NovelToon NovelToon

Cinta Yang Terlupakan

Setelah Kehidupan Bahagia Kita

"Aku tidak menyesal saat takdir mempertemukan kita berdua kala itu, meskipun awal pertemuan kita bukan cerita yang manis, tapi akhirnya kamu membuat semuanya menjadi indah, Noah Akhizawa Ruiz. Kamu berusaha membuatku jatuh cinta padamu, dan sekarang, aku akan berjuang untuk membuatmu jatuh cinta padaku karena kita memiliki satu nyawa yang selalu menunggu kita untuk kembali utuh." Lana Raiza.

Setahun kemudian

Terdengar suara tangis bayi laki-laki terdengar keras di dalam kamar yang berukuran tidak terlalu besar itu.

Seorang wanita seketika terbangun dan dia dengan cepat menguncir rambutnya rapi ke atas.

Segera dia gendong putra kecilnya itu dan memberinya asi. Pria kecil itu tampak masih memejamkan kedua matanya sembari menikmati asi dari mamanya.

"Lana, kamu baik-baik saja, kan?" Tiba-tiba terdengar suara wanita paruh baya masuk ke dalam kamar itu.

"Bibi kenapa terbangun? Aku baik-baik saja kok, Bi," ucap wanita yang dipanggil Lana.

"Badan kamu sudah tidak panas, Lana." Tangan wanita paruh baya itu menyentuh lembut dahi Lana.

"Aku harus sembuh, Bi, agar besok aku bisa melamar pekerjaan di perusahaan itu."

"Huft!" Wanita paruh baya itu duduk di sebelah Lana dengan menghela napas panjangnya. "Aku kasihan sekali melihat keadaan kamu saat ini. Seharusnya kamu dan Noah saat ini bisa sangat bahagia, apa lagi Noah sungguh sangat ingin melihat bayinya lahir, tapi—." Wanita paruh baya itu tidak sanggup meneruskan kata-katanya.

"Bibi Maya tidak perlu terlalu memikirkan tentang apa yang sekarang aku alami. Aku sudah mulai bisa menerima semuanya, walaupun aku kadang sangat merindukan Noah." Tiba-tiba air mata Lana menetes perlahan.

Bibi Maya segera memeluk ponakan kesayangannya itu dengan erat. "Kamu harus kuat, Lana. Kamu harus kuat menghadapi semua ini karena sekarang kamu ada Ryu yang harus kamu pikirkan." Kedua mata Bibi Maya menatap pada wajah bayi yang berumur kurang lebih satu tahun dan sedang nyenyak tidur dalam gendongan mamanya.

"Iya, Bi, karena berkat Ryu juga, aku selalu memiliki kekuatan dan semangat untuk menjalani semua ini. Dia mirip sekali dengan Noah, Bi." Lana sekali lagi meneteskan air matanya teringat pada pria yang sangat dia cintai itu.

"Sudah ... sudah! Sebaiknya kamu tidurkan Ryu dan kamu juga segera tidur agar besok pagi kamu benar-benar sehat. Eh, tapi saran bibi, sebaiknya benar-benar menunggu kamu sehat saja untuk pergi melamar pekerjaan di sana. Bibi tidak mau kalau nanti kamu pingsan di sana."

"Aku tidak akan pingsan, Bi. Lagi pula hal ini sudah aku persiapkan seminggu yang lalu, hanya saja tiba-tiba aku sakit demam dan harus beristirahat selama beberapa hari. Aku tidak sabar untuk menunggu saat ini, Bi," terang Lana.

"Ya sudah kalau begitu. Kamu itu memang sangat keras kepala dari dulu. Sekarang kamu tidur saja dan semoga besok apa yang kamu harapkan dapat berjalan dengan lancar." Bibi Maya pun mengecup dahi Lana dan pipi gembul Ryu.

Lana menidurkan Ryu di dalam box bayinya yang ada di dalam kamar Lana. Lana sangat tidak ingin jauh dari putra semata wayangnya itu.

Lana pun berbaring dengan sekali lagi ada lelehan air mata pada pipinya saat kedua matanya menatap bingkai foto di mana ada foto dirinya yang sedang dipeluk oleh Noah saat Lana hamil besar.

Di sebuah kamar berukuran besar, tampak seseorang tidur dengan posisi tidak tenang. Bahkan terlihat dahi orang itu mengeluarkan keringat dingin, padahal AC di kamarnya menyala dengan temperatur yang cukup dingin.

"Kamu ... kamu ... siapa? Argh...!" suara teriakan orang itu terdengar di dalam kamar besarnya. Dia seketika terbangun dengan napas naik turunnya seperti baru saja dikejar sesuatu yang menakutkan. "Brengsek! Kenapa aku ini?" umpatnya marah pada dirinya sendiri.

Penyamaran

Pagi itu, Lana tampak berdiri di depan cermin sembari menatap dirinya yang saat ini membuat dia sendiri seolah tidak mengenali siapa dirinya.

"Huft! Aku pasti bisa menjalankan apa yang sudah aku rencanakan untuk membawa kamu kembali padaku Noah," ucapnya untuk memberi semangat pada dirinya sendiri.

Lana melihat pada box bayi di mana putranya masih tertidur dengan nyenyak. Sebuah kecupan lembut Lana sematkan pada kening bayi laki-laki yang lucu itu.

"Ryu doakan mama ya, Nak," ucapnya.

Lana kemudian turun ke ruang makan di mana sudah ada bibi Maya menyiapkan sarapan pagi. "Lana? Ini kamu, kan?" tanya Bibi Maya yang tiba-tiba terdiam dengan mangkuk sup yang masih dipegangnya.

"Ini aku, Bi. Aku sudah bilang sama Bibi tentang rencanaku ini, kan? Semoga Noah tidak mengenaliku nantinya." Lana duduk di kursinya.

"Iya, tapi bibi tidak menyangka jika kamu benar-benar bisa merubah penampilan kamu seperti ini. Kamu terlihat berbeda sekali dengan rambut pendek dan kacamata itu." Bibi Maya duduk tepat di sebelah Lana.

"Aku memang harus benar-benar merubah penampilanku secara total karena Bibi tau sendiri apa yang pernah Noah katakan padaku setelah beberapa hari dia sadar dari komanya? Tapi aku tidak menyalakan Noah atas semua itu."

Lana tampak menangis di samping tubuh suaminya yang dipenuhi oleh alat medis yang menancap. Dunia Lana seolah hancur melihat kondisi Noah saat ini.

"Noah, bangun, bayi kita sudah lahir dan dia mirip sekali denganmu." Lana terisak memegang tangan Noah.

Di luar ruangan, nenek, paman Arya serta bibi Maya hanya bisa menangis pilu melihat sepasang suami istri yang saling mencintai itu sekarang terlihat keadaanya sangat menyedihkan karena Noah dinyatakan dokter mengalami koma akibat kecelakaan yang dialaminya.

"Arya, bagaimana jika kita membawa Noah berobat ke luar negeri agar dia bisa segera sadar dan pulih. Jujur saja aku tidak kuat melihat kedua cucuku menderita seperti ini, apa lagi anak mereka juga baru saja lahir." Nenek Key pun menangis dalam pelukan bibi Maya.

"Nek, dokter mengatakan jika saat ini tuan muda Noah tidak bisa dipindahkan ke manapun karena akan sangat membahayakan. Kecelakaan itu tidak hanya membuat tuan muda koma, tapi ada bagian tubuhnya yang patah. Jadi, sebaiknya tetap dirawat dulu di sini," jelas Paman Arya.

"Kita sebaiknya bersabar dulu, Nyonya Besar, dokter di sini pasti juga sudah melakukan hal yang terbaik untuk tuan muda," timpal bibi Maya.

***

Beberapa bulan berlalu, dan selama Noah dirawat di rumah sakit, Lana tak hentinya datang ke sana setelah mengurus putra kecilnya anak dari Noah.

Lana bahkan pernah membawa putranya ke rumah sakit agar Noah bisa mendengar suara tangis bayi mereka dan berharap Noah akan segera sadar.

Namun, harapan itu pun sirna saat tidak ada respon apapun dari Noah.

Hampir satu tahun Noah terbaring koma, dan Lana pun seolah sudah putus harapan akan melihat suaminya sadar. Namun, hal itu seketika runtuh saat Lana yang kala itu berada di ruangan Noah merasakan gerakan kecil dari kedua kelopak mata Noah, dan perlahan kedua mat pria itu terbuka.

"Akhirnya kamu membuka kedua matamu, Noah. Aku sangat takut akan kehilanganmu." Lana pun mengecup tangan Noah dengan hangat.

Lana seketika meneteskan air mata bahagianya.

"Kamu siapa? Dan kenapa aku ada di sini?" tanya Noah terbata melihat bingung pada Lana yang ada di sampingnya.

Dari sanalah awal mula Noah menolak mengakui jika Lana adalah istrinya karena ingatan Noah kembali dari waktu dia awal masuk kuliah.

Noah bahkan melontarkan kata kasar dengan menuduh Lana sengaja mengaku sebagai istrinya agar bisa diakui oleh Noah yang memang kala itu banyak para gadis yang menyukainya.

"Aku tidak mungkin menikahi gadis seperti kamu, dan anak itu pasti anakmu dengan pria lain. Aku bukan orang bodoh mau menikah denganmu," ucap Noah tepat di depan Lana.

Entah kenapa Lana sama sekali tidak merasakan sakit atas ucapan Noah, malahan yang membuat Lana marah adalah kenapa kecelakaan itu sampai menimpa suaminya.

Waktu itu, Nenek dan lainnya pun mencoba mengingatkan Noah akan siapa Lana, tapi yang ada malah Noah mengalami sakit kepala yang hebat dan akhirnya dokter meminta agar tidak terlalu menekan Noah mengingat semua kenangannya yang dulu karena malah akan memperburuk keadaan kesehatan Noah dan lebih fatalnya, Noah malah akan bisa kehilangan semua ingatannya.

"Biarkan Noah mengingat semuanya dengan sendirinya. Waktu perlahan pasti akan membuat ingatan Noah kembali pulih dan nanti kita juga akan melakukan beberapa terapi untuk membantunya dan memberi juga vitamin yang bisa dikonsumsi Noah untuk membantu mengembalikan ingatannya," terang dokter yang menangani kondisi Noah beberapa bulan ini.

Lana pun akhirnya memutuskan untuk menjauh dari Noah agar suaminya itu tidak tambah buruk keadaanya karena Lana tau Noah sama sekali tidak mengingatnya.

Nenek Key pun akhirnya menyetujui keputusan Lana. Nenek Key juga berharap Lana bisa sabar dalam menghadapi cobaan yang sedang dia hadapi saat ini.

***

Setelah meminta bantuan agar Ryu dijaga oleh bibi Maya selama Lana bekerja, wanita bernama Lana itupun pamit pergi ke perusahaan di mana suaminya yang menjadi pemilik perusahaan itu.

Noah diingatkan perlahan oleh Nenek akan pembicaraan waktu Noah awal masuk kuliah agar jika nanti lulus kuliah, Noah akan meneruskan perusahaan keluarganya. Awalnya Noah menolak, tapi melihat keadaan neneknya yang semakin tua, akhirnya Noah pun setuju dan paman Arya pun perlahan menuntun Noah mempelajari kembali semuanya.

"Selamat pagi, Pak, ini ada yang ingin bertemu dengan Pak Noah," ucap salah satu pegawai Noah di sana.

Noah yang duduk membelakangi pegawainya itupun perlahan memutar kursinya dan saat ini dia menatap sosok wanita yang berdiri di depannya dengan mendekap map yang dibawanya.

Sosok wanita yang berdiri di hadapan Noah itu berusaha menyembunyikan air matanya yang ingin sekali keluar dari kelopak matanya, tatkala dia melihat wajah pria yang sangat dia rindukan selama ini.

"Se-selamat pagi, Pak Noah," ucap Lana terbatas sembari mengeratkan pegangan pada map yang dia bawa.

Noah pun berdiri dari tempatnya dan berjalan perlahan mendekati Lana yang ingin sekali memeluk Noah saat ini, tapi sekuat mungkin dia menahannya.

"Jadi, kamu sekretaris pribadi yang paman Arya ceritakan?" Noah melihat Lana dari atas ke bawah dengan berdiri tepat di depan Lana.

"I-iya, Pak. Nama saya Raya."

Semua data Lana bisa dengan mudah diubah oleh paman Arya agar Lana bisa masuk ke dalam perusahaan itu.

"Raya? Nama yang aneh. Kalau kamu memang direkomendasikan oleh Paman Arya, maka aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menerima kamu bekerja di sini. Selamat menjadi bagian dari perusahaan ini." Tangan Noah pun menjulur untuk mengajak Lana berjabat tangan.

Deg!

Sekretaris Baru

Lana dengan perlahan menerima jabatan tangan Noah. Saat tangannya menyentuh tangan pria itu, ada desiran yang terasa menenangkan di dalam hati Lana, bahkan Lana menggenggam erat tangan pria itu.

Lana merasakan kerinduannya pada pria yang dicintai itu sedikit terobati.

"Mau sampai kapan kamu menggenggam tanganku? Kamu jangan sampai jatuh cinta padaku karena kamu sama sekali bukan tipeku," ucap Noah yang kemudian melepaskan tangan Lana.

"Maaf, Pak, tadi saya tidak sengaja, saya sangat senang bisa diterima bekerja di sini karena saya sayang membutuhkan pekerjaan itu." Lana tampak gugup sendiri.

"Ya sudah, kalau begitu kamu silakan kembali ke meja kerjamu dan lakukan pekerjaanmu dengan benar."

Lana mengangguk dan keluar dari ruangan Noah. Lana berjalan menuju ruang kerjanya. Dia tidak sengaja berpapasan dengan paman Arya di sana.

"Paman Arya," sapa Lana lirih.

Paman Arya yang melihat ke arah Lana tampak bingung. "Anda siapa?" tanyanya yang tidak mengenali Lana.

"Aku Lana, Paman," ucap Lana masih dengan nada lirih.

"Oh Tuhan! Nyonya Lana?" Paman Arya melihat Lana dari atas sampai bawah. "Ternyata penyamaran Nyonya Lana sangat sempurna, saya tidak menyangka akan melihat penampilan Nyonya Lana seperti ini."

"Panggil aku Raya, Paman. Paman jangan lupa kalau sekarang itu namaku," bisik Lana.

"Oh iya! Maaf, saya lupa. Nona Raya, Nenek sangat merindukan ingin bertemu dengan Nona Raya nanti selepas pulang dari luar negeri."

"Aku juga merindukan Nenek. Paman, kalau nenek sudah pulang, nanti langsung minta temui aku di rumah saja."

"Baik, akan saya sampaikan." Paman Arya terlihat tersenyum pada Lana.

Lana yang tadinya membalas senyum, seketika memasang wajah datar karena dia melihat Noah melihatnya dari kejauhan.

"Paman, bisa ke ruangan aku sebentar," panggil Noah dan seketika Paman Arya mengangguk.

Paman Arya melihat Noah kembali masuk ke ruangannya. "Nyonya Lana. Eh, maksud saya Nona Raya, saya permisi dulu dan selamat menjalankan misinya."

Paman Arya pun memasuki ruangan Noah. Noah yang ada di kursi kebanggaannya tampak melihat datar pada paman Arya.

"Paman, apa paman dan Raya kenal baik? Kenapa aku melihat tadi Paman terlihat akrab dengannya?"

"Raya adalah anak dari sahabat paman dulu waktu paman masih kuliah dan paman sangat mengenal Raya. Dia wanita yang baik, pintar dan sangat bertanggung jawab dengan pekerjaannya," terang paman Arya.

"Oh ... Begitu. Kita lihat saja nanti cara kerjanya karena jujur saja aku tidak terlalu suka dengan penampilannya atau cara dia memandangku."

"Mungkin Tuan Muda baru berkenalan dengannya, nanti lambat laun Tuan Muda akan terbiasa karena saya tau Nona Raya sangat bisa diandalkan."

"Iya, Paman," jawab Noah malas.

"Tuan Muda, Minggu depan Anda mendapat undangan pesta dari salah satu rekan kerja kita, dan saya harap Tuan Muda Noah bisa datang ke sana karena Tuan Muda bisa lebih banyak bertemu dengan pengusaha muda yang sukses lainnya di sana. Nanti Tuan Muda bisa lebih banyak belajar dari mereka."

"Paman kira aku bodoh harus belajar dari mereka dalam memimpin perusahaan ini?" sahut Noah kesal.

"Bukan begitu,Tuan Muda. Nantinya Tuan Muda Noah bisa lebih banyak menjalin kerja sama dengan mereka dan hal itu pastinya akan lebih menguntungkan perusahan kita juga."

"Aku malas. Paman tau, kan, aku mau menjalankan perusahan ini hanya karena tidak mau nenek sedih, tapi pada dasarnya aku tidak terlalu ingin. Aku lebih ingin membuka bengkel motor dan mobil, pokoknya yang berkaitan dengan otomotif atau membuka club malam." Noah malah tersenyum miring.

"Tuan Muda jangan pergi ke club malam lagi karena Tuan Muda sudah lama meninggalkan kebiasaan itu." Paman Arya ingat jika setelah Noah mulai jatuh cinta pada Lana, Noah bahkan sama sekali tidak pernah menginjakkan kakinya ke club' malam. Noah lebih senang menemani Lana dan fokus bekerja. Lana benar-benar sudah merubah Noah.

"Paman, terima kasih sudah mengingatkan aku jika aku lama tidak pergi ke club' malam dan nanti malam aku akan ke sana." Noah malah tersenyum senang.

"Tuan Muda, jangan ke sana, kasihan nenek pasti akan sedih jika Tuan Muda sampai pergi ke sana."

"Nenek sedang berada di luar negeri sampai Minggu depan dan dia tidak akan sedih jika tidak tau aku pergi ke club malam dan Paman, jangan coba-coba mengatakan hal apapun padanya."

"Tapi, Tuan Muda, saya—."

"Paman, bisa kembali ke ruangannya dan aku mau kembali bekerja." Noah tiba-tiba memotong ucapan paman Arya.

Paman Arya pun tidak mau lebih meneruskan pembicaraan karena bisa-bisa paman Arya mencoba mengingatkan Noah akan perubah sikap Noah setelah menikah dengan Lana dan hal itu akan membuat hal buruk terjadi pada Noah.

Siang itu Lana masuk ke dalam ruangan Noah dan dia membawakan makan siang untuk Noah.

"Pak, ini sudah jam makan siang dan ini saya bawakan makan siang untuk Pak Noah," ucap Lana sembari menunjukan kotak makan siang yang sudah Lana belikan di rumah makan dekat kantor Noah. Kebetulan ada rumah makan yang menjual masakan rumahan yang Noah sukai.

Noah hanya terdiam menatap Lana dari atas sampai bawah. "Aku tidak ingin makan siang di ruanganku karena aku mau pergi ke restoran dengan temanku."

"Tapi ini makanan kesukaan Pak Noah."

"Apa? Makanan kesukaanku?" Noah melihat Lana aneh.

Lana atau Raya membuka kotak makan siang itu dan memang ada makanan ke sukaan Noah.

"Tunggu! Dari mana kamu tau makanan kesukaanku?"

"Paman Arya yang memberitahu saya tentang semua hal mengenai Pak Noah karena saya yang memintanya. Saya ingin menjadi sekretaris pribadi Pak Noah yang memang benar-benar bisa diandalkan," Lana mencari alasan.

"Apa? Lucu sekali. Jangan saja paman Arya itu ingin mendekatkan kamu denganku? CK! Awas saja," omel Noah.

"Maaf, bukan seperti itu niat paman Arya. Saya juga ingin benar-benar bisa bekerja dengan baik di sini, Pak Noah," jawab Lana dengan sedikit menundukkan kepalanya.

"Dengar ya, Raya, kamu tidak perlu terlalu sok perhatian padaku sampai mengetahui apa yang aku sukai dan tidak karena bagiku hal itu tidak penting. Kamu bisa bekerja dengan baik membantuku menyelesaikan pekerjaan kantor ini saja aku sudah sangat senang. Aku pusing sebenarnya dengan semua berkas yang banyak sekali tulisannya ini."

"Tentu saja, Pak Noah tinggal bilang saja apa yang bisa saya bantu dan pasti saya akan dengan senang hati membantunya."

"Sudahlah! Aku mau pergi dulu. Makan saja sendiri makanan itu."

Noah berjalan melewati Lana begitu saja. Lana tampak terdiam di tempatnya. Noah yang sekarang memang sangat berbeda dengan Noah saat bersama dengan Lana. Noah kembali benar-benar menjadi pria yang arogan dan suka berbuat sesukanya dan tentang sifat playboynya, Lana berharap hal itu tidak melekat pada Noah karena pasti akan sangat menyakitkan bagi Lana.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!