Seorang gadis berusia 19 tahun dan baru lulus SMA ini bernama Angeline. Nama yang cukup bagus dan cantik. Namun tidak seperti namanya yang cantik, dia hanya gadis yang biasa-biasa saja. Angeline memiliki keluarga yang cukup dan tentram. Dia memiliki cukup banyak teman (kurasa). Dia seorang gadis yang introvert, cukup pendiam!
Dia memiliki hobi membaca novel dan komik. Ibunya senang anaknya suka membaca, oleh karena itu ibunya sering membelikan Angeline buku pembelajaran saat dia masih sekolah. "Tapi kok, anak itu nilai ujian sekolahnya masih rata-rata yah? " Begitulah cara berpikir seorang ibu yang salah paham terhadap anaknya.
Angeline yang baru saja lulus SMA ini tengah bergelut dalam pikirannya. "Hah...! aku jadi pusing mikirin terus tentang masa depanku nanti ini. Kalau aku mau kuliah, tapi gak ada duit. Kalau aku langsung kerja, tapi mau kerja apa dan dimana? Terus kalau aku udah sampai diinterview, aku pasti gugup dan gemeteran takut dengan orang baru. Tapi kalau aku mau kuliah sambil kerja, kayaknya aku gak mampu deh. "
"akh...! Apa aku langsung nikah aja yah. Tapi aku jomblo dari lahir dan gak ada calon pula. Ibuku nyuruh aku kerja dulu yang rajin habis itu kuliah. Tapi kerja dimana...? "
"Aku sempat mikirin ini, kerja tapi yang gak usah pakai surat lamaran pekerjaan dan gak usah interview yang susah-susah. Jadi petani buruh ajalah, lumayan gaji emang gak seberapa tapi digaji seminggu sekali. Untung-untung buat modal usaha. Tapi aku cewek mager bro... gak suka kerja yang berat-berat. Atau jadi mandor ya, kan cuman ngawasin aja, tapi resiko gede bro... meskipun gaji gede. Akh...! " Angeline merasa frustasi dan putus asa memikirkan tentang masa depannya.
"Ahh...! Gimana kalau buat komik online aja aku kan ada bakat menggambar dikit. tapi, kalau diliat-liat pendaftarannya harus pakai komputer + PC deh. yah...! gak punya lagi, kalau di warnet jauh dari rumah dan aku kan lagi gak ada duit, kalau minta sama ortu pasti gak dibolehin. Apa nulis novel online aja yah, daftarnya kan gampang tinggal pakai HP tapi aku ragu takut gak laku, dan sia-sia. Akh...! coba aja dulu deh...! "
Tiba-tiba datang sura dan tepukan pundak yang keras dari belakang. "Ya, ampun Angelll...! Kamu ngapain kok digosongin masakannya. Kamu itu loh ya kerjaannya ngelamun terus, kan jadi gosong masakannya! " Ibu Angeline langsung merebut sepatula dari tangan anaknya dan merebut alih memasaknya.
Ibunya masih mengomeli Angeline yang mengusap-usap pundaknya yang telah dipukul ibunya dengan keras. "Kamu itu loh kapan cari pekerjaan? Malah kerjaannya ngelamun, baca novel, komik terus di rumah. Mau ibu nikahin sama tetangga sebelah?! "
"Iiih... bu! Gak mau, jelek! Lagian dia nganggur juga! " Bantah sang anak dengan kesal. "Yaudah sana beliin ibu garam, lagi habis nih." Alih sang ibu, sambil menyerahkan uang padanya.
Bukannya langsung berangkat ke toko. Sambil tersenyum manis, Angeline malah menyodorkan tangannya untuk meminta ibu memberikannya uang tip untuk dirinya. Sang ibu berdecak lidah dan segera menambahkan uang pada Angeline. Angeline pun berangkat menuju toko terdekat untuk membeli garam pesanan ibunya.
Hujan gerimis menemani perjalanan Angeline yang menuju toko. Beberapa saat kemudian dia sampai di toko dan membeli garam pesanan ibunya dan dia juga membeli beberapa jajanan snack. Tapi, ada sesuatu yang membuatnya gelisah terus saat hendak berangkat menuju toko ini, tapi dia tidak tahu apa itu yang membuat dia gelisah. Kerana memiliki firasat buruk dia pun bergegas pulang sebelum terjadi sesuatu yang tidak bisa ditebak dan yang tak diinginkan.
"MIAW... MIAW... MIAW...!!!"
Sampai Angeline dipertengahan jalan menuju rumahnya. Dia mendengar suara anak kucing yang keras didekatnya. Angeline pun menghentikan langkah kakinya dan mencari sumber suara tersebut. Tak lama kemudian, ia menemukan seekor anak kucing yang berada di atas batang pohon yang tak begitu tinggi, kucing tersebut badannya gemetar kedinginan dan terus mengeong meminta tolong untuk menurunkannya.
Angeline yang merasa kasian melihat kucing tersebut langsung meletakkan payung dan barang belanjaannya dan memanjat pohon yang tak begitu tinggi tersebut dan menyelamatkan anak kucing itu. Dengan keahlian memanjatnya, Angeline pun sampai dengan mudah di batang pohon tersebut dan segera mengambil kucing itu dengan hati-hati takut terjatuh. Namun tiba-tiba...
"DUARR...!!! "
Suara petir menggelegar menyambar tiang listrik di dekat persis pohon yang dinaiki Angeline. Angeline sangat terkejut dan tentu saja anak kucing pun sama terkejutnya sampai ia melompat turun dari pelukan Angeline. Tiang kabel terbakar dan kabelnya pun terputus kemana-mana hingga terkena Angeline yang tak sempat menghindar. Karena kabel masih dialiri listrik dan juga api karena petir. Tubuh Angeline dengan cepat tersetrum dan terbakar tak hanya itu, pohon yang dinaikinya pun ikut terbakar. Apalah daya, Angeline tak bisa menghindarinya. Tubuhnya pun terjatuh dari pohon, Angeline tidak bisa bergerak lagi.
Kucing yang tadinya lolos dari kejadian tersebut menghampiri tubuh Angeline yang terbakar dan duduk didekatnya dengan santai. Ia menatap sangat dalam tubuh Angeline dan berkata. "Inilah takdir mu, kau yang terpilih, kau tak bisa lari dari takdir itu. Wahai yang terpilih! "
...----------------...
...
...
Di sebuah kamar yang mewah, terdapat seorang gadis cantik tengah berbaring di kasurnya. Kulit halus seputih susu dan wajah cantiknya terkena hempasan kain kelambu yang terhempas terkena angin sejuk pagi. gadis cantik tersebut mengerutkan keningnya seolah terganggu oleh hempasan kelambu tersebut. ia membuka matanya perlahan tanda dia sudah bangun dari tidurnya.
Ia menatap keatap yang tak dikenalnya. Dengan wajah yang bingung dan melihat sekelilingnya dia berkata. "Ini di mana, bukannya aku seharusnya di rumah sakit sekarang, dan apa-apaan baju ini sangat kuno, apakah aku sedang cosplay? "
Banyak pertanyaan yang ada didalam pikirannya. Ia melihat sekelilingnya dan hendak beranjak turun dari ranjangnya. Namun tak sampai selangkah ia melangkahkan kakinya dia terjatuh dan meringis kesakitan. Ia baru sadar bahwa di dalam baju yang dikenakannya terdapat lilitan perban yang melilit tubuhnya dan juga sebagian besar kedua kakinya. Dia baru menyadari bawa ia terluka dan baru saja terasa sakitnya. ia merintih kesakitan, mencoba untuk bangun.
"Tap, tap, tap...! " suara langkah kaki dengan cepat menghampiri pintu kamar dan seorang wanita membuka pintu dengan keras, wanita tersebut langsung terkejut melihat gadis tersebut terbaring di lantai dan meringis kesakitan.
Dengan wajah khawatir dia langsung berlari dan menghampiri gadis tersebut. "ANAKKU...!!! " Panggil wanita tersebut yang langsung memeluk gadis itu. Sambil menahan sakit, gadis tersebut kebingungan dipelukan wanita tersebut dan bertanya-tanya.
"A-anda siapa? "
~ Bersambung~
"ANAKKU..!! "
"A-anda siapa?"
Gadis itu sedang kebingungan, siapa yang
memeluknya dengan hangat ini, apa dia
mengenalnya?
Dengan lontaran pernyataan dari gadis
tersebut, wanita yang memeluknya
melebarkan matanya terkejut mendengar
gadis itu bertanya seperti itu. Wanita
tersebut segera melepaskan pelukannya
dan memegang dengan halus wajah gadis
cantik tersebut dengan kedua tangannya.
Wanita tersebut menatap dengan dalam
wajah gadis itu, terlihat raut wajah wanita
itu khawatir dengan bibirnya yang bergetar
dan matanya yang berkaca-kaca tak percaya atas pertanyaan gadis tersebut.
"Nak...! Ini ibumu, tolong jangan
menakut-nakuti ibumu seperti itu!"
"Ini gara-gara ibu, semua ini salah ibu, ibu
tak bisa melindungi mu, maafkan ibu nak,
hiks, hiks, maafkan ibu.!"
Tangisan sang wanita tersebut pecah
disela-sela perkataannya. Wanita itu terus
menyalahkan dirinya sambil menangis.
Sementara gadis tersebut semakin
kebingungan. Memang gadis tersebut
merasa familiar dengan wajah dan suara
dari wanita tersebut, tapi siapa?
Tiba-tiba telinga gadis tersebut berdengung
keras bersamaan dengan sakit kepala yang
tak tertahankan. Muncul ingatan-ingatan
yang asing di kepalanya. Gadis tersebut
meringis kesakitan dan memegang
kepalanya. Wanita yang di depannya
langsung menghentikan tangisannya dan
berusaha menenangkan gadis yang
kesakitan tersebut.
"PENGASUH, PELAYAN, PENJAGA..!"
"'SIAPAPUN, TOLONG, TOLONG
PANGGILKAN TABIB SEGERA...!"
Wanita tersebut menjadi panik melihat
anaknya yang kesakitan. Tidak lama
kemudian beberapa orang datang dan
memasuki kamar tersebut dengan
tergesa-gesa. Dengan cepat orang-orang
tersebut memindahkan tubuh sang gadis ke
ranjangnya. Semua orang yang di sana
merasa khawatir dan panik hingga ada
salah satu orang yang masuk dengan nafas
yang terengah-engah. Nampaknya orang
tersebut berlari dari kejauhan untuk sampai
ke sini.
Wanita tersebut berkata, "Tabib, cepat
selamatkan anakku, dia sangat kesakitan!"
Orang yang dipanggil tabib tersebut segera
memeriksa dan memberikan obat
penenang supaya rasa sakit yang gadis itu
rasakan mereda. Tidak membutuhkan
waktu yang lama gadis tersebut menjadi
tenang dan lama-kelamaan tertidur. Melihat anaknya yang sudah baik-baik saja dan tertidur, sang ibu menceritakan kepada
tabib sedetail mungkin derita gejala anaknya tadi dengan raut wajah yang sedih.
Mengapa anaknya tidak mengenalinya
sama sekali, dan tiba-tiba dia seperti itu?
Dengan sabar dan sopan, tabib tersebut
menjawab, "Nyonya! setelah hamba
memeriksanya dengan teliti. Kemungkinan
putri anda terkena amnesia namun bersifat
sementara, dan kemungkinan penyebab
amnesia ini dikarenakan trauma psikologis
seperti trauma kekerasan yang pernah
dialami oleh nona muda. Kemudian nona
muda mengalami sakit kepala yang serius
karena beliau berusaha keras untuk
mengingat masa lalu beliau."
Mendengar dari perkataan tabib tersebut,
wanita itu tambah khawatir dan sedih
merasa bersalah dan ingin menangis lagi.
Melihat raut wajah sedih wanita tersebut,
tabib itu berusaha untuk menenangkan
wanita itu dan berkata, "Tenang lah Nyonya,
nona muda akan sembuh dan mengingat
kembali semuanya seiring berjalannya
waktu. Namun, beliau tidak bisa dipaksa
untuk mengingat kembali dan biarlah waktu
yang menyembuhkannya."
Kemudian tabib itupun memberikan
beberapa resep obat kepada pelayan yang
ada di sana untuk diberikan pada sang
gadis tersebut dan tabib meninggalkan
ruangan tersebut.
Sang Nyonya atau ibu dari gadis tersebut
menyuruh para pelayan yang ada di sana
pergi keluar dan meninggalkan mereka di
sana berdua, dan para pelayan pun
menurutinya segera pergi keluar.
Beberapa jam kemudian, gadis yang tengah
tertidur tersebut membuka matanya
perlahan tanda bahwa dia bangun. Dia
kemudian menengok sebelahnya ada
seorang wanita yang tengah duduk dan
melamun menunggu dia bangun.
"lbu?!"
Suara lirih terdengar dari gadis
tersebut yang membuat wanita itu tersadar
dari lamunannya dan refleks menoleh
kearah anaknya. Wanita itu tersenyum
hangat dengan tatapan yang sendu.
"Nak, apa kau akhirnya mengingat ibu?"
Suara lembut penuh kasih sayang muncul
dari pertanyaannya. Gadis itu menjawab
dengan anggukan ringan tanda bahwa ia
mengingatnya.
"Maafkan ibu, ini semua salah ibu, maafkan
ibu...!" Air mata mulai mengalir dari
sela-sela pembicaraannya tak kuasa ia
tahan. Gadis tersebut menghapus air mata
pada ibunya dan berusaha menenangkannya.
"lbu, Ibu tidak usah khawatir lagi! Aku
baik-baik saja sekarang. " Kata gadis tersebut dengan pelan dan memeluk ibunya yang menangis agar bisa tenang. Di dalam hatinya ia merasa bersalah."Maaf, tapi aku bukan anakmu. Anakmu sudah meninggal, aku hanya jiwa yang tersangkut ditubuh ini"
Beberapa hari kemudian setelah kejadian
itu, gadis tersebut mulai sembuh dari
luka-lukanya dan berbaring sepanjang hari
di ranjangnya, sekarang dia tengah
menatap dirinya di cermin besar yang ada
di kamarnya.
"Jadi seperti ini penampilannya, cukup kecil
dan pendek, yah kan masih umur 12 tahun.
Tapi untungnya dia imut dan cantik, tidak
sepertiku di kehidupan sebelumnya yang
biasa-biasa saja. Namaku berganti menjadi
Sima Annchi yang sebelumnya Angeline.
Namun, sayangnya ada banyak bekas luka
di tubuhnya kecuali wajah ini. Aku masih
tidak tahu ini disengaja atau tidak."
Dia memutar-mutar badannya sambil bercermin dengan teliti dia memeriksa tubuhnya tersebut. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dan suara yang ia kenal meminta izin untuk memasuki kamar Sima
Annchi.
"Masuklah!" Perintah Sima Annchi tampa
menoleh ke arah sumber suara dan masih asik bercermin.
Seorang wanita setengah baya membuka
pintu dengan hati-hati dan memasuki
kamar. Wanita tersebut memberi hormat
pada Sima Annchi dan berkata dengan
sopan. "Selamat pagi, Nona Muda! Apakah
tubuh anda sudah baik-baik saja?"
"Hm!"Jawaban datar Sima Annchi yang
masih menatap dirinya di cermin.
"Kalau begitu saya akan menyiapkan air
hangat untuk anda mandi. " Wanita
setengah baya tersebut kemudian
memanggil beberapa pelayan untuk
menyiapkan bak mandi dan air hangat. Dengan di bantu para pelayan perempuan,
Sima Annchi berendam di bak mandi
tersebut.
"Wah...! Nyaman sekali, sudah beberapa
hari aku tidak berendam dengan damai
seperti ini. Yah meskipun aku sedikit malu
dengan para pelayan ini. Beginikah
kehidupan bangsawan?" Begitulah pikiran
Sima Annchi, dia menikmatinya tapi dengan
wajah datar.
Setelah selesai mandi, Sima Annchi
didandani oleh para pelayan. Di tengah-tengah kegiatan itu sang wanita
setengah baya berkata," Nona muda!
setelah Anda merias diri, anda diminta
untuk bertemu Nyonya ibu anda
dikamarnya!"
"Hm, baiklah" Jawab singkat dan datar lagi
dari Sima Annchi.
Sesuai dengan pesan yang dikatakan oleh
wanita setengah baya tersebut, Sima
Annchi berjalan menuju kamar ibunya. tidak
butuh banyak waktu, Sima Annchi pun
sampai di depan pintu kamar ibunya. Salah
satu pelayan mengetukkan pintu dan mengabari bahwa Sima Annchi sudah
sampai.
Sima Annchi pun disuruh masuk kedalam
sendirian tidak ditemani oleh pelayan lain.
Saat memasuki kamar ibunya dia merasa
merinding melihat kamar ibunya yang
suram, dan kepalanya berasa berdenyut
sakit. Tapi ia segera menahannya dengan
tetap menampilkan wajah datarnya.
Kemudian ia menatap ibunya dan menelan
air ludahnya sedikit bergetar ia berkata
"i-bu?! "
~Bersambung
Sima \= Menteri perang (nama marga)
Annchi \= Seperti bidadari cantik
Ruangan kamar yang gelap, tidak ada perabotan atau hiasan kamar yang mencolok sangat sederhana namun suram. Begitulah keadaan kamar sang ibu, membuat Sima Annchi merinding dan kepalanya berdenyut sakit sekelebat ingatan muncul namun tak jelas.
Sima Annchi mulai menyapa, "S-salam, ibu!"
Terdapat seorang wanita dewasa yang terlihat masih muda tengah duduk bersantai sambil menyeruput teh. Mendengar panggilannya, wanita tersebut menoleh dan tersenyum hangat kepada Sima Annchi.
"Duduklah! " Seru sang ibu.
Tanpa basa-basi Sima Annchi pun duduk di hadapannya. Ibunya menyajikan secangkir teh hangat kepada Sima Annchi. Jantung Sima Annchi berdetak kencang dan nafasnya terasa sesak, namun ia menahannya dan berusaha untuk tetap datar tanpa ekspresi.
"Sayang, bagaimana keadaanmu sekarang, apakah masih ada yang sakit? "
Sima Annchi yang sedang menyeruput teh itu membalas pertanyaan ibunya dengan singkat, "Aku baik-baik saja, ibu! "
Sang ibu tersenyum merasa bersyukur mendengar jawaban dari anaknya. "Tiga hari lagi kamu akan masuk akademi lagi setelah liburan selama satu bulan penuh. Ibu akan menyiapkan keperluan bersama para pelayan. Oh, dan apakah kau masih ingat pesan ibu dulu saat kau baru masuk akademi? "
Diingatan Sima Annchi yang bisa dia ingat sekarang. Akademi yang dimaksud adalah akademi kerajaan yang berisi para pelajar bangsawan maupun cendekiawan dari rakyat biasa yang memiliki kecerdasan yang tinggi. Sima Annchi merupakan murid bangsawan yang mengharuskannya untuk memasuki akademi tersebut tanpa terkecuali. Akademi ini mengajari para muridnya tentang sejarah kerajaan, ekonomi, ilmu bela diri, dan bagai mana tentang menangani krisis di Kerajaan yang di alami sampai saat ini.
"Aku ingat, ibu memintaku untuk menjadi yang terbaik di sana kan? Tenang saja ibu, aku akan menjadi apa yang ibu harapkan. " Perkataan Sima Annchi berbanding terbalik dengan apa yang ada dalam kepalanya. "Maafkan aku ibu, meskipun ibu seperti itu. Aku akan tetap low profile, tidak mencolok dan bersikap acuh tak acuh, meskipun aku adalah seorang jenius. "
Sima Annchi bersikap seperti itu, karena dia takut bertemu dengan orang yang tak diinginkannya. Yaitu, MC (Main Character/tokoh utama) di dunia novel yang dimasuki oleh jiwa Angeline pada tubuh Sima Annchi. Novel yang bergenre Fantasi timur, dunia novel yang bernama "I Just Want to Live, Don't Want to Die Anymore (aku hanya ingin hidup, tidak ingin mati lagi)." Novel yang pernah Angeline baca saat di kehidupan sebelumnya.
Novel ini menceritakan tentang MC pria yang berwatak seperti villain yang mengulang kembali kehidupannya saat dia mati ke kehidupan saat dia masih kanak-kanak. seperti novel klise pada umumnya, cerita MC ini berjuang untuk memiliki kehidupan yang damai, namun seolah takdir tidak menginginkannya untuk hidup nyaman. Takdir sang MC terus mengalami kesulitan-kesulitan yang membuat MC ini mati dan hidup berulang kembali, seperti karakter dalam vidio game yang mati dan hidup kembali ditempat yang sama.
Entah ini kutukan atau keberuntungan bagi sang MC. Sang MC tak peduli lagi, dia berkerja keras untuk tak mati lagi dan memenuhi keinginannya untuk hidup damai. Seiring berjalannya cerita, sang MC akhirnya menemukan solusi untuk menghentikan takdir silan ini, yaitu dengan cara menemukan seseorang yang memiliki tubuh surgawi dan menjadikannya pasangan seumur hidupnya entah itu wanita atau pria. Sang MC mulai mencari orang yang ditakdirkan dengannya, namun dia tak tahu seperti apa ciri-ciri dan bentuk dari orang yang ditakdirkan ini.
Namun sang MC mulai muak dan putus asa untuk mencari dan menghentikan dia mati berulang kali. Dia sudah mencari ke seluruh dunia yang luas ini seperti mencari sebuah jarum ditumpukan jerami. Mati dan hidup lagi, sampai sang MC menjadi gila membentuk karakter yang berbeda-beda seperti memiliki kepribadian ganda dengan sejuta karakter.
Sampai pada akhir cerita, sang MC akhirnya menguasai dunia kultivasi meskipun itu dari faksi jahat maupun faksi baik, sang MC menjadi tokoh yang di takuti seluruh dunia ini. Meskipun dia menjadi penguasa dunia, dia masih tetap sendiri semur hidupnya, mati dan hidup lagi. Novel pun tamat.
~Kembali pada Sima Annchi saat ini~
"aku tak bisa hidup mencolok, jika aku sampai menarik perhatian dan sampai terlibat dengan villain ini dan mengetahui bahwa aku bukan pemilik asli tubuh ini maka tamat riwayatku. Jika dipikir-pikir aku hanya ingat sebagian besar cerita dari novel ini, tak ingat pada setiap tahun apa pada saat si villain beraksi, pada saat kematian yang ke berapa aku tak ingat dan aku tak tahu bagai mana wajah asli sang villain ini, dia memiliki sejuta wajah dan nama, jadi aku bingung. Oleh karena itu aku harus extra hati-hati dan bertindak seperti Sima Annchi yang asli, pendiam dan cuek."
"Xiao Annchi, kenapa kamu melamun?! " Panggilan sang ibu menyadarkan lamunan Sima Annchi. Sima Annchi menjawab dengan gelengan kepala pelan tanda bahwa tidak terjadi apa-apa.
Catatan: Xiao Annchi nama masa kecil Sima Annchi.
Sang ibu memegang hangat tangan Sima Annchi, sembari berkata, "Apakah kau merindukan Ayah dan kakak-kakakmu? "
Sima Annchi masih terdiam tidak menjawab pertanyaan ibunya. "Kalau begitu sama, ibu juga merindukan mereka. Sudah lama sekali Ayah dan kakak-kakakmu berada di benteng perbatasan. Kita harus selalu berdoa agar mereka tetap diberi kesehatan dan keselamatan. Agar kita bisa bertemu mereka dengan lega. "
Sima Annchi menganggukkan kepalanya pelan. "Bohong! "
Waktu terus berlanjut hingga sore pun tiba. Sima Annchi akhirnya diperbolehkan pergi dari kamar yang menyesakkan itu. Sima Annchi menarik nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya dengan perasaan lega. Dia pun menuju kamarnya lagi berniat untuk istirahat karena lelah setelah menahan rasa sesak dan pusingnya.
Setelah Sima Annchi keluar dari kamar ibunya. Ibunya menatap keluar jendela yang terdapat taman yang indah. Namun tatapan sang ibu masih sedih dan berkata dengan lirih, "Andai saja kau amnesia secara permanen dan lupa segala hal. Maka itu akan jauh lebih baik untuk mu nak! "
~Tiga hari pun berlalu~
Sima Annchi sudah bersiap-bersiap untuk meninggalkan kediamannya menuju Akademi Kerajaan, dan sekarang dia tengah berpamitan dengan ibunya. Ibunya membawakan kue buatannya untuk camilan di perjalanan Sima Annchi. Sima Annchi menerima pemberian dari ibunya dan segera berpamitan.
Sima Annchi menaiki kereta kuda yang mewah sebagai tanda kebangsawanannya. "Ugh...! meskipun kereta ini mewah tapi jalannya tidak mulus dan berguncang hebat. Kenapa aku harus sekolah lagi, selama 12 tahun lebih aku sudah muak dengan sekolah, dan sekarang di kehidupan yang kedua ini. Ugh...! Aku mabuk perjalanan, sepertinya aku akan muntah. "
Tidak membutuhkan waktu lama Sima Annchi menjulurkan kepalanya keluar jendela dan muntah. Sang kusir yang mengendarai kereta kuda tersebut langsung menghentikan laju kudanya saat mendengar ada suara muntahan dari dalam kereta.
~Bersambung~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!