik apel memenuhi keranjang yang dia bawa, dia merasakan pegal di seluruh tubuhnya.
Setelah selesai mandi, Lily yang semula ingin tidur memutuskan untuk berjalan - jalan di sekitar area perkebunan.
Pemandangan sore hari dengan matahari senja bersinar keemasan membuat Lily takjub dengan suasana pedesaan yang masih begitu asri.
Lily kemudian mulai berjalan sedikit menjauh dan menemukan sebuah Villa yang cukup mewah tidak jauh dari perkebunan mereka, "Wah ternyata di pedesaan seperti ini ada villa yang cukup mewah dan mentereng. Kira - kira siapa ya pemiliknya?" ditengah - tengah rasa penasarannya tiba - tiba Lily mendengar suara letusan tembakan dari dalam Villa.
"Hey ada perempuan disana, cepat kejar" merasa dirinya ketahuan membuat Lily segera berlari dan bersembunyi balik pohon besar yang berada di hutan kecil dibelakang Villa.
"Kenapa aku berlari kesini? Seharusnya aku kembali ke perkebunan. Tapi kalau mereka dalam bahaya karena aku? Lebih baik aku bersembunyi saja disini"
Samar - samar Lily mendengar suara segerembolan orang menyusuri hutan tempat mereka berada.
Langkah kaki mereka semakin mendekat, tanpa disadari sebuah tangan kekar membungkam mulut Lily dari belakang.
"Ehmphhhh...." Lily berusaha meronta sekuat tenaga untuk melepaskan diri, tapi sekuat apapun dia tidak berhasil melepaskan tubuhnya dari sosok pria dibelakangnya.
"Aku tidak akan menyakitimu. Lebih baik kau diam saja. Kalau tidak mereka akan menemukanmu. Apa kau bisa diam?" tanya pria itu.
Lily mengangguk, perlahan - lahan pria itu melepaskan bekapan tangannya. Saat sudah bisa bergerak bebas, Lily berbalik dan memukul wajah pria itu sekuat tenaganya.
"Sialan.. Aku sedang menolongmu kenapa kau malah memukulku?" tanya pria itu.
Dibawah cahaya bulan Lily bisa melihat secara samar siapa pria dihadapannya ini, matanya membulat sempurna ketika dirinya mengenali sosok pria tersebut.
Bagaimana mungkin dia bisa melupakan tatapan dingin yang sudah mengintimidasi dirinya kemarin saat di pesta.
"Rupanya kau si wine girl" tandas Jason yang juga mengenali wajah Lily.
"Tu-tuan Jason, sedang apa tuan disini?" tanya Lily.
"Apa urusannya denganmu, soal kenapa aku ada disini?" tanyanya ketus.
"Srekk... Sepertinya dia ada disini" ucap salah seorang gerombolan pria bersenjata itu.
Jason pun segera mengambil sikap waspada, dan tanpa dia sadari dia menarik tangan Lily untuk pergi dari tempat persembunyian mereka sebelum mereka ditemukan.
Pelarian mereka akhirnya sampai ke sebuah pondok kecil yang cukup tersembunyi di dalam hutan, akan sangat sulit bagi orang - orang tersebut untuk mencari keberadaan mereka di pondok itu.
Apalagi jejak mereka juga terhapus akibat hujan deras yang melanda sesaat setelah mereka memasuki pondok.
"Kenapa tuan membawa saya kemari?" protes Lily.
"Lalu apa kau mau mati ditangan mereka?" tanya Jason dingin.
Lily terdiam, dalam hatinya dia bertanya - tanya kenapa orang - orang bersenjata itu mengejar Jason, apa yang sudah orang ini lakukan sampai menarik perhatian orang berbahaya seperti itu?
Jason menyalakan sedikit api unggun untuk menghangatkan tubuh mereka.
Lily dapat melihat wajah Jason memerah, nafasnya tersenggal - senggal seolah dirinya kesulitan untuk bernafas.
"Hey tuan, kau tidak apa - apa? Sepertinya kondisimu sedang tidak baik - baik saja" tanya Lily khawatir.
"Menjauh dariku....!!!!" Teriak Jason.
Jason memegang kepalanya yang berdenyut, seluruh tubuhnya terasa panas.
Melihat Jason yang seolah tidak ingin dibantu, membuat Lily memutuskan untuk sedikit menjauh dari pria itu.
Entah sejak kapan, tenggorokan Lily terasa kering dan haus. Melihat Jason sepertinya sudah tertidur lelap, membuat Lily memberanikan diri untuk mendekatinya. Jason yang membawa sebuah tas selempang kecil rupanya menyimpan sebotol air.
Sempat ragu apakah dirinya bisa meminumnya, membuat Lily mencoba berpikir ulang. Tapi rasa haus di tenggorokannya mengalahkan segalanya, Lily meminum air didalam botol itu.
"Apa yang kau lakukan?" Jason yang dia kira sudah tertidur merebut botol yang menyisakan sedikit air didalamnya.
"Kau meminum air ini?" tanya Jason tak percaya.
"Apa kau memang selancang ini meminum air yang bukan milikmu?!!!" Teriak Jason.
"Kenapa kau jahat sekali, aku hanya meminta sedikit air karena aku sangat haus. Aku ingin meminta ijinmu tapi kupikir kau sudah tidur. Aku pikir tidak masalah kalau aku meneguk sedikit, maafkan aku. Aku akan mengganti air minummu" balas Lily.
"Kalau ini hanya air biasa aku akan berikan padamu, tapi.....ughhhh" Jason mengerang sebelum sempat menyelesaikan kata - katanya.
"Sialan obat ini bereaksi terlalu kuat, aku tidak akan bisa menahannya lebih lama lagi" batin Jason sambil melirik botol yang tergeletak disampingnya.
"Kenapa tiba - tiba tubuhku terasa panas, semua bulu kudukku rasanya meremang" batin Lily beberapa menit setelah meminum air itu.
"Air apa ini?" tanya Lily pada Jason.
"Sudah kubilang air ini bukan air biasa, ini adalah air yang dicampur dengan obat perang*sang yang diberikan oleh anak dan kepala perkebunan apel yang ads didekat Villa" kata Jason seraya berusaha menahan dirinya untuk tidak mendekati Lily.
"Maksudmu aku sekarang terkena efek tersebut?" Wajah Lily benar - benar memerah, dibawah cahaya api unggun gadis itu malah terlihat sangat cantik.
Lily menggeliatkan tubuhnya berusaha menahan diri, menghindari hal - hal yang tidak diinginkan Lily berdiri untuk menjauhi Jason tapi kakinya ternyata tersandung oleh sesuatu dan membuatnya jatuh kedalam pelukan Jason.
Lily dapat merasakan sesuatu menyembul dari bagian internal Jason.
"Fu*ck.... Aku tidak bisa menahannya lagi. Kau tenang saja, aku akan membayarmu dengan harga yang pantas" Jason membalik tubuh Lily serta melu*cuti seluruh pakaian miliknya dan Lily.
"Tu-tuan, tolong jangan lakukan ini. Saya mohon hentikan" Rengekan Lily dibungkam eh Jason dengan bibirnya yang mencium Lily dengan penuh ga*irah.
Malam itu menjadi saksi atas hilangnya kesucian Lily ditangan seorang laki - laki bernama Jason.
Malam yang akan merubah hidup Lily untuk selamanya.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!