Deretan piala penghargaan berjejer rapi di sisi sebuah restoran kecil bernama "Shim Fried Chicken." Rumah yang disertai restoran kecil itu adalah milik keluarga Shim yang telah berdiri sejak tahun 1999. Shim Yong Dae memiliki anak bernama Shim Hyeri yang bersekolah di sekolah paling bergengsi di kota Daegu. Ia sangat bersyukur memiliki anak yang pandai dan bisa memiliki beasiswa ke sekolah yang juga di impikan oleh anaknya itu.
Shim Hyeri sendiri adalah gadis yang baru saja menginjak usia ke 16 tahun. Ini adalah masa pertamanya masuk SMA. Dengan semangat gadis yang sudah di ikat rambutnya itu, keluar kamar untuk menyapa ayahnya yang tengah mengolah ayam untuk restorannya.
"Ayah, selamat pagi!"
"Oh Hyeri, apa kamu sudah siap?" tanya sang ayah yang masih terlihat sibuk.
"Ya Ayah," jawabnya singkat.
"Apa perlu ayah antar?" tawarnya.
"Oh tak usah Yah, Hyeri naik sepeda saja," tolaknya, "Ayah lakukan pekerjaan ayah saja, suruhnya." Gadis itu mencomot beberapa ayam di meja untuk dimakan saat menuju sekolahnya.
"Baiklah, hati-hati ya," pesan sang ayah yang dibalas anggukan olehnya.
Gadis itu keluar sambil memakan ayam goreng ditangannya menuju tempat sepedanya berada. Ia mulai mengendarai sepedanya menelusuri jalanan setapak yang cukup ramai. Senyum ceria selalu terlukis di wajahnya yang cantik. Ia sangat ramah pada pejalan kaki yang di temuinya.
...___________🐔❤️🐔___________...
Serim High School
Sekolah megah nan mewah dengan biaya termahal di kota Daegu. Jangan salah untuk memasuki sekolah bergengsi ini, Hyeri harus berusaha keras untuk mendapatkan beasiswanya di bidang akademik dan non-akademik. Hampir semua yang bersekolah di sana adalah orang-orang dengan kelahiran sendok mas. Hyeri bisa dikatakan adalah salah satu murid yang beruntung karena bisa bersekolah di sekolah tersebut.
Di kehidupan sekolah ternyata tak seindah yang dibayangkan. Sekolah yang tampaknya baik-baik saja ternyata terdapat aksi bullying di dalamnya. Orang-orang elit sangat anti sekali dengan orang biasa yang bisa bersekolah di sana.
Hyeri sudah sampai di gerbang pintu sekolahnya. Ia turun untuk menuntun sepedanya masuk ke dalam. Ia tersenyum ramah pada Pak penjaga di gerbang. Awal masuk semuanya baik sampai tiba dirinya di lorong belakang tempat sepedanya di parkirkan. Hyeri tentu sadar diri untuk memarkirkan sepedanya jauh-jauh dari kelas atas. Ia tak mau membuat masalah seperti kebanyakan orang. Selesai parkir, ia langsung di kejutkan dengan beberapa siswa elit yang sedang menindas siswa biasa seperti dirinya. Gadis cantik ini hanya bisa bersembunyi sampai urusan mereka selesai.
Beberapa gadis mengikuti satu gadis yang di anggap ketuanya. Gadis tersebut dengan kasar menyeret rambut siswa biasa tanpa ampun. Hyeri yang bersembunyi hanya bisa menyimaknya saja. Ia berpikir siswa biasa itu telah menjatuhkan makanannya ke baju salah satu sang gadis sebab bajunya sedikit kotor terkena saus.
"Lihat mie yang kamu tumpahkan ke baju mahal ku ini. Siswa miskin sepertimu tak mungkin bisa menggantikannya," ucapnya kasar sambil masih menjambak rambut sang korban.
"Maaf Somi aku tak sengaja, itu salahmu karena berjalan tak melihat ke depan," balas siswa tersebut menyalahkannya.
"Apa? Beraninya kamu menyalahkan Miss kami, sepertinya kita harus hukum nih anak," bela teman si siswa kelas atas dengan menunjuk-nunjuk kepala gadis biasa itu dengan kasar.
Gadis yang bernama Somi itu maju mendekat ke arahnya. Wajah sang gadis yang sedang tak beruntung itu, langsung berubah pucat dan terus meneteskan air matanya meminta ampun agar di maafkan.
"Somi aku mohon lepaskan aku!" pintanya memelas.
Gadis sombong itu mengisyaratkan pada temannya untuk memberikan mie kuah pedas milik siswa tersebut padanya. Dengan gaya bak pelayan, satu anak buahnya menurut untuk memberikan sebuah cup mie pedas dan menaruh di atas tangan majikannya.
"Ini Miss."
Somi mulai mendekat dan tak segan-segan langsung menyiram kuah pedas di dalam cup ke muka siswa tersebut. Setelah selesai dengan urusannya, mereka pergi meninggalkan siswa menyedihkan itu.
Hyeri pun muncul dan menghampirinya. Sebuah sapu tangan ia berikan pada siswa tersebut.
"Ka-kamu baik-baik saja kan?" tanyanya ragu.
"Hiks, kamu tak lihat apa yang sudah mereka lakukan padaku, bagaimana bisa kamu berkata jika aku baik-baik saja," kesal siswa tersebut padanya sambil menangis.
"Bukan itu maksudku." Hyeri dengan cepat menyilangkan kedua tangannya berkali-kali agar siswa tersebut tak salah paham padanya. "Ini lap lah wajahmu lalu jangan lupa bersihkan dirimu." ujar Hyeri yang memberikan sebuah sapu tangan padanya.
Siswa tersebut menerima sapu tangan milik Hyeri dan mengelap wajahnya yang penuh dengan kuas mie itu. "Terima kasih, hiks," ucapnya pelan.
Jung Somi itu nama salah satu gadis yang menindas siswa tadi. Ia adalah anak dari pemilik rumah sakit terbesar di Daegu. Wataknya sangat sombong dan selalu kasar. Ia sangat tidak suka jika dirinya di usik oleh siswa biasa seperti tadi.
Hyeri akhirnya sampai di depan kelasnya. Ia memilih duduk dibarisan tengah dekat jendela agar dirinya bisa melihat pemandangan kota Daegu dari sana.
Pembagian kelas di sekolah tersebut ternyata tak di beda-bedakan dengan tujuan agar siswa biasa bisa akrab dengan siswa elit walau terdengar sangatlah mustahil. Di kelas yang ditempati olehnya, terlihat suram karena mereka takut dengan Somi dan gengnya. Anak penindas itu ternyata juga sekelas dengannya.
Terlihat mereka bergerombol di wilayah mereka sendiri. Siswa biasa tak boleh melewati batas katanya.
Hyeri menghela nafasnya saat melihat anak buah Somi memarahi dua siswa laki-laki yang tak sengaja lewat di wilayahnya.
"Hey kalian berdua salah jalan, ini wilayah orang elit!" tegur satu gadis berambut cepol pada mereka.
"Bukankah sama saja, kita sama-sama siswa di sini," ucap siswa berambut sedikit cepak membalas. Sedangkan siswa berkacamata hanya berdiam diri saja tanpa membalas.
"Kalian ingin cari masalah dengan kami." Satu gadis yang agak pendek turun dari meja dan mendekat ke arah mereka sambil mendorong bahu mereka dengan kasar. Jung Somi sang ketua hanya memperhatikan sambil tertawa.
"Sudah, kita ganti jalan saja. Aku sudah mendapat masalah pagi ini jadi jangan tambah masalah lagi untukku," bisik siswa berkacamata pada temannya.
"Ya sudahlah." Siswa yang bersamanya terpaksa mengalah dan mengganti jalan mereka.
Hyeri menggeleng karena paham. Mendadak seseorang gadis mendekat dan duduk di kursi sebelahnya. Ia terkejut karena lantaran yang duduk dengannya adalah siswa yang habis di tindas oleh Somi. Penampilannya sudah sedikit rapi ketimbang tadi. Syukur siswa itu membawa seragam cadangan karena ia anak dari orang yang cukup mapan juga. Walau tak sekaya Somi dan teman-temannya.
"Kamu?" Hyeri membelalakkan matanya terkejut.
"Terima kasih untuk yang tadi," ucapnya.
"Sama-sama. Siapa namamu?" jawab Hyeri berniat berkenan dengannya.
"Aku Kwon Jian, aku duduk di sini ya," jawabnya sambil meminta izin.
"Tentu boleh, kenalkan aku Shim Hyeri dan ini kupon ayam gratis untukmu. Keluargaku pemilik restoran ayam di Jalan Gildam no 4, mampir lah kapan-kapan," ucapnya antusias sambil berpromosi dengan memberikan kupon gratis padanya di mejanya. Kupon berbentuk lingkaran ia desain sendiri dan selalu dibawanya kemana-mana.
"Oh terima kasih Hyeri," balas Jian senang.
Mereka berdua saling melempar senyum dan berharap bisa berteman baik dan saling membantu ke depannya.
Brakk
Sebuah pintu di dobrak keras mengejutkan penghuni kelas itu.
"Siapa yang namanya Park Yang-il!" Teriak seorang siswa berambut ikal di depan kelas.
Hyeri dan Jian saling tatap dan menengok ke sekeliling mencari nama yang di sebutkan. Sorot mata Hyeri tertuju pada siswa berkacamata yang ikut kena tegur oleh anak-anak elit. Wajah siswa tersebut langsung pucat saat tahu namanya di panggil oleh siswa berambut ikal di depan.
"Sekolahku kenapa sangat lah menakutkan?" Gumam Hyeri sedikit kecewa sambil menelan ludahnya melihat ke arah pria yang tampak sangat marah di depan sana.
................................🐔❤️🐔..................................
...Bersambung...
Pagi ini siswa berkacamata bernama Park Yang-il melakukan kesalahan besar karena berani mencari masalah dengan seorang siswa yang di katakan lebih unggul dari Somi. Baru pertama masuk, siswa berkacamata ini sudah menjelekkan orang-orang elit yang sukanya menindas. Sambil berjalan bersama temannya, ia mengadu dan bersumpah ingin melawan orang-orang elit tersebut.
"Seobong, bersekolah di sini apa pilihan yang salah," ucapnya yang merasa menyesal.
"Yang-il, kita hanya siswa biasa tak mungkin mampu melawan mereka," kata rekannya yang polos.
"Tapi Seobong, ini tak adil mereka selalu seenaknya pada siswa biasa di sini. Aku sudah membaca berita tentang sekolah ini. Aku sepertinya sudah tertipu," jelasnya.
"Kita jalani saja ya, ayo masuk kita cari kelas kita," ujar temannya yang polos.
"Sial." Siswa berkacamata yang sedang marah itu menendang kaleng minuman miliknya dan tak sengaja mengenai siswa elit yang sedang mengobrol tak jauh dari mereka.
Punk
"Aw siapa yang melempar ini ha?" pekik siswa berambut ikal dengan marah. Siswa tersebut langsung menajamkan matanya untuk mencari si pelaku.
Yang-il yang merasa telah berbuat salah itu langsung mengajak temannya untuk lari. "Gawat! Kabur Seobong."
"Hah ada apa?" Temannya yang bingung akhirnya ikut berlari mengejar Yang-il. Mereka berdua lari sekencang-kencangnya agar tak ketahuan oleh mereka.
"Hei jangan kabur!" teriak siswa elit itu setelah menemukan si pelaku.
"Siapa mereka?" tanya siswa berambut ikal pada anak buahnya.
"Sepertinya anak-anak baru juga tapi dari kalangan kismin," jawab salah satu dari mereka.
"Cari tahu siapa mereka, berani sekali cari gara-gara dengan kita!" suruhnya.
"Oh iya beritahu Mr Kim dan tanyakan perintah apa yang harus kita lakukan untuk menghukum mereka," lanjut si siswa ikal pada mereka.
Kembali ke suasana kelas yang terlihat suram. Siswa berkacamata yang masih di tunggu belum berani beranjak dari tempatnya. Ia sangat takut sesuatu akan terjadi padanya.
"Oi Gong Chil! Dia kah yang kau maksud?" Panggil salah satu siswa elit laki-laki sambil menunjuk ke siswa berkacamata.
"Ya, cepat suruh dia kemari!" jawab si rambut ikal menyuruhnya.
"Weh kacamata di panggil tuh!" Panggil siswa tersebut pada siswa berkacamata. Yang-il hanya menggeleng-geleng tanda tak mau.
"Gong Chil, ia tak mau tuh!" panggil siswa elit itu memberitahu.
"Seret dia, dia sudah berani membuat benjol kepalaku tadi pagi!" suruh Gong Chil padanya. Siswa yang sedang marah itu menunggu di depan dengan gaya yang menyeramkan.
"Ow baiklah." Siswa elit berponi samping itu menurut.
Siswa yang juga sedikit tak rapi itu, menghampiri Yang-il dan menariknya paksa.
"Hentikan, aku akan datang sendiri. Tolong lepaskan!" suruh siswa berkacamata padanya.
"Owh ya sudah, silahkan." Siswa tersebut langsung melepaskan tangannya. "Semoga harimu baik," ledeknya sambil menepuk keras pundak Yang-il.
Siswa malang itu berjalan pelan menghampiri Gong Chil yang sedang menunggunya. Sesampainya di depan, siswa berkacamata itu langsung di tarik paksa olehnya. Seobong, teman Yang-il langsung beranjak dan berlari keluar karena merasa khawatir.
Di tempat duduk Hyeri, ia masih tak mengerti dengan keadaan sekolahnya yang berbeda sangat jauh dari yang ia bayangkan. Ia merasa cukup kasihan pada orang-orang yang tak beruntung itu. Ia berharap pada dirinya sendiri agar hidupnya aman selama sekolah.
"Jian, sekolah ini memang tempat saling mem-bully ya?" tanyanya pada siswa yang baru saja jadi temannya itu.
"Hyeri, seperti yang kamu lihat tadi pagi. Aku sudah kena batunya tadi pagi," jawabnya pelan.
"Padahal baru awal masuk, kenapa sudah begini?" ucap Hyeri yang tak mengerti.
"Mau bagaimana lagi inilah kehidupan orang elit yang sukanya semena-mena," timpalnya mendesah.
"Kalian yang ada di sini. Ikut aku! Kita saksikan si kacamata kelas kita di hukum ha-ha-ha." Siswa yang tadi mengajak seluruh siswa untuk ikut keluar.
Semua yang ada di kelas, berhamburan keluar meninggalkan mejanya. Mereka semua mengikuti Yang-il yang sedang di tarik oleh Gong Chil dengan kasar. Jian menarik Hyeri untuk ikut keluar juga walau aslinya gadis satu ini tak tertarik. Setelah ikut mengikuti di kerumunan murid-murid lain, ia mulai penasaran pada siswa yang menarik Yang-il itu.
"Mereka akan membawanya kemana?" tanyanya pada Jian.
"Kemungkinan mereka akan membawanya ke tempat bos mereka," jawabnya.
"Ah begitu ya," ucap Hyeri mengangguk-angguk sambil terus memperhatikan ke depan dan berjalan entah mau kemana mereka akan membawa siswa malang tersebut.
...____________🐔❤️🐔____________...
Mereka telah sampai di gedung belakang sekolah. Yang-il yang ditarik oleh Gong Chil langsung di hajarnya tanpa ampun. Sesekali Seobong temannya mencoba membantu tapi ujungnya dua ikut di hajar oleh rekannya yang lain
"Aku mohon hentikan, Yang-il minta maaflah," suruh Seobong pada Gong Chil dan temannya.
"Aku tak mau, memang itu karma untuk orang-orang elit seperti kalian," ucap Yang-il yang seolah menantang mereka.
"Apa kau bilang?" Mata Gong Chil memerah karena merah. Sebuah pukulan keras langsung mendarat ke perut Yang-il kembali.
BUGH BUGH
"Yang-il minta maaflah, kita hanya orang biasa," mohon Seobong pada temannya yang sudah babak belur.
"Aku tidak mau Seobong, mereka yang harusnya minta maaf karena sudah menindas kita," ucapnya sambil menatap Gong Chil.
"Yang-il!" Seobong jadi gelisah karena tak tahu harus berbuat apalagi.
"Tolong hentikan!" teriak Seobong pada Gong Chil.
BUGH. Sebuah pukulan ikut mendarat padanya oleh anak buah Gong Chil.
"Seobong!" Yang-il mulai khawatir.
Hyeri yang melihatnya benar-benar merasa tak tega dengan mereka berdua. Ia sesekali memejamkan matanya karena tak kuat melihat. Perlakuan mereka sungguh sangatlah kejam. Ia melihat ke sekitar, ia terkejut karena tak mendapati seseorang guru pun di sana
"Jian, kenapa tak ada guru yang datang?" tanyanya lagi.
"Kamu tak tahu kita sedang di mana?" Hyeri menggeleng tak tahu.
"Gedung penyiksaan," jawab Jian sambil menunjuk sebuah tanda di depan.
"Ya jadi tak akan ada guru yang mendekat, mereka tak akan mungkin berani," lanjutnya.
"Tapi kenapa?" Hyeri ingin tahu alasannya.
"Jangan keras-keras, sekolah kita ini dikuasai oleh satu murid paling kaya, keluarganya adalah penyumbang terbesar di sekolah, itu sebabnya mereka tak bisa berbuat apa-apa atau donasi dari keluarganya akan di cabut," jelas Jian sambil berbisik.
"Sungguh kejam," ucapnya menggeleng-geleng.
Somi perlahan mendekat ke arah Gong Chil. Siswa berkacamata itu merasa lega karena Dewi kelasnya akan membantunya. Tapi itu hanya bayangannya saja karena Somi datang untuk mengadu kejahatan lain yang dilakukan Yang-il padanya.
"Tolong hukum dia atas namaku, aku sangat kesal dia terus melihatku tadi pagi," pintanya pada Gong Chil.
"Wah si kacamata mesum ternyata!" teriak Han Yeon teman sekelasnya. Han Yeon adalah siswa yang mengajak seluruh temannya untuk keluar kelas.
"Kurang ngajar." Sebuah pukulan kembali mendarat padanya. Wajah Yang-il sudah penuh luka sekarang
"Somi kenapa kamu bicara begitu, Yang-il sama sekali tak melirik mu," bela Seobong di sana.
"Diam kau!" Gong Chil menatap tajam kearahnya.
"Ha-ha-ha, aku meliriknya. Hanya orang buta yang mungkin meliriknya. Dia memanglah cantik tapi tukang tindas," ejek Yang-il yang tertawa.
Plak. Kini bukan hanya pukulan yang Yang-il dapatkan, tapi sebuah tamparan panas dari Somi ia terima dengan puas. Kacamata yang dipakainya seketika langsung terlepas dan di injak oleh Somi.
"Hajar dia lagi, jangan kasih ampun!" perintah Somi pada Gong Chil.
"Baik Miss." Dengan hormat pria berambut ikal itu menghajar Yang-il kembali.
Senyum tipis gadis ini tampilkan. Ia berjalan kembali ke posisi semula ia berdiri dengan angkuh. Yang-il dan Seobong terus di pukul habis-habisan. Darah segar sudah mengalir di sudut bibir mereka berdua. Keduanya tampak lemas tak berdaya. Hyeri yang masih bersama Jian di sana, benar-benar tak kuat, ia menarik Jian untuk pergi kembali ke kelas.
"Hyeri!" panggil Jian yang terkejut.
Seseorang siswa sedang duduk dengan angkuh sambil menyaksikan semuanya di balik layar. Ia sangat senang melihat anak buahnya menghajar orang-orang miskin yang tak tahu diri itu. Sorotan matanya berpindah ke salah satu gadis yang pergi dengan wajah yang kesal. Mata pria ini menjadi marah kembali karenanya.
"Siapa gadis itu, berani-beraninya pergi di saat pertunjukan belum selesai," ucapnya dengan tatapan tak terima.
Dua siswa biasa itu sudah sampai di kelasnya. Hyeri dengan kasar langsung duduk di tempatnya. Jian yang takut melihat teman barunya marah, berusaha menghiburnya
"Hyeri, aku tahu kamu kesal sama sepertiku. Tapi tolong tenanglah!" Jian mencoba menenangkan gadis yang sedang emosi di depannya itu.
"Jian, ini sudah keterlaluan. Kita ke sini itu untuk belajar bukan di tindas," ucapnya yang marah.
"Hyeri seperti yang Seobong bilang, kita hanya orang biasa jadi tolong berhenti marah dan jangan cari masalah seperti Yang-il," bujuk Jian memohon.
"Huh baiklah aku akan mencoba tak marah," ucapnya sambil mengatur nafasnya.
"Baguslah, ini minumlah!" Jian mengambil sebotol air miliknya dan memberikannya.
Hyeri menerima air mineral darinya. Dengan cepat ia langsung meneguknya.
"Hyeri aku mohon, tolong tahan emosimu agar terhindar dari Mr Kim," pintanya.
"Siapa lagi Mr Kim?" pikir Hyeri yang kesal.
"Dia...,"
Belum sempat bercerita, guru ternyata datang. Para siswa yang keluar tadi sudah mulai kembali bersamaan dengan guru. Yang-il dan Seobong tak ikut masuk kerena keadaaan mereka yang cukup parah. Pertunjukan akhirnya usai karena ada guru yang berani datang membubarkannya.
"Hush hush, Hyeri!" Jian memanggil-manggil dengan pelan.
Gadis itu menoleh ke samping.
"Tentang yang tadi akan ku jelaskan nanti," ucapnya berbisik.
Hyeri mengangguk dan fokus kembali pada studinya.
...................................🐔❤️🐔...............................
...Bersambung...
Masa pertama sekolah yang berat bagi Hyeri. Penindasan yang ia lihat tadi pagi di sekolah sangat lah mengerikan. Hukuman bagi yang melawan para pemilik sendok mas benar-benar menyeramkan. Dua siswa di kelasnya bahkan sampai di larikan ke rumah sakit karenanya. Dalang dari semua itu adalah Mr Kim. Hyeri sangat penasaran dengan sosok penguasa sekolah itu seperti apa. Sampai pulang sekolah, Jian belum memberikan informasi pada Hyeri padahal ia sudah berjanji. Kemungkinan gadis itu lupa karena banyaknya hal yang terjadi hari ini.
Di bawah, Shim Yong Dae, ayah Hyeri sedang bersiap menutup restoran mininya. Saat sedang menutup pintu, seorang gadis tiba-tiba berbicara padanya.
"Permisi, apa benar ada kupon ayam gratis di sini?" tanyanya siswa yang masih berseragam malu-malu.
Shim Yong Dae memandangi siswa tersebut, "Anak sekolah jaman sekarang sukanya gratisan. Restoran kami sudah tutup, pulanglah!" suruhnya setelah menyindir. Pria dewasa ini mengabaikannya dan melanjutkan mendorong pintu besinya.
"Eh tunggu paman, tapi ini kupon yang Hyeri berikan padaku tadi," cegat siswa tersebut sambil memperlihatkan sebuah kupon padanya.
Shim Yong Dae berhenti seketika dan berpikir sejenak. "Hyeri? Shim Hyeri?" tanyanya.
"Iya paman, ini tempatnya kan?" jawab siswa itu memastikan lagi.
"Wah anak itu," gumamnya kesal. Dengan kencang ia langsung memanggil putrinya. Shim Hyeri!!"! Cepat turun kau!
Hyeri yang sedang melamun, terkejut hingga dirinya akan terjatuh dari kursi. Haish iya Yah! Gadis itu pun turun dengan perasaan kesal. Melihat anaknya sudah di belakang pintu, Shim Yong Dae langsung menatap anaknya tajam sambil berkacak pinggang.
"Ada apa Yah?" tanyanya sambil berjalan kearahnya.
"Dasar anak kurang ngajar! Kamu berikan kupon gratis pada temanmu hah!" Shim Yong Dae langsung menunjuk-nunjuk anaknya dan memarahinya.
"Ampun Ayah," mohon Hyeri sambil merapatkan kedua tangannya. Sang ayah hanya menggeleng-geleng.
"Siapa yang memberitahu mu?" lanjut Hyeri bertanya.
"Dia!" tunjuk ayahnya ke arah luar.
Jian sedari tadi hanya tertawa kecil melihat temannya yang dimarahi. Ia jadi terkejut saat Shim Yong Dae menunjuknya. Hyeri pun menyingkirkan tubuh sang ayah yang menghalangi pandangannya. Pupil mata gadis ini seketika melebar. "Jian! Kamu datang?" pekiknya senang.
"Hehe maaf tadi aku pulang duluan," jawab Jian sedikit terkekeh.
"Oh tak apa Jian," ucapnya yang langsung menghampiri.
"Minggir ayah!" senggol gadis ini ke tubuh sang ayah. Ayahnya hanya melongo sambil melihati putrinya yang menarik temannya itu untuk masuk.
"Kenapa diam saja? Layani temanku!" Suruh Hyeri pada sang ayah sambil berjalan melewatinya.
"Haish anak ini, iya iya." Shim Yong Dae terpaksa menuruti perintah anaknya itu dan masuk.
Siswa berpipi chubby itu seketika terpukau saat kakinya tiba di dalam restoran. Sederet piala dan piagam penghargaan yang ada di setiap sisi restoran, berhasil membuat gadis satu ini membuka mulutnya lebar-lebar.
"Wah itu milikmu, Hyeri!" celetuknya sambil menoleh ke arahnya.
"Anak paman hebat kan?" ucap Shim Yong Dae yang menyela sambil berjalan melewati.
Jian yang masih terpukau hanya manggut-manggut menimpali.
"Sudahlah tutup mulutmu dan kita duduk saja," suruh Hyeri pada temannya itu.
"Ah maaf Hyeri, aku sangat kagum padamu," jawabnya lalu mengikutinya duduk.
"Piala dan penghargaan itu hasil prestasiku di seni beladiri waktu SMP," ucap Hyeri memberitahu.
"Wah keren, itu tandanya kamu bisa_" Jian tiba-tiba bergaya ala-ala petinju sambil menebak.
"Tidak-tidak aku jarang berlatih sekarang, aku ingin fokus belajar saja," pungkas Hyeri padanya.
"Sangat disayangkan ya," sela Shim Yong Dae yang datang sambil meletakkan sepiring ayam goreng renyah berbumbu di tengah meja.
"Hooh," ucap Jian yang langsung mencomot ayam yang sudah menggugah seleranya sedari tadi itu tanpa permisi.
"Wah enaknya!" celetuknya memuji.
"Habiskan lah untuk hari ini gratis, tapi besok bayar ya," suruh Shim Yong Dae padanya.
"Hehe iya paman." Jian terkekeh mengiyakan.
"Jangan dengarkan ayahku," suruh Hyeri padanya. Sang ayah yang mendengarnya menggeleng sambil berjalan kembali menuju dapurnya.
"Kamu kesini...?" tanya Hyeri yang menatap tajam temannya.
"Ah iya lupa." Jian segera meletakkan ayamnya dan membersihkan bumbu-bumbu yang menempel di tangannya menggunakan tisu. Merasa sudah bersih, ia lalu mengeluarkan beberapa foto dari dalam tasnya. Hyeri sedikit bingung dengan apa yang dilakukan oleh temannya itu.
"Apa ini?" tanya Hyeri sambil menggeser satu persatu foto yang temannya keluarkan.
"Akan ku kenalkan 5 pengusaha sekolah kita sebelum kamu tahu siapa Mr Kim itu," jawabnya.
"Baiklah silahkan." Hyeri melipatkan kedua tangannya mempersilahkan.
"Sebelum itu aku peringatkan padamu untuk menjauh dari 5 orang ini atau kita tamat," katanya.
"Ya sebisa mungkin aku akan menghindar," ucap Hyeri mengangguk.
"Ok, yang pertama." Jian menyodorkan dua buah foto siswa kepadanya. Dua foto siswa itu satunya berambut ikal dan satunya siswa berkacamata yang terlihat sangat genius.
Hyeri mendengarkannya dengan serius.
"2 antek Mr Kim. Gong Chil dan Wong Jung-il."
"Eh ini yang tadi menghajar Yang-il dan Seobong kan?" tanya Hyeri menyela.
"Ya kita mulai dari Gong Chil, anak dari pemilik perusahaan pinjaman yang keras karena didikan sang ayah. Suka memukul tanpa ampun dan sangat lah brutal. Kamu melihat sendiri kan tadi?"
Hyeri mengangguk-angguk mengerti.
"Wajah Gong Chil terlihat manis tapi jika sudah ada yang mengusiknya seperti tadi, selesai sudah," lanjut Jian memberitahu.
"Bagaimana dengan yang berkacamata ini? Dia terlihat genius." Hyeri menunjuk foto pria berkacamata yang terlihat pintar itu.
"Tentu saja, dia murid dengan nilai tertinggi di sekolah kita," jawabnya.
"Wah!" Hyeri terpukau.
"Dia adalah pengumpul data dan informasinya Mr Kim. Keahliannya adalah meretas komputer jadi berhati-hatilah dengan orang ini. Tapi dia cukup tampan," pujinya sedikit di akhir sambil tersenyum malu.
"Ehem, kamu menyukainya?" tebak Hyeri seketika.
Jian mengangguk. "Ya tapi itu mustahil, aku tak berani. Bisa-bisa data pribadiku diretas olehnya. Ngeri!" Jian bergidik merinding. "Kita lanjut saja," ujarnya.
"Ok." Hyeri setuju.
"Dua cewek di kelas kita, Jung Somi dan Moon Suyun." Jian berlanjut dengan foto dua gadis, di mana satu bergaya sangat fashionable dan satunya terlihat manis namun sorotan matanya begitu tajam.
"Di dengar-dengar Jung Somi adalah tunangan Mr Kim tapi sepertinya Mr Kim menolaknya. Sifatnya sangat lah sombong dan cukup kejam dalam menindas. Aku korbannya," tutur Jian padanya.
"Ya aku juga sudah melihatnya tadi, benar-benar tajam ucapannya," ucap Hyeri yang mengerti.
"Ah dia yang memberikan sisa mie mu kan?" tanya Hyeri menunjuk foto gadis satunya.
"Ya dia bisa dibilang adalah pelayan setianya Jung Somi atau si Miss ini," jawabnya memberitahu.
"Terakhir yang benar-benar kamu harus hindari dan jauhi. Mr Kim!" Dengan mantap Jian meletakkan foto Mr Kim di depan Hyeri.
"Wajahnya sangat lah tampan tapi sifatnya begitu buruk. Dia adalah bos dari semuanya," lanjut si gadis chubby itu.
Hyeri terbengong sambil melihat foto Mr Kim yang tampan itu. Seketika dirinya tersadar dan langsung menjauhkan foto itu dari pandangannya.
"Mr Kim yang bernama Kim Yeol ini adalah anak pemilik perusahaan tekstil terbesar di kota Daegu dan penyumbang terbanyak sekolah kita. Ayahnya diketahui sedang berada di luar negeri itulah alasan anak ini suka seenaknya. Ia juga memiliki seorang kakak tiri bernama Kim Seol. Dia adalah senior kita yang sedang melakukan pertukaran pelajar di Amerika dan tinggal bersama sang ayah." Jian melanjutkan.
"Kim Yeol, punya saudara tiri...? Itu berarti ayahnya....?" Hyeri sedikit berpikir di sana.
"Yap ayahnya menikah lagi dengan Gyum Rye dari perusahaan fashion, ibu dari Seol," jawabnya.
"Lalu bagaimana dengan ibu aslinya?" tanya Hyeri mendadak penasaran.
"Aku tak tahu tapi sepertinya ia kehilangan ibunya saat umur 5 tahun dan mulai dari situ ia menjadi pemberontak dan pemarah," jawabnya lagi.
"Ok aku mengerti sekarang, aku berjanji sebisa mungkin menghindar dari mereka berlima," putus Hyeri sambil mengangkat kedua jarinya tinggi-tinggi. "Tapi tunggu dari mana kamu mengetahui semua tentang mereka?" lanjutnya bertanya. Hyeri sedikit penasaran pada temannya itu yang tahu tentang segalanya yang berkaitan dengan sang penguasa sekolah.
"Sini ku bisikan!" suruh Jian agar Hyeri mendekatkan telinganya.
Hyeri menurut dan Jian mulai berbicara. "Sebenarnya aku juga bisa meretas data seperti Jung-il," bisiknya lalu kembali ke posisi semula.
"Apa?" Hyeri terkejut tak menyangka.
"Ya tapi aku juga harus hati-hati, bahaya jika ketahuan," ucap Jian padanya.
Lama mengobrol, mereka sampai tak sadar jika ayam yang di piring sudah tak ada sisa lagi. Hyeri pun memanggil sang ayah.
"Yah, ayamnya masih ada?" teriak Hyeri di tempat.
"Itu yang terakhir!" balas sang ayah keras dari dapur.
"Yah maaf ya Jian," ucap Hyeri sedikit menyesal.
"Tak apa Hyeri." Jian menggeleng-gelengkan kepalanya lalu berdiri. "Sepertinya sudah malam, sebaiknya aku pulang," pamitnya.
"Nah benar itu, besok masih pada sekolah kan?" sela Shim Yong Dae yang datang pada mereka.
"Ya sudah kamu hati-hati ya, sampai jumpa besok," ucap Hyeri berpesan pada temannya.
Jian mengangguk dan berjalan keluar diikuti Hyeri dan ayahnya yang mengantar sampai ke depan.
"Paman, terima kasih atas ayamnya." Dua jempol Jian berikan untuk menilai ayam buatannya. Shim Yong Dae menjadi senang dan bersemangat.
"Seringlah mampir!" teriaknya yang senang.
Jian tersenyum mengangguk lalu pergi. Tiba-tiba Hyeri lupa tentang sesuatu dan memanggil temannya kembali.
"Jian, tunggu!"
"Iya Hyeri." Gadis itu berbalik.
"Aku minta foto si Kim Kim itu," pintanya sambil menyodorkan tangannya.
Jian langsung mengeluarkan sebuah foto dari tasnya dan meletakkannya di atas tangan Hyeri. "Ini, tapi untuk apa?" tanyanya penasaran.
"Aku akan menyantetnya untuk memberi dia pelajaran," jawab Hyeri bercanda.
"Hyeri, jangan aneh-aneh," suruh temannya yang terkejut.
"Tidak, aku bercanda. Ya sudah aku kembali lagi. Terima kasih untuk hari ini," ucap Hyeri berpamitan.
"Aku juga sangat-sangat lah berterima kasih padamu. DAH!" balas Jian sambil tersenyum dan mengangkat tangannya.
Jian kembali berjalan dan menghentikan sebuah taksi. Setelah kepergian Jian, gadis cantik ini masuk kembali ke dalam. Ia berjalan menaiki tangga menuju balkon rumahnya.
"Selamat malam ayah," ucap Hyeri saat hendak naik kembali.
'Tidur lah!" perintah ayahnya.
"Aku akan berlatih sebentar," jawab Hyeri sambil berjalan naik dengan langkah besar.
"Hah?" Shim Yong Dae sedikit terkejut. Pasalnya setelah lulus SMP, gadis itu tak pernah berlatih beladiri lagi.
Gadis yang sedang membara ini berganti dengan pakaian olahraganya. Ia dengan cepat menuju balkon tempat latihannya dulu. Alat-alat latihan seperti manusia busa, double stik, tongkat kayu dan masih banyak lagi. Itu semua adalah barang-barang kesukaan Hyeri dari kecil. Karena cedera di bagian lututnya, Hyeri menghentikan aktivitasnya dalam seni beladiri dan memilih fokus pada studinya. Tapi hari ini, suasana Hyeri sedang seperti kebakaran jenggot. Ia dengan kasar menempelkan foto Mr Kim di manusia busa, alat hajarnya. Gadis ini lalu sedikit mundur ke belakang.
Hyeri mulai melakukan ancang-ancang pada kakinya dan siap menendang manusia busa di depannya. Ia membayangkan wajah Mr Kim yang menjengkelkan itu. Mendengar sifatnya ia langsung membuang jauh-jauh perasaan sukanya itu.
Hyak!
Sebuah tendangan mengarah ke manusia busa lalu memukulinya tanpa ampun.
Bugh Bugh
Merasa cukup dengan alat itu, ia berganti dengan double stik miliknya. Dengan bergaya ala Jacky Cheung ia mulai menggerakkan double stiknya dengan lihai.
Wat Cau!
Ia melemparkan ujung double stik tepat ke wajah Mr Kim di foto sampai robek sebagai pertunjukan terakhirnya. Ia tersenyum puas beranggapan itu adalah manusia aslinya.
...____________🐔❤️🐔____________...
Matahari sudah mulai memunculkan sinarnya kembali. Tak terasa hari dengan cepat berganti. Hyeri ternyata bangun kesiangan karena tidur terlalu malam. Ia dengan cepat mengendari sepeda miliknya menuju ke sekolah. Syukur pintu gerbang belum di tutup. Karena sedang terburu-buru, gadis satu ini dengan asal memarkirkan sepedanya. Melihat ada tempat parkir kosong, ia dengan kencang melajukan sepedanya. Hingga mendadak mobil sport termahal melintas melewatinya dan membuat gadis ini terkejut. Keseimbangan jadi hilang dan insiden tak mengenakan terjadi. Mobil sport itu berhenti dan dengan kencang sepeda milik Hyeri menabrak bagian belakang mobil hingga lecet. Sepeda miliknya jatuh bersamaan dengan dirinya.
"Aduh!" pekiknya pelan.
Penghuni di dalam mobil merasakan ada sesuatu yang menabrak mobilnya itu. Satu orang melihat ke arah spion dan terlihat seorang gadis yang sedang mengusap-usap lengan dan lututnya. Sadar sepedanya membuat lecet mobil tersebut. Dengan cepat Hyeri berdiri. Ia terlihat bingung di tempat.
"Gawat, apa yang harus ku lakukan?" Terlebih lagi suara pintu mobil yang menandakan seseorang akan turun dari sana. Karena bingung, gadis yang mulai berkeringat itu terpaksa mengeluarkan jurus seribu bayangnya. Bagai angin melintas kencang, Hyeri sudah menghilang dari tempatnya dan meninggalkan sepedanya. Penghuni mobil akhirnya keluar untuk mengecek. Tiga orang siswa dengan penampilan yang keren turun secara bersamaan.
"Yeol, lihat mobilmu!" tunjuk si rambut ikal memberitahu.
"Sepeda siapa ini?" pikir si kacamata yang dibalas gelengan oleh si ikal.
"Apa yang terjadi?" tanya Yeol pada mereka.
"Lihatlah!" suruh kedua temannya.
"Mo-mobil kesayanganku!" Wajah Yeol langsung memerah tanda dirinya mulai marah. "Siapa yang melakukannya?" tanyanya tak santai.
Dua temannya menggeleng tak tahu membuat siswa satu ini semakin marah.
"Ku tanya, siapa pelakunya?!" teriaknya kencang.
Murid-murid yang berada di sekitar langsung berlari kocar-kacir karena takut dengan Mr Kim yang mengamuk. Bos penguasa sekolah ini benar-benar sangat marah, melihat sepeda yang tergeletak di samping mobilnya membuatnya semakin menggebu. Darahnya menaik sampai ke permukaan dan dengan keras ia menendang sepeda yang entah siapa pemiliknya hingga sedikit hancur.
.................................🐔❤️🐔.................................
...Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!