NovelToon NovelToon

Bestie

Awal pertemuan

Ini cerita milik cewek bernama Viandra. Problematiknya ringan aja, saking ringannya, Viandra yang akrab di panggil Vivi ini sampai nggak enak makan dan nggak enak tidur. Yuk, bersama zenun sebagai narator, mari kita saksikan kisah hidup Viandra yang bikin gregetan.

...☀☀☀☀☀...

Selamat pagi dunia!

Sinar matahari merojok mata ketika seorang cewek menyingkap tirai jendela depan tempat ia mengontrak. Namanya Viandra putri binti bapak Ismail. Dia asli Bekasi, yang di kenal sebagai kota industri. Namun dia memilih mengontrak saat diterima bekerja di salah satu PT kawasan industri A lantaran cewek itu malas menempuh jarak empat puluh menit dari rumah menuju tempat kerja. Padahal lingkungan rumahnya juga dekat dengan kawasan industri B. Namanya juga rejeki, kadang-kadang yang dekat tidak lolos tes yang jauh malah lolos. Syukuri saja apa adanya.

Hari ini adalah hari minggu.

Tadinya, dia ingin mengisi hari minggu ini dengan bermalas-malasan di atas kasur yang terlihat melambai-lambai ingin memeluknya. Namun saat teringat ada yang harus ia kerjakan, mau tidak mau Viandra menyeret tubuhnya masuk ke kamar mandi untuk bersiap-siap memulai hari. Viandra mendapat mandat dari temannya membuat kartu ucapan yang akan di taruh di dalam sebuah kado pada seseorang. Dia harus pergi ke tempat fotokopi untuk mencetaknya.

Dan disitulah awal mula kisah berawal.

Di tempat fotokopi.

"Mas, di sini ada jasa ngetik buat kartu ucapan gak? sekalian nanti di print. Soalnya saya cuma ada draft rangkaian kata-katanya aja." Viandra berbicara kepada tukang fotokopinya, sebut saja lelaki itu Baron.

"Laah, kagak ada! kagak bisa, di sini kirim dokumen siap langsung cetak."

"Oh begitu. Biasanya di tempat fotokopi lain ada yang bisa ketikin gitu gak bang kata-katanya?"

"Tergantung sih, ada yang bisa ada yang nggak. Tapi kayanya kagak ada. Lagian jaman sekarang biasanya orang-orang udah siap ketik tinggal kirim ke sini langsung cetak. No ketik-ketik, no edit-edit."

Viandra melenguh kecewa. Dia berfikir karena tidak mempunyai laptop jadi tidak bisa bikin ketikan kata-kata dan hanya mengandalkan draft HP. Jadi menurutnya, minta bikin ketikan kata mutiaranya yang hanya secuil di pc tukang fotokopi tidak masalah. Yang penting bayar.

Viandra mematung di tempat sambil berfikir. Kemudian beberapa menit berlalu si Baron kembali menginterupsi.

"Sekarang mah ngetik di HP pake aplikasi bisa kali." Seru Baron, nadanya seperti tersirat tak habis pikir. Kalau di terjemahan ke dalam kalimat, bunyinya seperti ini, 'nih orang gak tahu perkembangan teknologi apa ya?' Viandra langsung cerah, menemukan semangat baru untuk menyelesaikan tugasnya.

"Apa nama aplikasinya bang?"

"Download aja WPS."

Viandra memeriksa Hp. Cewek itu merasa seperti tidak asing dan taraaa... ia pun menemukan aplikasi yang dimaksud di dalam ponselnya. Banyak aplikasi yang terpasang di HP nya namun cewek itu tidak tahu fungsi-fungsi dari fitur tersebut. Dia mencoba membukanya, membuat seperti apa yang ceritakan Baron. Selagi manusia di kasih akal pikiran, masa iya dia tidak bisa canggih seperti orang-orang? pikirnya.

Bermenit-menit berlalu, akhirnya Viandra bisa membuat apa yang dia mau. Lantas ia memanggil Baron kembali.

"Bang, udah nih."

"Yaudah kirim."

Dokumen berhasil di kirim, namun tidak semulus apa yang di harapkan. Baron lagi-lagi membuat Viandra berfikir.

"Ini jadinya segede gaban. Bagen emang?" Baron melemparkan pertanyaan retoris tanpa menatap ke arah Viandra. Cowok itu sibuk menatap PC.

"Emang gak bisa di edit jadi kertas kecil gitu bang? separuhnya aja?"

"Nggak bisa! no edit-edit." Begitu katanya. Lalu Baron asyik sendiri dengan urusannya alih-alih menolong Viandra lebih lanjut.

Viandra tidak menyerah. Dia berkutat cukup lama dengan ponselnya hingga orang-orang datang silih berganti bertransaksi di tukang fotokopian tersebut, ia pun sampai tidak menyadarinya. Lalu lalang motor di jalan raya seolah mengejeknya untuk tetap berdiam diri tanpa hasil yang berarti. Saat rasanya hampir mau menyerah, tiba-tiba..

"Sudah beres belum Mbak?" tanya seseorang yang disinyalir kawan si Baron. Soalnya datang dari arah dalam toko. Viandra yang akrab di sapa Vivi melirik Baron sebentar sebelum ia menjawab pertanyaan. Yang di lirik sedang memutar-mutar bangkunya sambil menyangga hidungnya dengan pulpen hingga menyerupai patkai.

"Belum Mas." Dipanggil Mbak, Viandra pun refleks memanggilnya Mas.

"Emangnya Mbak mau kaya gimana?"

Bercerita lah Vivi dari awal sampai akhir. Cowok itu menanggapinya, kemudian serius mengerjakan apa yang Vivi mau. Sepuluh menit berlalu dalam kesibukan masing-masing-- yang cowok di depan PC, yang cewek memperhatikan-- lalu si cowok menghampiri Vivi dengan membawa kertas yang baru saja ia print.

"Kaya gini Mbak?"

Viandra melihat hasilnya ternyata waw amazing, persis seperti apa yang deskripsikan.

"Laaah, lu bisa ini bray?" Baron menyambar. Kini lelaki itu menghampiri.

"Bisa. Gampang ini mah."

Mata Viandra memicing. Oh jadi si Baron ini ternyata sebelas dua belas dengan dirinya, tapi gayanya bagai orang yang paling bisa. Viandra merutuk dalam hati. Dia ilfil setengah mati dengan Baron. Tetapi perasaan jengkel tersebut kian memudar ketika Viandra teringat si Mas di depannya mengusahakan yang terbaik.

"Jadi berapa Mas?"

"Lima ribu aja Mbak."

Viandra menyurukkan uang kertas senilai sepuluh ribu rupiah. Si Masnya langsung kasih kembalian lima ribu rupiah pada Viandra.

Tetapi kembalian lima ribu tersebut di tolak cewek itu.

"Buat Mas aja, sebagai tanda terimakasih sudah mau repot-repot editin hehehe." Tidak pakai menunggu jawaban dari cowok itu, Viandra langsung kabur sembari merasakan nyess di hati, juga jantung yang seperti alunan musik malam. Pipinya sudah memerah, entah sebagai respon terpana akan kegantengan si Masnya atau malu karena ngasih tips hanya lima ribu.

Sedangkan si cowok hanya membeku, membolak-balik uang lima ribu tersebut sembari senyam-senyum.

Begitu cerita di day satu pertemuan. Viandra malamnya tidak bisa tidur saat kejadian pertemuan ini. Terus keesokan harinya, Viandra ke tempat fotokopi itu lagi. Nahas, yang jaga lagi-lagi Baron.

Viandra tahan langkah sampai Mas yang di carinya muncul. Pucuk di cinta, sosok yang di tunggu muncul lalu sibuk mengelap etalase. Viandra langsung gas tipis-tipis.

"Mau apa Mbak?"

Pucuk di cinta yang kedua, Mas yang di harapkan Viandra yang menyapa lebih dulu.

"Mau ngeprint lagi mas, bisa kan?"

"Bisa Mbak, kirim aja dokumennya."

"Oke, kirim ke nomer WA fotokopi ini ya? nomernya kosong delapan berapa Mas?"

"Itu Mbak, tertempel di dinding." Sambil nunjuk.

 "Oh, yang itu. Kalo nomer WA Masnya kosong delapan berapa?" si cewek kontan cengar-cengir. Yang cowok jadi salah tingkah. Ia pun sama, cengar-cengir juga seperti Viandra.

"Ih serius Mas!"

"Nomer Mbaknya aja sini, biar saya yang simpan. Nanti saya WA Mbak." Kata si cowok begtu. Si cewek pun mengiyakan. "Oke."

Terjadilah simpan menyimpan nomor telepon.

"Udah di simpan Mas?"

"Sudah Mbak," si cowok masukan HP segera ke kantong masih dengan senyum yang melekat.

Viandra penasaran dengan nama apa Masnya tersebut menyimpan kontaknya? pasalnya cowok itu tidak bertanya soal nama. Viandra tidak pernah tahu, kalau nomornya di simpan dengan nama kontak, 'Mbak2 goceng' di belakangnya di pakaikan tanda nyengir.

Dan akhirnya si cewek tidak jadi nge print. Pada dasarnya Viandra datang kembali cuma ingin mendapat no telepon Masnya yang menjadi penyebab ia tidak bisa tidur semalaman.

"Mas, satu lagi nih yang saya mau tanya. Nama Mas siapa?"

"Nama saya Arshaka Gibran."

"Oh, kalau begitu saya panggil Mas Gibran aja, boleh?"

"BOLEH.. " teriak Gibran karena Viandra sudah keburu kabur lagi seperti kemarin. Viandra tipe orang yang dikit-dikit kabur jika sedang merasa malu.

.

.

.

Bersambung.

Suka sama kamu

Kalau Viandra adalah orang asli sini dan ngontrak karena ingin mempersingkat waktu, lain hal dengan Gibran. Cowok itu anak rantauan yang berasal dari Klaten. Di kampungnya, ia hanya memiliki satu bapak. Maksudnya itu orang tua Gibran tinggal sebelah. Bukan gitu, bukan badannya yang hanya tinggal setengah melainkan orang tuanya hanya tinggal Bapak karena ibunya meninggal sejak ia masih bayi.

Setelah dua kali pertemuan di tempat fotokopi, Viandra dan Gibran bertemu kembali di jalan tanpa perencanaan. Waktu itu, Viandra sedang menuju tempat kerja mengalami insiden kecil. Ia mengendarai motor dengan kecepatan rendah karena lalu lintas padat merayap. Jalanan yang di lewati merupakan jalanan kecil di dalam kampung alih-alih jalan raya besar. Jalan ini jalur tercepat menuju kawasan industri. Jadi, tak ayal jika pengendara menemukan beberapa polisi tidur buatan warga seperti terbuat dari ban ataupun kayu.

Entah kenapa, biasanya juga tidak seperti itu karena dia sering melewatinya, tiba-tiba ban motor belakang yang dikendarai Viandra ngelecer alias tidak mau di ajak jalan saat melewati salah satu polisi tidur. Viandra menarik tuas gas agak kencang tetap saja ban belakang tidak mau naik malah terus berputar di tempat.

Viandra lumayan panik, ia menoleh ke belakang sembari terus mencoba berusaha, eh tau-tau ada pengendara cowok naik motor Honda PCX putih bergerak mengulurkan tangan kirinya mengangkat ujung jok Motor Viandra, sedangkan si cowok masih dalam keadaan naik motor. Akhirnya, motor yang dikendarai Viandra pun berhasil melaju.

Alhamdulillah.

Viandra ingin mengucapkan terimakasih padanya, namun situasi kondisi tidak memungkinkan karena orang yang menolongnya sudah jalan duluan. Juga keadaan sekitar banyak pengendara motor yang berlalu lalang. Tapi.. dari perawakan dan wangi cowok itu, Viandra menduga dia adalah Gibran.

Tuh kan benar.

Cowok yang menolong Viandra belok ke toko fotokopi dan berhenti di sana. Ketika helm sudah di lepas, semakin fakta kalau dia adalah Gibran.

Itu cerita siangnya.

Malamnya, Gibran belum kunjung mengirimkan WA sesuai janjinya tempo hari pada Viandra. Padahal setiap hari, Viandra selalu memeriksa beranda ponselnya secara antusias. Tidak apa-apa. Viandra mulai mengendurkan harapan untuk bisa lebih dekat dengan Gibran. Tidak terlalu berharap pada manusia membuat Viandra terhindar dari penyakit hati.

Tetapi,

Viandra terkejut bukan main malam ini, setelah melihat pesan yang baru saja masuk.

Gibran: Assalamualaikum.

Viandra: Wa'alaikumsalam, ini siapa ya?

Gibran: Saya Gibran Mbak.

Balas apa nih, ya ampun. Viandra ingin jingkrak-jingkrak sambil kayang. Viandra menelungkupkan ponselnya, jeda sebentar untuk merasakan pipinya yang menghangat. Cewek itu mengumpulkan kesadaran dan menetralkan degup jantungnya.

Balas so cool kali ya?

Viandra: Oh Mas Gibran yang baik hati dan ganteng itu bukan si? yang udah bantu editin?

Rencana balas pesan so cool hanya tinggal kenangan.

Gibran: hehe bisa aja Mbak. Saya penjaga fotokopi yang Mbak datangi.

Balas apalagi ya? lama Viandra berfikir.

Viandra: Salam kenal Mas, nama saya Viandra biasa di panggil Vivi. Biarin ya saya memperkenalkan diri duluan. Nungguin Mas Gibran nanya nama saya, kaya nunggu upin-ipin tumbuh rambut.

"Dih, nih bocah senyam-senyum bae sama HP dari tadi!" Cupli mengomentari Gibran karena cowok itu mesem-mesem sendiri kepada HPnya. Sedangkan Gibran hanya melirik sebentar ketika Cupli mengomentarinya. Cupli merupakan salah satu teman tongkrongan Gibran ketika merantau di kota ini.

Tinggal di perantauan, Gibran memiliki banyak teman karena sifat cowok itu yang mudah berbaur. Tetapi dari sekian banyaknya teman, ada tiga orang paling akrab layaknya sahabat dari bayi. Mereka dua teman laki-laki yang bernama Proto dan Cupli, kemudian satu perempuan bernama Jihan.

Mereka berempat akan selalu ada bagi satu sama lain dalam masa apapun termasuk sekarang ini. Gibran yang tiba-tiba ingin pindah lokasi kontrakan senantiasa menyibukkan para ketiga sahabatnya tersebut. Tidak ada yang merasa keberatan sama sekali walaupun hari sudah malam, justru di libatkan dalam segala urusan membuat mereka merasa dianggap bagian.

Selesai pindahan, mereka menyempatkan waktu untuk berkumpul di depan teras kontrakan tiga petak tersebut yang baru saja Gibran singgahi. Kontrakan Gibran yang baru ini adalah kontrakan yang sama dengan Viandra tempati. Cewek itu tidak tahu, bahwa dia berkirim pesan dengan Gibran hanya dalam radius enam meter saja. Diam-diam tanpa desas-desus, Gibran stalking informasi tentang tempat tinggal Viandra. Maka cowok itu langsung booking kontrakan kosong di sebelahnya tanpa aba-aba. L

"Kesambet lu ya? kudu di bersihin dulu nih tempat kayanya. Kosong berapa tahun emang si?" samber Jihan. Gibran masih diam tak menjawab. Hanya tawa kecil yang menjadi jawaban dari cowok tersebut.

Sedangkan temannya satu lagi, Proto, dia sibuk makan jamuan yang telah disediakan Gibran.

Kok di depan agak berisik? apa mungkin ada yang pindahan ke kontrakan sebelah? ah besok pagi aja lihatnya. Viandra bergumam.

Begitulah cerita malamnya. Usut punya usut, esok harinya pun Viandra masih belum bisa menemui tetangga baru sebelah.

...*****...

Suatu hari kemudian.

Ada satu moment dimana Gibran menemukan sosok Viandra menarik minat. Gibran yang awal hanya menginginkan suasana baru lambat laun mengerti dengan perasaannya sendiri terhadap Viandra. Dia ingin lebih dekat, bahkan ingin memiliki hati cewek itu.

Awal percikan cinta tumbuh dari sudut Gibran, terjadi ketika Gibran jalan kaki sendirian pulang dari masjid.

Dia melihat Viandra menaiki sepeda motornya dengan keranjang besar di jok belakang. Di dalamnya banyak bungkusan makanan yang siap di jajakkan.

Tidak menunggu lama, Gibran langsung melancarkan aksi heroik. Dia tidak bisa melihat cewek kelelahan karena membawa banyak dagangan.

Pekerja keras banget. Sebelum berangkat kerja sempet-sempetnya jualan dulu. Bantuin ah.

"Mbak Vivi, bawa ini semua ke tempat tongkrongan saya ya. Mari saya bantu."

Viandra melongo sebentar. Mencerna sesuatu, sebelum akhirnya ia manggut-manggut.

"Emang tongkrongannya dimana Mas? jauh nggak kira-kira?"

"Kalau jalan kaki jauh, kalau naik motor dekat. Naik motor aja, bisa ini saya akalin." Tempat nongkrong mereka yang paling sering adalah rumah Proto.

Hanya berfikir sedikit, Gibran bisa mencarikan solusi bagaimana ia harus menggiring Viandra ke tempat tongkrongan tanpa ada yang jalan kaki dari salah satunya. Mereka berdesakan, berbagi ruang dengan keranjang di atas motor Honda beat warna merah milik Viandra.

"Mas, emang bagen kita nempel-nempel kayak gini?"

"Bagen itu apa Mbak?" Gibran bertanya tidak mengerti. Matanya tetap fokus mengemudi.

"Ehehe, 'bagen' itu sama kaya 'biarin' atau juga bisa 'tidak apa-apa', maaf Mas, kadang-kadang mulut ini suka nyaman banget ngomong bahasa di kampung saya."

"Ya bagen Mbak, se-nyamannya aja." Gibran menanggapi, ikut-ikutan berbicara seperti Viandra. Padahal Gibran sering mendengar temannya berbicara ceplas-ceplos seperti Viandra.

"Laaaah..jadi ikut-ikutan." seru Viandra, dan mereka pun tergelak bersama.

Tempat tujuan sudah sampai.

Di sana ada Cupli, Proto, Jihan, dan kawan-kawan lainnya satu tongkrongan menatap kedatangan dua manusia ini. Proto maju lebih dulu membantu menurunkan keranjang. Mulutnya bergumam lezatos saat melihat banyak makanan.

"Ambil aja kalau mau. Yang lain kalau mau tinggal ambil aja."

"Serius ini ran?"

"Serius, udah tenang. Pokoknya hari ini kalian semua kenyang."

"Aseeeek." Bersamaan sorak gembira dari kawan-kawan, Viandra tersenyum lebar ikut merasakan euforia senang. Makanan pun di bagi-bagikan.

"Mbak Vivi, jadi berapa total semua? biar saya yang bayar." Gibran sudah buka-buka dompet, sedangkan Viandra seperti terkejut sambil cengengesan.

"Hah? jadi berapa Mbak?" tanya sekali lagi memastikan.

"Ini gratis Mas, saya gak jualan. Saya emang lagi bagi-bagi jum'at berkah."

Viandra pamit pergi, Gibran seketika membeku di tempat. Lelaki itu berteriak setelah lima menit terdiam.

"ANJIIIR...MALU BANGET GUA!!!" sambil gosok-gosok muka. (bertepatan dengan ini, Viandra juga gosok-gosok hati di kontrakan sembari nepuk-nepuk pipinya yang hangat).

"HAHAHA.. YUHUUU.. ada orang ngerampok jum'at berkah!" Teman-teman Gibran meledek cowok tersebut. Tawa pecah memeriahkan kekeliruan seorang Arshaka Gibran. Tumben Gibran salah perhitungan. Beberapa detik kemudian tawa meriah berangsur-angsur reda, tergantikan dengan gumaman dalam hati beberapa orang.

Alhamdulillah, Gibran udah bisa suka sama perempuan.

Inilah kisah Gibran tidak bisa tidur gara-gara Viandra.

.

.

.

Bersambung.

Zenun: Pas Gibran gosok-gosok muka, Viandra gosok-gosok hati, Zenun mau nyanyiin lagu D'Bagindas yang judulnya suka sama kamu.

Nyanyi ah.

Hatiku berkata ingin katakan cinta..

Namun aku malu untuk mengawalinya..

Jantungku berdebar saat kau menatapku..

Jadi salah tingkah bicara sama kamu..

Bibirku terbungkam melihat senyummu..

Aku tak kuasa saat di depanmu..

Risih

Enam bulan kemudian.

"Mas, kenapa dulu kontak aku kamu namain Mbak-mbak goceng?" itu yang Viandra katakan setelah dirinya bersender nyaman di bahu Gibran. Tangan Gibran praktis terulur untuk mengusap kepala sang kekasih.

"Aku kan belum tahu nama kamu ay." Gibran panggil Viandra dengan 'ay', merupakan kependekan dari ayang.

"Oh begitu. Lagian kamu gak mau nanyain nama aku sih hehe."

Aku dulu tidak tertarik dengan perempuan sayang. Tapi gak tau kenapa kamu bisa mengubah itu.

"Kamunya udah kabur duluan." Akhirnya Gibran jawab begitu, memanfaatkan kaburnya Viandra karena malu. Untuk rahasia yang terpendam, biarlah hanya tertahan di dalam hati.

"Ay, kamu lapar gak? aku pesenin martabak ya? atau mau nasgor migor?"

"Aku lapar. Tapi aku maunya makanan spesial yang seperti biasa."

Gibran ngelus kepala ceweknya penuh sayang seraya berkata, "oke."

Makanan spesial yang di masak adalah mi instant kuah soto yang di masak dengan tangan Gibran. Bukan tangan Gibran yang ikut di rebus bersama mi, melainkan tangannya yang bekerja membuat hidangan mi bercampur telur ayam dan potongan cabe rawit menjadi makanan paling spesial di hati Viandra.

Sambil menunggu cowoknya masak di dapur, Viandra tidak sengaja melihat ponsel Gibran yang tergeletak mendapatkan notif pesan. Dia juga tidak sengaja membuka pola kunci, lalu melihat jenis pesan apakah yang telah masuk.

Isinya dari Jihan, curhat tentang cowoknya yang tidak mumpuni. Maksudnya, Jihan curhat kepada Gibran kalau pacarnya tidak mencerminkan sikap yang baik, alias dia tidak bahagia dengan hubungannya.

Viandra tidak sengaja, menyakiti dirinya sendiri dengan terus membaca-baca sampai ke atas chatan Gibran dengan teman perempuannya.

Jihan cerita kalau cowok yang baru saja di pacari sebulan ini tidak romantis, dan juga tidak peka menjaga seperti sahabat-sahabatnya termasuk Gibran. Itu artinya, perilaku perhatian Gibran bukan hanya saja di berikan kepada Viandra. Perhatian itu terbagi-bagi kepada wanita lainnya, yang siapa tahu si wanita juga memendam rasa lebih dari sekedar teman. Viandra berfikir demikian.

Perasaan risih sudah tumbuh selama enam bulan terakhir, Viandra akhirnya memberanikan diri untuk membalas pesan sahabat pacarnya tersebut.

Gibran (yang ngetik Viandra) : Kalau begitu cuma ada dua pilihan. Menerima lalu mengubah, atau tidak menerima lalu pergi.

"Ay, udah jadi nih. Silahkan menikmati." Setelah menyurukkan semangkuk mi ke hadapan Viandra, Gibran gerak cepat menyambar ponselnya yang sudah di taruh kembali ke tempat semula oleh ceweknya.

"Terimakasih Mas. Kamu mau juga gak?"

"Mau, suapin ya."

"Wokeh.. Mas, kamu sibuk banget main HP?" Viandra bertanya begitu karena Gibran langsung fokus pada layar ponsel miliknya.

"Emang kamu lagi chat'an sama siapa?" lanjut Viandra lagi.

"Aku lagi chat'an sama Jihan. Dia curhat tentang cowoknya yang gak sesuai harapan dia." Gibran jawabnya sembari senyum.

"Dia masalah kayak gini selalu cerita ke kamu ya Mas?"

"Ya gitu. Tapi gak tahu juga ay soalnya aku gak tahu semua masalah orang-orang kan. Ini... kamu yang bales ya?" sambil menunjukan percakapan.

"Iya. Gapapa kan?"

"Ya gapapa. Kalau kamu mau curhat-curhatan sama dia nih pakai aja HP aku." Katanya begitu, Gibran langsung menyeruput teh hijau tanpa gula bikinannya.

"Gak ah, aku kan udah bahagia punya kamu, lantas kesusahan apa yang mesti aku ceritain ke dia? Yang ada nanti Jihan pengen cowok kaya Mas Gibran gara-gara aku cerita selalu bahagia."

Gibran tertawa, tapi Viandra memicingkan matanya. Perlahan-lahan tawa Gibran mereda mendapat tatapan tidak suka dari Viandra.

"Mas, kayaknya Jihan punya perasaan pada Mas Gibran lebih dari sahabat." statement Viandra membuat Gibran menghela nafas panjang. Lelaki itu membetulkan posisi duduknya, hanya karena ingin memberi penjelasan pada Viandra se-jelas-jelasnya. Bagi Gibran, hubungan pacaran bersama Viandra merupakan pengalaman pertama sekaligus yang terakhir. Kenapa? karena dia mengalami kesulitan soal perasaan pada lawan jenis.

Sekalinya jatuh cinta, maka ia akan jatuh cinta hanya sekali. Dan wanita yang sangat beruntung mengambil cinta yang langka itu adalah Viandra. Tetapi yang namanya perempuan, terbagi perhatian dengan wanita lain tidak akan merasa tahan meski berkedok pertemanan. Betul tidak? namun lain lagi dengan pendapat seorang Arshaka Gibran.

"Ay, aku temenan sama Jihan, Cupli, Proto udah lumayan lama. Jadi gak ada tuh yang namanya suka sama sahabat sendiri. Aku gak pernah merasa suka dengan Jihan sebagai perempuan, juga sebaliknya. Jadi kamu gak usah khawatir sama statement sahabat jadi cinta. Menurut aku, cewek sama cowok temenan bakal saling suka itu hanya MITOS belaka."

Viandra menarik nafas panjang, istighfar dalam hati sebanyak-banyaknya. Kata Gibran lelaki dan perempuan bersahabat bisa jadi cinta itu merupakan Mitos. Memangnya Gibran ini tinggal di planet mana? Merkurius? Viandra berdecak tak habis pikir. Kok bisa Gibran punya pemikiran agak lain.

Kita saksikan saja kisah-kisah mereka selanjutnya. Yang benar itu Gibran yang terlalu naif, atau Viandra yang terlalu berfikir berlebihan tanpa adanya bukti kecurigaan.

Drrrt.. drrrt..

Gibran melirik Viandra ketika tahu siapa yang menelpon. Viandra juga tahu yang menelpon Gibran itu adalah Jihan.

"Angkat aja Mas." Mendapat instruksi, Gibran langsung mengangkat panggilannya. Di loudspeaker oleh cowok itu.

"Hallo Gibran, lu udah tidur belum? gua gak bisa tidur nih. Temenin gua ngobrol ya sampai gua ngantuk. Kita mulai dari... hari ini lu cukur rambut. Sumpah penampilan lu keren cuy. Lu cukur di mana si sebenernya?"

Alih-alih menjawab, mata Gibran fokus melihat perubahan ekspresi wajah ceweknya.

.

.

.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!