NovelToon NovelToon

Mencintai Mantan Istri

Bab 1

Airin sedang duduk santai membaca buku novel disofa ruang tengah. Malam itu, Revan pulang habis dari kantor, wajahnya tampak kesal dan melempar tasnya ke meja dengan keras, dia mendekati Airin yang sedang membaca buku diatas sofa dengan wajah yang sangat marah.

Airin terkejut, ia meletakan buku yang dibacanya dipangkuannya dan menatap Revan dengan mata menyipit lalu berkata, "Ada apa? apalagi yang membuatmu kesal dikantor dan melampiaskan padaku? "

Hal seperti ini memang sudah sering terjadi, jika lelaki itu mengalami suatu masalah diluar yang membuat ia marah, maka Airin lah menjadi tempat pelampiasannya, mungkin ini hanya sebagai alasannya saja, sebenarnya dari awal mereka menikah, hanya tatapan kebencian yang selalu Revan perlihatkan.

Revan menatap Airin dengan tatapan dingin dan berkata, "Kau selalu saja mengganggu konsentrasiku. Kenapa harus membaca di sini? Aku butuh keheningan." Dia berjalan pergi tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.

Airin terperangah, dia sudah duduk disini satu jam yang lalu, jika ditanya siapa yang menganggu, bukankah dia orangnya. "Dasar, gila! " umpat Airin melihat kepergian Revan.

Airin menghela nafas dan kembali membaca bukunya dengan sedikit kekesalan. Dia tidak ingin terus-menerus diperlakukan seperti itu oleh Revan. Hanya satu tahun lagi saja, dia akan mencoba bertahan, setelah mereka bercerai nanti, Airin pasti akan langsung pergi dan tak ingin berhubungan apa pun lagi dengan lelaki kasar itu.

Sementara itu, dikamarnya, Revan baru saja selesai mandi, ia memakai bathrobe dan berdiri dibalkon kamar, mengambil sebatang rokok dan menyalakannya. Hari ini dia begitu kesal, kekasih hati yang selama ini dia cintai, baru saja ia ketahui kalau perempuan itu memiliki seorang simpanan. Revan sangat marah, maka dari itu, setiba dirumah, melihat Airin yang selalu patuh dan berdiam diri dirumah, dia menjadi kesal. Mengapa bukan Erika yang dia nikahi, kenapa harus perempuan yang tidak dia cintai itu.

Revan merokok dengan marah di balkon, memikirkan pengkhianatan yang baru saja ia temukan. Dia menghisap rokoknya dan mengambil napas dalam-dalam, berusaha untuk tenang.

"Kamu akan menerima akibatnya jika main-main denganku Erika, " gumam Revan dengan rahang mengeras.

Erika merupakan seorang model yang sedang populer, demi mendukung karir sang kekasih hatinya, ia tak ragu menggelontorkan banyak dana untuk mensponsori Erika. Bersama Erika, dia sudah melewati waktu hampir 6 tahun lamanya. Akan tetapi yang dia dapatkan malah pengkhianatan, Revan sangat marah, dia pasti akan membuat Erika menyesali perbuatannya itu.

Merasa sedikit lebih tenang, Revan keluar dari kamar, ia berjalan menuju dapur, perutnya terasa sedikit lapar, namun tidak menemukan sesuatu yang bisa ia makan. Amarahnya kembali tersulut, ia pergi keruang tamu dan melihat Airin masih membaca dengan santai disana, darahnya mendidih, dia langsung berteriak, "Kenapa tidak ada makanan? istri macam apa kau ini, apa saja yang kau lakukan dirumah, hah? " bentaknya dengan keras.

Airin terkejut dengan kemarahan Revan. Dia menatapnya dengan bingung dan berkata, "Kau lupa? kau sendiri yang bilang tidak sudi memakan masakanku, lebih baik kelaparan dari pada memakannya. Dan, aku tidak terbiasa kau panggil istri, " ucap Airin.

Revan menatap Airin dengan tajam, kemarahannya semakin memuncak. "Jangan berani-berani melawanku! Kamu hanya istri kontrak bagiku, jadi patuh saja!" ucapnya dengan nada tinggi.

Airin menghela nafas, lalu berkata, "Jadi apa maumu? pesan makan apa aku masakin? jangan taunya marah saja, " Airin merasa muak.

Dulu, hampir setiap hari dia memasak, baik sarapan maupun makan malam. Namun tidak pernah ia sentuh sedikitpun, pernah juga sesekali dia membawakan makan siang kekantornya, tetapi apa yang dia terima, kemarahan dan hinaan dari lelaki itu. Sekarang, dengan seenaknya dia berkata begitu, mana mungkin Airin tidak kesal dibuatnya.

Revan menatap Airin dengan sinis. "Tidak perlu repot-repot memasak untukku. Aku akan makan sendiri," ucapnya sambil berjalan menuju pintu keluar.

Ada rasa malu sejujurnya dihati Revan, karena lapar dan kemarahannya pada Erika, dia sampai lupa atas apa yang pernah dia ucapkan dulu. Namun, dia lelaki egois dan memiliki gengsi tinggi sepertinya, tidak akan pernah mengakui kesalahannya.

Airin mengangkat bahu, "Ya sudah, lagian aku hanya bertanya, bukan berarti akan memasakan untukmu, " jawabnya acuh tak acuh.

Awalnya ia ingin mencoba mencintai Revan, sebagaimana yang Mama mertuanya katakan, kalau Revan suatu saat akan jatuh cinta padanya jika terus diperhatikan. Setelah dipikir-pikir, Airin merasa sia-sia, untuk apa dia harus bersusah payah, dia ini perempuan, ingin diperjuangkan, bukan sebaliknya, kenapa dia harus merendahkan diri dengan mengemis cinta lelaki itu. Airin memilih sikap bodoh amat, seperti saat ini.

Revan menoleh kebelakang menatap Airin dengan tajam, lalu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Airin juga memilih pergi ke kamar tidur dan berbaring di tempat tidurnya. Hatinya sedih, tetapi ia memilih untuk mengabaikan sikap Revan yang dingin.

...

Disebuah bar, lampu berkelap kelip, suara musik berdentum dengan keras, banyak pasangan lelaki dan perempuan, yang menari bersama, ada yang benar-benar pasangan, ada pula yang hanya one night stand. Di meja bar, Revan duduk seorang diri, di depannya, terdapat 3 botol bir yang telah kosong, dan gelasnya yang terisi setengah lagi minuman keras itu.

Revan mengangkat gelasnya, meneguk minuman dengan wajah serius. Dia tampak sedikit lesu dan terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Ia menatap kosong ke depan, hatinya terasa berat. Dia merenungkan masa lalunya yang penuh dengan penyesalan dan keraguan. Andai ia tidak luluh hanya dengan ancaman bunuh diri Mamanya, mungkin saat ini dia sudah menikah dan hidup bahagia dengan Erika, gadis cantik yang sudah ia sukai semenjak kuliah dulu.

Tiba-tiba, seseorang menepuk bahunya, ketika ia menoleh, Brian sahabat baiknya, tersenyum padanya. "Ada masalah apa lagi? kenapa kau memintaku malam-malam datang kesini? "

"Brian, aku butuh saranmu. Aku merasa terjebak dalam pernikahan yang tidak bahagia. Apa yang harus kulakukan?

"Saran apa yang bisa aku berikan? bukankah kau dan istrimu itu hanya pernikahan kontrak, dan satu tahun lagi akan berakhir, jadi bersabarlah sebentar, " ucap Brian santai, ia mengambil tempat duduk disamping Revan, dan meminta bartender membuatkannya minuman.

Revan menghela nafas, "Aku merasa terjebak dalam pernikahan ini. Aku ingin lebih dari sekadar kontrak."

Lelaki berhidung mancung dan alis tebal itu tampan frustasi, ia meminum minumannya dalam sekali teguk.

Brian mengerutkan keningnya, "Lebih dari sekedar kontrak? "tanyanya bingung.

Revan menatap Brian dengan tajam, "Ya, lebih dari sekadar kontrak. Aku ingin merasakan cinta yang sesungguhnya dan menciptakan hubungan yang benar-benar bahagia."

Brian mengangguk lalu berkata, " Ya, Sudah, kamu belajarlah mencintai istrimu, dan lupakan Erika, kekasih pujaan mu itu, " jawab Brian. Apalagi yang bisa ia katakan selain hal ini.

Revan menatap Brian dengan tajam, "Aku tidak akan pernah mencintai Airin. Ini hanya kontrak bisnis bagiku." Dia berdiri dan pergi dari bar tanpa sepatah kata lagi.

"Hei, kau mau kemana? Revan! Hei..." Brian menatap kepergian Revan, "wah, kurang ajar, dia meminta ku datang kesini, dan sekarang seenaknya pergi begitu saja. "ucap Brian jengkel. Padahal dia sedang asyik bermain game kesukaannya, tetapi demi orang yang dia sebut sahabat dia paksakan untuk datang. Tetapi sekarang dia malah ditinggal seolah tidak butuh.

Revan berhenti sejenak dan menoleh ke arah Brian, "Aku pergi untuk mencari jawaban. Jangan khawatir tentangku." Dia melanjutkan langkahnya tanpa berkata apa-apa lagi.

"Mencari jawaban? Jawaban apa? Kemana? " Tanya Brian penasaran, namun Revan telah menghilang dari sana. Brian hanya bisa menghela nafas panjang.

***

Bab 2

Revan keluar dari mobilnya dengan sempoyongan, padahal tadi dia tidak merasa mabuk sama sekali, tetapi sekarang kepalanya terasa sakit dan pandangannya berkunang-kunang. Ia berdiri di bawah gedung yang tinggi, menatap kesebuah kamar yang lampunya masih menyala. Langkahnya gontai, dengan sorot mata yang tajam.

Setibanya dilantai enam, ia berdiri lagi di depan sebuah pintu apartemen milik Erika, tentu dia yang membelikan apartemen mewah ini. Rasa sayang dan cinta yang ia miliki untuk gadis itu, membuat dia rela memberikan apa saja yang gadis itu inginkan.

Revan memencet password pintu, ketika pintu terbuka, betapa terkejutnya dia melihat, sepatu, baju, dan pakaian dalam perempuan berserakan dilantai. Di lihat dari mode dan warna pakaian itu, Revan tau itu milik Erika. Jantung Revan seakan berhenti berdetak, apalagi ketika ia mendengar suara-suara di dalam kamar, ia berjalan perlahan dengan dada naik turun karena merasa takut dan juga cemas dengan apa yang akan ia lihat disana.

"Oh, Alex, aku sangat menyukai milikmu, kau sangat tau apa yang aku inginkan, " Desaahan Erika terdengar ditelinga Revan, seketika darahnya mendidih mendengar nama Alex disebut oleh gadisnya itu.

Lelaki bernama Alex, merupakan salah satu model yang sering dipasangkan dengan Erika, dan saat ini, karir mereka sama-sama sedang melonjak tinggi. Tak ia sangka, akan ada hari dimana dia memergoki kekasihnya berpacu kuda dengan lelaki lain. Rahang Revan mengeras, tangannya terkepal erat saat lagi-lagi ia mendengar desahaan Erika.

"Sayang, kamu sangat nikmat, aku menginginkanmu, puaskan aku, " Desaah Erika dengan suara manja. Nafas Revan tercekat, selama ini, dia pikir, dirinya satu-satunya orang yang Erika butuhkan. Tapi sekarang, semua itu hancur dalam sekejap. Revan merasa hatinya terluka dan dengan penuh kemarahan ia membuka pintu dengan cukup keras. suara berisik itu mengejutkan dua manusia yang sedang berpacu di atas ranjang, mata Erika membelalak ketika melihat kehadiran Revan disana. Ia dengan cepat mendorong Alex yang sedang berada di atasnya.

"Sayang, kapan kamu datang, kenapa tidak memberitahuku dulu, " Erika menarik selimut, menutupi tubuhnya dan berusaha turun mendekati Revan.

Amarah Revan rasanya akan meledak, saat ia melihat bekas kemerahan memenuhi leher Erika, peluh di keningnya, wajahnya yang memerah, bibirnya bengkak, serta rambutnya yang acak-acakan. Semua ini membuat hati Revan terasa hancur seketika.

Revan tertawa sinis, "Sejak kapan aku memberitahumu kalau aku ingin datang kesini, hah? "

Ia memandang Erika dengan tatapan penuh kekecewaan dan kemarahan. "Kamu benar-benar tidak tau diri, semua yang aku berikan selama ini, apa masih belum cukup? Apa kau harus menjual diri lagi dengan bajingan Ini? " Revan menujuk Alex dengan tatapan begis.

Erika menggelengkan kepalanya dengan berurai air mata, "Tidak, tidak, kamu tidak boleh berkata begitu, Revan, aku tidak menjual diri, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu, "

Erika, mengambil bajunya, tergesa-gesa memakainya, sedangkan Alex, berdiri sambil memakai pakaiannya dengan santai, seolah yang terjadi diruangan itu tidak ada hubungan dengannya.

"Kamu mencintaiku? Apa kau sadar apa yang kau katakan? bagaimana mungkin kamu tidur dengan lelaki lain di saat kamu mencintaiku"

Revan muak, dan ia menoleh menatap Alex, rahangnya mengetat kala melihat senyuman mengejek timbul dari bibir lelaki itu. Dengan dada naik turun Revan melangkah, mendekati Alex dan menghantam wajah lelaki itu dengan tinjunya.

Seketika, Erika berteriak dengan keras, "Hentikan, Revan, hentikan! jangan memukul wajahnya, kami masih ada pemotretan besok, aku mohon, jangan pukul lagi, " Erika menangis penuh permohonan, ia memeluk pinggang Revan, menahan lelaki itu agar tak mengamuk.

Revan berhenti sejenak, matanya masih penuh dengan amarah. Dia melepaskan cengkeraman tangannya dan mendorong Erika menatapnya dengan tajam. "Kau memilihnya daripada aku? Baiklah, pergilah bersama dia." Kemudian ia berjalan pergi tanpa mendekati mereka lagi.

"Revan, tunggu dulu! Aku bisa jelaskan semuanya, aku mohon dengarkan, aku. " Erika hendak mengejar, namun Alex tiba-tiba mengerang kesakitan. Ia urungkan niat itu, dan kembali pada Alex. Erika menatap Revan dengan penuh penyesalan, tetapi dia tidak bisa menghentikannya. Hatinya hancur melihat kepergiannya lelaki itu yang menatap jijik padanya.

...

Revan kembali kerumah dimana ia tinggal bersama istri kontraknya, Airin Castella. Dia berjalan dengan sempoyongan, rumah dua lantai itu begitu sepi, begitu ia masuk, ruangan sangat gelap, ia berjalan dengan langkah patah-patah, pandangannya tak begitu jelas, hingga kakinya tersandung tangga, Revan terjatuh tertelungkup, ia mendesis saat merasakan dagunya terbentur lantai. Namun, ia tetap berada pada posisi itu, lalu memejamkan matanya membiarkan lantai mendinginkan hatinya yang panas, meski ia tau semuanya akan sia-sia.

Waktu menujukan pukul 03 dini hari, pada saat ini, Airin terbangun dari tidurnya, ia melihat gelas di atas meja telah kosong, ia bangkit dan meraih gelas kosong itu keluar kamar. Berjalan perlahan menuruni tangga, saat ia tiba dilantai bawah tanpa sengaja menginjak sesuatu yang mengeluarkan suara erangan.

Airin terkejut, mengira ada maling masuk kedalam rumahnya. Ia menyalakan lampu, melihat seseorang tidur menelungkup dengan aroma alkohol yang begitu pekat. Dari baju yang dipakai, dia tau itu adalah Revan, dalam keadaan mabuk. Airin menatapnya dengan campur aduk antara kesal dan prihatin. Dia tidak tahu harus berkata apa, jadi dia hanya diam sambil memandangi suaminya yang terbaring di lantai.

"Kenapa kau harus menyusahkan, aku, " Geram Airin, tak tega membiarkan lelaki itu tidur dilantai, ia menyeretnya ke atas sofa di depan tv.

Airin, berdiri dengan kedua tangan berlipat di dada setelah berhasil menidurkan Revan di atas sofa. Menatap lelaki mabuk itu dengan tatapan sulit.

"Harus ku apakan lelaki jahat sepertimu, ini? " gumamnya kesal lagi, hati nuraninya memberontak ingin membantu, namun sisi lain dalam dirinya menolak keras, mengingatkan perlakuan dingin Revan terhadapnya selama ini.

Airin menghela nafas, berusaha menahan perasaannya yang campur aduk. Dia tahu dia tidak boleh terlalu peduli pada Revan, karena sebentar lagi mereka akan bercerai. Namun hatinya masih keras kepala untuk membantu lelaki itu.

Jadi, Airin membuka pakaian Revan, mengambil air dan membantunya menyeka wajah dan tubuhnya. Ia naik kelantai atas, mengambil pakaian Revan yang memang sengaja disimpan di lemari kamarnya. Meski mereka tidur dikamar terpisah, namun Revan selalu mengantisipasi, jika tiba-tiba kedua orang tuanya datang dan memeriksa kamar mereka.

Setelah bersusah payah menggantikan baju Revan, Airin merasa lelah, ia duduk bersandar dan menengadah menatap langit-langit.

"Untuk apa aku peduli, toh dia tidak akan pernah menghargai apa yang aku lakukan, dimatanya, hanya ada wanita itu, setiap saat wanita itu dan dimanapun wanita itu, " gumam Airin dengan nada kesal sarat akan kecemburuan.

***

Bab 3

Pagi-pagi sekali, Airin sudah terbangun, betapa terkejutnya dia kala menyadari dirinya ternyata tertidur disofa yang sama dengan Revan, ia segera bangun, naik kelantai atas dimana kamarnya berada.

" Aku harus pergi sebelum lelaki itu bangun dan melihatku, "ucapnya bergegas.

Tak berselang lama, Airin turun lagi dengan pakaian yang sudah berganti, setelah sholat subuh dia biasanya akan tidur lagi, karena soal beberes rumah akan ada orang yang datang satu kali dua hari membersihkan rumah. Sedangkan untuk pakaian mereka di laundry, untuk sarapan biasanya Airin hanya memasak nasi goreng untuknya sendiri, tapi kali ini, sengaja dia membuat bubur ayam, ia lebihkan porsinya, meski tak mungkin Revan akan ikut makan dengannya, tetapi tidak masalah, bisa ia makan lagi untuk nanti siang.

Di tengah kesibukan Airin memasak, Revan menggeliat dalam tidurnya, ketika ia membuka mata dan melihat sekeliling ia menyadari kalau saat ini dia tidak berada dikamar. Revan mengambil posisi duduk, ia bersandar di sofa dan memijit kepalanya yang terasa sakit. Perlahan ingatannya tentang pengkhianatan Erika semalam kembali berkelebat dalam pikirannya.

Revan menghela nafas kasar, ketika ia menyadari bajunya telah berganti, Revan mengedarkan pandangan kesekitarnya.

"Apa dia yang menggantikan bajuku? " gumamnya ketika mendengar suara berisik dari arah dapur.

Aroma kuah bubur yang pekat akan bumbu-bumbu menguar di udara, aromanya terasa enak, membuat perut Revan yang kosong dari semalam berbunyi karena merasa lapar. Ia berjalan menuju dapur, melihat Airin sibuk di depan kompor, ia tidak menyapa istrinya itu, melainkan membuka kulkas dan mengambil minuman dingin, setelahnya ia duduk dimeja makan dengan mata masih menatap kearah Airin.

Airin menyadari kehadiran Revan, ia menoleh sekilas dan berkata, "Kau sudah bangun?Lain kali, aku tidak akan sebaik semalam jika kau pulang dalam keadaan mabuk lagi." Revan tidak menjawab dan hanya diam sambil menikmati suasana dapur yang tenang.

Airin memindahkan Bubur kedalam mangkuk besar, keduanya sama-sama terlihat cuek dan saling tidak peduli. Semangkuk bubur, dan kuah serta topingnya ia hidangkan di atas meja. Airin mengambil mangkuk kecil dan sendok, hanya untuk dirinya, karena Revan tak mungkin sudi memakan hasil masakannya.

Airin duduk dengan santai, tampak tak sabar untuk segera mencicipi bubur ayam itu. ia menyendokan bubur dan menuangkan kuah kuning yang sedikit kental keatas bubur, lalu menambahkan ayam suir, kacang kedelai goreng, telur rebus yang di belah, lalu taburan bawang goreng, tak lupa kerupuk udang sebagai penambah kelezatannya.

Airin memakan bubur itu dengan nikmat, setiap suapan yang masuk kedalam mulutnya terasa pecah dan meleleh, sangat enak dan kuahnya terasa segar.

"hmm... " Airin menggoyangkan kepalanya kiri kanan dengan mata terpejam, menikmati kelezatan bubur ayam itu.

Revan mendengus melihat tingkah Airin yang seperti sengaja mengejeknya, "Bisa, ya kamu makan sendiri tanpa menawarkan suamimu, " ucap Revan tiba-tiba.

Sedari tadi ia menunggu Airin menawarkan bubur untuknya, tetapi perempuan itu seolah tidak melihat keberadaannya disana. Malah asik makan sendiri, sampai mangkuknya hampir kosong.

Airin mengangkat kepalanya, ia heran, sejak kemarin lelaki itu terus saja menyebut suami, dan istri yang selama ini terasa tabu keluar dari mulutnya. "Kamu ingin mencoba bubur yang aku buat? Apakah sudah tidak jijik lagi?." Revan memandang Airin dengan tatapan datar, tanpa berkata apa-apa.

Revan berdiri dari duduknya, Airin tak peduli, dia lanjut menghabiskan sisa buburnya yang tinggal beberapa suapan lagi.

"Ehem, sudah kuduga, mana mungkin dia akan memakannya, untunglah aku tidak menawarkan dengan sia-sia, " ucap Airin, setelah buburnya habis, ia mencuci piring kotornya, lalu kembali masuk kedalam kamar.

Siang ini, Airin ada janji temu dengan sahabat baiknya, Raya. sahabatnya itu juga sudah menikah dan memiliki seorang anak perempuan berusia 3 tahun. Jadi, dia berencana membeli hadiah untuk si kecil itu sebelum bertemu Raya.

Airin bersiap-siap untuk keluar rumah. Ketika ia turun, terdengar suara dentingan sendok dari dapur, kening Airin berkerut, karena penasaran, dia pergi melihat kedapur memastikan kalau tidak ada orang asing yang masuk kedalam rumahnya.

Alis Airin terangkat kala melihat siapa yang berada disana.

"Revan? kenapa kamu ke dapur lagi? Apa yang sedang kamu lakukan?" Revan terkejut dan segera berhenti. Dia menatap Airin dengan tatapan bingung.

Airin mendekat, ia melihat bubur dalam mangkuk sudah kosong, sedangkan mangkuk kecil di depan Revan tersisa sedikit.

"Kamu menghabiskan bubur sebanyak itu? " Airin bertanya karena bubur itu memang sangat banyak, dan Revan memakannya tanpa sisa.

Revan menyeka mulutnya dengan tisu, lalu berkata, "Ya, aku lapar dan ingin mencicipi bubur yang kamu buat. Ternyata tidak seenak itu, ekspresimu terlalu berlebihan saat memakannya," Airin terdiam sejenak, tak menyangka bahwa Revan akan memperhatikan dan menghabiskan semua buburnya.

"Oh, tidak enak ya? " Gumam Airin, matanya menatap ke arah mangkuk yang kosong. "Ya, aku memang tidak terlalu pintar memasak, tetapi, aku memasak untuk diriku sendiri, tidak penting juga orang lain akan suka atau tidak. " jawab Airin acuh, kemudian dia berbalik hendak melanjutkan perjalanannya.

Mendengar perkataan Airin, Revan merasa kesal, ia mendorong sisa bubur dalam mangkuk dan selera makannya hilang seketika. Padahal, kemarin-kemarin, dia terus cerewet, memasak setiap hari dan merengek meminta dirinya untuk mencoba, tetapi lihat sekarang, dia seperti orang yang berbeda, sikapnya yang cuek dan selalu menjawab ketika dirinya bicara. Apa perempuan ini masih Airin, istri kontraknya?

Revan melihat ketidakpedulian Airin, jadi dia menegurnya, " kamu mau kemana sepagi ini?" Airin berhenti sejenak dan memandang Revan dengan penuh keheranan.

Tidak biasanya dia akan peduli apa kegiatannya, bahkan jika dia tidak pulang beberapa hari, lelaki itu tidak akan mencarinya. Lalu apa yang terjadi padanya hari ini?

"Aku hanya ingin bertemu teman sebentar. Tidak perlu khawatir. Aku tidak akan menganggumu." Revan merasa semakin marah dan tidak puas dengan jawaban Airin.

Airin melihat ketidakpuasan Revan, tetapi dia tidak ingin bertanya alasan lelaki itu, dia segera melanjutkan langkahnya tanpa menoleh lagi, meski ia mendengar suara kursi bergeser dengan keras, ia tetap tidak peduli. Ia tau, mendiamkan suaminya seperti ini merupakan sebuah dosa, akan tetapi harus bagaimana lagi, 4 tahun lamanya dia mencoba meraih hati Revan, tetapi lelaki itu tetap bersikap dingin padanya. Sikapnya diluaran sana, Airin menutup mata, pura-pura tidak peduli meski ia cemburu dan sakit hati.

"Revan, bersikaplah seperti biasa, sebagaimana mana kamu dulu padaku, kita akan segera bercerai, jadi tidak perlu sok perhatian padaku, " Gumam Airin. Dia melangkah pergi dengan hati yang sedikit kacau, tanpa menyadari bahwa Revan diam-diam memperhatikannya.

Revan menatap mobil Airin yang keluar dari halaman rumah mereka, " Teman mana yang ingin dia temui dengan penampilan serapi itu?" Dia menatap kepergian istrinya dengan tatapan kosong dan diam-diam merasa sesak di dadanya.

Revan merasa ada yang tidak beres dengan dirinya, kenapa dia tiba-tiba merasa peduli terhadap Airin, ketika dia menyadarinya, secepatnya dia menepis pemikirannya itu, Revan masuk lagi kedalam rumah, bersiap untuk pergi kekantor.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!