NovelToon NovelToon

Rumi Di Genggaman Beijing

Kemilau di langit jingga

Padang hijau nan terang menyibak kibasan semilir angin membanting dedaunan dan kelopak bunga kecil. Serbuk sari terbawa angin, bahkan bukit hijau lebih cepat berganti corak warna-warni dari bunga-bunga indah terlukis pancaran Pelangi. Musim semi mengingatkan Rumi akan kepergian semua keluarganya yang menghilang secara misterius.

“Di sebutkan para dayang itu jika aku tidak berasal dari negeri awang hijau ini. Kemungkinan besar banyak pula pendapat mengatakan aku terlahir di bumi. Tapi, kenapa pintu pembatas ujung dunia negeri awang di larang di buka? Apakah semua penghuni negeri ini terjebak di dalamnya? Kenapa ingatan ku menghilang?”

Benak Rumi di sambung dengan pikirannya yang kacau. Dia terhentak mengalihkan pandangan pada suara dentuman kuat dari kejauhan. Asap yang mengepul ke atas langit berwarna hitam pekat. Dia juga di kejutkan suara jeritan memekik kuat.

“Arghhh__ apa yang terjadi?” ucapnya lalu segera berlari menuju wilayah hutan Barat,

Para penjaga negeri mengatakan bahwa hutan tersebut merupakan sinar terakhir yang dapat di tangkap dari Cahaya redup matahari tenggelam. Banyak yang menyalah gunakan kekuatan sihir untuk berbagai maksud kejahatan tertentu. Di depan lintas pertigaan, Rumi di hentikan Karak. Sosok siluman yang menggelengkan kepala menahannya agar tidak masuk.

“Aku sudah lama tidak bertegur sapa atau melihat mu. Karak, kemana saja kau?” tanya Rumi tersenyum menahan cengkraman tangan makhluk itu.

Karak tidak berbicara seperti manusia, dia menggunakan Bahasa tubuh yang aneh yang dapat di pahami Rumi saat berkomunikasi dengannya. Sangat jelas amarah terpancar dari sepasang mata siluman jadi-jadian yang benar-benar menahan Rumi agar tidak kesana.

“Tenang lah Karak, aku tidak apa-apa. Aku akan memanggilmu jika membutuhkan bantuan mu. Bukan kah engkau makhluk terkuat di hutan Barat?”

Siapa sangka ada yang memperhatikan keduanya, salah satu penjaga junior negeri yang tidak sadarkan diri. Wajah menyeramkan Karak seolah mau membunuhnya, Rumi menoleh kebelakang melihat Geran. Rumi tidak sabar segera melihat peristiwa asap tadi, dia meminta Karak menjaga Geran sampai dia Kembali. Lompatan, laju lari sekencang-kecangnya seperti tersapu angin. Dedaunan kering terikut di balik gaunnya yang sedikit tersapu tanah. Rambut Panjang berkibar memperlihatkan wajah cantiknya.

Bummm___

“Huaahhhh!”

“Gelegar besar menggema dari dalam gua.

Lima penjaga Bersiap melepaskan anak panah. Di ujung busur terlihat menghitam, Rumi mengernyitkan dahi menerka-nerka para penjaga akan membunuh makhluk di dalam. Panah beracun hampir terlepas, Rumi menghalangi dengan pedangnya, Sepuluh penjaga ninja berbaju hitam hendak menyerangnya, suara peluit pertanda kedatangan ketua penjaga negeri menghentikan semua Gerakan.

Membungkuk memberikan hormat, wakil Lincau masih berapi-api meminta dia memberikan Pelajaran atas tindakan Rumi.

“Tuan, wanita itu sudah keterlaluan.

Kelancangannya harus di hukum sebagai pembelajaran penjaga Lembah lainnya.”

“Diam! Bukan tugas mu menghukum penjaga yang bersalah!” ucap Banyu memperlihatkan pandangan ketajaman.

......................

Geran terbangun sambil menekan-nekan kepalanya yang sangat sakit. Dia menoleh melihat makhluk mengerikan berdiri tepat di depannya. Alangkah terkejutnya Gen sampai dia tidak sadarkan diri untuk ke dua kalinya. Tanpa terasa malam telah tiba, Gen masih berbaring di atas gundukan ranting kering. Sepertinya Karak mematuhi perintah Rumi. Dia tetap berjaga di dekat Gen sampai Rumi Kembali. Sepanjang jalan Kembali menuju titik awal meninggalkan Gen dan Karak. Dia melamun mengilas kejadian gemuruh asap hitam.

“Aku tidak akan pernah memaafkan siapa saja yang berani melukai sayap indah anak ku. Pasti kalian yang sengaja menghancurkan generasi burung merak api! Mati lah kalian semua! Hiya!”

Induk merak merontah mengganas, Sebagian penjaga Lembah terluka akibat tidak kuat menahan serangan. Rumi berhasil melewati lemparan bola api maut meskipun bagian lututnya sedikit terkena siraman api.

“Rum, bertahan sedikit lagi. Aku akan mengobati luka mu.”

“Jangan terlalu berlebihan kakak ketua. Misi kita yang paling di utamakan!”

Tatapan Rum semaki membuat Banyu menjurus pandang memperhatikannya tanpa berkedip. Siapa yang menyangka Rumi yang memenangkannya. Dia berhasil mendapatkan sumber kekuatan spiritual burung merak api dan memerintahkan para pengawal membawanya ke Istana batas langit balutan duri. Rasa sakit yang menusuk kulit tidak lagi di rasa, dia mengepal kuat tangannya lalu melanjutkan Langkah.

“Rum, kenapa kau masih saja keras kepala? Luka mu itu jika segera di obati maka akan mematikan seluruh urat-urat dan membuat kelumpuhan!”

Banyu hendak mengangkat tubuhnya, namun Rumi bersikeras menghindar dan berlari. Pendamping penjaga panglima lincau memperhatikan sang ketua yang teramat mencemaskan wanita itu. Dia menawarkan diri untuk menjemput Rumi dan membawanya ke peristirahatan rumah daun. Banyu pun menyerahkan sebotol ramuan penyembuh untuk di berikannya.

“Pastikan Rumi menghabiskan ramuan mujarab!”

“Tapi tuan, ramuan ini khusus untuk tuan yang sedang menjalani masa penyembuhan dari perang badar. Tuan besar sendiri yang meminta saya agar tuan meminumnya”

“Kau jangan membantah ku Seze. Lakukan saja perintahku!” kata Banyu kemudia bergerak pergi meninggalkannya.

Sezi si siluman ular piton sangat membenci Rumi. Dia membuka botol, memasukkan racunnya ke dalam. Empat tetes racun kematian tanpa ada Penawar. Sezi mempercepat Langkah mencari Rumi. Dia di hadang siluman Karak, sosok yang lebih menyeramkan muncul seolah makhluk Karak memiliki wujud raksasa mengerikan lainnya,

Sementara Rumi yang terlalu lemah melerai keduanya menyeret Langkah melemparkan sinyal hijau ke arah Karak. Disamping Gen, dia terjatuh tidak sadarkan diri. Karak menyatukan sosoknya, mengunci kekuatan pelindung melingkar di sekitar Rumi.

Keinginan Seze untuk membunuhnya sangat kuat, dia mengeluarkan jari-jemarinya yang runcing. Geraham bergetak, suara mengerikan sampai menggetarkan tubuh Seza. Wanita licik itu mencari cara agar selamat. Dia menunjukkan botol dan mengatakan dengan lantang bahwa obat yang di dalamnya bisa menyembuhkan Rumi.

“Aku tau kau mengerti ucapanku. Lepaskan aku maka aku akan membantu mu menyembuhkannya…”

Mendengar perkataan Seza, dia berhenti mencekik lalu membanting ke sisi lingkaran. Seza menahan amarah, dia bangkit membuka botol. Karak membuka lingkaran pelindung, tetesan terakhir memperlihatkan wajah menyeringai. Seza merubah wujud secepatnya melarikan diri. Karak mengeluarkan suara mengerikan, suara yang menggema terdengar keras membayang bersahutan menembus malam.

Banyu merasakan energi jahat, dia mencari sumber tepat pada titik hutan. Yang tersisa hanya ada sepasang Sepatu milik Rumi.

Gen di kembalikan di dalam peristirahatan daun hijau. Begitu pula Rumi menggunakan wujud Cahaya hijau. Dia melewati kematian, tubuhnya selamat di bantu energi inti Karak. Setelah hari itu, dia tidak lagi melihat Karak di hutan.

“Baru sembuh kenapa sudah keluar rumah? Memangnya upah penjaga itu lebih besar dari biaya sakit mu? huuhh, oh ya ngomong-ngomong kamu ngapain kesini? Di hutan ini ada hewan mengerikan. Yuk kita pulang aja Rum…”

“Maksud mu adalah sahabatku Karak? Katakan pada ku Gen. Dimana terakhir kali kamu melihatnya?”

Karak menghilang

Di salah satu daun hijau, Rumi memusatkan pikiran menggunakan energinya mencari Dimana kekuatan jiwa siluman yang berhasil dia ambil di malam itu. Namun sebelum dia melihat lebih jelas, terdengar bunyi ketukan pintu sangat keras, Gen menghalangi para penjaga pembatas langit yang menerobos masuk tapi tubuhnya di ikat kuat dengan akar pelemah energi. Pendamping penjaga pembatas langit mengirimkan kabar perintah kepada Rumi untuk menjinakkan siluman naga raksasa penunggu pembatas wilayah langit dan bumi. Semula tidak ada satu penjaga pun yang percaya ada seekor naga yang berhasil di tanggap dengan jaring sihir merah milik negeri pembatas langit.

“Sudah waktunya kau menunjukkan siapa diri mu di hadapan semua orang. Kau pasti seorang pengecut, ahahah. Sudah lah, aku hanya membuang-buang waktu saja memberitahumu mengenai naga itu!”

“Tunggu pendamping putri, aku tidak mau berurusan dengan mulut besar mu. Tapi, perlu kau ketahui bahwa tugas penjaga Lembah adalah melayani kehendak pembatas langit.”

“Ahahah! Besar juga nyali mu. Kita buktikan__”

Semua penjaga negeri, pengawal dan pengikut pembatas langit berkumpul melihat kobaran api dari dalam jaring raksasa. Seumur hidup, baru kali ini Rumi mengetahui suara seekor naga. Bola mata membelalak sedikit mendekati, namun tanpa di duga dari jarak yang tidak terlihat Seza menggunakan sihir pembuka segel.

Satu sentuhan Rumi membuka jaring, seekor naga raksasa keluar terbang meliuk-liukkan tubuhnya. Dia mengeluarkan kobaran api, Rumi hampir hangus terbakar kalau Banyu tidak menariknya. Sang pewaris ketua penjaga menggunakan semua energi melumpuhkan naga menggunaka pembungkus mantra pelindung negeri.

“Tuan! Apa yang anda lakukan. Mantra itu jika terlepas maka negeri ini akan hancur. Bencana akan datang tanpa henti” Seza merampas mantra pelindung negeri, Banyu menambah energi yang tersisa mengunci naga api.

Amarah sang pendamping pembatas langit, dia tidak akan melepaskan negeri hijau. Para pengawal dan pendamping menyaksikan bagaimana kegagalan para penjaga.

Di dalam Aula Padang hijau.

“Apa yang harus kita lakukan tanpa mantra paku pelindung negeri ini?”

“Ketua, Tindakan tuan Banyu tidak bisa di maafkan”

Ucapan sambungan para sesepuh lainnya yang semakin gusar. Banyu dan Rumi membungkuk, di depan sana pintu terbuka lebar. Kedatangan sang putri pembatas langit menambah ketakutan mereka. Dia di damping pendampingnya, hati makhluk yang congkak, serakah dan rakus akan jabatan. Semu aini berawal dari sang pendamping, namun sang putri yang sangat menyayangi pendampingan pasti tidak akan mempermasalahkan hal tersebut.

“Aku tidak menyangka, naga raksasa brutal itu sangat ingin minta di bebaskan. Bukan kah begitu ketua Lincau?”

“Hormat saya putri, kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi kekacauan ini.”

“Aku mendengarnya sendiri, anak mu bersusah payah menyelamatkan si penjaga kecil itu. Hari ini, aku mau anak mu dan si penjaga kecil menjalankan misi ku. Bagi yang bisa mendapatan poin tertinggi, maka dia akan di angkat menjadi pengawal langit. Aku juga akan mengabulkan satu permintaan kalian!” Seru suaranya nyaring di samping tekanan nada yang menekan.

Berdiri di atas singgahsana milik Lincau, dia seolah-olah berkuasa penuh menggenggam negeri padang hijau. Sudut mata sang putri kepercayaan penjaga negeri pembatas langit mengangkat tongkat. Semua yang ada di dalam Aula bergetar terutama pada penjaga bergegas membungkuk.

“Maaf putri, tapi sebaiknya hanya hamba yang menjalankan misi ini. Penerus ketua Padang hijau berserta seluruh penjaga belum mampu mengemban misi tersulit. Menundukkan naga api sama saja mengantarkan nyawa mereka.”

“Ahahah! Maksud mu, kau mau menolak perintahku? Atau kau mau menyadari sampai Dimana batas kekuatan para penjaga?”

“Hormat saya putri, ijinkan saya mencoba menjalankan misi ini___” Banyu membungkuk menyatukan kedua tangan di depannya.

“Maafkan Banyu, anak saya belum terlalu memikirkan segala sebab akibat. Katakan saja apa perintah yang putri inginkan__”

“Ahahah! Aku tidak mau lagi mendengar banyak keluhan kalian! Penjaga negeri hijau memang sepatutnya patuh melayani pembatas langit!!! Seluruh penjaga boleh ikut berkompetensi, Pertama-tama, aku mau batu kekuatan wujud siluman naga api, yang kedua aku mau sang naga memberikan jiwa abadi langit atau bumi pada ku jadi kami terhubung dan dengan bebas aku memerintahkannya dan yang terakhir, aku mau dia di bawa ke kurungan wilayah pembatas langit. Tentunya, tanpa perlawanan seperti yang aku lihat hari ini…”

......................

Suasana negeri awang hijau semakin luluh lantak. Selesai kepergian sang putri, Nampak sang ketua mulai memanggil Rumi di dalam ruangannya. Tidak ada yang bisa membantu selain Banyu, kali ini Banyu tidak bisa menyembunyikan kepura-puraannya membenci atau mengabaikan Rumi.

“Seza, aku tau kejahatan mu di dalam hutan itu. Kau memberikan racun di dalam ramuan dan sekarang kau membuat masalah lebih besar menggunakan kekuatan ular iblis mu menyakiti Rumi. Aku berkali-kali mengingatkan mu bukan? Cuma aku yang bisa menentukan nasibnya. Kalau sekarang kau tidak mengatakannya secara langsung di depan ketua. Maka aku sendiri yang akan mengatakannya!”

“Tuan! Maafkan aku tuan!” jawab Seza bergerak membungkuk membenturkan dahi

Tidak terkira di dalam benak Seza yang semakin lama semakin membenci Rumi.

Meskipun Seza berkata jujur, semua dalang sindikat tragedy atau sebab akibat perintah yang di jalankan dan di muluskan atas dasar perintah dari Lincau.

Telah lama sosok siluman ular piton itu berada di dalam Aula padang hijau. Dia mendapatkan misi baru dari sang ketua utuk melaporkan semua gerak-gerik dan menggagalkan setiap para penjaga yang mengikuti misi.

“Tuan, Rumi ingin bertemu” kata Ogu menghadap dengan wajahnya yang sangat serius.

Lincau mengangguk, sebelum pintu terbuka secepatnya tangannya memberi kode agar Seze segera pergi. Tidak terkira Gerakan jalan Rumi lebih cepat masuk sehingga mengetahui bayangan si ular. Kali ini tidak ada lagi rasa takut atau keraguan di hati Rumi. Setelah kepergian Karak secara misterius, dia juga harus tetap mengikuti misi agar bisa mendapatkan hadiah dari sang putri agar bisa menemukan Karak sahabatnya.

Keinginan Rumi meminta ijin agar menjadi salah satu peserta dalam misi menaklukkan naga. Alangkah terkejutnya Lincau melihat sifat gigih tanpa rasa takut Rumi.

“Penjaga Rumi, kekuatan mu tidak cukup besar untuk meraih semua ini. Saya tidak memilih sembarangan penjaga Padang hijau yang boleh mengikuti kontes. Apakah engkau menyadari Keputusan gegabah mu? kontes berjalan di atas bara api yang sangat panas”

“Hormat saya sang ketua, bukankah ketua dan para penjaga mengetahui bahwa sang pengawal penjaga putri yang datang sendiri ke Daun hijau saya untuk memberikan ijin misi tersebut.”

“Ketua, kita tidak bisa menahannya. Jangan sampai sang putri mendengar ada penjaga yang kita eliminasi sebelum pertandingan di mulai” bisik Ogu sang wakil Lincau.

Naga Api Kuno Mitologi

Perseteruan ini masih berlanjut, meskipun di nyatakan penjaga Padang hijau hanya terhitung tiga kandidat sebagai petinggi terkuat. Namun Lincau tidak melepaskan Rumi dan Gen begitu saja. Tidak terkira amarah Seza dan para penjaga wanita lain yang mengetahui bahwa Rumi terpilih dalam kompetisi. Di Tengah malam yang larut, Seza berencana jahat menggunakan akan licik berniat melumpuhkan Rumi.

“Kali ini, kau akan jadi santapan siluman naga api! Ahaha!” gumam Seza di sela jari-jemarinya yang masih sibuk memasang perangkap.

Suara yang di pikir Seza tidak terdengar sang naga sekalipun nyatanya telah membangunkan siluman yang kini mengendap-endap di balik kegelapan melihatnya. Tubuh sang naga yang dii kurung di dalam gua yang tersegel mantra, tidak sedikitpun mampu menahan gerakannya untuk menghembuskan api.

Nyala api keluar dari celah-celah bebatuan, Seza yang siap menghindar tersenyum tipis mengibas perlawanan Gerakan menggulung menggunakan bisa racunnya. Dia mematikan tekanan aliran darah di dalam asal api yang menyala.

“Hahhh! Kita lihat bagaimana besok pagi Rumi terbakar habis dari semburan api mu itu. Pasti kau mengira dia yang meracuni mu bukan? Lihatlah tanda ini? Ini tanda pita merah milik penjaga yang meracuni mu!” ucap Seza sebelum pergi.

Sepanjang malam Rumi terjaga, dia bermimpi aneh, sesuatu yang tidak bisa dia jelaskan di alam nyata. Dia terhentak melihat keluar jendela, asap hitam raksasa menyala sampai ke atas langit. Rume bergegas meraih jas hangat, dia merapikan rambut panjangnya sambil mengernyitkan dahi.

“kemana hilangnya pita rambut ku?” ucapnya kebingungan.

Dia menggulung menggunakan sisa kain perca kemudian berlari meninggalkan peristirahatan. Gen mendengar suara pintu daun hijau muda milik Rume yang terbuka. Sontak saja dia membelalak melompat memperhatikan dari dalam rumahnya.

“Keuntungan ku memilih letak rumah hijau itu buat dekat sama si Rumi. Aku banyak berhutang budi padanya, huffhh! Tapi dia mau kemana ya? Haduh, mana aku masih ngantuk!” gumamnya ikut mengejar.

“Rumi tunggu! Duh!” Gen tersandung, benturan kecil di kepalanya mengingatkannya akan pertemuan dan suasana yang persis saat bertemu dengan siluman mengerikan di hutan.

“Hihhh! Nggak salah lagi pasti si Rumi mau ketemu makhluk itu! Rum!”

Suara teriakannya mengalihkan pandangan Rumi yang tanpa sadar tidak melihat nyala api di dekat lubang tertutup ranting pepohonan. Tubuh Rumi terjatuh memasuki arah Lorong tempat sang naga di kurung. Di dalam gua raksasa bebatuan, dia tidak sadarkan diri. Sang naga api yang semula Bersiap menyemburkan api. Terhenti melihat kilauan Cahaya hijau di keningnya.

Sang naga semakin mendekati, nafasnya yang hangat di samping tubuhnya begitu dingin menyentuh ujung tangan Rumi. Perlahan Rumi terbangun, dia mematung melihat naga raksasa kuno berjarak beberapa mil dari dirinya.

“Na_na_naga api… tenanglah, aku yang akan menjaga mu mulai hari ini” ucapnya terbata. Dia masih bisa tersenyum menutupi ketakutannya berharap sang naga mengamuk.

“Rum! Rumi! Kau di dalam sana? Bahaya! Aku akan memanggil penjaga lainnya!” teriak Gen.

Dia berlari kocar-kacir, malam yang aneh baginya karena dia tidak lagi melihat nyala api dari dalam sela goa. Gen menduduki posisi penjinak naga pada urutan ketiga, tapi kali ini dia berlari meminta pertolongan pada penjaga lainnya.

“Jangan sebut aku lelaki! Bukan kah itu kamus mu sebagai penjaga junior?” ucap penjaga peringkat dua dari balik selimutnya.

“Ya benar, Gen! sungguh di luar si nurul kalau kau mengatakan si penjaga Rumi ada di dalam gua. Makhluk mitologi itu berdarah dingin. Kau pasti bermimpi karena terlalu ketakutan menjinakkan naga”

“Haaah! Aku seriusss!!”

Tidak ada satu penjaga pun yang mempercayai ucapan Gen. Sampai dia putus asa dan berlari ke daerah dedaunan latar wakil Lincau. Sedikit banyak, dia memahami Banyu di balik sikapnya yang acuh tak acuh namun dia sangat perhatian pada Rumi.

“Aku pernah mendengar sendiri dari mulut Banyu, keinginannya yang kuat untuk melindungi Rumi. Tapi masih di dalam teka-teki kenapa dia menjaga jarak dan menganggap Rumi saingannya di depan semua orang?” gumam Gen terhenti di depan Altar.

“Ada apa? Aku memperhatikan Langkah mu yang sangat ragu untuk ke Altar ku ini.”

“Banyu? Aku…Gelkkk____”

Sebotol air minum di dalam wadah berbentuk tabung tidak menyisakan satu tetes. Keahlian Banyu yang menghapal semua kebiasaan dan kelemahan para penjaga padang hijau. Dia menepuk pelan Pundak lalu memasang posisi mengintai ke sekeliling.

Tempat yang aman, sebuah tempat yang bahkan tidak di ketahui sang penjaga pendampingnya. Meski tergesa-gesa, Gen tidak tau dari mana arah pembicaraan itu. Yang pasti dia ingin sekarang juga Banyu menyelamatkan Rumi.

“Maksud mu apa? Rumi tidak mungkin tiba-tiba bisa menerobos masuk ke dalam sana? Mantra itu hanya ketua yang mengetahui kuncinya. Aku tidak bisa menggunakan kekuatan ku, kondisi ku masih terlalu lemah setelah memperbaiki paku perbatasan yang hancur. Butuh waktu beberapa minggu bahkan aku juga harus rutin mengembalikan kekuatan ku dengan meditasi di lautan padang hijau.”

“Benar, aku sendiri sebagai penjaga junior tidak memiliki kekuatan. Aku baru belajar mengendalikan tanah. Kenapa hanya tiga kandidat di dalamnya ada aku?”

“Jangan berisik! Kecilkan suara mu. Ada banyak telinga yang mendengar, kaki tangan Seza menjelma dengan berbagai macam rupa ular! Aku sengaja memilih mu, aku tidak mau ayah ku menyingkirkan Rumi hanya untuk mengangkat ku ke atas langit. Mulai sekarang kau hanya mempercayai dan berbagi rahasia dengan ku, demi Rumi…”

......................

Pertemuan pertama kali antara Rumi dengan sang naga di liputi rasa was-was keduanya. Sang naga yang terlalu lama menelan racun dari lemparan senjata Seza perlahan tidak berdaya. Rumi masih terperangah, dia perlahan menyentuh sisik naga hingga melihat pita miliknya yang di cengkram di bagian cakar kanannya.

“Naga api raksasa, kenapa pita ku ini ada pada mu?” ucapnya bernada kecil.

Saat dia menarik, cengkraman lebih kuat menggenggam, hingga Rumi mengusap-usap pelan tubuhnya. Tatapan mata sang naga tersorot amarah, dia seperti mengumpulkan lahar api yang sangat panah untuk di semburkan.

“Aku bukan musuh mu! aku akan mencoba mengeluarkan racun itu sebelum menyebar ke seluruh aliran darah mu. Baiklah, aku juga akan memberikan pita ku ini. Jika kau suka, pakai lah.”

Dengan seluruh kekuatan dan tenaga spiritual, Rumi berhasil mengeluarkan racun ular. Dia menahan rasa pusing yang melanda. Posisi tubuhnya yang semula tegak lama-kelamaan tidak bisa lagi di topang.

Brukkk___

Dia berbisik pada sang naga, mengatakan di masa pertemuan kehidupan ini. Persahabatan di mulai antar keduanya. Racun yang sedikit terkena isapan dari tarikan energi membuat Rumi benar-benar tidak sadarkan diri.

“Rumi! Rumi!” panggil Banyu yang berlari mendekatinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!