NovelToon NovelToon

Memilih Menikah

BAB. 1 Perjodohan

"Niss... Bangun Nduk!"

Pagi ini selesai subuhan dan mengisi kajian di salah satu kelas dasar mengaji bagian anak dibawah lima tahun Nissa kembali lagi ke rumah.Merasa mata nya sangat berat ia kembali tidur saat jam menunjukkan pukul sembilan pagi.

"Apa kamu jika di Luar sana seperti ini nduk?"

"Nissa hanya butuh penyesuaian waktu Umi, sebenarnya tidak ingin tidur lagi tapi entah kenapa mata Nissa sangat berat" ucap Nissa,suara nya bahkan sangat halus dan merdu.Sejak kecil di asuh oleh Habib Badawi dan Umi Zaenab.

Kedua nya bahkan begitu sangat menyayangi Nissa.Bagai belahan jantung mereka.

"Bangun lah,Abi mu sudah menunggu.Setelah makan siang beliau akan bicara sesuatu yang penting" ucap Umi pada Nissa,gadis itu mengerutkan kening dan beranjak bersandar di bantal yang sudah di tumpuk,membenarkan kerudung yang sedikit melorot.

"Bicara apa Umi? Tidak biasa nya.."

"Nanti kamu akan tahu nduk.. cuci mukalah dulu, keluar sebentar lagi Adzan Dzuhur..."

"Nggih Umi, sebentar lagi Nissa keluar.."

Umi Zaenab pun mengangguk,beliau keluar dari kamar anak gadis nya.

Sementara Nissa masih terus berfikir apa yang ingin Abi nya bicarakan hingga Umi nya dulu yang menyampaikan.

"Tidak biasa nya Umi se formal ini,biasa nya langsung bicara dan tak harus rahasia rahasian"

Nissa pun beranjak,membenarkan tali kerudung nya dan menurunkan celana daleman karena tercincing dan sedikit memperlihatkan kaki nya.Padahal ia memakai gamis yang cukup panjang,tapi tetap saja jika terlihat sedikit ia merasa berat tanggungan nya.

Tak lama Adzan Dzuhur berkumandang,Nissa langsung meraih handle pintu dan keluar dari kamar.

.

.

.

"Mbak Nissa?..." seru salah satu pengampuh santri putri.

Nissa yang merasa di panggil pun menoleh,bibir nya tersenyum.

"Assalamualaikum Mbak Nissa,Masya Allah aku baru pulang dari kampung dan baru tahu juga jika Mbak Nissa pulang" Ucap Aqila.

Aqila adalah salah satu pengabdi di pondok An'Nur,usianya di bawah Nissa.Gadis itu dulu sering mengikuti Nissa jika mengisi kajian Qur'an.

"Walaikumsalam Qila.."

"Mbak pulang kapan?" tanya Qila.

"Tiga hari yang lalu,sama mbak juga tidak melihat mu dari kemarin.Mbak pikir kamu sudah tidak di sini!"

"Dari dulu cita cita ku seperti ini Mbak,lebih baik seperti ini,jika tidak mau bagaimana lagi?"

Nissa pun tersenyum mendengar jawaban Qila.Semenjak kecil hingga menamatkan sekolah madrasah Qila mendapat beasiswa dari salah satu donatur pondok.Selain rajin dan pintar Qila tidak pernah malu untuk satu hal yang belum pernah ia coba.

"Mbak ingin ke masjid?"

"Ya.." anggukan Nissa berkali-kali.

"Kalau begitu mari Mbak,aku juga sekalian!"

Kedua nya berjalan beriringan, seperti biasa Qila yang selalu berjalan di belakang Nissa.Melewati sekolah madrasah santri lelaki,karena memang masjid berada ditengah nya.

Semua mata tertuju pada Anissa,padahal hanya wajah nya saja yang terlihat namun entah kenapa mereka tersenyum melihat itu seakan terpukau dengan wajah ayu nan meneduhkan.

Memasuki shof wanita,dan di sana sudah ada beberapa santriwati yang sedang memilih mukena.Terlihat merebutkan beberapa mukena untuk mereka pakai.Nissa pun penasaran dan bertanya.

"Qila,mereka kenapa?"

Qila pun menarik pandangan Nissa ke arah santriwati di ujung sana.

"Mereka merebutkan mukena yang di sumbangkan oleh orang tua mantan santri di sini Mbak"

Nissa terkekeh dan tersenyum remeh.

"Hanya mukena berebut,bukan kah yang penting ibadah nya?"

"Biarlah Mbak,mereka berkhayal jika mukena itu adalah pemberian suami masa depan mereka"

"Hah.. Maksudnya?!"

Qila melengkung kan bibir.

"Jadi beberapa tahun lalu, ada seorang santri laki laki yang menjadi idola di pondok ini.Dulu mereka masih kelas tujuh dan delapan.Orang tua santri itu menyumbangkan banyak perlengkapan sholat,Al Qur'an,sarana dan prasarana yang lain.Bukan hanya itu, orang tua nya juga sering kemari hampir dua atau tiga kali dalam sebulan.Seperti yang di pegang oleh Mbak,itu juga mukena khusus keluarga Abah dan keluarga mereka Mbak" jelas Qila.

Nissa pun menunduk melihat mukena itu.

Ini mukena mahal,harganya hampir saja bisa untuk DP mo**tor baru.

Ucap Nissa dalam hati.Bersamaan dengan itu komat pun berkumandang dan Nissa segera memakai mukena itu.

"Mbak Nissa beruntung,tanpa berebut saja bisa memakai mukena itu.Qila doakan Mbak,semoga nanti secepatnya Mbak bisa bertemu dengan pemilik mukena ini"

Ucapan Qila membuat Nissa tersenyum.

Mereka bahkan terlalu menyayangi pemberi nya.

.

.

.

Memasuki rumah,Habib Badawi sudah terlebih dulu berada di sana karena memang tadi Nissa menyapa beberapa teman bermain saat mereka kecil.Sebagian memang masih warga sekitar pondok dan sebagian mengabdi di bagian dapur.

Langkahnya berhenti berkali kali karena harus menyalami jamaah yang berpapasan.

"Mbak Nissa tidak kembali lagi ke luar negeri?" tanya Qila.

"Tidak.. Abi tidak mengijinkan nya"

"Berarti Mbak akan mengisi kajian di sini?"

"Hanya sesekali saja Qila,itu pun jika diperlukan"

"Kenapa seperti itu?..."

"Eemmm..." ucapan Nissa berhenti ketika mata nya melihat Habib Badawi sudah menunggu dan berdiri di depan rumah.

Seketika itu pula Qila langkahnya berhenti.

"Mbak Nissa,Qila pamit dulu ya?" Qila berbelok beda arah,ia tahu jika tatapan Habib mengisyaratkan sesuatu.

Melanjutkan langkahnya,Nissa sampai dan meraih tangan Abi nya.

"Assalamualaikum Abi?"

"Walaikumsalam... Kenapa lama?" tanya Habib Badawi pada anak gadisnya.

"Maaf,Nissa menyapa teman dan warga sekitar tadi.Kebetulan banyak yang berjamaah"

Dengan menggendong kedua tangan nya di punggung,Habib berbalik.

"Masuk lah,ada sesuatu yang ingin Abi bicarakan dengan mu!"

Tanpa membantah Nissa pun menunduk dan berjalan lebih dulu,memasuki rumah.Di susul Habib Badawi di belakang nya.

.

.

.

"Jadi begini,Abi tidak mengijinkan mu ke Kairo lagi kau tahu kan?"

Nissa mengangguk.

"Apa kamu keberatan nduk?" tanya Habib.

Hendak menjawab namun Umi datang membawa teh jahe kesukaan suami nya,dan juga beberapa buah kurma di piring kecil.

"Kamu mau minum apa nduk?" tawar Umi pada Nissa,namun Nissa menggeleng.

"Nanti biar Nissa ambil sendiri ke dalam Umi"

"Mumpung Umi mau ke dalam sekalian saja!"

"Nissa tidak ingin merepotkan Umi"

Umi pun menghela nafas karena anak nya selalu begitu.

"Ya sudah apa saja,yang penting tidak merepotkan!" ucap Nissa kembali.Akhirnya satu gelas kurma dan irisan lemon.

"Mau Umi kasih es batu?"

"Tidak, tenggorokan Nissa sedang tidak enak"

Umi Zaenab ikut bergabung di sana,hanya mereka bertiga saja dan tidak ada siapapun lagi.

Menunggu jawaban Nissa yang terlalu lama Habib pun berdehem dan langsung pada inti pembicaraan.

"Kamu akan Abi jodohkan dengan seorang lelaki pilihan Abi nduk,dan Abi berharap kamu bersedia karena Abi tidak menerima penolakan!"

.

.

.

To be continue

BAB. 2 Rahasia

Duduk bersebelahan dengan Nissa, Umi mengusap punggung anak gadisnya berulang kali.Menenangkan dan memberi pelukan atas keputusan Orang tua nya.

"Tenang nduk,dia lelaki baik.Dulu dia sering mengobrol dan menjadi santri kesayangan Abi mu"

Ibu mana yang tidak mengerti perasaan anak gadis nya meski tidak terlahir dari rahim nya sendiri.

Bukan tidak mau menentang,umi bahkan sudah berulang kali mencoba bicara pada suami nya untuk memikirkan matang matang atas rencana nya yang sudah di buat beberapa tahun lalu dengan Tuan Riza.

"Itu dulu Umi, pergaulan luar negeri tidak seperti di Kairo.Umi tidak tahu kan akun media sosial nya?"

"Hah?.. Akun media sosial,media sosial apa itu nduk?"

Ya Nissa segera mencari di akun media sosial nya tentang Zavier,berawalan dari penasaran dan berbekal ucapan Abi tentang nama Zavier.Nissa mencoba iseng mencari nama itu,di akun biru berlogo huruf F tidak ada namun ia menemukan nya di akun bergambar kamera.

Nissa meraih ponsel nya di meja rias.Ia mencoba membuka dan mencari lagi nama yang Abi nya sebutkan.

"Lihat Umi.. Apakah dia yang Abi dan Umi maksud?"

Umi pun melihat apa yang Nissa beritahukan di ponsel nya.

Banyak foto foto Zavi dengan teman teman nya,tidak hanya itu mereka bahkan tak berjarak antara lelaki dan perempuan.Berpelukan dan saling bersentuhan kulit.

"Kenapa Zavi jadi seperti ini?" gumam Umi Zaenab,ia pun tak menyangka jika pergaulan bisa merubah orang secepat itu.

"Umi lihat sendiri kan? Apa ini lelaki yang dipilih Abi untuk Nissa? Nissa bahkan tidak pernah tahu tentang dunia diluar sana.Nissa hanya tahu sekolah dan pondok ini,teman Nissa tidak banyak Umi.Apa Abi yakin dengan pilihan nya?"

Nissa terus saja bicara seolah protes jika dia tidak mau di jodohkan.

Tatapan Nissa sendu pada Umi nya,ia berharap pada wanita tua itu untuk bicara pada Abi nya.

"Coba nanti Umi bicarakan pada Abi mu.."

"Bicara apa?" tiba tiba saja pintu kamar Nissa terbuka,Habib Badawi masuk.Mata nya melihat Nissa dan istrinya bergantian.

"Coba lihat Bi?" Zaenab meraih ponsel Nissa dan memberikan pada suami nya.

Mata nya memicing melihat layar ponsel.Namun tak ada perubahan atau ekspresi lain di wajah tua nya.

Sudah berganti posisi menjadi duduk Nissa pun menunggu tanggapan dari Habib Badawi.

"Itu Zavier ada di antara mereka,apa Abi yakin dengan keputusan Abi untuk menjodohkan anak kita dengan nya.Pergaulan nya sangat bebas.Lihat lah foto foto yang lain Bi!" ucap istrinya.

Habib Badawi pun menggeser dan melihat semua unggahan Zavier di sana.Tak lama ponsel di kembalikan pada istrinya,tatapan mata Badawi pun tajam pada Nissa.Nissa yang tahu itu pun menunduk.

"Zavier akan pulang dari Inggris tiga hari lagi,dia sebenarnya sudah lulus dua tahun yang lalu namun mengembangkan usaha Papah nya di sana.Mamah nya memaksa untuk pulang besok karena mereka ingin kemari!"

Ucapan Habib Badawi terhenti saat Nissa mendongak,gadis itu terkejut seketika.Tiga hari bukan lah waktu yang lama,itu bahkan terlalu cepat.

"Kalian akan saling berkenalan lebih dulu,Abi harap kamu bisa menjaga sikap dan tingkah laku mu nanti saat bertemu dengan keluarga besar nya.."

"Tapi Bi..."

Bantahan Nissa pun terhenti saat tahu mata Abi nya menajam,ia segera menunduk kembali.Hati nya sudah pilu,angan angan mendapat suami yang sesuai kriteria dan sepadan dengan latar belakang Abi dan Umi nya sirna.Ingin rasanya Nissa menangis namun ia tahan hingga dada nya terasa sesak.

Meski halus namun Umi merasakan jika Nissa menarik nafas nya dalam lalu menghela nya perlahan.Anak gadis di depan nya yang kini beranjak semakin dewasa sedang di hadapkan oleh takdir yang tidak pernah di sangka.

"Abi tidak akan mengulur lama setelah perkenalan kalian,kami akan langsung menentukan tanggal pernikahan mu dengan Zavier."

Air mata Nissa mulai menetes di telapak tangan nya,lalu ia genggam untuk menutupi itu dari Abi dan Umi.

Meski di sembunyikan pun Umi tahu jika anak gadis nya menangis dalam tundukan kepala.

"Bukan nya nak Zavier belum tahu Nissa Bi?" tanya Umi.

"Orang tua nya sudah lebih dulu memberitahu kan tentang rencana ini jauh jauh hari.Beberapa tahun lalu Abi sempat mengirimi foto foto Nissa kepada nya!"

"Abi..." Nissa kembali mendongak menatap Abi nya.

"Zavier tidak keberatan dengan rencana ini.Jadilah wanita yang patuh dengan orang tua,tidak ada orang tua yang menjerumuskan anak nya ke maksiat,kau sudah cukup umur.Paling tidak tugas Abi dan Umi sudah selesai merawat mu.Kami tidak kurang menyayangi mu meski kamu tidak terlahir dari rahim Umi!"

Nissa menoleh pada Zaenab di sebelah nya.

"Umi?..."

Umi nya pun juga menoleh,seketika ia memeluk Nissa erat.

"Apa itu benar Umi? Abi?..." mata Nissa semakin nanar dan tak kuasa ia meneteskan air.

Zaenab pun mengangguk "Kamu anak Abi dan Umi tapi kamu tidak terlahir dari rahim Umi nduk,dulu ada salah satu abdi pondok yang menitipkan mu pada kami,kebetulan Umi dan Abi belum memiliki Renald dan juga Hanifah"

Seketika semua terdiam termasuk Habib,ia bahkan berdiri dengan membelakangi kedua nya yang duduk diatas ranjang.

"Tapi kamu tetap jantung hati Abi dan Umi nduk.Kami menyayangi mu selayaknya anak sendiri"

Benar benar tidak sanggup untuk menerima keadaan ini,namun cepat atau lambat ini akan terjadi.Dan Zaenab tidak akan pernah menyangka jika suami nya membongkar rahasia selama berpuluh tahun hanya karena Nissa yang seolah tidak mau di jodohkan.

Entah siapa dulu yang menitipkan Nissa di depan dan diterima oleh salah satu pengabdi pondok.Bayi mungil yang usia nya baru satu bulan lima belas hari.Ternyata orang tua nya sengaja lalu memberi tulisan di belakang punggung nya.Kebetulan saat itu Zaenab baru saja mengalami musibah.Bayi yang seharusnya ia lahir kan terkena virus pada saat menjelang persalinan kurang beberapa hari, akhirnya meninggal di dalam perut dan harus di angkat.Kehadiran Nissa adalah penyembuh luka bagi Zaenab,seiring jalan nya waktu Zaenab dan Badawi menganggap Nissa selayaknya anak sendiri.Tinggal di rumah lingkungan pondok,sekolah,terlebih Nissa unggul dalam segala hal hingga ia mampu membawa nama baik pondok terutama nama besar Habib Badawi sebagai pemilik pondok hingga ia bersekolah ke Kairo karena jalur prestasi.Badawi dan Zaenab semakin sayang dan bangga kepada anak yang bahkan ia tidak tahu berasal dari mana.

.

.

.

To be continue

BAB. 3 Dipercepat

Sejak hari itu hari hari Nissa berubah, beberapa nomor lain masuk di ponsel nya.Dan itu adalah Riza,Galina dan Zavier.Badawi sengaja memberikan nomor anak gadis nya untuk awal mula sebelum mereka bertemu.

Nissa sebenarnya risih jika harus memberikan perhatian pada lelaki yang bertemu saja belum pernah,namun Mamah mertua nya yang sering memaksa nya untuk sering bertanya banyak hal pada Zavier.

Zavier sendiri sangat kaku dan dingin,bahkan ia sempat membalas pesan Nissa hanya dengan satu huruf saja yaitu Y.

Tepat pukul dua belas malam tiba tiba ponsel Nissa berdering,ia pun bangun dan mencari dimana ia meletakan ponsel nya tadi,tanpa melihat jelas nama penelfon Nissa menerima nya.

"Hallo assalam...."

"Heiii kau!! bisa tidak menolak perjodohan ini.Hanya jawaban mu yang mampu melepaskan batasan ku,aku bahkan belum bertemu dengan mu tapi Mamah dan Papah selalu melarang ku untuk tidak pulang malam dan mengabari mu!"

"Zavier?!"

Ucap Nissa,salam nya saja bahkan belum dijawab namun Zavi sudah memberondong dengan banyak perkataan.

"Nissa atau siapapun itu,aku tidak se alim yang Abah pikirkan.Mungkin saja aku tidak bisa di andalkan oleh mereka.Kenapa beliau berfikir untuk menjodohkan anak kesayangan nya dengan ku?!"

Hening

Hanya suara dentuman yang sedikit terdengar di telinga Nissa,ia pun menelan saliva.Lelaki yang akan menjadi suami nya bahkan belum pulang saat tengah malam.Suara nya saja seperti orang mabuk.

"Pulang Zavier,ini sudah malam!"

Hanya itu jawaban Nissa.

"Kau sama seperti Papah dan Mamah ku!"

Panggilan pun di akhiri oleh Zavier.Nissa tertegun di sebrang sana,suara music meski jauh namun tetap saja terdengar,lalu suara Zavi yang seperti orang mabuk.

Astaghfirullah Abi,kenapa harus Nissa yang mendapat kan ini?

Tanya nya dalam hati.Ia pun akhirnya bangun dan masuk ke dalam kamar mandi.Mengambil air wudhu lalu sholat malam.Hanya sang pencipta lah yang mampu membuat semua berubah esok hari.Nissa tidak bisa memegang kendali atas apa yang sudah pencipta takdir kan namun ia meyakini bahwa semua nya bisa berubah dalam sekejap tapi jika keesokan hari ini masih berlanjut Nissa menyadari bahwa apa yang baik menurut nya belum tentu menurut Allah,dan apa yang baik bagi Allah adalah takdir nya.

.

.

.

Keesokan hari nya, beberapa mobil datang dan memasuki halaman.Berjajar dengan rapih di lapangan yang cukup luas.

Keluarga Riza terutama Brahmana,Riza tidak mungkin tidak membawanya kemari sedangkan dirinya mempunyai saudara kembar.

Sebaliknya keluarga habib juga sudah menunggu di depan rumah menyambutnya.

Mereka sama sama duduk di ruang tamu, Zavier pun berada di sana begitu pula Nissa.Gadis itu sejak tadi mengobrol dengan Galina,Mita dan yang lain.

"Nissa, aku tanya kan sekali lagi.Apa kamu mau jika kami nikah kan kau dengan anak kami?"

Nissa seketika tertegun saat menjawab pertanyaan Riza.Berbagai macam spekulasi muncul di otak nya hingga yang terakhir ia mendengar suatu kalimat.

Ingatlah siapa yang menjunjung tinggi derajat mu hingga sekarang? Apa kamu mampu menolak keinginan nya?

Mata Nissa tertuju pada Habib Badawi. Ia pun mengangguk.

"Nissa bersedia Om..." ucap Nissa.

Di sisi lain Zavier menghela nafas,ia sudah berdoa berkali kali meminta pada Tuhan nya untuk membuat gadis di depan nya menolak dan berkata tidak.

Semua ini ada padamu,dan kamu memilih suatu hal yang salah.Jangan salahkan aku jika nanti kamu tersiksa karena aku tidak tahu dan tidak bisa mengendalikan apa yang nanti akan terjadi!

Ucap Zavier dalam hati.Mata nya terus menatap pada Nissa seolah ia ingin tahu apa isi hati nya.

"Pah,kenapa harus menunggu Minggu depan untuk melakukan pernikahan.Kenapa tidak sekarang saja?!"

Tiba-tiba suara Zavier tegas dan semua terdiam.

"Zavi?..." ucap Galina.

"Sekarang atau Minggu depan sama Mamah.Aku ingin membawa mempelai ku ke Jakarta dan bukan di Jogja,kehidupan ku di sana.Bukan kah aku harus bekerja dan menafkahi istri ku nanti nya?" mata tajam Zavi menatap lekat pada Nissa.

Nissa tahu ucapan Zavier memiliki arti tersendiri.Jelas sama sama tidak mau di jodohkan tapi Zavier seakan tidak sabar ingin menikahi nya.

"Ya ampun Zavi,sabar hanya menunggu satu Minggu tidak akan lama." ucap Riza pada nya.

"Berarti kita akan satu Minggu di sini Pah, bagaimana jika aku melampaui batasan.Untuk apa jika ada perjodohan kalau nanti nya dalam waktu seminggu kita diijinkan saling mengenal dan di bolehkan bertemu setiap hari,bukan kah itu juga bisa membuat khilaf?" Zavi menarik nafasnya dalam.

"Aku hanya manusia begitu pula dengan nya,khilaf tentu ada di antara kami bukan?"

Ucapan Zavi membuat yang di sana terdiam dan tak bisa berbicara lagi,termasuk Habib Badawi dan juga Umi Zaenab.

Lebih lebih Fandi sebagai sesepuh dari pihak Riza,ia tidak akan pernah menyangka cucu nya bisa berbicara se tegas itu.Zavier bahkan sangat berani mengutarakan di depan kedua keluarga.

Melihat situasi yang hening Habib pun berdehem.

"Kalau begitu setelah bada Isa kita adakan ijab kabul di masjid.Di saksikan oleh para santri dan kedua keluarga tentu nya.Benar kata Zavier,untuk apa menunggu terlalu lama.Kami hanya manusia dan setiap pribadi pasti mempunyai khilaf!"

"Abi?!..." Ucap Nissa dan Umi bersama.

Mereka tidak akan menyangka jika Abi begitu saja menuruti ucapan Zavier.

Keputusan Habib Badawi pun mutlak, keluarga Fandi pun hanya menuruti saja karena yang lebih tahu dan paham agama adalah beliau.

.

.

.

Memakai gamis berwarna peach sedikit tua,menampilkan kesan anggun dan ayu.Nissa setelah sholat magrib ia merias dirinya sendiri dengan di dampingi oleh Qila.

"Mbak Nissa capek?" tanya Qila tiba-tiba.

Nissa pun menggeleng.

"Mbak Nissa merapikan baju baju mbak Nissa sendiri tadi?"

Gadis di sebelahnya belum menyerah juga dan bertanya.

"Iya Qila.."

"Jika Mbak Nissa tahu pasti Mbak akan bahagia.Apa yang Qila ceritakan tempo hari adalah lelaki itu mbak,mbak ingat kan santriwati yang berebut mukena?"

Nissa menatap Qila dan mencoba mengingat cerita nya.

"Lelaki itu Zavier,Mas Zavier adalah kakak kelas kami yang banyak di puja perempuan" ucap Qila terjeda.

"Mungkin jika hari ini bukan hari libur sebagian santri mereka akan patah hati berjamaah menyaksikan Mbak Nissa di pinang oleh nya"

Padahal saat itu jarak nya lumayan jauh,tapi menurut cerita dari tahun ke tahun Zavier sangat fenomenal dengan perawakan yang gagah seperti bule.Hingga cerita nya masih terus mengalir hingga sekarang.

Jika kalian tahu sebenarnya,pasti kalian tidak akan mengagumi nya lagi.Tapi semua hanya Allah yang tahu,aku pun hanya menduga sesaat saja!

.

.

.

to be continue

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!