NovelToon NovelToon

Pengantin Pengganti Untuk Pria Arogan

Bab 1

Sah.....

Suara para saksi menggema dipenjuru ruangan itu diikuti dengan suara tamu undangan yang secara bersamaan menegucap kata sah.

Kini William dan Zahra suda resmi menjadi sepasang suami istri walau awalnya mereka menentang tapi demi nama baik keluarga Zahra rela menikah dengan William yang memang tak menyukainya.

"Selamat yah Zahra, mama harap kamu tak mengecewakan William, kamu mengertikan maksud mama. Ingat ini adalah baktimu kepada kami yang telah merawat dari kecil hingga sekarang. Anggap saja ini sebagai balas Budi". Zahra termenung sebentar ketika mendengar ucapan Darlina orang tua angkat Zahra.

Zahra hanya bisa menghela nafas berat karena tak punya pilihan lain.

'apa selama ini, aku tinggal dirumahnya bukan untuk balas Budi. Bahkan mereka tak menganggap ku sebagai anak tapi layaknya pembantu'.

Zahra hanya tersenyum getir kala nasibnya begitu tak sesuai apa yang dirinya inginkan.

Setelah Darlina memberi selama kini giliran mami William yang memberi ucapan.

"Selamat yah nak, maaf jika harus kamu yang menikah dengan William mami tidak menyangka jika intan kakak kamu kabur disaat pernikahan nya. Maafkan mami nak karena tak ada pilihan lain karena ini menyangkut nama baik keluarga kita". Airin mengenggam tangan menantunya seakan memberi kekuatan.

Kini mata Zahra sudah berkaca-kaca, rasa sesak didadanya tak terkontrol begitu membayangkan bagaimana kedepannya hidup dengan pria yang sama sekali tak dia cintai.

William melirik Zahra ketika Zahra memukul dadanya karena tak sanggup menahan sesak yang ada didalam sana.

"Jangan pernah merasa senang atas pernikahan ini, jika bukan karena desakan papi dan mami aku tidak Sudi memperistri dirimu. Kamu itu hanya wanita kampungan yang tinggal di panti asuhan. Mungkin orang tua mu membuang dirimu sebab pembawa sial. Jika bukan karena orang tua intan mungkin kamu akan jadi gembel". Bisik William tepat ditelinga Zahra yang sedang duduk disampingnya.

Zahra menoleh melihat William ditatapnya laki-laki itu yang kini sudah menjadi suaminya. Tangannya mengepal atas hinaan yang terlontar dari mulut suaminya. Sebegitu rendahkah anak panti asuhan dimatanya.

"Kenapa menatap ku seperti itu, apa kamu tidak terima apa yang aku katakan". Ucap William tersenyum mengejek.

"Terserah apa katamu, mau menganggap aku apa. Yang jelas aku adalah istrimu yang sah Dimata hukum dan agama. Kamu tidak bisa mengelak itu". Kata Zahra tanpa menoleh kearah William.

"Cihhh, Dasar perempuan kampungan. Istri sah Dimata hukum dan agama tak membuatku menganggap kamu. Kamu itu hanya perempuan kampung, ibarat kamu seperti tai kuku jika kukunya dipotong maka akan hilang". William mencengangkan tangan Zahra hingga membuatnya meringis kesakitan.

Padahal didepannya banyak tamu undangan tapi William sudah berani menyakiti Zahra.

"Auuuuuh,... Sa-sakit aku mohon lepaskan tanganmu". Pinta Zahra karena sudah tak tahan dengan sakitnya.

William menghempas tangan Zahra hingga menimbulkan bekas merah dipergelangan tangan yang kini sudah berstatus istri William itu.

"Ini baru permulaan untuk mu, tunggu selanjutnya. Kamu akan merasa sakit lebih dari ini".

Zahra hanya memegang tangan nya yang merah tanpa memperdulikan perkataan sinis yang keluar dari mulut William.

"Ini peringatan, kamu sudah membuatku marah. Jika tidak banyak orang disini mungkin kamu sudah aku siksa". Tatapan tajam William seakan menusuk dan menguliti Zahra.

"Kenapa kamu tega menyakiti ku seperti ini. Kamu tau kan aku melakukan ini karena tak ingin keluarga kita jadi malu".

"Keluarga kita jadi malu ? Apa aku tidak salah dengar. Bukankah kamu yang menginginkan pernikahan ini bahkan kamu merencanakan hilangnya intan. Kamu itu hanya perempuan ular yang ingin menginginkan hartaku saja". Tuduh William karena menganggap Zahra iri kepada intan yang mendapatkan nya.

"Jangan asal menuduh tanpa bukti, apa kamu punya bukti jika aku yang menghilangkan mbak intan". Tegas Zahra merasa tak terima akan tuduhan tak berdasar William.

"CK, tak usah sok polos. Aku tahu perempuan seperti kamu ini hanya perempuan diluaran sana yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan laki-laki tajir supaya hidupnya mewah melimpah. Tapi tidak dengan ku yang bisa kamu bodohi karena aku sudah biasa mengahadapi perempuan seperti kamu ini".

"Astaghfirullah, Aku bukan orang jahat yang tega dengan mbak intan, meski mbak intan itu bukan kakak kandungku tapi aku menganggapnya sudah seperti saudari kandung sendiri. Apa kamu tidak bisa berfikir bagaimana bisa seorang adik tega mencelakai saudarinya ?".

Zahra merasa muak dan marah atas tuduhan William, apalagi menuduhnya karena menyamakan seperti perempuan diluar sana yang hanya butuh harta.

"Siapa yang bilang tidak ada adik yang tega dengan saudarinya. Apalagi kamu bukan saudari kandung nya, bisa saja kamu iri dengan intan bukan.

Kamu bisa menipu orang-orang bahkan orang tua angkat mu sekaligus tapi kamu tidak bisa menipuku dengan wajah sok polos mu itu".

Zahra mengelas nafas mendengar ucapan William yang seakan menyalahkan nya atas hilangnya intan.

"Terserah jika kamu mau percaya atau tidak, itu bukan urusanku yang penting aku sudah mengatakan yang sejujurnya" kata Zahra yang tak ingin berdebat lagi.

Dari kejauhan orang tua William menatap mereka yang sedari tadi berbicara tiada henti dalam benak mereka mungkin William dan Zahra saling perkenalan dan membicarakan hal-hal agar tak membuat mereka canggung.

Kini acara telah selesai, William dan Zahra disuruh masuk kamar nya untuk beristirahat karena sudah capek seharian menerima tamu undangan tanpa hentinya.

***

"Sayang, apa kamu tidak takut jika calon suamimu akan mencarimu dan menemukan kita disini". Kata laki-laki itu yang sedang memeluk perempuan yang dibawanya kabur disaat hari pernikahan nya karena permintaan perempuan itu sendiri.

Intan mutiara, kekasih atau bisa disebut calon istri dari William yang kabur ketika hari pernikahan nya. Intan adalah seseorang yang bercita-cita sebagai model terkenal.

Intan pergi meninggalkan William sebab jenuh terhadap calon suaminya itu. Setiap intan mengajaknya berhubungan int*m William selalu menolak karena tak ingin meyentuh kekasihnya sebelum resmi menjadi istrinya. Intan yang gila akan s*ks seakan tak sanggup akhirnya menuntaskannya dengan model dewasa laki-laki yang sekarang sudah menjadi kekasihnya.

Awal mulanya mereka bertemu ketika teman intan mengajak ke lokasi untuk berkenalan dengan teman-teman nya dan juga  sutradara dari temannya tersebut.

Intan yang tak tahu menahu jika temannya model iklan dewasa menolak ketika sutrada tersebut menyuruhnya hanya memakai d*lam*n saja tapi setelah dibujuk rayu teman nya dan diperkenalkan dengan Indra lawan mainnya dalam iklan tersebut akhirnya intan mau mencoba.

Sebagai laki-laki dewasa, Indra langsung t*gang ketika bersentuhan dengan intan apalagi melihat kulit nya yang begitu mulus dan badan m*ntok membuat yang dibawah tegak.

Intan yang merasa ada b*njolan yang mengeras dibawah sana merasa panas dingin bahkan rasanya ingin menyentuh dan mengelus. Karena suasana mendukung apalagi mereka dibawah selimut yang sama karena memang mengiklankan pakaian dalam yang sedang berbaring diatas kasur dimana Indra menindih intan Membuat intan leluasa tanpa ketahuan.

Denga rasa yang menggebu-gebu diikuti rasa penasaran akhirnya intan mencoba memegang k*perkasaan Indra membuat Indra memejamkan matanya karena merasakan kenikmatan. Tak sampai situ intan melorot kan celana boxer milik Indra dan juga membuka pengait celana dalamnya hingga tak ada kain yang menghalangi membuat Indra menggesekkan miliknya membuat intan m*ndesah kecil.

"Sentuhan mu sangat nikmat sayang nanti kita lanjut kan dihotel, karena aku sudah sangat menginginkan mu".  Ucap Indra tersenyum kearah intan dengan mata berkedip.

Intan yang mendengar itu seakan senang dan malu-malu membuat Indra makin bergairah ingin merasakan lebih dalam lagi begitupun juga intan.

"Kamu tenang saja sayang, William tak dapat menemukan kita sebab indentitas ku sudah ku rubah dan dia sangat mencintaiku bahkan tergila-gika dengan ku". Ucap intan tersenyum

Indra menghela nafas sebab intan tidak ingin melepaskan William padahal Indra juga sangat tulus mencintai nya.

"Kenapa kamu bisa seyakin ini ? Bukankah dia menentang mu menjadi model dewasa ? Dan bagaimana jika dia tau kamu meninggalkan nya demi ini dan mengetahui tentang hubungan kita".

"Kamu tidak usah khawatir sayang, aku sangat yakin jika nanti terkenal pasti william tak lagi menentang ini. Dan mengenai hubungan kita, aku Jamin dia tak akan tahu selagi kita menutupnya dengan rapat.

Sudah jangan memikirkan hal lain. Kita datang kesini untuk bersenang-senang bukan". Ucap intan meremas milik Indra.

Akhirnya mereka menghabiskan beberapa r*nde sampai tergeletak lemah.

Bersambung...

Bab 2

Pernikahan adalah ibadah, dan setiap ibadah bermuara pada cintanya sebagai tujuan. Sudah sewajarnya setiap upaya meraih cintanya dilakukan dengan suka cita.

Pernikahan seperti Mosaik yang kita buat dengan pasangan bahkan jutaan momen besar maupun kecil menjadi kisah cinta.

_____

Kini Zahra dan William sudah berada dirumah orang tuanya dan mereka sedang berada diruang tamu untuk berbincang ringan, ah bukan melainkan akan terjadi perdebatan.

"Ada yang ingin aku katakan sama papi dan mami mengenai zahra". Ucap William dengan nada serius melirik Zahra yang hanya terdiam.

"Apa itu nak". Kata Airin.

"Sebenarnya Zahra terlibat dibalik hilangnya intan mi, dia sengaja berpura-pura polos karena ingin menggantikan intan". Kini William kembali menuduh Zahra.

Airin dan juga Handoko saling berpandangan.

"Apa benar yang dikatakan William, kamu penyebab hilangnya intan". Handoko langsung percaya dengan ucapan anaknya karena memang selama ini William selalu berkata jujur.

Zahra hanya terdiam, entah bagaimana mengatakannya. Sebab dirinya juga bingung, kenapa tuduhan tak berdasar itu ditujukan kepadanya.

"JAWAB!!". bentak William membuat Zahra kaget.

"Apa yang perlu aku jawab, jika memang kau menuduhku melakukan hal seperti yang kamu katakan itu adalah hak kamu tapi sekali lagi aku bilang hilangnya mbak intan tak ada sangkut pautnya dengan ku". Ucap Zahra yang sudah muak atas tuduhan William kepadanya.

"Apa kamu punya bukti jika kamu tidak terlibat ? Kamu itu perempuan murahan yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu". Hinaan lolos begitu saja dari mulut William membuat tangan Zahra terkepal.

"Apa kamu juga punya bukti atas tuduhan kamu itu. Kamu hanya berasumsi seakan aku yang disalahkan disini. Jika boleh memilih aku juga tidak Sudi menikah dengan mu yang begitu kasar terhadap ku". Terang Zahra, dadanya menggebu-gebu.

"Maaf papi, mami. Jika bukan karena nama baik keluarga kalian dan keluargaku mungkin aku tidak akan menerima untuk di nikahkan oleh anak mami". Ucap Zahra kembali.

Airin dan Handoko mengangguk mengiyakan perkataan Zahra, jika tanpa dia mungkin keluarga Handoko dan Wijaya akan menanggung malu karena pernikahan anaknya batal.

"Betul apa yang dikatakan Zahra nak, dia adalah penyelamat keluarga kita. Kamu jangan menuduhnya seperti itu jika tak punya bukti". Kini Airin membela Zahra

"Cih, mami bisa saja dikabuli dengan wajah polosnya tapi tidak dengan ku. Dibalik wajah polosnya itu tersimpan kebusukan". William beranjak dari tempat duduknya menuju kamarnya yang ada dilantai atas.

"Maafkan mami yah nak sempat meragukan kamu tadi". Kata Airin beroundah tempat mengelus rambut Zahra.

"Papi juga minta maaf karena langsung percaya dengan omongan William". Zahra hanya mengangguk patah-patah tak tau harus mengatakan apa.

"Zahra kekamar dulu Pi, mi". Ucap Zahra yang diangguki oleh mertuanya.

Zahra membuka pintu kamar milik William saat masuk Zahra dibuat begitu tercengang dengan kamar bernuansa American classic yang begitu luas dan nyaman dipandang.

"Ah besar sekali kamarnya". Gumam Zahra yang mata memindai seluruh ruangan kamar William.

Setelah puas melihat-lihat, Zahra merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur king size yang begitu empuk membuat Zahra langsung tertidur.

Baru beberapa menit memejamkan mata Zahra dikagetkan dengan hentakan tangan yang menariknya begitu kasar hingga dirinya jatuh tersungkur kelantai kabin yang dingin.

"Siapa yang menyuruhmu tidur disitu HAAAA!!!". Teriak William seakan Zahra begitu jauh darinya.

Zahra meringis merasakan sakit dibagian bokongnya dan juga pusing diarea kepala karena tiba-tiba bangun.

"Bisakah kamu memambangunkan ku dengan cara yang baik. Aku juga manusia bukan hewan yang diperlakukan secara kasar seperti itu". Ucap Zahra yang merasa jengell terhadap William.

William mensejajarkan tubuhnya dengan Zahra yang masih terduduk dilantai dengan sorot mata tajam kemudian menjambak rambut Zahra.

"Auuuuu". Teriak Zahra ketika jambakan tersebut seakan rambutnya ingin terlepas dari kepalanya.

"Sakit ? Hahahaha ini tidak seberapa. Karena kamu begitu lancang menyentuh barang-barang ku dikamar ini maka itu hukuman mu". Bisik William ketelinga Zahra.

"Ku mohon le-lepas kan ta-tangan mu". Zahra mulai menangis karena sudah tak tahan akan sakitnya.

William tak mengindahkan permohonan Zahra bahkan dirinya seakan tuli atas teriakan dan tangisan polis Zahra. Baginya sangat senang mendengar tangisan tersebut.

Setelah puas mejambak rambut Zahra, William melepasnya dengan mendorong hingga kepala Zahra hingga membentur lantai.

"Jangan pernah sentuh barang-barang yang ada dikamar ini jika kamu tak ingin mendapatkan hukuman yang lebih dari ini. PAHAM!!!". Zahra hanya mengangguk tanpa menoleh kearah William.

William belum terlalu menyiksa Zahra karena mereka masih ada dikediaman orang tuanya.

Setelah puas menangis kini Zahra bangkit untuk membersihkan dirinya, diambilnya peralatan mandi yang ada dalam kopernya kemudian segera masuk dalam kamar mandi.

Zahra menghabiskan waktu selama berjam-jam dalam kamar mandi dengan tangisan yang begitu pilu bila siapapun yang mendengarnya akan ikut merasakan kasihan tapi tidak dengan William. Laki-laki itu begitu keras hatinya karena tak jadi menikah dengan kekasihnya.

William tak menghiraukan Zahra yang sudah berjam-jam didalam kamar mandi sana. Dirinya sibuk bermain handphone mencari keberadaan kekasihnya.

"Cari kekasihku sampai dapat, kalau tidak akan ku b*n*h kalian semua". Ucap William dengan sorot mata tajam seperti elang yang siap menerkam mangsanya.

"Jika sampai kamu terlibat dalam hilangnya intan maka aku tak segan akan memb*n*hmu Zahra sialan". Kata William meremas handphone nya begitu erat.

Zahra keluar kamar dengan perasaan lega karena sudah menumpahkan tangisnya. Berjalan kesamping sofa untuk berbaring dilantai tak lupa juga dia mengambil selimut yang memang dipersiapkan didalam koper nya senagai alas. Dengan berbantalkan tumpukan bajunya Zahra kini berbaring menatap lurus keatas langit-langit. Helaan nafas berulang kali keluar dari mulutnya meratapi nasib buruknya kedepan.

'Kenapa mbak intan harus kabur, sekarang aku menderita disini'. Batin Zahra menangis

Karena dilanda rasa ngantuk dan juga capek akhirnya Zahra tidur dengan mata bengkak bekas menangis.

William hanya melirik sekilas dan tersenyum licik melihat Zahra berbaring dilantai beralaskan selimut dan bantal bajunya. Tanpa rasa iba sedikit bahkn melihat Zahra seperti itu nuraninya tak bergerak. Sungguh terbuat dari batu hati si William ini.

***

"Ahhh kamu sungguh nikmat sayang. Kamu selalu menggigit membuatku selalu candu ouhhhhh". Rancau Indra diatas intan.

"Lebih dalam lagi sayang, yah seperti itu ahhhhhh". D*sah intan membuat Indra tambah gencar menghujani miliknya nya kedalam milik intan.

"Ahh aku ingin keluar sayang, aku... Aku sudah tak tahan". Intan kembali m*nd*sah ketika ingin mencapai puncak kenikmatan nya.

"Bersamaan sayang".  Keduanya mengerang kenikmatan karena telah mencapai puncaknya.

Disaat intan sedang menikmati memadu kasih dengan kekasihnya disana Zahra harus menderita karena ulahnya yang telah kabur. Dan william uring-uringan mencari dirinya bahkan akan memb*n*h anak buahnya jika tak dapat menemukan calon istrinya itu.

Sungguh malang nasibmu Zahra...

Bersambung...

Bab 3

Kini mereka sudah berkumpul diruang makan untuk sarapan pagi, termasuk Zahra yang memang sudah bangun pagi sekali untuk membantu memasak bi Inah yang ada di rumah mertuanya.

"Wah kok masakan bi Inah tambah enak yah". Kata Airin dengan wajah girang.

"Bukan saya yang masak Bu, tapi nona Zahra padahal bibi sudah melarangnya". Terang bi inah membuat William yang sedang menikmati makanan nya langsung tersedak mendengar jika Zahra yang memasak makanan yang sedang ia makan.

Uhuk... Uhuk..

Zahra dengan sigap memberi air minum kepada William.

"Astaga hati-hati Will, mami tau jika istrimu yang masak tak perlu buru-buru". Kekeh Airin melihat tingkah anaknya.

"He'em bener kata mami makanan hari ini beda lebih enak. Maaf yah bi bukannya masakan bibi tidak enak tetap enak kok". Kata Handoko membuat bi Inah hanya tersenyum menanggapi.

"Kamu pintar banget masaknya nak kayak direstoran". Puji Airin yang melahap makanan itu

"Terimakasih papi, mami. Ini juga dibantu sama bi Inah kok mi, Zahra ngga sendiri masaknya hehe". Kekeh Zahra yang merasa senang jika banyak yang menyukai masakannya.

Willi hanya terdiam sambil tetap mengunyah tanpa memuji istrinya.

"Kamu kok diam saja sih Will". Tegur Airin yang melihat anaknya hanya terdiam tanpa berkomentar apapun.

"Loh William memangnya harus ngapain mi". Ucap William yang masih mengunyah.

"Yah bicara dong jika makanannya enak supaya istrimu makin senang". Airin tak habis pikir dengan anak semata wayangnya ini, bisa-busanya hanya terdiam saja padahal makanya hampir ludes.

"Mau bicara apa sih, perasaan makanan ini biasa-biasa saja tuh. Lebih enakan masakan bi inah. Lain kali kalau nggak tau masak nggak usah masak". Zahra hanya terdiam ketika William mengatai masakan nya.

"Will, kamu kok ngomong begitu sama istri kamu. Apa kamu buta bilang tidak enak tapi makanya hampir habis". Kata Handoko memarahi putranya.

"Karena William lapar, kalau nggak mana mungkin William makan makanan sampah ini".

Sebenarnya William mengakui masakan Zahra yang enak tapi karena gengsi dan egonya akhirnya tak mau mengakui.

Ketika kunyahan terakhir William teringat sesuatu, Dulu intan sering membawakan makanan untuk nya yang katanya intan sendiri yang memasak makanan itu.

'tidak mungkin intan berbohong kan, atau perempuan ini yang belajar kepada intan tentang resep makanan seenak ini. Yahh pasti diajari intan ini'. Batin William.

"Papi, mami hari ini aku dan Zahra akan pindah kerumah ku". Kata William ketika selesai makan.

Zahra menatap lekat kearah suaminya, karena begitu cepat pindah.

'ini kah awal penderitaan hidupku tuhan'. Batin Zahra.

"Loh kok cepat banget, padahal kalian baru bermalam semalaman". Ucap Airin yang tak mau putra dan menantunya cepat pergi karena pasti akan kesepian.

"Soalnya besok aku sudah masuk kerja, biar dekat jaraknya". Handoko menghela nafasnya mendengar alasan putranya.

"Biarkan mereka mandiri mi, nanti kita bisa jenguk mereka jika rindu". Airin hanya mengangguk tapi sebenarnya tak rela.

***

Setelah membereskan pakaian, akhirnya mereka berpamitan kepada orang tuanya.

Mobil Aston Martin berwarna hitam melaju memecah jalanan di siang hari, dalam perjalanan Zahra hanya menatap keluar jendela sedangkan William fokus menyetir, tak ada perbincangan diantara mereka berdua.

Perjalanan memakan waktu satu jam akhirnya mereka sampai di depan rumah dua lantai dengan gaya kontemporer modern. Zahra berdecak kagum akan keindahan rumah itu.

Setela mobil terparkir sempurna William segera turun mengambil koper yang ada di bagasi.

"Bawa koper mu sendiri dan ikuti aku". Ucap William dengan wajah datar.

Zahra mengekor di belakang William, mata terus berputar melihat keindahan didalam rumah tersebut.

Tanpa sengaja ketika William berhenti ingin menunjukkan kamar Zahra, Zahra terhantup di punggung kekar William.

"Pake mata mu jika berjalan, apa kamu tak pernah melihat rumah semewah ini. Dasar kampungan". Kata William yang berbalik melihat Zahra.

"Iyah tidak pernah soalnya rumah mama dan papaku tidak semewah ini". Tanpa William duga ternyata Zahra menjawab.

"Sekarang mana kamar ku". Tanya Zahra menadahkan tangan minta kunci kamar.

"Jangan sok jadi nyonya dirumah ini, karena kamu akan ku jadikan pembantu jadi kamu harus tidur dikamar pembantu". Zahra hanya terbengong dengan ucap William.

Tiga detik kemudian dirinya tersadar "apa rumah sebagus ini kamu tidak punya pembantu bahkan yang uangmu banyak untuk menyewa pembantu dan itu tak membuatmu bangkrut bukan". William merasa geram karena Zahra selalu membalas ucapannya.

"Aku sengaja memecat mereka karena sudah ada kamu disini. Ingat yah kamu cuman pembantu disini hanya I-N-T-A-N yang akan jadi nyonya nantinya".

Zahra hanya menghela nafasnya karena tak ingin berdebat lagi dengan suaminya itu takutnya nanti berujung pada menyakiti dirinya.

Apalagi sakit yang ditimbulkan tadi malam masih berbekas di kepalanya saat William menyiksanya.

"Baiklah, tolong tunjukkan dimana kamar pembantu itu". Tanpa banyak kata lagi William berjalan menuju bagian belakang dimana tempat kamar pembantunya berada.

"Ini kamarnya dan ini kuncinya". William segera berlalu.

Zahra segera masuk dalam kamar itu "astaga begini kah kamar pembantu orang kaya, begitu nyaman seperti kamar tamu". Zahra begitu bersyukur karena bayangan jika kamar pembantu hanya ada kasur kecil yang hanya muat satu orang saja tapi ini berbeda. Begitu lengkap dan tertata rapi.

Malam telah tiba Kini William sudah membersihkan badannya kemudian berdiri diatas balkon sambil menyesap sebatang rokok.

Tiba-tiba ponselnya berdering ternyata anak buahnya.

"Katakan". Ucap William to the poin.

"Maafkan kami tuan, kami sudah mencari nona intan dari kota ke kota Bahkan desa-desa kecil kami sudah mencarinya tapi tak ada titik terang". Ungkap Beni anak buahnya.

William langsung mematikan teleponnya kemudian membanting ponsel tersebut hingga hancur. Emosinya begitu tak stabil kali ini.

"Dimana sebenarnya kamu sayang, aku sangat merindukanmu. Apa kamu tak merindukan ku". Kata William pelan yang merasa tersiksa dengan rindunya itu.

Dilemparkan nya puntung rokok yang berada ditangannya ke sembarang arah kemudian keluar kamar tujuan nya sekarang kekamar Zahra.

Dog...

Dog..

Zahra yang selesai sholat terlonjak kaget degan gedoran pintu yang begitu kencang tanpa membuka terlebih dulu mukenanya segera membukakan pintu.

Mata William memicing membuat Zahra ketakutan.

"A-ada a-pa mas". Tanya Zahra terbata-bata.

William menarik mukena Zahra hingga terlepas, dij*mbaknya rambut lurus itu membuat sang pemilik kesakitan.

"Kamu memang selalu membuatku emosi HAAAA". teriak William memekik ditelinga Zahra.

"A-apa maksud m-mas William, sa-saya tidak menganggu sama se-kali". Jawab Zahra memegang rambutnya yang sakit.

"Siapa menyuruh mu memanggilku dengan sebutan kampungan itu, panggil aku tuan". Kata William penuh penekanan.

"Ku mohon lepaskan tuan". Mohon Zahra.

"Hahahaha memohon lah karena aku suka mendengar kamu memohon meminta ampun hahaha". Tawa William pecah melihat Zahra kesakitan.

Zahra tak bisa berbicara lagi sebab rasa sakit mengalahkan nya, hanya tangisan kepedihan yang berbicara, tapi lagi-lagi William begitu senang melihat itu. Melihat Zahra menangis adalah hiburan tersendiri nya.

Dih*mpasnya tubuh mungil Zahra kemudian m*n*ndang bokong nya membuat Zahra tersungkur tak lupa juga William menginjak tangan zahra.

"CEPAT KATAKAN DIMANA KAMU MENYEMBUNYIKAN INTAN S*ALAN!!". teriak William.

Zahra berteriak ketika kaki besar itu menginjak tangannya bahkan kaki itu memutar-mutar diatas sana.

"Ak-aku tidak ta-tahu tuan". Tangis Zahra.

"Jangan berbohong s*alan!!!. Kenapa kamu tidak jujur saja HAAAA!!. Apa kamu tidak capek disiksa".

"Tolong... Lepaskan tangan ku.... Aku benar-benar tidak tahu dimana... Mbak intan".

William semakin menghentakkan kakinya hingga tangan Zahra luka dan berdarah, tujuannya agar Zahra mengaku dimana wanita itu menyembunyikan calon istrinya.

Zahra yang sudah tak tahan akhirnya pingsan sebab tak bisa menahan sakit akibat ulah William yang meng*njaknya tak ada ampun.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!