Namanya Melissa Carrington Bradford. Jika dirunut ke belakang, dia keturunan bangsawan. Eyang buyutnya adalah Adrianto Pratomo dan Akira Al Jordan. Keturunan Hiroshi Al Jordan dan Shanum Pratomo, yang kemudian menurun ke Mamoru Al Jordan, Keia Al Jordan dan Ezra Hamilton.
Dari sini saja Melissa atau biasa dipanggil Milly bahkan Milly Banyune oleh sepupunya yang berarti mengalir airnya, sudah bisa ditebak keturunan old money. Omanya Alea menikah dengan polisi NYPD bernama Chris Bradford dan lahir Mamoru Bradford. Mamoru menikah dengan princess Victoria Carrington, salah seorang putri Inggris yang merupakan adik sepupu raja Henry.
Kebayang kan bagaimana saat Milly lahir, dia membawa banyak darah bangsawan di tubuhnya. Tapi apakah dia akan bersikap anggun layaknya princess? Nope, kalian salah besar. Milly sangat jauh dari itu. Bagi Milly, kalau bisa melanggar aturan, lakukanlah ! Bahkan opanya sendiri yang mantan komisaris NYPD, hanya bisa tutup mata jika cucunya berbuat ulah. Selain bandel, Milly juga sangat ceroboh.
Berbeda dengan Raiden yang memegang sesuatu sering rusaknya, kalau Milly seringnya kesandung lah, nabrak pintu, menyenggol hiasan dan sofa sampai pecah ... Makanya tidak heran jika bertandang ke istana Buckingham atau Kensington, Milly harus jalan di tengah-tengah. Jangan sampai dekat dengan hiasan apapun karena sudah pasti tidak akan selamatnya.
Ketika dirinya mendaftar di kedokteran Harvard dan diterima, semua anggota keluarganya langsung heboh kecuali Joey Bianchi. Opa Italiano itu sangat mendukung Milly bahkan saat gadis itu memilih mengambil spesialisasi saraf khusus fisik dan rehabilitasi, Joey adalah orang yang sangat support. Sayangnya, saat Milly semester dua, Joey meninggal karena pneumonia.
( ingat ya ... Jarak Alea dan Joey jauh ... )
Milly pun bertekad menyelesaikan kuliahnya dan menjadi dokter yang dibanggakan.
***
Present Day, Doha Qatar
"Jadi Malik sekarang lumpuh?" tanya Gasendra ke Ajmal Al Khalifa yang merupakan Emir Bahrain sekarang menggantikan ayah Reema yang mangkat. Ajmal adalah sepupu Reema dan ditunjuk melalui rapat semua anggota keluarga Al Khalifa sebagai Emir sekarang.
"Iya Sendra, Malik sekarang lumpuh dan tidak mau berobat. Aku sampai gemas !" ucap Ajmal geram.
"Gara-gara kecelakaan rally tahun lalu ?" tanya Ken Al Jordan.
"Iya Ken. Apakah kamu ada dokter yang bisa menerapi anakku ... Kalau bisa dokter yang biasa menangani atlet cidera ..." pinta Ajmal.
Para Emir memang sedang ada pertemuan di Doha Qatar dan semuanya terhubung karena ikatan pernikahan hingga saling dekat satu sama lain.
Gasendra menatap Ken. "Ada sih ... Dia biasa menangani tim New York Knicks atau New York Yankees..." jawab Gasendra. "Sayangnya dia ... cewek."
Ajmal melongo. "Siapa?"
"Milly Bradford."
"Lady Bradford?" seru Ajmal.
***
Markas New York Yankees
"Haaattssyyiiinnngggg !" Milly bersin sangat keras saat hendak memeriksa Jake Andrean, pitcher andalan tim baseball New York Yankees.
"Milly ! Jangan flu lah ! Nanti aku tidak bisa melempar bola dengan benar ..." protes pitcher tampan itu.
"Sorry Jake. Ada yang ngomongin aku ..." ucap Milly sambil mengusap hidungnya. Gadis itu berjalan mendekati Jake tapi tiba-tiba dirinya tersandung handuk yang ada di lantai dan nyaris jatuh tersungkur jika Jake tidak sigap memeluknya.
"Ya ampun Milly..." kekeh Jake sambil mencium pipi dokter cantik itu. "Hati-hati dong ..."
"Siapa sih taruh handuk disitu ! Dasar pria !" Milly melotot ke arah Jake. "Lagian kamu kok cium pipi aku ?"
"Kan aku sudah naksir kamu lama tapi kamunya tidak mau ..." senyum Jake sambil duduk dan membiarkan Milly memeriksa lengan kekarnya.
"Karena Jake, aku tidak suka atlet. Memangnya aku tidak tahu kelakuan kamu ..." ucap Milly sambil memijat tangan Jake yang meringis karena ditekan oleh dokter cantik itu.
"Kalau kamu mau sama aku, pasti aku tobat."
Milly tertawa. "Gombal !"
"Serius Milly. Mau ya ?" rayu Jake.
Milly mendekati wajah Jake. "Sunat dulu dan baca dua kalimat syahadat... Baru aku pikirkan..."
Jake langsung bergidik. "Habis punyaku Milly ..."
"See, makanya aku tidak mau sama kamu..." Milly memeriksa kondisi lengan Jake. "Oke, kamu sudah bisa melempar lagi."
Jake memutar lengannya. "Thanks Milly. Lenganku jadi enak sekarang. Aku akan buat strike !"
"Go Yankee !" senyum Milly dan Jake pun keluar dari ruang fisioterapi sambil menoleh ke gadis itu.
"Apa kamu yakin tidak mau sama aku?" goda Jake.
"No, Jake..." tawa Milly.
"Sayang sekali, princess..." Jake menggelengkan kepalanya lalu keluar dengan coachnya.
Milly tersenyum lalu membereskan semua peralatan dan perlengkapannya. Tugasnya sudah selesai di New York Yankees karena dia memang dokter khusus para pitcher dan Jake adalah klien ya yang terakhir.
Suara ponselnya berbunyi membuat Milly menghentikan pekerjaannya dan dahinya mengrenyit saat melihat siapa yang menelponnya.
"Assalamualaikum Oom Ken ... Boleh ... Nggak, aku lagi jenuh di New York... Kontrak aku ? Hari ini terakhir aku di Yankees... Dimana ? ... Bahrain?" seru Milly terkejut.
***
Kediaman keluarga Bradford
"Kamu mau ke Bahrain?" tanya Chris Bradford, opa Milly. Kedua orang tua Milly, Mamoru dan Victoria sedang ada acara di London. Milly pasti menginap di rumah opa dan Omanya jika kedua orangtuanya pergi keluar negeri.
"Iya Opa. Oom Ken merekomendasikan aku buat Oom Ajmal Al Khalifa ..." jawab Milly yang sedang memasuk-masukkan semua peralatan kedokterannya.
"Papamu sudah tahu?" tanya Alea, sang Oma.
"Sudah. Bahkan Oom Ajmal sudah minta ijin ke Papa dan dikasih... Anggap saja hiburan disana karena aku juga lagi bosan di New York..." ucap gadis berusia 24 tahun itu.
"Ya sudah kalau papamu kasih ijin. Jangan pakai baju terbuka ya Milly ... Ingat kamu di Manama Bahrain, negara Islam, bukan di New York..." ucap Chris.
"Iya Opa ..." senyum Milly.
***
Tiga Hari Kemudian, Manama Bahrain
Milly dijemput oleh para pengawal istana Al Khalifa di bandara. Para pengawal wanita itu sudah menunggu kedatangan pesawat pribadi milik keluarga Hamilton yang membawa Milly. Setelah selesai urusan imigrasi, Milly pun diantarkan ke istana sementara pesawat keluarganya kembali ke New York setelah pilotnya beristirahat sehari.
Sesampainya di istana, Milly dibawa ke ruang kerja Emir Ajmal yang sudah menunggu bersama istrinya, Ratu Aisyah. Milly tersenyum ke arah suami istri yang terkadang bertemu dengan ayahnya jika ada acara kerajaan di Inggris.
"Milly ... " sapa Ajmal dan Milly pun Salim ke pria paruh baya itu.
"Apa kabar Paman Ajmal..." senyum Milly yang kemudian Salim ke Ratu Aisyah. "Bibi Aisyah..."
"Alhamdulillah kamu mau datang, sayang. Bibi sudah pusing dengan Malik ..." ucap Aisyah sambil memeluk Milly.
"Ayahmu lagi di London ya ?" tanya Ajmal.
"Iya paman. Mendapatkan undangan Wimbledon... " senyum Milly.
"Ngobrolnya nanti saja. Ayo, bibi antarkan ke kamar Malik..." Aisyah lalu menggandeng lengan Milly.
"Apakah Malik parah, Bi?" tanya Milly.
"Dia parah karena tidak mau berusaha untuk sembuh ..." jawab Aisyah sambil berjalan ke arah kamar Malik dan Milly berusaha menghapal isi istana yang besar itu.
Duh ! Alamat nyasar deh aku ...
"Ini kamar Malik ... Sebentar, bibi ketuk dulu ..." ucap Aisyah dan Milly melihat pintu kamar yang besar itu. Saingan dengan kamar tidurnya di Windsor, rumah milik keluarga ibunya. "Malik, ini ibu nak. Ibu masuk ya ..." Aisyah pun membuka pintu itu dan Milly bisa melihat kamar yang luas dengan jendela besar. Sinar matahari musim panas menerangi kamar itu dan Milly melihat seorang pria tampak melamun di depan jendela diatas kursi roda.
Milly terkejut saat pria itu menoleh. Wajahnya sangat dingin dan menatap dirinya tidak suka.
"Siapa cewek itu ?" ucapnya kasar.
Oke, ini yang namanya Malik. Duh Milly Banyune, tugas kamu berat Nduk !
***
Introducing Sheikh Malik Al Khalifa
Introducing Melissa 'Milly' Bradford
***
Yuhuuuu seri ketiga Edisi Timur Tengah launching yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Milly hanya memberikan senyuman manis ke Malik meskipun matanya tampak judes. Sangat tidak sinkron.
"Malik, ini dokter Melissa Bradford, dokter saraf khusus fisioterapi sudah berpengalaman di New York Yankees dan New York Knicks..." ucap Aisyah lembut.
"Aku tidak butuh dokter, Bu ! Apalagi cewek !" balas Malik sinis ke Milly.
"Malik, dicoba dulu... Kamu sudah hampir setahun tidak mau mencoba..."
"Bu ! Sudah ! Aku tidak mau ada dokter apalagi cewek tidak jelas macam itu ! Apa ibu yakin dia benar-benar dokter ? Bukan model ?" bentak Malik.
"Heh ! Jaga bicaramu sama ibu kamu ya, Dude !" bentak Milly kesal. Gadis itu menghampiri sambil berkacak pinggang. "Apa kamu harus berkata seperti itu sama ibu yang melahirkan kamu ?"
Aisyah melongo melihat Milly ke Malik dan baru kali ini ada seseorang yang berani membentak putranya.
"Kamu berani membentak aku ?" balas Malik yang tidak terima ada seorang gadis berani membentak dirinya. Apa dia tidak tahu siapa aku ?
"Menghajarmu aku juga bera... AAAAAHHHH !" Milly tersandung karpet dan jatuh di depan Malik dengan wajah tepat diantara sel@ngk@ngannya.
Wajah Malik langsung merah padam melihat ada kepala seorang gadis berada di pangkuannya. Aisyah memekik kecil melihat dokter itu terjatuh di depan putranya.
"Aduuuhhh dengkul akuuu..." rengek Milly sambil mengangkat wajahnya dan sedetik kemudian wajahnya memerah. "Oh ya ampun ! Maaf Dude ..."
Malik menatap galak ke Milly. "Keluar kamu ! KELUAR !"
Milly pun berdiri. "I'm sorry ... Truly ... Aku memang agak ceroboh !"
"KELUAR !" bentak Malik.
Gadis itu pun bergegas berjalan menuju Aisyah dan menatap wanita itu dengan wajah meminta maaf.
"Maaf bibi Aisyah... " ucap Milly sambil mengangguk meminta maaf lalu keluar dari kamar Malik.
Malik menoleh ke arah Milly yang keluar dan dia merasakan sesuatu berdesir di miliknya yang sudah lama tidak dia rasakan. Damn it !
"Memang dia siapa Bu ?" tanya Malik agak melunak dan berusaha menutupi rasa terkejutnya gara-gara Milly.
"Namanya Lady Melissa Carrington Bradford... Dia putri Lady Victoria Carrington dan Dokter Mamoru Bradford. Milly... Dia keponakannya Paman Gasendra Schumacher dan Damian Blair..." jawab Aisyah.
Pantas dia berani membentak aku karena sama-sama berdarah bangsawan. Malik tertegun. "Dia akan menjadi dokter aku?"
"Yes Malik. Dengar Nak, ayahmu sudah berusaha membuat kamu sembuh tapi kamunya menolak. Tolonglah, Malik. Kali ini saja. Coba diterapi oleh Milly... Dia sudah jauh-jauh datang dari New York ..." pinta Aisyah.
"Dia kan anak orang kaya... Kenapa dia memilih menjadi dokter? Syaraf dan apa ... Fisioterapi?"
Aisyah mendekati putranya. "Dia banyak bekerja dengan para atlet, Malik..."
"Pasti pacarnya banyak... Dia kan dekat dengan atlet..."
Aisyah tertawa kecil. "Milly bosan dengan atlet... Dia malah dikenal dokter galak ..."
Malik tersenyum kecut. "Well, isn't it obvious?"
Aisyah mengelus kepala putranya. "Mau ya dicoba ? Tiga bulan saja ... Gimana?"
"Nggak kelamaan?" Malik menatap wajah ibunya. "Maaf tadi aku membentaknya..."
"Tiga bulan sayang ... Oke ?" bujuk Aisyah.
"Baiklah ... Tiga bulan..."
Aisyah tersenyum senang dan mencium pucuk kepala Malik. "Terima kasih..."
***
Sementara itu di luar kamar Malik, Milly menepuk jidatnya karena tadi sudah bersikap ceroboh dan terjatuh di tengah-tengah aset pria itu.
"Duh, Milly Banyune... Kok ya jatuh tepat disitu sih ! Untung si pangeran sombong itu masih lumpuh jadi tidak bakalan bereaksi..." gumam Milly.
Suara pintu kamar dibuka membuat Milly menoleh dan tampak Aisyah tersenyum kepadanya.
"Malik mau di fisioterapi sama kamu, Milly ..."
Milly tersenyum lebar. "Alhamdulillah... Tidak jadi pulang ke New York. Mumpung koper aku belum dibongkar..."
Aisyah tertawa. "Yuk, Bibi antar ke kamar kamu..."
***
Malam harinya Milly ikut makan malam bersama dengan keluarga Al Khalifa termasuk Malik yang membuat Ajmal dan Aisyah terkejut melihat putranya mau keluar kamar, ikut makan malam bersama mereka.
"Tumben mau ikut makan malam bersama kami, Malik..." ucap Ajmal dengan wajah bahagia.
"Mau lihat seperti apa dokter yang direkomendasikan... Apakah bisa ikut manner kita..." ucap Malik sinis ke Milly yang duduk selisih dua kursi darinya.
Milly hanya diam saja berusaha menahan semua kata-kata judes yang bakalan keluar dari bibirnya.
"Dia itu keturunan Al Jordan lho Malik..." ucap Aisyah berusaha menetralisir suasana karena Malik selalu begitu jika ada dokter baru.
"Kalau memang dia keturunan Al Jordan, harusnya dia bisa berbahasa Arab dong, bukan bahasa Inggris..." sindir Malik.
"Aku bisa bahasa Arab !" balas Milly kesal tidak perduli ada beberapa anggota keluarga Al Khalifa termasuk Hisyam, adik Malik, yang penasaran dengan gadis cantik itu.
"Prove it !" ucap Malik.
"Allohu laa ilaaha illaa Huwal Hayyul Qoyyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa nauum, la Huu maa fis samawaati wa maa fil ardh, mann dzalladzii yasyfa’u ‘inda Huu, illa bi idznih, ya’lamu maa bayna aidiihim wa maa kholfahum, wa laa yuhiituuna bisyayim min ‘ilmi Hii illaa bi maa syaa’, wa si’a kursiyyuus samaawaati walardh, wa laa yauudlu Huu hifdzuhumaa, wa Huwal ‘aliyyul ‘adziiim" balas Milly dengan yakin.
Malik melongo sementara Hisyam tertawa terbahak-bahak mendengar kakaknya dibacakan ayat kursi oleh Milly. Ajmal dan Aisyah berusaha untuk tidak tertawa tapi mereka tahu Malik kena batunya.
"See ! Aku bisa berbahasa Arab !" Milly menatap Malik tajam.
Rasanya Malik ingin bangun dan menjewer telinga Milly.
"Kak, kamu dianggap makhluk astral oleh Milly ..." gelak Hisyam.
Si@laaaaannn !
Milly pun duduk manis seolah tidak terjadi apa-apa.
"Sudah, sudah.... Ayo kita makan dulu ..." ajak Ajmal.
Malik menoleh ke arah Milly yang asyik mengobrol dengan Laila, adik bungsunya. Awas gadis satu itu !
***
Milly membuka jendela kamar tidurnya dan melihat pemandangan kota Manama Bahrain dari lantai dua istana itu. Seperti halnya Dubai atau Doha, Manama tampak sangat indah di malam hari.
Berbeda dengan Dubai dan Doha yang ketat tentang alkohol, di Bahrain alkohol legal karena banyaknya turis. Segala sesuatunya di kota Manama juga sudah seperti layaknya di negara-negara barat, termasuk keberadaan tempat-tempat hiburan dan klub-klub malam untuk mengadakan pesta. Aturan yang diberikan kota ini juga tidak begitu ketat sehingga Manama menjadi kota yang paling banyak dan sering dikunjungi kawasan timur tengah.
"Tidak banyak berbeda di New York..." gumam Milly sambil membaca artikel tentang kota Manama dan Bahrain pada umumnya. "Masih mending Dubai deh. Hanya orang asing yang boleh beli alkohol dan harus ada lisensi selama 30 hari ... Doha, jangan ditanya. Haram !"
Milly lalu membaca laporan dokter yang merawat Malik setelah kecelakaan saat Rally.
"Bakalan berat nih ..."
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Pagi-pagi Milly sudah mengetuk kamar Malik dan tanpa menunggu ijin sang pangeran, gadis itu pun masuk dengan cueknya. Gadis itu melihat Malik masih bergelung dengan selimut tanpa pakaian. Milly sudah terbiasa melihat para pria di tim basket, baseball... Sepupunya yang good looking tanpa pakaian, jadi biasa saja.
Gadis itu membuka gorden yang besar hingga matahari pagi menyinari kamar maskulin itu. Milly memeriksa semua obat yang ada di meja rias satu persatu dan menghela nafas panjang karena tidak ada satu yang diminum.
Milly menoleh ke arah pangeran yang terbangun akibat sinar matahari menimpa wajah tampannya. Gimana mau sembuh sih si Bambang Gentolet satu itu!
"Siapa sih yang membuka tirai !" omel Malik dengan bahasa Arab.
"Aku !" jawab Milly gagah.
Malik menoleh ke arah Milly yang berdiri dengan bersedekap dan memasang wajah judes.
"Siapa yang memberikan hak kamu masuk ke dalam kamarku ?" bentak Malik tanpa perduli dirinya berusaha bangun dengan kondisi tanpa baju memperlihatkan bulu-bulu di dada hingga ke perutnya.
"Ibumu !" balas Milly dengan juga membentak.
"Kamu tidak berhak membentak aku!"
"Dan kamu boleh ?! Dasar pria chauvinist ! Dengar ya ... Gelar kamu dan gelarku sama ! Sama-sama pangeran, sama-sama putri. Jangan bawa-bawa gelar karena kamu juga makan nasi kebuli !" balas Milly sambil menghampiri Malik yang menutup tubuhnya dengan selimut. "Bagaimana lengan kamu masih tetap ada massa ototnya sementara kakimu tidak kamu latih? Apa kamu sudah pasrah lumpuh ? Apa kamu tidak mau ... Addduuuhhh !"
Lagi-lagi Milly tersandung karpet dan jatuh diatas kasur Malik dengan posisi diatas tubuh pangeran itu. Keduanya saling berpandangan dan Malik mendorong tubuh Milly dan gadis itu langsung berusaha berdiri.
"Ehem ... Karpetmu di tempat yang salah ..." ucap Milly sambil membenarkan celana jeans dan kaosnya.
"Apakah kamu selalu ceroboh seperti ini? Yakin kamu dokter ? Berlisensi? Yakin wisuda kamu?" sindir Malik sambil berusaha menetralisir degup jantungnya. Damn ! Gadis ini wangi sekali.
"Eh aku lulusan Harvard Medical School lho... Tidak percaya?" Milly mengambil ponselnya dan memperlihatkan ke Malik. Ijazah, transkrip nilai dan acara wisudanya yang lagi-lagi dia tersandung kabel dan nyaris jatuh kalau tidak dipegang oleh salah seorang dosennya.
"Aku tidak yakin kamu seorang dokter karena sangat Clumsy !"
"Kita buktikan tiga bulan ini. Kalau kakimu bisa bergerak, berarti aku dokter yang benar !" tantang Milly. "Namun pertama-tama, apakah kamu mau pipis ?"
Malik mendelik. "Apa?"
"Kalau mau pipis, aku bantu ..."
"Tidak usah !" potong Malik cepat.
"Ke kamar mandi ..." lanjut Milly. "Aku bantu kamu duduk ke kursi rodamu ..."
Malik menatap Milly datar. "Kamu sudah mandi ?"
"Sudah dong ..." Milly berjalan ke walk in closet Malik dan mengambil sebuah kaos yang nyaman. "Pakai ini dan akan aku bantu kamu ..." ucapnya sambil menyerahkan kaos itu ke Malik.
"Tidak perlu ! Ada Mustafa yang akan membantu aku ..." jawab Malik sambil menerima kaos dan berusaha bangun untuk duduk lalu memakai kaosnya.
"Mustafa diluar, aku panggilkan..." Milly pun berbalik dan hendak memanggil asisten Malik.
"Hei cewek Clumsy !" panggil Malik.
Milly berbalik. "Apa pangeran sombong ?"
"Memang apa yang hendak kamu lakukan nanti ?"
Milly tersenyum smirk. "Rahasia ..."
Malik memicingkan matanya sebal.
***
Milly menunggu di kamar Malik sampai pria itu selesai membersihkan tubuhnya dengan dibantu Mustafa. Gadis itu mencatat obat-obatan yang ditujukan oleh dokter istana ke Malik namun tidak diminumnya. Milly bersyukur itu obat baru semua dan tidak ada yang harus dia buang apalagi masih bersegel.
Malik pun keluar mengenakan kaos dan celana training karena Milly akan segera memulai terapi.
"Tuanku, sarapannya?" tanya Mustafa.
"Dibawa kesini saja. Sekalian punya Dokter Bradford..." pinta Malik yang sudah duduk di kursi rodanya.
"Baik tuanku..." Mustafa membungkuk hormat dan keluar dari kamar Malik.
Milly lalu menghampiri Malik dengan berusaha tidak tersandung. Yang benar saja dua kali berturut turut jatuh diatas pangeran sombong itu ! Bikin malu ! batin Milly.
"Boleh aku pegang kaki kamu?" tanya Milly sambil duduk bersila di depan kaki Malik.
"Tanpa kamu minta ijin pasti kamu pegang juga kan?" sindir Malik ke Milly yang sudah memegang kakinya.
"Aku suka kalau pasienku pengertian..." senyum Milly. Gadis itu memegang kaki Malik dengan lembut. "Apakah kamu merasakan sesuatu ?"
"Jika aku merasakan tanganmu, aku terasa..." jawab Malik.
Milly mengangguk. "That's a good sign..." Milly memijat kaki Malik. "Sudah banyak kehilangan massa otot. Harus diterapi agar massanya kembali ..."
"Apa yang hendak kamu lakukan?"
Milly mulai memijat pelan lalu mengerakkan kaki itu perlahan. "Apakah sakit?"
Malik menggelengkan kepalanya. "Kenapa kamu menjadi dokter saraf dan mengambil spesialisasi fisioterapi?"
"Karena di keluarga aku tidak ada yang mengambil itu. Rata-rata dokter bedah, dokter syaraf tapi khusus otak, dokter ortopedi dan Traumatologi, dokter obgyn, dokter gigi, dokter anak ... Aku hanya mengambil bidang yang berbeda..." jawab Milly yang masih serius menerapi kaki Malik.
"Ayahmu seorang dokter kan?"
Milly mengangguk. "Dokter spesialis bedah, Mamoru Bradford... Meskipun ada banyak nama belakangnya tapi Daddy tidak memakainya ... Coba kamu gerakan sendiri kakimu ..."
Malik pun berusaha menggerakkan kakinya namun tetap kakinya tidak mau bergerak. Keringat mulai muncul di kening Malik dan Milly masih menatap kondisi kaki pria itu.
"Tidak mau gerak, dokter Clumsy..." ucap Malik dengan sedikit terengah-engah.
"Mulai sekarang kita mengembalikan massa otot kedua kaki kamu. Mumpung belum terlambat..." Milly mendongakkan wajahnya ke Malik. "Apakah kamu tidak rindu balapan lagi, pangeran sombong?"
"Aku sedikit trauma menyetir mobil..."
"Coward ! Chicken ( pengecut )... Tok, petok petok petok..." ejek Milly.
"Aku bukan chicken, dokter Clumsy !" pendelik Malik.
"Prove it ! Buktikan kamu bukan ayam, bukan pengecut... Kita bekerja keras ya!" senyum Milly.
Malik tertegun melihat wajah Milly. Bibirnya tersenyum tapi matanya galak.
"Tuanku, sarapan anda dan dokter Bradford..." ucap Mustafa bersama dengan pelayan sambil mendorong kereta makan.
Milly pun bangun dari duduk bersilanya tapi sejenak dia memegang bahu Malik. "Aduh, semutan... semutan..."
Mustafa dan para pelayan terkejut melihat bagaimana Milly dengan santainya seperti itu. Namun mereka juga tahu, dokter fisioterapi pangerannya juga keturunan bangsawan jadi mereka sama.
Malik hanya diam dan menyesapi harum tubuh Milly. Gadis ini pakai parfum apa sih?
"Apakah ada mashed potatoes, Mustafa?" tanya Milly sambil berjalan ke belakang Malik untuk mendorong kursi roda pangeran itu.
"Ada dokter..." jawab Mustafa.
"Asyik !"
Diam-diam Malik mencatat makanan favorit Milly di otaknya. Mashed potatoes? Sangat sederhana sekali princess...
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!