NovelToon NovelToon

Dilema Antara Ibu Dan Istriku

Bab 1

Dek...hari ini Ibu bakal main ke sini, katanya ada yang mau disampaikan sama kita," ucap Putra.

Oh... Ya udah jam berapa, Ibu sendiri atau sama yang lain juga," jawab Seina dengan wajah datar sembari bertanya.

Kok kamu kayak nggak suka gitu dek denger Ibu bakal main ke sini, kan Ibu jarang-jarang main ke sini, mungkin dia kangen sama Riza," Putra menjawab dengan wajah tak suka.

Kalau ia emang kenapa Mas, toh aku nggak perlu pura-pura seneng dengan Ibu kamu kan, kamu tau sendiri setiap Ibu kamu kesini pasti bakal ada keributan, padahal apa yang nggak aku kasih, jangan karena aku diem selama ini berarti aku takut bukan, tapi aku cuma menghargai dia sebagai ibu kamu, orang yang usianya lebih tua dari aku, tapi kalau harga diri aku dan ketenangan aku selalu di usik siapa pun pasti akan bereaksi samu," jawab Seina dengan jujur apa adanya.

Putra yang mendengar ucapan sang istri, ia tak bisa mengelak karena apa yang di ucapkan sang istri benar adanya, tapi bagaimanapun Putra juga serba salah di satu sisi ia sangat menghormati Ibunya tapi di satu sisi ia sangat mencintai istrinya, apalagi selama menikah istrinya tak banyak meminta malah sering kali harus mengalah, dan mau hidup apa adanya tanpa menuntut banyak hal yang sebenarnya sudah menjadi haknya sebagai istri.

Inget Mas dari awal aku nerima kamu apa adanya dan kamu juga bilang bisa nerima aku apa adanya, aku selama ini nahan diri karena kamu dan Riza, cuma kalau ternyata apa yang aku lakuin dan aku perbuat selama ini masih kurang dimata Ibu kamu atau kamu sendiri merasakan hal yang sama aku nggak bisa memaksa, tapi inget Mas saat terakhir kali ibu kamu datang dan bikin masalah di rumah kita, aku udah kasih kamu pilihan buat bersikap tegas, kamu memang wajib berbakti sama Ibu, sebab beliau yang melahirkan dan membesarkan kamu, cuma kamu sekarang udah nikah kewajiban kamu bertambah untuk memenuhi hak dan tanggung jawab kepada istri dan anak kamu juga, cuma kalau emang Mas merasa berat silakan pilih salah satu kami atau Ibu kamu," ucap Seina mencurahkan isi hati dan pikirannya.

Setelah Seina menyampaikan semua yang ia rasakan kepada sang suami, Seina pergi meninggalkan sang suami yang duduk terdiam, entah apa yang kini tengah Putra pikirkan, Seina tak peduli toh ia sudah terlalu capek dan lelah memikirkan perasaan orang lain, sedangkan orang lain tak peduli dengan dirinya.

sepeninggal sang istri, Putra bingung harus bagaimana, ia tau betul bagaimana perangai dan sifat istrinya, jika ia sudah berkata panjang lebar berarti sang istri benar-benar sudah lelah dan tak tak akan menarik ucapannya, kalau sudah begini Putra hanya bisa menarik nafas panjang, kini Putra hanya bisa berharap kali ini kedatangan sang Ibu tak membawa masalah baru bagi rumah tangganya, dan hubungan Ibu dan istri bisa lebih baik.

skip.

Seina baru selesai memasak makan siang, ia menyusun semua hidangan di atas meja

Riza ayo makan Ibu udah buatin makanan kesukaan kamu, sekalian panggilkan ayah ok ," ucap Ibu dengan lemah lembut.

Iya bu,,," jawab Riza dengan semangat.

Tak lama Riza dan sang Suami sudah tiba di meja makan, semua masakan kesukaan Riza dan sang suami tersedia di atas meja, sudah bukan hal yang aneh jika Seina selalu memasak menu kesukaan kedua orang yang sangat amat ia cintai, baginya melihat wajah bahagia dan puas di wajah keduanya memberi arti tersendiri bagi Seina.

Mereka makan dengan lahap dan sesekali berbincang, mendengarkan celotehan Riza yang random contohnya, maklum Riza baru berusia lima tahun, sehingga sering kali sang anak melontarkan pertanyaan yang tak terduga.

Tak lama suara ketukan pintu berbunyi.

Tok...tok...tok...

Assalamu'alaikum," ucap seseorang diluar.

Mas kayaknya itu Ibu, kamu tolong bukain pintu biar adek beresin ini dulu, ajak Riza juga sekalian," ucap Jumi sembari menunjuk meja makam yang berantakan karena mereka baru selesai makan.

Nenek...nenek datang ke sini bu," tanya Riza penasaran.

Iya nenek hari ini mau main kesini, katanya kangen sama cucunya yang gemesin ini, ayo kita sambut nenek sekarang," jawab Putra sembari mencubit pipi cabi anaknya.

Suara pintu dibuka.

Wassalamu'alaikum Bu ayo bu masuk," ucap Putra menyambut sang Ibu tak lupa mencium tangan sebagai rasa hormat.

Kenapa lama, terus mana istri kamu, masa ibu mertuanya datang dia malah nggak ada," ucap ketus bu Ima.

Bu...,Seina lagi di dapur beres-beres," ucap Putra tak suka.

Apa...kamu nggak suka ibu ngomong kayak gitu, lagian kan bisa nanti aja, emang beberes lebih penting dari pada nyambut ibu datang, jarang-jarang ibu kesini, dasar nggak berubah," jawab Bu Ima tak mau kalah.

Sudahlah Bu, mending Ibu istirahat dulu, kamar buat ibu udah di siapkan sama Seina, " jawab Putra mengalah.

Tak lama Bu Ima masuk dan beristirahat di dalam kamar, tanpa di duga Seina mendengar percakapan sang ibu mertua dan suaminya sedari tadi.

Huh....sudah ku duga, biarlah selagi ibu nggak mengusik aku dan Mas Putra masih bisa bersikap adil, tak memojokkan aku sebagai istri aku bakal berusaha bersabar,"ucap Seina bermonolog.

Setelah melihat sang ibu mertua masuk ke dalam kamar, Seina baru menghampiri sang suami.

Mas...," ucap Seina.

Huh....eh adek, maaf mas tadi ngelamun," ucap Putra kaget.

Mana Ibu," tanya Seina pura-pura tak tau.

Oh Ibu tadi mas minta ibu ke kamar, kasian baru sampe pasti capek, dek tolong masak buat ibu ya, biar Ibu pas bangun langsung bisa makan, pasti ibu laper," ucap Putra dengan lembut.

Iya Mas, tanpa di minta juga aku udah tau, lagian kalau nggak dimasakin pasti Ibu bakal ceramah panjang lebar kan, udahlah bukan ibu aja yang capek aku juga sama, jadi mending aku juga istirahat biar nanti ada tenaga buat bertempur," ucap ketus Seina dengan wajah kesal.

Putra yang mendengar ucapan sang istri sangat tau apa artinya, dan ia hanya bisa mengelus dada, menghadapi dua wanita yang memiliki kedudukan sama sungguh berat dan menguras tenaga serta emosi pikir Putra.

Di dalam kamar ternyata Riza sedang asik bermain, dan melihat pintu terbuka ia sempat menoleh dan ketika tau sang ibu yang datang, Riza dengan cepat menghampiri.

Bu...kenapa nenek tiba-tiba datang kesini Riza nggak suka," ucap Reza.

Bab 2

Tepat jam makan malam, Seina sibuk menyiapkan segala bahan untuk dijadikan lauk untuk makan bersama sang mertua, di saat Seina tengah sibuk memasak sang Ibu mertua tiba-tiba datang.

Masak apa Kamu... Kok banyak banget, jadi istri itu harus pinter buat ngatur keuangan, masa buat makan aja sampe sebanyak itu buat sekali makan, masak itu seadanya aja biar nggak boros, kamu mah enak bisanya ngabisin uang suami, tapi apa kamu nggak kasian sama suami kamu yang banting tulang buat nyari uang, kalau kamu mau seenaknya makanya kerja jangan nyantai di rumah terus jadiin anak saya kacung buat ikutin ego kamu aja," ucap ketus Bu Ima tanpa rasa bersalah.

Hhmmmm, iya Bu maaf tapi ini menu biasa yang saya masak tiap hari, semua sesuai permintaan anak dan cucu ibu sendiri, dan aku juga masak khusus beberapa menu buat Ibu, soal keuangan tenang saja Bu aku tau diri juga yang pasti jatah bulan Ibu aman nggak berkurang kan malah nambah tiap bulan, kalau kerja maaf bukan saya yang nggak mau kerja tapi anak ibu sendiri yang melarang, saya sebagai istri hanya mengikuti," jawab Seina menjawab dengan raut menahan emosi.

Alah kamu itu kalau nggak menjawab omongan saya bukan kamu namanya, jadi menantu kok kurang ajar sekali kamu ya, aku heran kenapa anak aku bisa bertahan hidup sama istri kayak kamu, coba aja dulu Putra mau nikah sama wanita pilihan saya pasti lebih bahagia," jawab Bu Ima tak mau kalah.

Seina yang dari awal sudah sangat sakit hati mendengar ucapan sang ibu mertua ditambah rasa kecewa yang selama ini ia tahan membuat dirinya tersulut emosi.

Oooo.... Jadi menurut ibu Mas Putra nggak pantes dapet istri kayak saya, dan ibu merasa kalau Mas putra nikah sama wanita pilihan ibu siapa namanya...sari iya kan, Mas putra bakal lebih bahagia dan ibu juga bakal merasakan hal yang sama, baik aku kabulkan Bu sekarang juga," jawab Seina dengan lantang penuh emosi.

Di selah keributan yang terjadi di dapur, Riza yang melihat Ibu dan sang nenek tengah bertengkar mencari sang ayah, ternyata sang ayah tengah sibuk di depan memperbaiki sepeda sang anak, sebab sedari kemarin Riza memang merengek agar sepedanya diperbaiki sang ayah, karena Riza ingin bersama temannya.

Ayah....ayah, ibu sama nenek lagi berantem di dapur, kasian ibu nangis yah," ucap Riza mengaduh.

Putra yang mendengar ucapan sang anak bergegas masuk dan menghampiri keduanya.

Disaat Putra baru saja sampai di dapur, ia dikagetkan oleh ucapan sang istri.

Pas banget, Mas Ibu bilang kalau kamu akan lebih beruntung jika menikah sama Sari bukan aku, dan kamu akan lebih bahagia dari pada sekarang, jadi ayo kita pisah lagian udah cukup enam tahun aku berusaha menjadi menantu idaman," ucap Seina dipenuhi emosi.

Putra yang mendengar ucapan sang istri menjadi kaget bukan main, ia tak menyangka semua akan menjadi seperti sekarang ini, ia tau sikap dan ucapan Ibu sering kali menyulut emosi sang Istri, tapi ia tak menyangka kalau sang Ibu akan mengatakan yang yang tak masuk akal seperti sekarang bagai petir di siang bolong, sang istri meminta cerai padanya.

Maksudnya....?," jawab Putra dengan ekspresi bingung sekaligus kaget.

maksud aku ayo kita cerai, aku mau lihat sebahagia apa kamu kalau beneran nikah sama Sari, kamu tau Ibu selalu aja nyari cara buat ngajak ribut tapi aku tetep berusaha nahan diri, tapi bukan berarti aku takut, aku cuma mencoba memahami titik salah aku sebagai menanti di mana, dan aku berusaha memperbaiki, tapi aku juga manusia Mas, aku capek...sangat capek," ucap Seina dengan raut wajah lesu dan tertekan.

Dek mas tau kamu sekarang lagi kesel dan marah tapi jangan asal ngomong juga, kamu nggak kasian sama Riza hmm.., sekarang Mas minta maaf ya mewakili ibu, jadi Mas mohon kita bisa selesaikan semua masalah dengan kepala dingin bukan emosi seperti sekarang ya," ucap Putra lemah lembut sedikit merayu.

Putra sudah di titik yang membuat dirinya begitu frustasi satu sisi ada sosok ibu yang harus di hormati tapi di sisi lain ada istrinya yang harus ia hargai dan cintai, ia tak tau harus melangkah ke mana, akan mengambil tindakan apa, ia bingung bagaimana menghadapi perangai dang ibu namun disisi lain ia juga harus berusaha memberi pengertian dan semangat, Putra sangat tak ingin bayangan kelam di matanya terjadi, cukup ibunya yang bercerai dengan sang ayah, bahkan sampai sekarang Putra juga tidak tau apa penyebabnya karena sang ibu yang sangat pandai menyimpan rahasia.

Bu Putra mohon ibu bisa menahan ucapan Ibu, aku nggak mau menyakiti perasaan ibu dan di cap sebagai anak durhaka tapi aku juga nggak bisa diem aja, karena bagaimanapun Seina wanita yang aku pilih, dia istri aku bu, ibu dari Riza cucu ibu, Hmmmm," tarikan nafas panjang menjadi menutup ucapan Putra kepada sang Ibu.

Oh...jadi maksud kamu Ibu yang jadi biang kerok, yang salah di sini, ia gitu....bagus kamu lebih peduli sama istri kamu ketimbang ibu kandung kamu sendiri Put...kamu bela istri kamu dan ibu nggak, setelah menikah sama istri kamu ini kamu berubah sangat berubah nak, jujur ibu kecewa sama kamu.

Umpat bernada sarkas meluncur dengan mudah, Putra yang mendengar hanya bisa menarik nafas lebih dalam, ia sudah tak tau harus bersikap bagaimana sekarang, ia sudah capek menghadapi tingkah laku sang Ibu dan Putra juga sangat takut jika karena sikap ibunya yang keras kepala, tak peka, dan kasar membuat rumah tangga yang ia jalani hampir lima tahun lebih bersama Seina harus kandas, sungguh Putra tak bisa berfikir, otaknya seketika kosong.

Sudahlah Mas mending Mas belain aja Ibu, aku mah nggak butuh dan udah biasa juga kalau Ibu kamu pasti akan selalu jadi pemenangnya, sampe kapanpun kalau kamu tetep kayak gini aku nyerah, bener kata ibu mending kamu nikah sama Sari aja, kebetulan kan dia baru aja cerai jadi bisa langsung tancap Gas, aku mau lihat sebahagia apa Ibu kamu nantinya, Riza biar ikut aku jadi tenang nggak akan jadi pengganggu lagi, kamu bisa mulai dari NOL," Seira bersuara dengan nada sarkas.

Apa maksud kamu ngomong gitu huh....kamu mengejek saya, emang kamu istri durhaka sama mertua nggak ada sopan santunnya, aku heran dimana anak aku bisa nemuin Wanita model nya kayak kamu ini," Ucap Bu Ima dengan sorot mata tak terima.

nggak ada....lagian yang aku omongin juga bener kan, jadi kalau emang ibu mau saya dan Putra pisah ya udah...... ayok nunggu apa lagi aku juga capek, Riza kamu udah tau kan, nggak perlu ibu kasih tau , ibu cuma mau kamu milih aja, tinggal dirumah ayah atau ibu

Dan maafin Ibu nggak bisa menepati janji," ucap lirih Seina menatap sendu wajah sang anak.

Bab 3

Bu..Dek.. aku mohon kalian bisa nahan diri, aku tau Ibu cuma mau yang terbaik buat aku tapi Bu, aku sudah menentukan pilihanku Seina adalah istriku, wanita yang aku pilih sebagai pendamping hidup aku, lagi pula apa ibu nggak kasian sama Riza jika aku dan Seina berpisah! ibu nggak peduli sama perasaan cucu ibu sendiri! Coba pikirin lagi Bu. Putra mencoba menarik nafas panjang...dek aku tau kamu marah dan kecewa sama omongan ibu aku, aku benar-benar minta maaf atas nama ibu aku, Mas nggak mau kita pisah, Mas nggak mau jauh dari Riza, dan Mas cuma mau hidup sama kamu dan Riza bukan sama yang lain, jadi Mas mohon dek kamu bisa maafin ibu, lupain omongan ibu tadi ya," ucap Putra panjang lebar kepada Ibu dan Istrinya.

Riza yang sedari tadi diam menyaksikan pertengkaran sang ibu dan neneknya, kini berani bersuara, bahkan dengan tegas memarahi sang Nenek.

Bu aku nggak mau ibu pisah sama ayah, aku nggak mau cuma gegara keegoisan nenek ibu ikutan juga , lagian kenapa ibu harus mikirin omongan nenek yang ngejalanin semuanya itu ibu, Riza sama ayah, Nenek cuma orang luar nggak ada hak buat maksain kehendaknya, Riza juga nggak akan biarin ayah sama ibu pisah apalagi kalau sampe biarin ayah nikah lagi," ucap Riza penuh amarah.

Seina dan sang ibu mertua untuk sesaat terdiam, mereka tidak melanjutkan perdebatan sengit seperti sebelumnya. Seina cukup kaget dan tersadar ia sudah salah berucap, sedangkan sang Ibu mertua sangat kaget untuk pertama kalinya anaknya Putra berani bersuara dengan nada tinggi dan sedikit membentak, jujur Bu Ima sangat kaget.

akhirnya rencana makan malam menjadi berantakan, Ibu Ima yang kaget bercampur malu karena sudah dibentak oleh Putra memilih kembali ke kamar, sedangkan Seina hanya duduk terdiam di meja makan tanpa suara, Riza yang melihat raut wajah Ibunya tau jika sekarang kondisinya tidak baik, dan itu membuat Riza makin emosi dan membenci sang nenek.

Dek...maafin Mas ya, Mas tau sikap dan ucapan ibu kali ini sangat keterlaluan, tapi aku juga nggak bisa ngusir ibu dari rumah karena gimana juga dia ibu aku. Mas juga minta maaf kalau kamu merasa selama ini Mas nggak belain kamu malah sebaliknya tapi itu nggak bener dek, Mas harap kamu ngerti posisi Mas saat ini, nggak mudah bagi Mas Buat nentuin sikap," Putra mencoba memberikan pengertian kepada sang Istri.

namun bukan tenang Seina malah kembali emosi setelah mendengar ucapan sang suami.

kamu pengen aku ngertiin kamu Mas, apa masih kurang selama ini aku udah mencoba menahan diri dan bersabar, apa kamu kira selama sepuluh tahun kita berumah tangga aku nggak coba ngertiin posisi kami, apa aku nggak mencoba menjadi menantu sesuai keinginan ibu kamu, aku bahkan sampe menunda punya momongan lagi itu juga karena aku mencoba buat bikin ibu kamu suka sama aku, kamu tau saat aku hamil anak kita Riza, aku pikir sikap ibu kamu akan berubah tapi ternyata nggak, dan saat aku tanya ternyata alasannya ibu mau aku nunda kehamilan dulu sebab kamu masih harus menghidupi kedua adek kamu, dan ibu takut setelah kita punya anak kamu jadi nggak bisa ngasih uang bulanan lagi, tapi sampe sekarang apa hasilnya...ibu masih aja bersikap sama sangat terlihat ia membenci kehadiran aku, dan kamu masih bisa bilang aku harus mengerti posisi kamu, lalu siapa yang akan ngertiin posisi aku huh...siapa Mas, aku capek kalau emang nasib rumah tangga kita harus pisah aku udah ikhlas sangat ikhlas, walaupun aku tau aku bakalan menyakiti hati anak kita Riza," jawab panjang lebar Seina menggebu-gebu.

Di sisi lain Ima ibu mertua Seina tengah mengomel ia tak terima jika dirinya dibentak oleh anaknya, anak kandung yang ia lahir kan dan besarkan dengan susah payah kini berubah hanya karena membela seorang wanita yang kini berstatus istrinya, ada rasa iri dan marah di dalam benak Ima, ada rasa tak ikhlas melihat bagaimana sikap anaknya kepada sang istri. Tanpa sadar Ima kembali teringat kejadian yang hampir sama namun berbeda alur, ia termenung dan tanpa sadar air mata mengalir di kedua pipinya.

Flashback on.

Ima...kamu itu gimana sih masak masak ginian aja nggak becus, gimana mau jadi istri idaman, kasian anak aku kenapa bisa punya istri nggak becus kayak kamu sih," ucap kesal Bu Ratna mertua dari Bu Ima.

Ma...maaf bu, nanti Ima bakal nyoba buat yang baru, lagi pula ini pertama kali Ima buat menu masakan ini jadi wajar kan, kalau hasilnya nggak memuaskan," jawab Ima mencoba membela diri.

Apa kata kamu barusan, hebatnya...kamu berani menjawab ucapan saya, emang nasib sial anak aku kenapa bisa nikah sama kamu yang model nya kayak gini, lagian jangan nyari alasan kalau nyatanya kamu aja yang nggak pandai masak, masa masak ginian aja sampe gagal, kamu mau anak saya keracunan ia," umpat Bu Ratna murka.

Ima yang mendengar ucapan sang Ibu mertua sedikit tersentak, apa harus segitunya merendahkan dengan ucapan kasar, padahal tak ada yang salah dengan masakan yang ia masak sebenarnya, namun memang masakan yang ia masak sesuai selera sang suami bukan sang Ibu mertua, tanpa disadari keributan yang terjadi di dapur terdengar oleh seseorang dan dia adalah Usman, suami dari Bu Ima.

Ada apa ini kenapa aku denger kayak orang lagi ribut Bu..Dek..," ucap Usman membuat kaget Bu Ratna dan Bu Ima bersamaan.

Tanpa aba-aba Bu Ratna dengan menggebu-gebu menjawab pertanyaan dari Usman.

Nah kebetulan kamu datang nak, liat istri kamu ini masa ibu cuma nasehatin kalau masak ibu harus yang bener, jangan asal apalagi itu buat suami sendiri, udah sewajarnya dia masak makanan yang kamu suka tapi pas ibu mau ngasih saran kalau apa yang di masak itu kurang Pas, eh Ibu malah di bentak malah Istri kamu berani meninggikan nada bicaranya sama Ibu Nak, padahal niat ibu baik," ucap Bu Ratna dengan nada sedih dibuat-buat.

Usman yang mendengar penuturan sang ibu langsung kaget dan terpancing emosi, sekalipun benar ia mencintai sang istri tapi baginya pantang ada orang yang berani menyakiti apalagi membuat orang yang sudah melahirkan dan membesarkan bersedih, sehingga tanpa pikir panjang Usman melayangkan tamparan dan menatap tajam kepada sang istri sembari berucap kasar.

Plak....kenapa kamu berani ngomong kasar sama ibu aku Dek, apa kamu udah nggak menghargai aku sebagai suami kamu, aku udah berulang kali kan bilang sama kamu untuk bisa jaga sikap dan ucapan sama ibu aku, kenapa kamu sekarang malah berani buat ibu aku sedih kayak gini, kamu harusnya berterima kasih ibu mau ngajari kamu, itu artinya ibu sayang dan nerima kamu jadi menantu dirumah ini, sekarang aku nggak mau tau kamu harus minta maaf dan janji nggak akan mengulangi lagi," ucap Usman di penuh penekanan.

Ima yang mendapatkan tamparan keras di pipinya terdiam, ia tak menyangka akan mengalami hari ini, ia malu, marah, kesal, dan kecewa, ia tak menyangka sang suami akan tega bermain tangan padanya, bahkan tanpa bertanya atau mendengar penjelasan terlebih dahulu darinya.

Mas...Mas kamu nampar aku, tanpa kamu mencari tau kebenarannya, dan tanpa kamu tanya alasan aku berani ngomong kasar, kamu langsung percaya gitu aja sama apa yang di ucapkan Ibu kamu," jawab Ima dengan wajah kecewa sembari memegang pipi yang terkena tamparan.

Ima sungguh tak terima, ia sangat kesal dan marah kepada sang suami yang berani main tangan padahal mereka baru menikah belum genap dua bulan, dan semua hanya karena masakan yang ia masak tak sesuai dengan mulut sang mertua, bahkan lebih parah ternyata wanita yang Ia sebut sebagai Ibu mertua pandai bersilat lidah.

Asal Mas tau aku berani ngomong kasar karena ibu kamu yang duluan ngomong kasar, aku nggak akan keberatan jika niat ibu kamu emang mau ngajari aku masak makanan yang kamu sukai, tapi bukan berarti aku akan diam aja bila Ibu kamu berani menghina dan merendahkan aku Mas...aku nikah sama kamu karena aku yakin kamu bisa jadi suami yang baik, bisa melindungi dan memberi cinta sama aku, kita baru nikah dan belum genap dua bulan tapi kamu udah berani main tangan sama aku Mas," ucap Ima menatap tajam wajah sang suami.

Usman seakan tersadar ia sudah gegabah dan bersikap kasar kepada sang Istri bahkan ia berani main kasar dan melukai pipi istrinya, ada rasa bersalah namun ia juga bingung harus bersikap di satu sisi ia tak ingin mempercayai omongan sang istri seakan mengatakan jika ibunya lah yang berbohong, sedangkan disisi lain ia juga sudah salah karena tanpa bertanya ia langsung menampar wajah sang istri.

FlashBack Off.

Hhmmm...kenapa suami aku dulu nggak kayak anakku Putra, ia bahkan berani secara terang-terangan membela istrinya di depan aku ibu kandungnya, kenapa aku nggak seberuntung menantuku, aku nggak rela anak aku berubah dan menjauh, aku ibunya...aku yang melahirkannya....tapi kenapa setelah ia menikah aku merasa dilupakan. Bahkan Putra sudah jarang berkunjung kerumah, aku nggak akan biarin Seina memonopoli anakku, aku harus bisa membuat Seina tau posisinya, sekalipun aku nggak bisa buat anak aku berpisah dengan istrinya saat ini tapi aku nggak akan diam saja, aku akan tunjukkan jika aku tetaplah yang paling berkuasa, aku akan buat Putra kembali berpihak sama aku, aku ingin Putra hanya patuh dan mengikuti apa yang aku ucapkan," ucap Ima dengan nada kesal dan marah.

Entahlah apa yang akan terjadi kedepan, rasa iri dan cemburu yang tak beralasan dari Ima terhadap menantunya telah membuat ia buta dan menggila, hanya karena tidak mendapatkan perlakuan baik dan sama seperti yang di tunjukkan oleh Putra kepada Seina membuat Ima sering kali di landa rasa kesal, ada rasa tak rela di hati Ima, mengapa hanya dirinya yang dulu mendapatkan perlakuan tak adil dari sang suami, kenapa hanya hidupnya yang merasa tersakiti, mengapa dulu ia tak mendapatkan suami seperti Putra anaknya sendiri, mengapa ia harus kalah dan merasakan di seperti di madu oleh Ibu mertuanya sendiri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!