"Hai Sarah, aku Akmal Sanjaya, hobiku melukis, pekerjaanku sebagai dokter umum di klinikku sendiri. Hai Sarah, aku Akmal Sanjaya, pekerjaanku sebagai dokter dan membuka klinik sendiri, hobiku hiking kadang kalau ada kesempatan aku menyempatkan melukis kapal di rumah bersama temanku yang bernama Robby." Ucap pria yang bernama Akmal Sanjaya, waktu itu dia sedang duduk di salah satu kursi yang berada di cafe senja. di mejanya ada Seikat Bunga ditambah minuman yang Ia pesan, sepertinya dia sedang menunggu seseorang yang akan bertemu dengannya.
"Hai Sarah, Namaku Akmal Sanjaya, aku salah satu dokter yang memiliki klinik sendiri." ulang pria itu seolah tidak bosan membolak-balikkan perkataannya, beruntung dia duduk berjauhan dengan pengunjung Cafe lain, sehingga dia tidak disangka sebagai orang yang kurang waras.
"Hai Sarah, aku Akmal Sanjaya."
"Akmal Sanjaya?" terdengar suara seorang perempuan yang Bertanya kepadanya, membuat Akmal yang sejak dari tadi terfokus menghafalkan kata-kata Yang Akan diucapkan terperanjat kaget, hingga tangannya menyenggol gelas yang sedang berada di hadapan.
Byur, prak.....!
Air kopi pun tumpah disusul dengan suara gelas yang pecah terjatuh menimpa lantai, Akmal Sanjaya terlihat gugup seperti orang yang baru pertama kali melihat perempuan Bahkan tangannya terlihat bergetar.
"Maaf, maaf....!" hanya kata itu yang keluar dari mulutnya.
"Tidak apa-apa?" jawab perempuan yang tadi menyapa dengan mengulum senyum membuat hati Akmal terasa bergejolak seolah dia melihat bidadari yang baru turun menghampiri.
"Aku Akmal Sanjaya." ujarnya sambil mengulurkan tangan mengajak wanita itu bersalaman.
"Sarah," jawab wanita yang baru saja datang sambil menggeserkan kursi hendak duduk.
"Tunggu dulu! pelayan, pelayan.....!" tahan Akmal sambil celingukan mencari waiter.
Tak lama orangnya dipanggil pun datang, dengan segera Akmal meminta merapihkan kekacauan yang ia buat. pelayan itu tidak menolak, dia mengelap meja dan mengganti kursi yang hendak diduduki oleh Sarah.
"Silakan duduk pak, Bu!" ujar waiter setelah menyelesaikan kekacauan.
"Terima kasih Oh iya saya pesan minuman lagi seperti yang baru saja tumpah." pinta Akmal ke pelayan. "Kalau kamu mau minum apa?" tanya Akmal sambil menatap ke arah wanita yang sedang duduk di hadapannya.
"Aku Cappucino aja."
Waiter mencatat semua pesanannya, kemudian berpamitan untuk melanjutkan pekerjaan. Seperginya sang waiter, terjadi kekakuan antara mereka berdua. apalagi ketika melihat tatapan Akmal yang sangat membuat Sarah tidak nyaman, pria itu selalu menatap bagian dada yang kemeja bunganya tidak terkancing, namun Sarah tidak memprotes hal itu, karena mungkin begitulah cara seorang pria mengagumi sosok perempuan.
"Untukmu!" ucap Akmal yang memecah hening diantara mereka berdua, sambil memberikan seikat bunga mawar putih yang sejak dari tadi ia persiapkan.
"Terima kasih banyak, ini sangat indah dan wangi." jawab Sarah yang menerima pemberian itu, kemudian dia mencium Wangi Bunga menggunakan hidungnya.
Suasana pun menjadi Hening kembali, padahal sejak tadi sebelum Sarah datang Akmal sudah mempersiapkan obrolan-obrolan yang akan dibicarakan dengan wanita yang baru saja ia temui, namun kata-kata yang sudah dirangkai dengan begitu sempurna seolah hilang dari kepalanya.
"Ini benar Akmal Sanjaya, yang berada di aplikasi kencan itu?" tanya Sarah yang merasa tidak nyaman karena mata lelaki yang berada di hadapannya terus menatap ke arah bagian dada, sepertinya lelaki yang baru ia temui adalah pria mesum.
"Iya, kenapa nampak berbeda dengan foto dengan aslinya?"
"Iya, karena di profilmu kamu mengaku berumur 28 tahun tapi setelah aku melihat secara langsung nampaknya kamu lebih tua dari itu."
"Tidak, aku tidak berbohong, memang wajahku saja yang kelihatan tua, tapi umurku baru 28 tahun."
"Oh, kalau begitu nggak apa-apa. terus keseharianmu apa?"
"Aku bekerja di kliniku sendiri menjadi seorang dokter yang setiap hari dikunjungi oleh pasien."
"Wah, ternyata kamu bukan orang biasa. Terus kenapa sampai memajang foto di aplikasi kencan online?"
"Aku sangat sulit untuk bergaul, rasanya ada yang aneh ketika aku berada di tengah keramaian. aku lebih senang berada di rumah sambil melukis pesawat Karena itu adalah hobiku."
"Berarti kamu introvert?"
"Tidak, aku bukan introvert. Aku hanya lebih senang menyendiri saja, karena dengan menyendiri aku bisa menemukan gagasan-gagasan penting dalam hidupku."
"Oh....." tanggapan Sarah sambil manggut-manggut seolah paham dengan sikap lelaki yang berada di depannya.
Suasana meja pun kembali sunyi hanya terdengar Pintu kaca Cafe senja yang berdering lembut ketika dibuka, menyambut pengunjung dengan aroma kopi yang menggoda. Di dalam cafe dinding bata ekspos menyatu dengan dekorasi kayu yang memberikan kesan hangat dan bersahaja.
Barista tersenyum ramah di balik konter kayu, menciptakan senyum yang menular kepada setiap pelanggan. Deretan kursi kulit yang nyaman mengelilingi meja-meja kayu yang dipenuhi buku-buku dan laptop
Suara mesin kopi yang berdenting dan suara cincin gelas menyatu dengan playlist jazz yang membawa suasana tenang. Setiap sudut kafe penuh dengan percakapan ringan dan tawa yang hangat. Hanya meja yang diduduki oleh Akmal dan Sarah yang terlihat sunyi
"Sudah berapa lama gabung dengan aplikasi kencan online?" tanya Sarah yang bingung harus Berbuat Apalagi karena lawan bicaranya lebih banyak menatap daripada berbicara.
"Kurang lebih tiga tahun." jawab Akmal yang terlihat menundukkan kepala.
"Lama juga, Terus apa yang didapat, Apakah kamu tidak menemukan wanita yang cocok atau baru kali ini menggunakannya secara serius?"
"Tidak ada yang didapat dan aku selalu serius ketika mendekati seorang perempuan."
"Terus dalam kurun waktu yang lumayan lama itu kamu tidak mendapatkan perempuan yang diinginkan atau kamu banyak memilih?"
"Tidak, aku tidak banyak memilih. yang terpenting perempuan itu menerima kekuranganku yang kurang pandai bergaul, namun mereka selalu tidak menerima dan pergi begitu saja, makanya aku berharap kali ini wanita yang kutemui tidak kabur seperti wanita-wanita yang dulu."
Mendengar keterangan dari Akmal Sarah sedikit terkejut Kenapa Pria setampan dan segagah Akmal bisa sangat kesulitan mendapatkan seorang Pujaan Hati, padahal dilihat dari kehidupan Akmal tidak ada kekurangan sedikitpun, hanya kebiasaannya saja yang kurang bisa dipahami.
Akmal yang kehabisan kata-kata, dia hanya terdiam menunggu pertanyaan dari Sarah membuat perbincangan itu terlihat sangat pasif, seolah seorang HRD yang sedang mengintrogasi calon karyawan. Sarah menginginkan kalau perbincangan kala itu sangat interaktif, saling bertanya, saling mengungkapkan keinginan masing-masing. namun itu nampaknya Hanya keinginan belaka, karena daripada lebih banyak berbicara Akmal lebih sering menatap ke arah dada yang kancing bajunya tidak dimasukkan.
Semakin lama Sarah semakin merasa risih hingga akhirnya dia pun sadar Kenapa wanita yang ditemui oleh Akmal langsung menghilang, karena sikapnya yang terlihat kurang sopan dan tidak mencerminkan perilaku orang yang berpendidikan.
Sarah terlihat melirik ke arah tangan yang mana Di situ ada jam kecil yang melingkar, dia menatap ke arah Akmal yang sejak dari tadi masih memperhatikannya, membuat pria itu sedikit memalingkan wajah merasa tidak enak dengan tatapan Sarah yang mulai berubah.
"Maaf Kayaknya aku tidak bisa lama-lama di sini, karena aku ada janji dengan teman, nanti aku telepon ya." ungkap Sarah yang mulai merasa bosan.
"Kenapa nggak nanti aja, Tunggu sebentar lagi, kan Minuman kita belum datang."
"Tidak apa-apa karena ini urusannya sangat penting, kalau tidak secepatnya aku menemui, bisa-bisa aku dipecat dari pekerjaan." jawab Sarah sambil bangkit kemudian tanpa menunggu jawaban dari Akmal dia pun berlalu pergi meninggalkan Akmal yang melongok sendirian.
"Sarah....!" Panggil Akmal dengan suara kencangnya membuat wanita itu menoleh dengan wajah kesal, karena banyak mata yang tertuju padanya.
"Nanti malam, aku tunggu teleponmu." Lanjutnya sambil mengangkat ibu jari, membuat Sarah semakin merasa kesal karena Akmal sudah mempermalukannya, dengan segera dia pun bergegas keluar dari Cafe senja.
"Kopinya Pak!"
Seorang pelayan menawarkan kopi sambil menyimpan gelas dari atas nampan yang ia bawa di hadapan Akmal, namun pria itu tidak memberikan tanggapan dia masih Terkesima atas perginya Sarah wanita yang baru ia temui barusan.
Setelah menyimpan pesanan pelanggan waiter pun kembali untuk melayani pelanggan pelanggan yang lain, meninggalkan Akmal yang masih terduduk lesu tanpa semangat.
Suasana di dalam Cafe terlihat Langit-langit rendah menciptakan suasana yang hangat dan bersahaja
begitu para pelanggan melangkah masuk, Aroma harum kopi yang menyenangkan memenuhi udara, menyambut setiap pengunjung dengan kelembutan. Dinding yang dihiasi dengan seni lokal dan lampu-lampu gantung memberikan nuansa yang unik dan menyenangkan.
Pandangan tertuju pada barista yang mahir, dengan kepijian dalam menyajikan karya seni cair berupa latte yang kental. Mesin kopi berdering di sudut, menjadi simfoni yang merdu bagi para pencinta kopi. Suara semilir uap air yang keluar dari mesin menyatu dengan playlist musik lembut yang mengalun dari speaker, menciptakan harmoni yang menenangkan.
Di sekitar meja-meja kayu yang sederhana, terdapat keramaian percakapan ringan dan tawa pelanggan yang saling berbagi cerita. Sejumlah laptop terbuka di atas meja, menunjukkan kehadiran mereka yang mencari tempat nyaman untuk bekerja atau bersantai sambil menikmati secangkir kopi.
Akmal Sanjaya terus terpaku dalam lamunan penyesalan kehidupan yang terus menghantuinya. di mana dia sudah memiliki umur namun belum ada satupun wanita yang datang menghampirinya, padahal melihat dari kehidupan dia tidak ada yang kurang sedikitpun. merasa jenuh dan bosan Akhirnya dia pun mengeluarkan dompet kemudian menaruh uang di atas meja lalu dia pun pergi keluar.
Setelah berada di mobil Dia meremas kemudi dengan begitu kuat, kemudian dia memukulnya merasa menyerah dengan kehidupan yang dialami, Padahal dia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan sebuah cinta.
"Kenapa hidupku selalu malang, Kenapa wanita yang aku temui selalu pergi tanpa memberi kabar kembali. apa salah dan dosaku sampai aku sangat sulit menemukan seorang wanita, padahal umurku sudah hampir 35 tahun namun belum ada satupun wanita yang mau menjadi istriku. jangankan menjadi istri menjadi pacar aja mereka seolah menolak." gumam hati Akmal sambil memperhatikan wajahnya dari spion Tengah yang terlihat sangat gagah, mungkin seorang perempuan tidak hanya melihat ketampanan namun bagaimana para pria membawanya merasa nyaman ketika berada di sampingnya.
Dalam senja yang mulai memudar, Akmal meninggalkan Cafe Senja dengan langkah pasti. Cahaya kuning keemasan matahari terakhir menyapu jalan raya saat mobil Akmal meninggalkan parkiran. Lagu-lagu santai dari playlist favoritnya mulai mengalun dari sistem audio, menciptakan latar musik yang cocok untuk perjalanan pulang.
Mobil itu mulai masuk ke jalan raya yang ramai oleh kendaraan lain, Akmal merenungkan momen-momen yang baru saja dilewatkan di Cafe Senja. Penolakan, kebodohan, ketidakmampuan menjadi bayang-bayang menakutkan di dalam kehidupan dan mungkin akan menjadi memori buruk dalam dirinya.
Perlahan, kota mulai diliputi oleh lampu-lampu jalan yang menyala satu per satu. Akmal menikmati perubahan suasana dari senja ke malam, menghadapi lalu lintas yang semakin padat dengan sabar.
Dengan perjuangan yang begitu gigih, akhirnya dokter itu tiba di rumah, dengan segera dia pun memarkirkan mobil kemudian masuk ke dalam untuk mengistirahatkan tubuh yang terasa lelah.
Malam hari, sambil duduk di sofa yang berada di kamarnya Akmal Sanjaya mengajak hewan peliharaannya yang diberi nama Robi, seekor kura-kura Brazil yang sudah lama menemaninya untuk mengobrol. Memang begitulah kebiasaannya ketika malam dia akan menghabiskan waktu bercerita dengan seekor Hewan seperti orang yang benar-benar kurang kerjaan.
"Aku nggak nyangka Robi, kalau wanita yang baru ketemui itu pun meninggalkanku, padahal aku sudah lama menginginkan memiliki pacar, tapi kenapa tidak ada wanita yang mau mendekat." curhat Akmal kepada sang kura-kura yang tidak memberikan tanggapan apa-apa, kura-kura itu hanya terlihat mengunyah dengan tenang.
Setelah dirasa cukup mengisi perutnya, dia pun memakai alat bantu pembesar di kecamatannya, lalu mengambil pesawat lengkap beserta kuas dan cat. Akmal mulai melakukan rutinitasnya yang melukis sebuah miniatur kapal ditemani Robi yang tidak bisa berbicara.
Keadaan malam itu terasa sangat sunyi, karena Akmal berada di komplek perumahan yang lumayan mewah, sehingga penjagaannya sedikit ketat. hingga keheningan itu berubah ketika ada suara dering telepon dari handphonenya.
Muncullah nama Bi Ati yang memanggil, dengan segera Akmal pun menggeserkan tombol hijau untuk mengangkat telepon.
"Halo Bi, ada apa?" tanya Akmal yang sebenarnya dia sudah paham kalau bibinya pasti akan menelepon setiap malam.
"Kamu sudah makan?"
"Sudah, Baru aja selesai."
"Makan apa?"
$Makan nasi goreng."
"Jangan kebanyakan makan karbo, apalagi yang berminyak seperti itu. kamu harus banyak memakan sayuran supaya tubuhmu selalu sehat."
"Iya Bi biasanya juga Akmal makan seperti itu, namun hari ini Entah mengapa Akmal ingin nasi goreng."
"Yah kalau sesekali tidak apa-apa. Ya sudah sekarang kamu tinggalkan pesawatmu, kemudian tidur karena besok kamu pasti kerja. ingat kamu bukan anak kecil yang terus bermain dengan pesawat mainan."ingat Bi Ati seolah tahu dengan rutinitas yang biasa Akmal lakukan.
"Yah Bi, terima kasih."
Telepon pun terputus, setelah menyimpan handphonenya kembali di atas meja, Akmal mulai merapikan mainan pesawatnya untuk dilanjutkan besok malam.
Dari arah luar terdengar suara mobil yang terparkir di dekat halaman rumahnya, membuat Akmal merasa penasaran siapa orang yang datang, sehingga dia pun mendekat ke arah jendela kemudian membuka gordennya. terlihatlah ada dua pasangan muda-mudi yang baru turun, nampaknya mereka adalah penghuni kos-kosan yang berada di perumahan itu.
Mereka berempat terlihat sangat mesra, karena pelukan tidak terlepas dari pasangan masing-masing. bahkan mereka tak segan mendaratkan ciuman di bibir masing-masing, membuat jakun Akmal terlihat naik turun ingin melakukan hal yang sama.
"Gantian ya! nanti kalau aku sudah selesai baru kalian boleh masuk ke kamar." ujar satu pasangan sambil masuk ke dalam kosan.
"Oke, tapi nanti kalau sudah selesai tolong dirapikan tempatnya, agar kami juga nyaman ketika bermain."
Pasangan itu hanya mengancungkan ibu jari tanda persetujuan, Kemudian mereka pun tidak terlihat ditelan pintu pagar yang lumayan tinggi. tinggallah pasangan yang kedua, Mereka pun berjalan ke arah kap depan mobil, yang perempuan menyandarkan tubuhnya untuk duduk di atas.
Muda-mudi yang sedang dimabuk cinta tidak memperdulikan Di mana keberadaan mereka, yang laki-laki terlihat mendekat dari arah depan kemudian mengambil kepala perempuan untuk didekatkan ke kepalanya, sehingga pergulatan kepala pun tidak bisa terelakkan, membuat jantung Akmal semakin bergejolak ingin merasakan bagaimana rasanya bercumbu seperti itu.
Mata Sang Perempuan yang terlihat merem melek menahan serangan, dia pun terperanjat kaget ketika melihat jendela rumah Akmal yang terbuka dan terlihat ada orang yang berdiri menatap ke arahnya.
"Sudah hentikan, si idiot itu mengintip kita." pinta wanita itu sambil menuju ke arah Akmal yang dengan segera menutup gorden jendelanya.
"Hahaha, biarkan saja Mungkin dia tidak pernah merasakan apa yang kita lakukan sekarang."
"Aku takut, mendingan kita lanjutkan di dalam."
"Tidak apa-apa kalau main berempat."
"Yuk Sayang!" Jawab wanita itu dengan mengulum senyum, kemudian dia pun menuntun kekasihnya untuk masuk ke dalam kosan. sedangkan Akmal bersembunyi di balik tembok meratapi kebodohannya.
"Kenapa aku malah mengintip mereka. Dasar bodoh, bodoh." gumam Akmal sambil menepuk jidat, tubuhnya yang menempel ke dinding perlahan mulai meninggalkan, berjalan menuju ke tempat tidur untuk membaringkan tubuhnya di atas kasur. Tempat tidur yang nyaman itu merespon tubuhnya dengan lembut, menciptakan sensasi tenang dan hangat.
Dalam keheningan kamar, Akmal merasakan rasa lelah dari hari yang berlalu. Penolakan Sarah ketika tadi di cafe menjadi pengalaman buruk untuk kesekian kalinya, cara meninggalkan para perempuan yang berkencan dengannya selalu terngiang-ngiang dalam pikiran.
Dengan perlahan, Akmal menghanyutkan dirinya dalam kenyamanan kasur. Tangannya menyentuh selimut yang lembut, dan matanya mulai terpejam. Suara angin yang berbisik di luar jendela menjadi Harmoni Yang Indah di telinga Akmal, membawanya ke dalam dunia mimpi yang tenang.
Seiring dengan perlahan menyusur malam, Akmal merasa begitu bersyukur untuk memiliki ruang pribadi ini, tempat di mana ia bisa melepaskan penat dan membiarkan tubuhnya rileks. Di atas kasur yang empuk itu, Akmal merencanakan untuk menemukan ketenangan dan kesegaran untuk menyambut hari yang baru besok.
Keesokan paginya. seperti biasa setelah sarapan Akmal pergi ke klinik tempat pekerjaannya, di sana ada beberapa perawat yang membantu, Mereka terlihat manggut memberi hormat kepada sang atasan yang baru datang.
Setelah beristirahat beberapa saat, Akmal pun mengecek Beberapa pasien yang masih menginap di kliniknya dan memeriksa pasien yang baru datang untuk berobat. hari itu Akmal disibukan dengan pekerjaan rutinitasnya yang sebagai seorang dokter.
Malam harinya, seperti biasa dia pun sedang duduk di sofa yang ada di kamarnya, tangannya terlihat memegang miniatur pesawat yang sedang dilukis.
Hari ini aku sangat lelah sekali Robi. Rasanya aku ingin Memiliki seseorang yang bisa mengobati lelahku, yang bisa menemaniku berbicara ketika aku beristirahat di rumah." curhatnya sama kura-kura yang sedang mengunyah makanan.
"Kapan ya aku memiliki seorang pendamping seperti orang lain, aku sudah berusaha semaksimal mungkin bahkan aku mendaftar di beberapa aplikasi kencan. namun tidak ada satupun wanita yang mau menjalin hubungan denganku, mereka selalu kabur di saat pertemuan pertama kali."
Kura-kura itu tidak menjawab, Dia hanya fokus memakan makanannya yang diberikan oleh sang majikan, tidak memberikan respon atau gestur untuk menanggapi curhatan orang yang berada di kursi.
Kring...! kring...! kring....!
Suara telepon pun mulai terdengar berbunyi, setelah dilihat ternyata Bi Ati yang memanggil. dengan segera Akmal pun mengangkatnya.
"Lagi ngapain?" tanya orang Dari ujung telepon.
"Biasa sedang melukis pesawat Bi, kenapa?"
"Cobalah kamu ketika pulang kerja itu nongkrong di cafe atau main ke klub malam, Agar kamu memiliki pergaulan. jangan di rumah terus, nanti pikiranmu bisa terganggu."
"Tidak Bi, aku rasanya tidak terlalu suka bergabung dengan orang-orang yang kurang baik seperti itu, Aku lebih nyaman sendiri."
"Itu Masalahnya, Mau sampai kapan kamu merasa nyaman dengan kesendirian. kamu sebagai seorang manusia dan sebagai laki-laki yang normal, kamu harus memiliki pasangan. dan Kalau kamu masih tetap diam di rumah kamu tidak akan pernah menemukan pasanganmu."
"Akmal sudah berusaha semaksimal mungkin, Akmal sudah memasang foto profil di beberapa aplikasi pencari pacar, namun mungkin belum waktunya saja Akmal memiliki kekasih. meski begitu Akmal yakin, suatu saat akan ada wanita yang datang dengan membawa cinta yang tulus untuk Akmal."
"Sampai kapan kamu menunggu, bukannya seorang laki-laki harus bekerja lebih keras daripada seorang perempuan. kalau kamu perempuan kamu sangat wajar menunggu seorang laki-laki datang. tapi kamu itu laki-laki yang harus keluar mencari pasangan terbaik."
"Yah Bi, tidak usah khawatir. doakan saja supaya Akmal bisa mendapatkan kekasih."
"Itu tidak harus diminta, karena setiap hari, setiap malam, Bibi selalu berdoa yang terbaik untukmu. sekarang kamu tidur simpan mainanmu dan mulai besok kamu harus keluar main mencari wanita, jangan terus terpaku di rumah." ujar Bi Ati yang selalu seperti itu, dia tidak bosan-bosan mengingatkan keponakannya agar secepatnya memiliki kekasih.
Setelah itu telepon pun terputus, Akmal yang masih merasa tanggung tentang bagian miniatur pesawat yang sedang dilukis, dia pun kembali mengambil kuas lalu melanjutkan pekerjaannya sambil menunggu kantuk datang.
Suasana di dalam kamar Akmal terasa begitu sunyi, sedikit remang-remang, karena dia tidak terlalu suka menyalakan lampu. dia lebih menikmati kegelapan dalam kesendiriannya. waktu pun terus berlalu hingga akhirnya Akmal pun merapikan semua peralatan mainannya, untuk dilanjutkan esok malam, namun ketika hendak bangkit tiba-tiba teleponnya berbunyi.
"Siapa yang menelepon?" tanya Akmal sambil mengerutkan dahi karena nomor yang muncul adalah nomor yang tidak memiliki nama.
Telepon itu terus berdering karena Akmal Tidak sembarangan mengangkat telepon Kalau tidak menyimpan kontaknya. dia terus melanjutkan pekerjaan untuk merapikan seluruh mainannya, namun lama-kelamaan Akmal merasa risih sehingga dia pun memutuskan untuk mengangkat telepon itu.
"Selamat malam. Apakah ini dengan pak dokter Akmal Sanjaya?" tanya suara lembut seorang wanita dari ujung telepon, membuat Akmal merasa heran sekaligus penasaran kenapa ada seorang wanita yang menghubunginya.
"Halo, apakah saya berbicara dengan pak dokter Akmal Sanjaya?"
"Yah, iya...!" jawab Akmal dengan suara sedikit gugup, Entah mengapa jantungnya terasa berdegup, Padahal hanya baru disapa itupun lewat telepon.
"Perkenalkan, aku Asri Kumala. Maaf aku mengambil nomor Pak dokter dari aplikasi kencan online."
"Tidak apa-apa!" jawab Akmal dengan penuh kekakuan.
"Aku tertarik dengan profil dokter Akmal, setelah aku baca dan aku analisa Ternyata kita memiliki banyak kesamaan. aku juga seorang dokter THT di salah satu rumah sakit."
Mendengar perkataan perempuan itu membuat Akmal semakin terdiam. Ucapan, keinginan, kata-kata yang dirangkai ketika Bertemu dengan wanita seperti biasa menghilang seketika. Tak ubahnya seperti orang yang memiliki pemikiran yang lemah.
"Halo Pak Dokter. Apakah saya telat menghubungi bapak karena bapak sudah memiliki kekasih?"
"Maaf, maaf. Tidak, tidak terlambat. Aku hanya sedang menonton televisi." jawab Akmal yang menyembunyikan rasa malunya.
"Syukurlah kalau tidak terlambat, Semoga kita bisa berteman dengan baik."
"Pasti, pasti." Jawab Akmal yang hanya bisa berbicara sedikit.
"Terima kasih kalau begitu."
"Sama-sama."
Obrolan Mereka pun terhenti seolah kehabisan pembicaraan, padahal Akmal selalu belajar dan membaca Apa saja yang harus dibicarakan ketika dia bertemu dengan seorang perempuan, namun waktu itu pembicaraan yang selalu dia impikan seolah hilang seketika. Bahkan dia terlihat mengepalkan tangan merasa kesal dengan dirinya yang selalu ganggu ketika mengobrol dengan seorang perempuan.
"Halo!" Akmal mulai mencoba mengetes Apakah teleponnya masih terhubung.
"Yah, kenapa Pak dokter?"
"Kalau kamu serius, Bisakah kita bertemu?" tanya Akmal memberanikan diri.
"Bisa, tapi aku memiliki sedikit pertanyaan. Bolehkah aku bertanya?"
"Boleh?"
"Apakah foto profilmu itu adalah foto terbaru, karena banyak pria yang memasang foto ketika mereka masih muda."
"Iya itu foto terbaru, sebulan yang lalu saya ambil di Rumah Sakit Harapan Sembuh. kalau kamu tidak percaya kamu bisa menghubungi resepsionisnya, nanti aku berikan nomor handphonenya 0857."
"Tidak, tidak usah! aku percaya kok. Ya sudah kapan kita bertemu?" potong wanita yang mengaku bernama Asri Kumala.
"Besok, jam 03.00 sore. di cafe Senja."
"Baik jangan sampai membuatku menunggu."
"Tidak, aku akan datang lebih awal."
"Ya sudah kalau begitu, selamat beristirahat pak dokter Akmal Sanjaya."
Akhirnya telepon pun terputus membuat Akmal berdiri kegirangan, karena bayang-bayang yang selalu diimpikan nampaknya akan menjadi kenyataan. Soalnya baru pertama kali ini Semenjak dia bergabung dengan kencan online ada seorang wanita yang menghubunginya, ini adalah kemajuan yang sangat luar biasa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!