Hujan tiba-tiba turun membasahi dedaunan yang kering dan membuat udara yang tadi terasa pengap dan panas menjadi lembab dan segar seorang wanita cantik dengan paras asia yang dominan bernama Danira 24 tahun wanita cantik berkulit kuning langsat dengan kepribadiannya yang cenderung cuek dan memiliki sikap dingin kepada lelaki membuat sebagian kaum adam menjadi penasaran dengan dirinya
"Heii bengong aja, kenapa sih"
Bella sahabat satu-satunya danira yang setia ya danira tidak memiliki banyak sahabat karena ia bukan anak konglomerat seperti yang lainnya namun berbeda dengan bella meskipun ia anak seorang kepala kejaksaan tinggi namun ia memiliki sikap yang sangat baik hati dan merakyat
"Kenapa sih raa (panggilan untuk danira) wajahnya jangan ditekuk gitu ah" Bella mencubit gemas pipi wanita cantik bertubuh ramping itu
"bella sakit tauuu" danira melepaskan diri cari cengkraman sahabatnya itu sembari menggosok-gosok pipinya pelan
"Makanya kalau gak mau dicubit kamu harus cerita ada masalah apa" jawab bella membela diri ia mengambil tempat untuk duduk disamping danira
"Masalah ukt lagi ya ra" Bella bertanya setelah melihat diamnya danira dan murung wajahnya padahal ia adalah salah satu orang yang selalu bersikap ceria jika bersama bella
"Ehh gak kok.." danira dengan cepat menggelengkan kepalanya sembari tersenyum kikuk
"Ahh udah gak usah bohong, aku denger kok kemarin"Jawab bella sembari menggaruk betis mulusnya
"Dengar dari mana?" Danira menautkan kedua alisnya menatap wanita muda itu kebingungan
"Ia aku tahu kemarin kamu dipanggil kan, masalah ukt mu kalau bukan masalah ukt gak mungkin dong kamu dipanggil" Jawab bella lagi memberi jawaban yang membuat danira merasa malu
"Nihh.." perempuan bertubuh semok pendek itu memberikan amplop cokelat kedalam genggaman danira
"Apa nih, bell... Bella" tangan danira bergetar saat ia membuka amplop ditangannya
"Udahh santai aja" Teriaknya sembari berlari kecil tak lupa ia melambaikan tangannya sembari tersenyum lebar menatap danira yang kebingungan
Dengan rasa takut dan gemetar danira mengintip dari balik amplop cokelat yang diberikan sahabatnya tadi
"Ya tuhan.." Danira mencengkram erat amplop itu detak jantungnya berpacu kuat ia dengan buru-buru memasukan amplop itu ke dalam tasnya dan berlari dengan terburu-buru mengejar langkah kaki bela
"Lo liat bela?"
"Gak liat ra yang gue liat susu lo gundal gandil pas lari"
Plakk danira menampar wajah lelaki berwajah pas-pasan itu dengan kesal
"Kenapa lo nampar gue" protesnya tak suka
"itu hadiah buat mulut kotor lo" Jawab danira kesal disusul sorakan dari orang-orang yang ada di lorong itu membuat lelaki berwajah pas-pasan itu merasa malu
"Danira..."
Decitan sepatu karet nadira membuat lelaki berkepala plontos itu menutup telinganya reflek
"Ya pak" Danira tertunduk saat tahu siapa yang memanggilnya dan apa tujuan dari orang itu memanggilnya
"Bagaimana ini Nadira.. Uang UKT mu sudah nunggak 3 semester loh kamu sudah diujung jalan ini"
"Maaf pak"
"Maaf? Mana bisa pakai kata maaf ira"
"lalu gimana lagi pak, saya belum ada uangnya" Nadira menundukkan kepalanya malu karena ini sudah kesekian kalinya ia dipanggil karena masalah yang sama terus menerus
"Saya punya penawaran menarik untuk menyelesaikan masalah mu ini" Lelaki berkepala plontos itu berdiri sembari melepaskan satu kancing jasnya hingga perut buncitnya menyembul keluar
"A-apa itu pak" Danira menahan langkah kakinya yang ingin pergi dari tempat itu
"Bagaimana jika malam ini kamu kencan dengan saya saya janji tidak akan macam-macam kita hanya makan malam romantis" Ucapnya pria lajang berusia hampir 60 tahun itu sembari ia mendekat kearah danira dengan senyum menggoda
"Ke-kencan.."
"Yaa hanya kencang saja dan saya pastikan tunggakan mu langsung lunas asalkan..." Ia memainkan matanya genit sembari menatap busungan dada danira yang cukup besar
"Ini pak untuk tunggakan ukt semester sekarang lunaskan jadi saya tidak perlu mengikuti permintaan bapak, saya permisi"
Danira buru-buru pergi dari ruangan itu dengan berlari cukup cepat ia pergi hari ini ia memilih untuk tidak ngampus perasaan dongkol dihati dan otaknya tidak bisa membuatnya berpikir jernih
"Dasar bajingan tua bangka bau tanah tidak sadar diri..." Danira merebahkan tubuhnya di kasur busa tipis yang sudah mirip ayam geprek
"ihhh jijik.." Gelinya saat mengingat ekspresi binal pak maryo dosen kampusnya yang terkenal memang suka bermain perempuan
"Daanniiirraaa" Terdengar pekikan seorang perempuan yang danira benar-benar kenali dan tahu betul
"Kau buka tidak pintu ini danira, atau ku tendang sampai rubuh" Teriaknya lagi benar-benar mumet isi kepalanya niat hati pergi dari kampus agar tenang namun bukan ketenangan yang ia dapatkan melainkan bencana kembali menghampirinya
"Daaa.."
"Hah keluar juga kau bujang cantik ku" Bu teti atau sapaan khasnya butet tersenyum mengejek saat danira mengintip dari balik jendela
"Sini cantik keluar dulu kita bicara sayang" Ucapnya dengan nada bicara yang menakutkan
"Iya buu" danira keluar dengan senyum paksaan bertemu dengan butet membuatnya merasa akan menghadapi ajal nya bagaimana tidak wanita berdarah batak ambon itu benar-benar mengerikan saat menagih angsuran kostan
"Kau tau nakku tanggal berapa hari ini" Butet bertanya sembari menundukkan diri di kursi rotan samping pintu kamar kost danira
"20 bu" Jawabnya perlahan
"Hahh betul sayang 20 artinyaaa"
"Artinya.." Danira tersenyum kikuk sembari menatap butet memohon
"ARTINYA BAYAR KOSTAN MU..." Teriaknya keras bahkan danira buru-buru menutup telinganya
"Ta.."
"Ndak ada tapi-tapian yaa.. 3 bulan sudah ku beri waktu iraa, aku perlu uang perlu makan juga aku bukan mamak mu yang selalu memberikan tumpangan untuk kauuu dekk.. Hah sekarang bayar"
"Ta.."
"Kalau begitu ku beri waktu sampai sore nanti ya"
"Untuk bayarnya bu" Tanya danira tersenyum penuh harapan
"Untuk kemasi barangmu pergi kau dari sini" Jawab butet tanpa basa basi membuat senyum harapan yang tadi sempat bersinar kini sirna
"Ada tidak daniraaaa.. Heii malah bengonggg pula" Teriak Butet lagi, karena merasa malu terus menerus diteriaki danira buru-buru masuk dan keluar membawa gepokan uang seratus ribuan 4 gepok
"Hah ada pula uang mu dekk..." Ucapnya tersenyum sumringah
"3 bulan sayang, 3 bulan kau menunggak yaa" Ajaibnya suara butet yang semula mengalahkan terompet sangkakala kini menjadi lemah gemulai kemanyu dan mendayu-dayu
"Saya bayar 5 bulan saja bu, 3 bulan yang nunggak 2 bulan untuk kedepan" Jawab danira lesu
"Nahh kayak gini kan sama-sama enak kita sayang... Ya sudah ibu terima ya nak, hah baik-baik kau disini yaa.. Babaii" Ucapnya semangat setelah menerima uang dari danira senyum diwajahnya mengembang sempurna dengan langkah kaki yang semangat ia pergi
"Memang lintah darat, gak selamat dunia akhirat kau butet" Gerutu danira kesal sembari memperhatikan perginya wanita bertubuh gempal itu
"Haii terima kasih sudah membaca dengan baik.. silahkan tinggalkan saran dan masukan asalkan sopan yaa"
Haii kalian apa kabarrrr...
Malam telah menggantikan siang yang melelahkan danira berdiri dihadapan meja kasirnya kali ini ia mendapatkan shift malam dari pukul 19.00 sampai 00.00 wib
"Mbak pesanan saya mana" Seorang wanita berpenampilan modis berwajah cantik berjalan menghampiri danira ia bagaikan tersentak dari tidurnya ia buru mengusap wajahnya kasar
"Pesanan saya manaaaa helooo" Teriak wanita itu membuat beberapa pengunjung yang ada ditempat itu menoleh menatap mereka
"Ma-maaf boleh saya lihat kode pesanan anda" Tanya nadira
"Heh kamu pikir saya mau nipu yaa pake harus liat kode pesanan saya... Sudah hampir sejam saya menunggu pesanan saya, saya ini pelanggan tetap disini..." Balasnya kasar sembari menggebrak meja kasir
Danira menarik nafasnya dalam-dalam lalu kembali memasang senyuman terbaiknya
"Maaf mbak di sini setiap pelanggan akan mendapatkan nomor kode pesanan dan kami juga memastikan setiap pelanggan tidak akan menunggu lebih dari 5 menit untuk pesanannya dan jika pesanan lebih dari 5 menit kami siap memberikan pesanan tanpa pembayaran sebagai permintaan maaf" Jelas nadira panjang lebar namun wanita itu tetap memasang wajah juteknya dan kekeh dengan ucapannya
"Ya saya gak peduli pokoknya saya mau pesanan saya atau saya viralin nih restoran" Ancamnya namun danira tetap tersenyum ramah
"Begini saja mbak saya akan panggil manajer saya dan anda jelaskan sendiri" Jawab danira
Wanita itu tampak terdiam ia memandangi sekitarnya para pengunjung tampak berbisik-bisik sembari menatapnya
"Fine terserah lo mau nipu, f*ck ucapnya sembari mengacungkan jari tengah kepada danira ia dengan buru-buru pergi dari tempat itu
Danira menghela nafas panjang lalu mengusap wajahnya kasar sembari mengepalkan tangannya erat-erat setelah menyelesaikan shif panjangnya danira melepaskan pakaian kerjanya dan duduk dengan tangan mengusap-usap betisnya yang terasa pegal
"Gimana betah kerja disini" Seorang pria berjalan menghampiri danira ia melepaskan baju kerjanya juga dan duduk dihadapan danira keduanya saling pandang seperti diketahui danira baru 2 minggu dipekerjaannya ini
"Betah gak betah Ton kalau gak kerja bisa mati kelaparan" Jawab nya sembari terkekeh pelan
"By the way tadi gue denger ada bising-bising kenapa.." Tanya toni ia lah yang bertugas sebagai koki di restoran tempat danira bekerja itu
"Biasa ada yang mau makan gratis.. But syukurnya sih bos udah ganti sistem pesanan kita kalau gak mampus gue nombok lagi" Jawab danira tersenyum lebar tidak seperti sebelumnya setiap selesai kerja danira selalu menangis karena ia harus membayar untuk pesanan fiktif
"Lo balik sama siapa" Tanya toni, laki-laki berparas tampan itu menatap danira peduli keduanya pulang bersama danira heran dengannya padahal dari cerita yang ia tahu melalui teman-teman kerjanya katanya toni merupakan anak bungsu dari pemilik perusahaan supplier mobil-mobil impor namun ia tetap memilih menjadi seorang koki seperti malam ini danira diantar pulang menunggu mobil BMW seri terbaru membuatnya tak habis pikir dengan pria tampan itu
"Da lo gak kepikiran buat nikah" Tanya toni tiba-tiba danira reflek tertawa terbahak-bahak sembari menyeka air matanya
"Nikah.. Becanda lo kelewatan, siapa yang mau menikah sama ondel-ondel modelan gue ton, ini lo nya aja yang gak malu ngantar gue pulang" Jawab danira sembari terus tertawa toni pun ikut tertawa mendengar jawaban darinya tak terasa ia akhirnya sampai di depan kontrakannya dengan selamat toni menautkan kedua alisnya saat melihat penampakan kostan danira untuk harga hampir sejuta sebulan menurutnya itu sangat tidak layak
"Buru balikk" Usir danira membuat toni tersentak ia lalu pamit dan pergi sebelum masuk ke dalam kostan nya danira melihat beberapa jendela tetangga kamarnya menyingkap seperti biasa ia sudah hafal dengan kelakuan tetangga-tetangganya yang suka penasaran dengan danira yang suka pulang larut malam bahkan terkadang ia sendiri sering mendengar gosip tentang dirinya sendiri namun jika ia terus memikirkan semua itu maka tidak akan ada gunanya toh selama ini ia bekerja untuk makanannya sendiri tidak pernah ia meminta bantuan dari tetangga-tetangganya itu.
Danira merebahkan diri dikasur lusuhnya tak terasa jam menunjukkan pukul 2 dini hari rasa kantuk membuatnya harus tidur tanpa membersihkan diri hidup terasa melelahkan untuknya padahal tujuannya pergi ke kota untuk melanjutkan pendidikannya namun setahun setelah ia kuliah sang ayahanda tercinta harus berpulang kepada Allah kenyataan pahit yang harus ia terima danira pun harus menerima kenyataan pahit jika menurut tetangganya meninggalnya sang ayah dikarenakan mengetahui jika sang ibu melakukan hubungan terlarang dengan pemuda di kampung nya semula danira ingin kembali ke kampung dan berhenti kuliah ia merasa iba dengan ibu dan adiknya yang harus hidup sendiri namun setelah mendengar kenyataan pahit itu danira mengurungkan niatnya pulang ia menekatkan diri untuk hidup dan mati di perantauan nya
Danira hanya memiliki satu kenangan dari sang ayah yaitu cincin bermata giok yang saat ini sudah ia gadaikan di toko perhiasan meskipun tak yakin dapat menebus kembali cincin itu namun ia tetap yakin jika cincin itu akan tetap kembali kepadanya
"Danirraaaa..."
"Daniraa nak ku"
Emmmm danira memutar tubuhnya layaknya trenggiling dikasurnya suara butet kembali menggema ditelinganya
"Bukannya kontrakan udah dibayar" Balas danira ia membuka matanya perlahan dan melirik jam di ponsel jadulnya
"jam 12.." Danira dengan terpaksa berjalan membuka pintu brukk butet menerobos paksa masuk dan kembali menutup pintu danira berdiri mematung dibuatnya
"Baru bangun kau" Bisiknya, danira mengangguk lalu mempersilahkan butet duduk di sofa lusuhnya
"Kenapa bu, bukannya kost udah dibayar" Tanya danira sembari menggaruk-garuk tekuknya
"Bu-bukan itu masalahnya.." Jawabnya
"Lalu" tanya danira kebingungan
"Nah duitmu ibu kembalikan" Butet mengembalikan uang semalam yang diberikan danira masih utuh bahkan uang tunggakan danira pun ia kembalikan
"Kenapa bu, ibu kemasukan roh apa" Danira tercengang ia duduk didekat butet
"Danira nak ku ibu minta maaf sayang sepertinya kau harus pergi dari sini" Jawab butet pelan danira membelalakkan matanya tak percaya
"Maksud ibu, bu kan saya sudah bayar bu lunas sampai dua bulan ke depan.. Apa lagi salah saya bu" Tanya danira memburu rasanya tak adil ia diperlakukan seperti itu air matanya menggenang menatap butet
"Bukan sayang bukan, bukan itu masalahnya kau tahu nakku tadi pagi rombongan ibu-ibu mendemo butet meminta agar kamu pergi dari sini..." Jawab butet
"Hah apa salah saya bu.." Tanya danira dengan suara bergetar
"itulah mereka merasa keberatan dengan kau yang sering pulang malam diantar laki-laki pulak, kata mereka kau judi nak ku" Jawab butet
"Hah gak ada saya judi bu, saya kerja di restoran sebagai waiters dan merangkap pula jadi kasir" jawab danira menjelaskan
"Ck bukan judi itu, tapi judi (Jual diri) bisik butet.. bodoh kali kau" Jawab butet membuat danira terdiam ia menatap wanita lajang itu butet mendekatinya dan memeluknya
"Ibu gak bisa apa-apa ira, mereka mengancam ibu jika ibu tidak mengusirmu mereka yang pergi.." Ucap butet
"Hemm danira mengerti bu, berikan saya waktu untuk berkemas ya" Jawab danira yang kini melemah ia tidak bisa bersikap egois lagipula jika ia tetap bertahan butet akan kehilangan penghasilan besar jalan satu-satunya ia lah yang harus pergi
"Ahh begini saja danira kalau tidak kau tinggal di kostan didepan sana" Usul butet danira terdiam ia mengingat kostan yang dimaksud butet
"Kostan pak lele.. Alahh gak mau aku buk baik saya jadi gelandangan dijalanan" Jawabnya buru-buru
"Kenapa..."
Danira terdiam tidak mungkin ia memberitahukan jika pak lele adalah lintah darat paling kejam lebih kejam darinya telat sejam saja bayar kontrakan maka pakaian akan berhamburan dijalanan membayangkannya saja membuat danira mati kutu apalagi ia sering terlambat bayar kost bisa-bisa ia selalu menjadi tontonan orang-orang.
Akhirnya danira pergi juga dari kostan butet tak tahu barus tinggal dimana pagi ini ia ada kelas danira duduk didepan gazebo didepan kampusnya mobil sport berhenti tepat dihadapannya danira buru-buru mengusap wajahnya kasar sepasang kaki jenjang mulus dan cantik keluar dari pintu kirinya
"Iraaa sayang" bela menghambur ke pelukan danira
"Kenapa kamu" Balas danira sembari mengusap rambut bela dengan lembut
"Kangen.. Tadi aku mau mampir ke kostan mu tapi gak jadi.." Jawabnya danira tersenyum kikuk entah apa yang akan dilakukan bela jika ia tahu danira tidak lagi tinggal ditempat itu
"Ayo" Ajaknya sembari menggandeng tangan danira masuk ke dalam kampusnya penampilan keduanya terlihat jauh berbeda danira selalu berpenampilan kasual berbeda dengan bela yang selalu feminim dan manis dengan dres dan cardigan yang selalu membungkus tubuh semok mungilnya
"Oiya nanti temenin aku shoping ya" Ajaknya
"Sorry banget bel, tapi hari ini aku masuk kerja shif sore" Tolak danira, bela memasang wajah cemberutnya namun ia mengerti betul bagaimana jalan hidup danira
Singkat cerita danira berjalan pulang dari kampusnya berjalan entah kemana tujuannya dengan membawa tas besar dipunggung nya danira terus berjalan menuju tempat kerjanya namun malang sepertinya masih ingin bermain-main dengannya tiba-tiba dari kejauhan sebuah mobil mewah dengan kecepatan tinggi melintas hingga membuat danira yang berjalan dibahu jalan dipental karena kaget
"An..j** ba** woyyy brengsek" Teriak danira memaki pengemudi mobil itu namun semua itu sia-sia karena mobil tersebut tetap melaju dengan langkah tertatih ia berjalan melanjutkan perjalanannya
Sesampainya dihalaman restoran danira melihat mobil yang tadi menyerempetnya senyum jahil tersungging disudut bibirnya
Wajah cantiknya ditekuk sedemikian toni rekan kerjanya memperhatikan danira sedari masuk ia menghampiri wanita cantik itu
"Kenapa lagi tuh muka" Sapa toni
"Tahu sumpah kesel banget" Jawab danira ia membalut luka tangannya dengan kain seadanya
"Tangan lo kenapa" Toni dengan cepat meraih tangan danira dan melihat lukanya
"Gapapa luka kecil" Jawabnya
"Luka kecil gimana? Udah lo diam tunggu disini" Mohon toni ia berlari meninggalkan danira sendiri senyum mengembang tak bisa ia sembunyikan
"Emm bisa juga lo ton.." Candanya tentu saja siapa yang bisa menolak pesona lelaki tampan itu, toni kembali menghampiri danira dengan membawa kotak P3K ditangannya ia dengan telaten membalut luka tangan danira dan meniup perlahan
"Masih sakit" Tanya nya danira menggelengkan kepala sembari tersenyum kikuk namun kemesraan mereka tak berselang lama setelah terdengar keributan dari luar restoran beberapa karyawan tampak berlari kocar kacir keluar menghampiri suara itu termasuk toni dan danira pun ikut keluar
"Siapa yang melakukan ini" Bentak seorang laki-laki sembari tangannya menunjuk mobil mewah yang terparkir parkiran khusus V-VIP
"JAWAB" Bentaknya murka semua karyawan terdiam ia memperhatikan satu persatu wajah karyawannya
"Cepat katakan" Perintahnya
"Siapa dia" Bisik danira bertanya
"Dia, dia adalah pemilik baru restoran ini" Jawab toni acuh
"Apa, bu-bukannya "
"Restoran ini diambang kebangkrutan jadi pemilik lamanya menjualnya" Jelas toni
"Kalian berdua apa yang kalian bicarakan"
Danira tersentak saat suara berat milik laki-laki itu tiba-tiba ada dihadapannya ia mendongak dan terhuyung jatuh kedalam pelukan laki-laki itu
"Ra..," Toni hendak membantu danira namun bos nya terlebih dahulu menangkap danira
"Ma-maaf pak" Cicit danira nyalinya tiba-tiba menjadi ciut membayangkan bagaimana jadinya ia jika tuan arogan itu mengetahui siapa pelakunya
"Kamu, tadi satpam melihatmu berdiri didekat mobil saya"
"Bu-bukan saya pak bukan saya ta-tadi saya ta.."
"Sudah cukup, kamu temui saya di ruangan nanti" Ucapnya sembari berlalu pergi bersama itu karyawan pun bubar danira mengacak-acak rambutnya prustasi
"Ra jangan bilang"
"Ton.. Bu-bukan gue" Danira menatap toni memohon
"Jujur ra, siapa tahu gue bisa bantu lo" Mohon toni danira terdiam ia menatap toni iba
"Ton gue takut.." Cicitnya ia duduk membungkuk air matanya menetes membasahi pipinya
"Udah udah, yuk masuk" Ajak toni lelaki itu dengan tangan kekarnya membawa danira masuk kedalam restoran
"Siapa ya yang berani melakukan semua itu, apa dia tidak tahu siapa itu pak d**iego.."
"Ya betul, mendengar isu yang beredar jika pemilik baru restoran ini orangnya arogan banget"
Danira berdiri mematung dengan detak jantung berdegup kencang ia melirik kedua waiters yang sedang merapikan meja
"Pe-permisi a-apa maksudmu bos baru kita itu ja-jahat" Tanya danira perlahan kedua wanita itu mengangguk
"Bukan hanya itu, tapi kata sepupuku yang pernah bekerja dengannya ia terkenal sadis dan tak berperikemanusiaan"
"Apa kalian ingin menggosip, jika iya ambil surat pemecatan kalian dimeja saya" Tiba-tiba suara berat seseorang membuat ketiganya tersentak
"Ti-tidak pak, maafkan kami" Ucap mereka bersamaan kedua pelayan itu buru-buru pergi tersisa danira seorang
"Kamu ikut saya" Ajak diego ia berjalan tanpa menoleh ke kiri dan kekanan namun danira dapat dengan jelas mencium aroma parfum vanilla cinnamon dari depannya wangi yang lembut berbanding terbalik dengan sikapnya, bruukk karena berjalan dengan menunduk dan tak mengetahui jika yang ada didepannya berhenti danira tanpa sengaja menubruk bagian belakang bos barunya itu hingga membuat tubuh kurusnya terhuyung dan lagi-lagi lelaki itu berhasil menangkap danira lagi hingga posisi mereka saling berpandangan
"Ma-maaf pak" Danira buru-buru berdiri namun laki-laki itu tak menjawabnya ia masuk ke dalam lift danira pun menyusulnya
"Ngapain kamu" Tanyanya membuat danira mendongak menatap lelaki tinggi itu
"Ke ruangan bapak.. Tadi bapak meminta saya mengikuti anda" Jawab danira polos
"Maksud saya kamu ngapain masuk lift, sana naik tangga.. Tidak pantas orang seperti kamu berdiri disamping saja" Ucapnya sembari mendorong danira keluar dengan ujung pulpen yang ia pegang danira dengan lemas keluar dari lift ia memutar diri menatap pintu lift yang tertutup rapat
"Jahat banget ya omongan orang kaya" Cicit danira matanya terasa panas bulir bening menggenang dipelupuk matanya namun ia buru-buru menghapus air matanya dan berlari menaiki anak tangga untuk mencapai lantai tempat bos barunya bekerja
Capek... Lirih danira saat kakinya menapaki anak tangga yang terakhir namun saat ia hendak membuka pintu itu ternyata terkunci dari luar ia menggedor-gedor pintu masuk itu berkali-kali namun tetap tak bisa dibuka
"As*" Kesal danira saat ia baru teringat jika pintu darurat hanya bisa dibuka dari dalam saja
"Bajingan dia mempermainkan ku" Kesal danira ia luruh jatuh ke anak tangga kakinya sudah gemetar membayangkan jika ia harus turun kembali
hampir satu jam waktu yang digunakan danira untuk kembali turun ke lantai dasar nafasnya memburu keringat membasahi wajahnya
"Ra kamu kenapa" Tanya rekan kerjanya saat melihat danira sempoyongan keluar dari tangga darurat dengan wajah pucat dan nafas tersengal-sengal
"Gak apa-apa" Jawabnya sembari berjalan menghampiri lift dan naik ke lantai atas lagi untuk menemui bos barunya yang sangat menyebalkan itu
"Kantor CEO" Tulisan bertuliskan didepan pintu danira perlahan mengetuknya terdengar suara memintanya masuk
"Kamu terlambat" Ucapnya saat danira membuka pintu ia duduk didepan meja kerjanya dengan tangan memainkan laptop dihadapannya
"Pak maaf tangga.."
"Saya tidak perlu penjelasan dirimu.. Jelaskan apa ini" Ucapnya sembari memberikan laptop kepada danira detak jantungnya terasa berhenti sepersekian detik saat melihat dilayar laptop itu menampilkan dirinya yang sedang mencoret-coret bahkan mengotori mobil dengan lumpur dan tanah
"Jelaskan apa ini semua" Laki-laki itu menyandarkan diri dikursinya lalu menatap danira tajam
"Kamu tahu harga mobil itu"
Danira menggelengkan kepalanya pasrah
"Ck tentu saja kamu tidak akan tahu, namun yang pasti dengan gajihmu yang 5 juta sebulan itu kamu bahkan tidak bisa menyentuhnya... Sekarang kamu malah membuat mobil kesayangan saya lecet" Ucapnya mengejek danira menundukkan kepalanya malu
"Pak saya akan ganti rugi" Cicit danira
"Dengan apa.." Bentaknya sembari menggebrak meja kerjanya membuat danira tersentak kaget
"Dengan apa kamu ingin menggantinya kamu hanya pegawai rendahan bahkan gaji mu saja tidak cukup untuk makan sehari saya sekarang kamu ingin mengganti rugi mobil itu... Gila kamu" Bentaknya lagi membuat danira hanya bisa memejamkan mata untuk menahan rasa sesak didadanya
"Hemmm tapi jika saya lihat body kamu oke juga" Ucapnya menatap danira dari atas ke bawah danira mengangkat kepalanya kini ia dengan jelas melihat wajah laki-laki itu hidungnya mancung, dengan bibir sensual, iris mata coklat gelap dan rahang tegasnya
"A-apa maksud bapak" Tanya danira pelan
"Saya bisa mengampuni mu asalkan kamu tidur denganku"
"Pak.." Lirih danira matanya benar-benar terasa sangat panas dan mengembun
"Kenapa... Bukankah kalian para wanita akan melakukan semua itu jika keadaan terdesak, itu pekerjaan yang mudah kamu tinggal ngangkang saja dan saya yang melanjutkan sisanya" Bisiknya berjalan perlahan mendekati danira
"Danira.. Ucapnya membaca name tag didada danira
"Dadamu cukup besar... Saya rasa pasti banyak lelaki yang sudah mencicipi tubuhmu terlihat dari kehidupanmu yang miskin dan tertinggal semakin miskin semakin brutal juga kalian menjajakan tubuh kalian ke lelaki hidung belang kan...
Plaakkkkkk
Danira tanpa sadar melayangkan tamparan tangannya kewajah lelaki itu dengan nafas tersengal-sengal dan air mata tertahan danira berjalan mendekatinya yang terpaku sembari mengusap pipinya
"Saya memang miskin, saya memang hidup susah, Benar saya hanya bisa bekerja sebagai babu dan pesuruh ditempat anda ini saya juga tahu orang seperti anda tidak akan pernah bisa merasakan bagaimana rasanya jadi orang susah miskin melarat seperti saya... Tapi saya tegaskan kepada anda jika saya bukanlah pelacur dan wanita murahan seperti yang anda pikirkan... Tubuh saya memang dekil dan tak terawat tapi bukan berati siapa saja yang mau bisa menggunakan saya sebagai pemuas nafsunya lalu membayar dengan uang yang ia punya.... Bukankah anda memiliki ibu bagaimana jika ibu anda tahu jika anak lelaki yang ia banggakan ini ternyata begitu senang merendahkan wanita lainnya...." Jawab danira tegas lugas dan jelas
"Beraninya anda membawa nama ibu.."
"ANDA YANG KURANG AJAR TUAN...Dengan seenaknya anda menilai orang lain apakah tidak ada pelajaran sopan santun yang diberikan orang tua mu untuk mu.. Harta memang membuat anda bebas mau melakukan apapun tapi tidak dengan merendahkan perempuan" bentak danira berteriak dihadapan wajahnya langsung
"Kamu.."
"Cukup anda tidak perlu memecat saya, saya akan berhenti dari tempat ini.. Dan ya saya akan tetap ganti rugi akan mobil anda tapi tidak dengan menjajakan tubuh saya kepada bajingan seperti anda" Ucap danira lagi dengan tegas sembari berlalu pergi tanpa permisi meninggalkan Diego Argae yang terdiam sesaat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!