" Serena! kamu kenapa lebih perhatian sama Anya dari pada saya? " tanya Ethan menghampiri Serena yang sibuk bermain dengan kucing barunya.
Serena tidak menoleh pada Ethan yang sedari tadi merecokinya dimana pun ia berada.
" Kasihan Anya, masih butuh perkenalan dengan lingkungan rumah kita Om. " jawab Serena yang asik menggantungkan mainan ikan-ikanan pada Anya kucing anabul warna abu.
" Kamu gak kasihan sama saya? yang setiap hari kerja demi kamu dan anak kita? " tanya Om Ethan memelas.
Mendengar perkataan dari suaminya itu kepala Serena sontak menoleh cepat kearah Om Ethan.
" Kan sudah kewajiban Om menafkahi istrinya, untuk urusan anak belum ada ya Om diantara kita. " ucap Serena cepat.
Om Ethan tersenyum miring, saat akhirnya Serena mau memperhatikan dirinya.
" Pasti suatu hari nanti, kamu akan mengandung anak saya. kita akan punya keluarga kecil. " sahut Om Ethan cepat.
Apakah istrinya ini tidak menginginkan seorang anak tengah-tengah pernikahan mereka? apa karena istrinya masih sangat muda membuatnya sedikit enggan hamil muda, dan membuat Ethan menunggu sampai pria itu terbungkuk nantinya.
Serena yang mendengar itu terdiam dan mendengus kesal, baru berapa bulan menikah udah berpikir untuk punya anak, memang tidak salah Om Ethan mengatakan nya hanya saja Serena butuh waktu.
" Om Ethan aja jarang ada dirumah kerjaan nya pacaran terus sama kertas dan komputernya di kantor setiap malam gimana mau belai istrinya yang sexy bahenol dan menggoda ini ,sampai bunting. " dumel Serena mengeluarkan uneg-unegnya.
Tanpa sadar, Serena dengan tega mencengkram kucing barunya membuat kucing anabul abu-abu itu menjerit dan mencoba melepaskan diri dari Serena.
" Serena! kalau Anya mati ditangan kamu, bagaimana? harga nya mahal banget loh. gak elite banget, baru 2 hari di beli sudah innalilahi. " ucap Om Ethan lebih perduli pada kucing Anabul milik Serena.
Sadar atas apa yang sudah dilakukan, Serena segera melepaskan tangan nya membuat kucing abu-abu itu terbirit-birit berlari.
Serena bangkit, ia berjalan menghampiri Om Ethan yang sedang bersedekap tangan nya didepan dada dan bersandar di dinding pintu.
Serena berhenti tepat di depan suami yang lebih tua 10 tahun itu membuat Ethan menatapnya tidak kalah sengit dengan satu alisnya naik keatas.
" Oke, sesuai ucapan kamu mulai malam besok saya akan pulang lebih cepat! " ucap Ethan penuh penekanan.
" G-gak perlu, ucapan ku gak usah di dengar anggap angin lalu aja Om. " ucap Serena mengalihkan pandangan nya ia merasa malu kenapa bibirnya bisa keceplosan seperti itu sih.
" Bagi saya itu bentuk keluh kesah kamu terhadap saya selama ini, bentuk protes batin kamu yang tidak merasa puas terhadap saya. " jawab Ethan santai.
" Ck, aku bercanda aja Om! gak usah dianggap serius juga. " ucap Serena menimpali.
" Oh Ya? " tanya Ethan lagi memastikan.
" Iya Om! " ucap Serena kembali.
Serena menganggukkan kepalanya ia mengubah posisinya menjadi lebih santai. Serena terlalu fokus pada mata Ethan yang mampu membuat Serena sedikit terpukau, hingga ia sadar saat Ethan tiba-tiba menyentuh pinggangnya.
Dengan sekali sentakan, Serena sudah berada dibawah tatapan tajam dan menegaskan penuh rayuan milik suami tua nya itu.
Tubuh kecil Serena di kukung tubuh Ethan yang dua kali lipat lebih besar oleh kedua tangan berurat pria itu, dimasing-masing pinggangnya.
Setelah nya kepala Ethan mengangguk kecil, tangan nya pun turut bergerak untuk menyingkirkan poni panjang Serena yang menutupi wajah menggemaskan milik istrinya kecilnya itu. seolah candu setiap tubuh Serena yang ia sentuh.
" Padahal tidak masalah sayang. " tutur Ethan lembut matanya terus mengamati kedua pupil mata istrinya yang kian melebar.
Tangan Ethan semakin nakal dengan makin memeluk tubuh Serena erat otomatis tubuh mereka merapat.
" Kamu tahu, dulu saat Nayla usianya 15 tahun ia punya hewan peliharaan saya sering memarahinya karena terlalu sibuk bermain dengan ikan emas hadiah ulang tahun nya. " ucap Om Ethan bercerita.
" Terus apa yang Om lakukan? " tanya Serena terbawa arus ucapan Ethan.
" Karena saya kesal, saya goreng ikan kesayangan nya. saya jadikan lalapan buat makan siang saya. habis itu dia marah-marah ngambek sama saya dia bilang ' jangan dekat-dekat sama Nay, kalian bisa dimakan nanti.' katanya gitu. " sambung Om Ethan terdengar kekehan dari bibirnya membayangkan kisah dulu.
" Hah maksud Om ? " tanya Serena tidak paham arah pembicaraan suaminya itu saat ini. alurnya kemana melenceng nya kemana.
" Kalau saya memakan ikan mas, perut saya yang kenyang. kalau saya memakan kamu, perut kamu yang kenyang dan membesar 9 bulan. " ucap Om Ethan menjelaskan.
Serena yang mendengar perkataan Om Ethan sontak mencubit perut suaminya yang jahil dan mesum nya tidak ketolongan itu.
" KURANG ASEM! DASAR OM-OM MESUM!!! " pekik Serena kesal meninggalkan Om Ethan yang merintih kesakitan sendirian di ruang tengah.
" Serena! " panggil Ethan meringis memegangi perutnya yang dicubit habis-habisan istri kecilnya itu.
" Baru di gitukan saja, kamu sudah mengamuk. apalagi kalau sudah saya masukin mungkin kamu akan menyumpahi serapah saya. " gumam Ethan menggeleng gemas dengan tingkah istrinya.
Seorang gadis berusia 19 tahun tengah membersihkan rak-rak dihadapan nya yang berdebu dengan kemoceng dan juga masker bertengger di hidung nya serta kaca mata agar matanya tidak terkena sisa-sisa debu.
" Serena! tolong ambilkan air Aqua botol mini 2 dus! " teriak seorang wanita dari arah luar pintu masuk gudang.
Ya, wanita itu saat ini membersihkan gudang sembari mengecek sisa persediaan stok tempat wanita itu bekerja.
" Siap. " jawab wanita itu bernama Serena Azalia Sanusi.
Serena menyusun Dus itu jadi dua tingkat dan mengangkatnya bersamaan Serena sudah biasa membawa barang ber-dus yang berat. Serena bukan anak yang manja atau gampang mengeluh gadis itu selalu mencoba melakukan apapun selagi dia mampu.
Serena meletakan nya di atas meja kasir ia mengelap pelipisnya yang mengeluarkan keringat, dan melirik ke arah jam tangan nya menunjukkan pukul 23.30.
Tidak terasa sudah jam setengah 12 malam gadis itu belum bersiap-siap pulang, karena toko masih dalam keadaan buka sebenarnya jam kerja gadis itu hanya sampai jam 22.00 saja karena hari ini barang-barang baru datang dari gudang pusat membuat semua karyawan pekerja sore harus lembur menyusun barang, mengangkat dan menghitung restock persediaan.
Padahal gadis itu harus kembali sekolah di keesokkan paginya, tapi demi pekerjaan yang menghasilkan cuan ia rela bekerja lembur sampai pagi pun akan Serena lakukan.
Serena bukan anak orang kaya, dia hanya gadis biasa yang merantau dari desa ke kota untuk bisa mendapatkan pendidikan yang lebih layak, ia gadis yatim piatu saudara nya sudah berpulang ke sisi tuhan 3 tahun lalu sekarang yang ia punya hanya punya bibi dan paman kandung dari pihak papa nya.
Beruntungnya mereka mau dengan suka rela merawat Serena dan kakaknya sejak usianya 10 tahun sebab itulah sejak lulus SMP Serena dan Kakaknya bertekad pergi ke kota sudah cukup ia merepotkan paman dan bibi nya sendiri yang sudah kesulitan ekonomi.
Dengan bersusah payah Serena dan kakaknya mencoba meyakinkan mereka berdua dan berhasil, tidak terasa sudah 3 tahun gadis itu menetap di ibu kota J yang terkenal akan hiruk pikuk yang sangat padat dan kerasnya kehidupan.
Tapi tuhan berkata lain, ia harus melanjutkan hidup keras nya di kota seorang diri setelah kepergian kakak lelakinya.
Sudah 3 tahun pula Serena bekerja paruh waktu dari berbagai tempat ia lakukan, ia rela bekerja apapun demi mencukupi kebutuhan nya seperti uang sekolah, uang makan, transportasi dan tempat tinggal sesekali Serena akan mengirimi paman dan bibinya uang jika ia mendapat gaji lembur.
" Ser! itu ada yang tungguin kamu di parkiran depan. " panggil seorang perempuan lebih tua 3 tahun dari Serena.
" Siapa kak Winda? " tanya Serena keheranan.
" Dia cowok dari perawakan nya seperti orang tua? atau jangan-jangan dia.... " ucap Winda menyipitkan matanya menatap Serena.
" Hus, jangan pikir aneh-aneh! dia paman ku. " jawab Serena menyela.
" Oh, paman doang. " jawab Winda mengerti.
" Aku pulang duluan ya kak, sampai ketemu besok. " jawab Serena menyampirkan tas selempang nya tidak lupa memasang jaket rompi.
" Iya, hati-hati dijalan. " jawab Winda tersenyum.
Serena melangkahkan kakinya keluar dari toko supermarket tempat ia bekerja dan benar saja disana sudah ada satu mobil hitam dan kaca mobil tiba-tiba terbuka menampilkan sosok pria dengan brewok tipis di bawah dagu pria itu.
" Serena! ayo masuk! " ucap seorang gadis yang entah sejak kapan kaca jendela belakang sudah terbuka sempurna menampilkan seorang gadis yang tersenyum sumringah ke Serena.
Serena melambaikan tangan nya membalas sapaan gadis itu ia melangkah mendekat dan segera masuk.
" Kenapa kamu mampir ke tempat kerjaku? " tanya Serena pada sahabatnya itu.
" Kebetulan aku sama papa lagi ada urusan diluar dan baru pulang karena aku ingat sama kamu jadi sekalian saja jemput. " ucap gadis itu santai.
" Nay! aku gak enak loh kalau kamu jemput terus, ini sudah 3 hari kamu kayak gini! kamu yakin gak bohong sama aku kan!? " tanya Serena pada sahabatnya Nayla.
" Ck, aku gak bohong Ser! tanya aja sama papa ku, iya kan pa? " tanya Nayla pada papa nya yang sejak tadi hanya diam di depan kemudi.
" Ekhem, iya. " jawab pria itu.
" Tuh kan,aku gak bohong sama kamu. " jawab Nayla meyakinkan.
" Tapi aku yang merasa gak enak Nay! " ucap Serena kembali.
" Sudahlah Ser! kita itu sahabat, jadi gak perlu sungkan begitu. " ucap Nayla menengahi.
" Tap- " ucap Nayla terhenti saat suara seseorang menyela duluan.
" Alamat rumah kamu dimana Serena. " tanya Ethan, papa Nayla.
" Alamat rumah saya, di Jl. Kemuning Rawan Om Ethan. " jawab Serena memberitahu.
Matthew Ethan Radjabin, pria berusia 30 tahun, kenapa usia nya masih sangat muda sudah punya anak belasan tahun? kalian akan menemukan jawaban nya di dalam ceritanya.
Ethan anak orang kaya sejak lahir semua harta berlimpah sudah biasa ia nikmati tidak ada kekurangan apapun dari kebutuhan materi atau sebagainya, seorang CEO di salah satu perusahaan ternama internasional memiliki beberapa bisnis di bidang perdagangan dan Fashion.
Ethan dua bersaudara ia anak kedua ia punya seorang kakak lelaki yang sudah meninggal saat usia nya muda mengharuskan nya memenuhi sebuah tanggung jawab yang cukup berat namun mau tidak mau harus ia tanggung.
...✿ ✿ ✿ ✿...
Mobil yang di kendarai Ethan telah terparkir sempurna di pinggir jalan yang sangat minim pencahayaan lampu kota dan suasana nya sangat mendukung menjadi tempat angker dan horor.
hanya terisi beberapa rumah warga ya walaupun jaraknya sedikit lumayan jauh dan bisa hitungan jari terutama pada kos-kosan tempat Serena tinggal selama kurang lebih hampir 3 tahun.
Sangat sunyi, gelap dan hanya satu lampu penerangan di bagian gerbang depan untuk masuk kedalam hanya terdapat pencahayaan dari teras lampu kos-kosan saja.
Suasana sepi dan sunyi, ya jika manusia normal akan memaklumi karena sudah pukul 23.40 malam hari wajar saja, tapi tempat kos-kosan Serena bukan dibilang wajar lagi memang suasana nya seperti itu.
Sebenarnya Serena sudah beberapa kali mencari tempat kos-kosan yang jauh lebih baik hanya saja ia terhambat dengan masalah uang dan kos-kosan tidak semurah itu apalagi di kota yang semuanya di perhitungkan dengan kata ' UANG '.
" Terimakasih Om Ethan dan Nay. " ucap Serena saat gadis itu sudah turun sepenuhnya.
" Iya, tidurlah dengan nyenyak! jangan lupa pasang alarm besok pagi. " seru Nayla dari kaca jendela mobil.
" Iya, kau tenang saja. hati-hati dijalan. " jawab Serena melambaikan tangan nya saat mobil itu sudah bergerak menjauh.
DI SISI LAIN.
" Nay, sejak kapan sahabat mu tinggal di gubuk seperti itu. " tanya Ethan.
" Ish, papa ini! itu bukan gubuk ya! itu kos-kosan. " jawab Nayla tidak terima.
" Iya papa tahu! maksud papa itu kan bukan bangunan yang layak dihuni. " ucap Ethan kembali mengingat bangunan kos-kosan yang bisa dibilang itu adalah gubuk.
Bagaimana tidak! dinding kos-kosan lantai 3 itu saja sudah mulai miring dan sedikit mundur kebelakang warna cat yang memudar dan berlumut intinya tidak layak dihuni.
" Papa gak boleh gitu, masih untung Serena punya tempat tinggal. " sungut Nayla.
" Kenapa dia tidak pindah ke tempat lain saja? tempat yang lebih pantas di huni. " tanya Ethan tidak habis pikir.
" Jika ia bisa, sejak dari dulu Rena akan pindah dari kosan tua itu papa. " jawab Nayla kembali.
" Maksud kamu? " tanya Ethan.
" Rena kurang mampu membayar kosan yang lebih mahal pa, ia saja sehari-hari berhemat untuk biaya kehidupan nya. papa tahu kan kejam nya kehidupan tinggal di kota orang. " jelas Nayla.
" Jadi sahabat kamu merantau? darimana dia? " tanya Ethan sedikit kaget mendengar penuturan anaknya.
" Dia dari desa pa. " Jawab Nayla.
" Papa tidak menyangka. " gumam Ethan.
" Itu karena papa selalu sibuk dengan pekerjaan papa sampai lupa kalau punya anak gadis dirumah. " sungut Nayla.
"Maaf sayang, papa bekerja juga untuk kamu dan masa depan mu nanti. " jawab Ethan penuh penyesalan.
" Sudahlah pa, aku mengerti kok semenjak ada Serena aku tidak pernah kesepian lagi. " jawab Nayla tersenyum sendu.
" Sejak kapan kalian bersahabat? " tanya Ethan.
Lelaki itu tidak mengetahui entah kapan dan bagaimana anak nya sering membawa gadis sebaya nya ke rumah terkadang menginap bersama. maklum ia seorang workaholic yang gemar berpacaran dengan kertas dan komputer setiap harinya tanpa memperhatikan perkembangan disekitarnya.
" Sudah 3 tahun pa. " jawab Nayla membayangkan moment pertemuan pertama mereka.
" Jadi sahabatmu itu sudah 3 tahun juga tinggal di kosan itu? " tanya Ethan entah kenapa ada rasa penasaran dalam benak nya mengenai sahabat anaknya itu.
" Kalau tidak salah 2 tahun setengah deh, soalnya Rena pernah pindah kosan dari sebelumnya sebelum kosan ini. " ucap Nayla tampak berpikir keras.
" Lumayan cukup lama. " ucap Ethan.
Tidak terasa ayah dan anak itu mengobrol tibalah mereka di pelantaran rumah mewah mereka.
Serena membersihkan roknya dan seragamnya yang sedikit kotor setelah ia berhasil melompati pagar belakang sekolah.
" Sekarang kita mau kemana. " tanya Serena pada Nayla yang sedang memperbaiki pakaian nya yang kusut.
" Kita ke kantor papa ku. " jawab Nayla santai.
" Serius? kayaknya gak perlu deh Nay! mending kita masuk aja lagi, aku niatnya kan mau sekolah yang jujur disini sampai lulus. " ucap Serena memelas.
" Ck, sudah cukup kita 3 tahun sekolah dengan disiplin Ser! kita ini sudah kelas 3 sebentar lagi juga lulusan. " jawab Nayla jengah.
" Tapikan, nanti guru-guru tahu kalau muridnya ada yang bolos bagaimana! " tanya Serena panik.
" Tenang aja, hari ini semua anak kelas 3 lagi jam kosong gak akan ada guru yang masuk. sesekali lah kau bolos Ser, hidup mu lempeng banget kayak jalan tol gak ada tikungan nya. " sungut Nayla.
" Tapi minimal lah kalau kita bolos gak perlu ke kantor om Ethan juga! nanti kita ketahuan terus di adukan ke pihak sekolah gimana! " tanya Serena.
" Cukup! pikiran mu terlalu kemana-mana, papa ku gak pernah kayak gitu. " ucap Nayla yakin.
" Kamu yakin kan? " tanya Serena kembali.
" yakin lah. " jawab Nayla menarik tangan Serena menuju taxi yang ia pesan sebelumnya.
" Ke jalan Karamuniang 21 pak. " ucap Nayla memberitahu sopir taxi.
Mobil pun melaju dengan tenang meninggalkan area sekolah.
" Nanti turun nya didekat warung makan bubur Ayam aja pak. " beritahu Nayla setelah beberapa menit taxi melaju.
" Loh, kok kita turun nya disana? bukan langsung di tempat kerja papa mu? "tanya Serena bingung.
" Mending diam aja deh Ser! " sebal Nayla.
CKITT....
Mobil Taxi sudah berhenti didepan tujuan sesuai perintah Nayla, buru-buru Nayla turun dan langsung menutup pintu. Serena yang melihat dengan cepat akan beraksi turun tapi sebuah suara membuatnya kesal.
" LANGSUNG GAS PAK KE ALAMAT YANG TADI! " seru Nayla.
Membuat pak sopir Taxi langsung menancapkan gasnya cepat Serena yang sudah membuka pintu spontan menutup kembali.
BRRMM....
" NAYLA! " pekik Serena marah.
...✿ ✿ ✿ ✿...
Serena menatap bangunan tinggi menjulang dihadapannya setelah beberapa saat yang lalu mobil taxi itu menurunkan nya disini, Serena sempat memaksa sopir itu mengantar ke arah sebaliknya ke tempat Nayla tapi sopir taxi meminta imbalan lebih 2 kali lipat.
Serena yang memang saat itu keuangan nya menipis mau tidak mau ia akhirnya turun di perusahaan Om Ethan. Emang suka gak tahu diri tukang Taxi sudah dibayar plus bonusnya minta tambahan lagi saat disuruh putar balik.
Disinilah Serena berakhir didepan gedung, ia menatap lamat sekali tampak berpikir sejenak masuk atau tidak. kalau dia masuk apa yang harus Serena katakan pada Om Ethan kalau ia menghubungi taxi uang nya tidak mencukupi.
Karena jarak perusahaan Om Ethan ke kos-kosan Serena butuh waktu 2 jam setengah baru sampai.
Meminta bantuan Nayla? ponsel gadis itu tidak aktif setelah ia turun di warung bubur ayam tadi. sepertinya nasib sial menimpa gadis muda itu.
Serena menghela nafas lelah ia akan berjalan sampai depan halte bus saja lumayan ia bisa menghemat setengah uang nya sampai gaji nya keluar.
Baru berbalik arah seseorang memanggilnya dari belakang tubuh Serena menegang mendengarnya ia tahu suara berat dan datar itu.
" O-om Ethan, hai. " sapa Serena nyengir pelan dalam hati meringis menatap pandangan tajam Ethan.
" Kenapa kau kesini? ini masih jam sekolah. " ucap Ethan. melihat arloji nya menunjukkan pukul 09.00 pagi.
" Eh, i-itu... " ucap Serena terbata
" Dimana Nayla? kenapa hanya sendirian? " tanya Ethan semakin menajamkan pandangan nya.
Serena yang ditatap seperti itu menundukkan kepalanya takut-takut.
" Sa-saya dipaksa Nayla bolos Om, ta-tadi dia berhenti di warung bubur ayam terus suruh sopir taxi nya antar saya sendirian kesini. " cicit Serena menjelaskan pandangan nya sejak tadi menatap paping tanah dibawahnya.
" Huh! dasar anak nakal itu. " ucap Ethan menghela nafas gusar.
Ethan segera menghubungi sopir pribadi dan juga asisten nya. Selama panggilan berlangsung Ethan hanya terdiam dan raut wajahnya semakin mengerut terlihat takut dan cemas.
" Bagaimana Om ? " tanya Serena penasaran.
" Kita ke rumah sakit sekarang. " ucap Ethan entah sadar atau tidak Ethan menggandeng tangan gadis itu ah lebih tepatnya menarik sedikit kasar.
Serena yang tidak siap mau tidak mau sedikit terseok-seok saat tangan nya ditarik lelaki itu.
...✿ ✿ ✿ ✿...
Sesampainya dirumah sakit Ethan berlari sepanjang lorong rumah sakit mencari ruangan tempat Nayla berada di ikut dengan Serena yang jauh dibelakang ia tidak bisa menyamakan langkah kaki besar milik Ethan jadilah ia tertinggal.
KLEK...
" Nayla! " panggil Ethan saat pintu ruang rawat inap lelaki itu buka menampilkan seorang dokter perempuan dan Nicho asisten pribadi pria itu.
Dengan Nayla yang terbaring lemas tidak sadarkan diri di atas bankar rumah sakit yang terpasang selang infusan ditangan nya.
" Tuan Ethan. " ucap dokter perempuan bernama Misya
" Apa yang terjadi? bagaimana dia bisa tidak sadarkan diri? " tanya Ethan cemas.
" Penyakit Nayla semakin memburuk Tuan. " ucap dokter Misya.
" Apa tidak ada cara lain menyembuhkan nya? " tanya Ethan menarik nafas susah.
" Sudah terlambat Tuan Ethan, Nayla sudah di tahap Leukimia Stadium akhir. walaupun di cegah kemungkinan hanya 1 persen saja. " ucap dokter Misya.
" Tapi untuk sekarang, kita masih bisa menangani penyakit Nayla sampai beberapa tahun ke depan asalkan Nayla tidak terlalu memaksakan tubuhnya. " sambung dokter Misya.
" Jadi Nayla harus dirawat dirumah sakit selamanya? " tanya Ethan.
" Iya, hanya satu-satu nya cara itu agar Nayla baik-baik saja dan para dokter bisa memantaunya dari jarak dekat. " jawab dokter Misya.
" Baiklah, aku tidak masalah selagi Nayla baik-baik saja. " pungkas Ethan.
BUKH...
Semua yang ada disana mengalihkan pandangan nya ke arah belakang disana sudah ada Serena yang tidak sengaja menjatuhkan tas sekolahnya saat mendengar penuturan dari dokter.
" A-apa, Na-nayla sakit?! " tanya Serena syok tanpa sadar mata nya mulai memerah.
Ethan menghembuskan nafas lelah, ia lupa akan kehadiran Serena saat ini padahal dirinya yang membawa gadis itu kemari tapi dirinya lah yang lupa kehadiran Serena.
Serena melangkah mendekat ke tempat Nayla terbaring tidak sadarkan diri. ia berdiri di samping Erwind yang memandang nya sendu.
" Ta-tapi Nayla pasti sembuhkan dok. " tanya Serena lagi.
" Kita hanya bisa pasrahkan semuanya pada tuhan saja untuk saat ini. " jawab dokter Misya.
" Tidak mungkin. " lirih Serena dengan nafas tercekat.
Tubuh gadis itu merasa lemas tidak berdaya sedangkan Ethan pandangan matanya tertuju pada Nayla dan kembali menatap Serena dengan pandangan yang sulit diartikan.
Serena menutup wajahnya dan mulai menangis ia bahkan tidak bisa meratapi nasibnya lagi setelah mendengar penyakit yang diderita sahabatnya. kenapa sahabatnya itu tidak pernah memberitahu nya.
Ethan mendekat kemudian memeluk gadis itu menenangkannya sesaat.
" Nayla, pasti akan sembuhkan Om? " tanya Serena terisak.
Serena bahkan tidak sadar membalas pelukan dari ayah sahabatnya itu. Ethan menganggukkan kepalanya pasti. Ethan akan melakukan apapun demi kesembuhan putrinya agar terlepas dari penyakit mematikannya itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!