Tap
Tap
Tap
Langkah kaki terdengar menyusuri lorong sekolah yang luas dan ramai, seorang pria dengan setelan jas rapih disertai kacamata di wajahnya tengah berjalan santai menuju sebuah ruangan disana. Satu tangannya terlihat ia kepalkan dengan kuat, seperti sedang menahan sesuatu saat ini. Rahangnya mengeras, pertanda bahwa ia begitu emosi.
Kevin Atmadja, ia merupakan seorang konglomerat dan pengusaha terbesar di kotanya. Namun, kini ia harus bersusah-payah mengurus putrinya seorang diri semenjak ditinggal sang istri. Apalagi, sekarang ini putrinya kembali bermasalah dan membuat dirinya tidak bisa hidup tenang.
Ini merupakan kesekian kalinya Kevin dipanggil oleh pihak sekolah untuk datang kesana, karena tingkah putrinya yang selalu membuat masalah. Baru saja ia dikabarkan kalau putrinya terlibat dalam kasus pembullyan terhadap seorang siswi, sehingga mau tidak mau Kevin harus datang kesana menemui pihak sekolah demi membantu putrinya.
Begitu ia tiba di ruangan kepala sekolah, terlihat sudah ada sang kepsek serta guru BK selaku wakil kesiswaan. Tak hanya itu, tampak juga putri cantiknya tengah duduk menunduk disana sambil memainkan jari-jarinya. Tanpa berpikir panjang, Kevin pun mendekatinya dengan penuh emosi.
"Kinara! Apa lagi yang kamu lakukan, ha? Gak capek apa kamu bikin papa repot terus? Kenapa kamu gak pernah ngertiin papa coba?" geram Kevin.
Kinara Maulidina, seorang gadis cantik berusia 18 tahun yang saat ini masih di duduk di bangku SMA itu adalah satu-satunya putri dari Kevin. Sejak kecil ia sudah hidup bergelimang harta, apapun yang ia inginkan pasti selalu terwujud. Bahkan, ayah serta ibunya juga terus memanjakan dirinya, karena hanya Kinara lah yang mereka punya.
"Papa? Maafin aku, pa!" Kinara langsung bangkit dan bersimpuh di depan papanya.
"Maaf maaf, itu aja yang kamu ucapkan. Tapi apa, kamu tetap gak bisa berubah Kinara!" sentak Kevin.
Tentu Kevin sangat emosi saat ini, pasalnya ini bukan kali pertama Kinara berbuat ulah seperti itu. Wajar saja bila Kevin tak bisa memaafkan Kinara kali ini, tapi Kinara pun terus memohon pada papanya itu untuk mau memaafkan dirinya. Bagaimanapun, Kinara tak mungkin bisa jika Kevin memarahinya.
"Eee...pak Kevin, tenang dulu pak! Silahkan duduk, kita bicarakan semua ini dengan baik!" ucap pak Choirul, guru BK di sekolah itu.
"Iya pak Kevin, tidak perlu pakai emosi saat ini! Ada baiknya kalau kita bicarakan secara baik-baik, saya yakin semua masalah ini bisa terselesaikan!" sahut pak Ridho, kepsek disana.
"Baiklah, saya minta maaf ya semua kalau saya tadi lancang!" ucap Kevin.
Akhirnya Kevin mau menurut dan ikut duduk di tempat yang tersedia, lalu mereka semua sama-sama berbincang membahas mengenai masalah yang terjadi pada Kinara. Sampai kemudian, pihak sekolah sepakat memberi hukuman pada Kinara dengan menskor gadis itu selama satu bulan penuh.
Kinara terlihat sangat senang mendengar kabar itu, pasalnya ia sendiri bosan sekali bersekolah terus seperti itu. Sedangkan Kevin tentu sangat kecewa dengan keputusan pihak sekolah, ia juga marah sekali pada Kinara atas apa yang telah gadis itu perbuat.
Setelahnya, Kevin pun memutuskan membawa putrinya itu pulang ke rumah dan lanjut membicarakan semuanya disana. Tentu saja ini semua belum usai, ya karena Kevin tak ingin jika Kinara diam begitu saja tanpa mendapatkan hukuman lain yang lebih pantas untuknya.
•
•
"Kinara, mulai hari ini papa akan sita semua fasilitas kamu. Jadi, kamu tidak akan bisa kemana-mana lagi sekarang!" ujar Kevin dengan tegas.
Deg
"A-apa? Papa mau sita semua fasilitas aku? Kok gitu sih, pa?" Kinara amat syok dan tak percaya mendengarnya.
"Iya Kinara, ini semua papa lakukan sebagai hukuman atas kelakuan kamu. Selama ini kan papa sudah baik sama kamu, tapi kamu selalu saja bikin papa kecewa. Papa rasa ini adalah hukuman yang pas," ucap Kevin.
Kinara menggeleng, "Enggak pa, aku gak mau serahin fasilitas aku ke papa. Gimana coba cara aku bertahan hidup nanti?" ujarnya.
"Ck, terserah kamu Kinara. Intinya keputusan papa tetap sama, kamu harus nurut dan gak boleh melawan! Kalau tidak, papa akan tambah hukumannya!" ucap Kevin.
Kinara pun semakin tidak bisa berbuat apa-apa, ia khawatir kalau papanya justru akan semakin menghukumnya nanti. Akibatnya, ia memilih menurut dan mau menyerahkan semua fasilitas yang ia miliki pada papanya. Ya meliputi kunci mobil, kartu kredit dan lainnya.
Kinara terlihat duduk di sofa sambil memanyunkan bibirnya, ia tak tahu apa yang bisa ia lakukan tanpa semua fasilitas itu. Bahkan, handphone pun ia tidak bisa memakainya saat ini. Sehingga, Kinara pasti akan sangat bosan nanti dan benar-benar bingung harus melakukan apa.
Kevin lantas pergi meninggalkan Kinara begitu saja setelah berhasil mendapat apa yang ia inginkan, ya Kevin berencana kembali ke tempat kerjanya karena masih banyak yang harus ia urus disana.
Tak lama kemudian, bik Mirna selaku pelayan di rumah itu datang membawakan segelas susu serta beberapa cemilan untuk Kinara. Ia melakukannya atas perintah dari Kevin, kini ia pun meletakkan semua itu di atas meja dan mempersilahkan Kinara untuk menikmati cemilan itu.
"Silahkan non, ini ada susu sama cemilan buat non Kinara!" ucap bik Mirna.
"Hm."
Hanya deheman yang dikeluarkan oleh Kinara, gadis itu terlihat sangat jengkel dan terus saja cemberut sambil menyenderkan tubuhnya pada sofa. Kinara juga melipat dua tangannya di depan, seolah ia tak perduli pada apa yang diberikan bik Mirna tadi.
Ting nong ting nong
Tiba-tiba saja, terdengar bunyi bel dari arah luar yang membuat Kinara serta bik Mirna terkejut. Keduanya kompak menoleh ke arah pintu depan, tampak Kinara begitu penasaran siapa yang datang ke rumahnya kali ini. Namun, ia tak yakin kalau seseorang di luar sana datang untuk mencarinya.
"Tuh ada tamu, bukain bik!" titah Kinara.
"Iya non," dengan cepat bik Mirna langsung bangkit dari posisinya, dan bergegas pergi ke arah pintu.
Kinara sendiri tetap terduduk di sofa, ia hanya memantau sesekali ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang. Bik Mirna tentu langsung membuka pintu, lalu terkejut bukan main saat melihat seorang pria tampan berpakaian rapih tengah berdiri di depannya sambil mengenakan kacamata hitamnya.
Ceklek
Pria itu spontan menoleh dan melepas kacamatanya, begitu ia sadar kalau pintu telah terbuka.
"Permisi, apa benar ini dengan rumah tuan Kevin?" ujar pria itu.
Bik Mirna menganga saja melihatnya, ia sungguh tak menyangka kalau akan ada pria tampan dan gagah yang datang ke rumah itu saat ini. Rasanya ia sampai tidak fokus, karena memang pria di hadapannya begitu mempesona siapapun yang melihatnya.
"Waduh, ganteng amat nih cowok! Siapa ya dia kira-kira??" batinnya.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
"Pa, dia siapa??"
Kinara bertanya-tanya pada papanya saat melihat seorang pria asing masuk ke rumahnya, ya sebelumnya memang ada yang mengetuk pintu dan bik Mirna segera membukanya. Namun, tak lama Kevin juga muncul menemui seseorang yang datang itu dan mengajaknya masuk ke dalam.
Kini mereka sama-sama berada di ruang tamu, Kinara tentu reflek bangkit dari sofa dan menatap ke arah papanya serta si pria asing yang ada disana. Kinara terlihat amat penasaran, pasalnya ia baru kali ini melihat sosok pria itu di depannya.
Sontak Kinara mendekati pria itu dengan wajah bingung, sedangkan Kevin hanya tersenyum dan seolah senang dengan kedatangan pria itu. Ya Kinara semakin merasa curiga pada sikap papanya itu saat ini, karena tak biasanya papanya mengajak lelaki asing masuk ke dalam rumah mereka dan menyuruhnya berkenalan dengan lelaki itu tanpa alasan yang jelas.
"Nah Kinara, kenalkan dia ini Liam! Dia yang akan menjaga dan mengawasi kamu selama 24 jam penuh mulai hari ini," ucap Kevin.
Deg
Betapa syoknya Kinara saat mendengar itu, ia sama sekali tak menyangka kalau Kevin akan menyewakan bodyguard untuknya yang bisa menjaganya selama 24 jam. Spontan Kinara menggelengkan kepala, tentu saja ia tak terima pada perlakuan papanya itu. Sudah 18 tahun ia hidup, namun ia merasa tak perlu keberanian sosok bodyguard.
"Apa-apaan sih, pa? Aku gak butuh pengawal, kenapa coba papa pake sewa orang ini? Asal papa tahu ya, aku ini bisa jaga diri dan aku bukan orang yang lemah!" ucap Kinara.
"Ya papa tahu, kamu emang bukan wanita lemah. Buktinya kamu selalu bully teman-teman kamu di sekolah, ya kan? Nah karena itu, papa sewa Liam supaya kamu gak jadi wanita nakal lagi," ucap Kevin.
"Ta-tapi pa, aku rasa ini gak perlu deh. Aku gak mau ah punya pengawal," ucap Kinara.
"Kamu gak bisa tolak kemauan papa, kamu harus nurut sama papa! Mulai sekarang Liam ini adalah pengawal pribadi kamu, paham kan Kinara!" tegas Kevin.
Kinara menghela nafasnya dan hanya bisa menunduk lesu, karena jujur sebenarnya ia tak mau memiliki seorang pengawal. Apalagi, ia merasa belum mengenal siapa pria yang akan menjadi pengawalnya itu. Tentu canggung rasanya bila ia langsung menjadikan pria itu pengawal pribadinya.
"Ah Liam, kamu kenalkan ya ini putri saya yang selama ini saya ceritakan ke kamu! Dia Kinara, dan saya minta kamu bisa lakukan tugas yang saya berikan dengan baik ya Liam!" ucap Kevin.
"Baik tuan, saya pasti akan jaga dan awasi nona Kinara dengan baik sesuai perintah yang diberikan oleh tuan!" ucap Liam.
"Bagus, saya pegang kata-kata kamu ya Liam! Mulai sekarang, Kinara akan jadi tanggung jawab kamu! Kalau sampai dia kenapa-napa, kamu yang saya salahkan!" ucap Kevin.
"Siap tuan!" dengan sigap Liam mematuhinya.
Setelah itu, Kevin berpamitan pada putrinya karena ia harus kembali ke tempat kerja. Tentu saja Kinara terlihat cemberut dan masih tak menyukai keputusan papanya yang ia anggap tidak benar, namun Kevin tak perduli lantaran menurutnya Kinara memang memerlukan sosok penjaga seperti Liam.
Akhirnya Kevin pergi dari sana meninggalkan putrinya dan juga Liam, ya sehingga kini Kinara hanya berduaan dengan pengawal barunya yang cukup muda itu. Perlahan Kinara mendekati pria itu, menatapnya dari dekat dan menaikkan dagunya ke atas.
"Lo gausah sok nurut sama bokap gue, pergi sana!" ujar Kinara.
Liam justru tersenyum, "Maaf non, saya tidak bisa melakukan itu. Saya ini pengawal dan saya sudah seharusnya menjaga nona mulai sekarang."
"Haish, papa emang nyebelin banget!" Kinara menggeram kesal.
•
•
Kinara tengah berbaring di ranjangnya sambil memandangi jam dinding, ia merasa bosan karena selama satu bulan penuh ia tidak bisa lagi datang ke sekolahnya akibat perbuatan yang ia lakukan. Selain itu, semua fasilitas yang ia miliki juga harus diambil oleh papanya sebagai hukuman atas kelakuan buruknya di sekolah.
Ia pun mengambil ponselnya dari atas meja, lalu mengirim pesan ke nomor temannya yang juga terlibat dalam kasus pembullyan. Ya mereka sama-sama terkena hukuman kali ini, bedanya teman Kinara itu harus di-drop out dari sekolahnya. Bisa dibilang, Kinara beruntung karena papanya adalah salah satu donatur terbesar di sekolah. Sehingga, ia tak harus dikeluarkan dari sekolahnya.
^^^Hey Miska, lu lagi ngapain? Gue gabut nih, nongkrong yuk!^^^
Namun, pesan yang ia kirimkan itu tidak sampai ke nomor temannya. Sontak Kinara merasa terkejut, apalagi saat ini pesan itu hanya mendapat ceklis satu. Ia juga melihat foto profil Miska yang kosong tak seperti biasanya, sehingga ia berpikir kalau bisa saja Miska sengaja memblokir nomornya.
"Sialan nih orang! Dia blok nomer gue? Tega banget sih, terus gue harus gimana dong sekarang?" geramnya.
TOK TOK TOK...
Tiba-tiba saja, ada yang mengetuk pintu kamarnya dan mengejutkan dirinya. Kinara pun bangkit dari posisinya, lalu menatap ke arah pintu dengan bingung.
"Siapa??" Kinara berteriak dari dalam menanyakan siapa yang datang.
"Ini saya, tolong buka pintunya dulu non!" jawab seseorang dari luar yang ternyata adalah Liam.
Ya Kinara mengenali suara itu, meski baru berkenalan hari ini, namun Kinara masih ingat betul kalau itu adalah suara Liam. Ia pun tampak malas meladeninya, ia memutar bola mata dan kembali berbaring sambil bermain ponsel.
"Masuk aja, gak dikunci kok. Gue lagi males buka pintu buat orang nyebelin kayak lu," ucap Kinara.
"Okay, saya masuk ya non?"
Akhirnya Liam benar-benar masuk kesana, ia membuka pintu dan melangkahkan kakinya ke dalam kamar wanita itu. Namun, matanya membelalak lebar ketika sadar Kinara hanya mengenakan tanktop berwarna hitam dan celana pendek. Apalagi, posisi Kinara yang seperti itu membuatnya dapat melihat jelas bagaimana mulusnya kulit wanita itu.
Liam menelan salivanya secara susah payah, ia mengapa kasar wajahnya dengan pemandangan yang ia saksikan saat ini. Jujur Liam begitu kagum pada tubuh seksi milik anak majikannya itu, apalagi selama ini ia jarang melihat pemandangan seperti itu.
"Ngapain lu berdiri disitu aja ngeliatin gue? Jangan mesum ya, gue laporin lu sama bokap gue!" tegur Kinara.
Sontak Liam tersadar dari lamunannya, ia tentu tak mau jika harus dilaporkan pada Kevin dan akan mendapat hukuman. Ini baru hari pertama ia bertugas di rumah itu, maka jika ia dihukum tentunya ia akan merasa kesal, sebab ini merupakan kesempatan bagi dirinya mendekati keluarga Kevin.
"Ja-jangan dong non! Saya juga gak ada niatan begitu kok, saya kan cuma mau bicara sesuatu sama non Kinara. Makanya non bangun dong, jangan tiduran aja disitu!" ucap Liam begitu gugup.
"Ah bawel lu, kalo mau ngomong ya ngomong aja sih!" kesal Kinara.
Liam tersenyum dan melangkah lebih dekat ke arah Kinara, ia berhenti tepat di sebelah gadis itu yang membuat Kinara merasa cemas saat ini.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
"Eee non, barusan tuan Kevin bilang kalau saya harus ajak non Kinara ke kantor. Beliau bilang, sudah saatnya non mempelajari struktur kantor," ucap Liam.
Kinara semakin malas mendengarnya, ia terus berbaring di atas ranjangnya dan memainkan ponsel miliknya. Tentu saja Kinara tak mau pergi bersama Liam, apalagi jika ini atas kemauan papanya yang ingin menjadikannya sebagai pewaris di kantor.
"Gimana non, apa non Kinara siap buat pergi sekarang?" tanya Liam.
"Ck, ngomong apa sih lu? Gak lihat nih gue masih begini, ha? Darimana siapnya coba? Lagian gue juga gak mau pergi sama lu, males gue ke kantor papa. Mending gue di rumah aja deh," sentak Kinara.
"Tapi non, ini perintah dari tuan Kevin. Apa non mau menolak kemauan papanya non Kinara?" ujar Liam.
"Gue males banget loh Liam, lu ngerti gak sih? Udah lu aja sana yang pergi ke kantor papa!" ucap Kinara.
Kinara langsung berbalik memunggungi pria itu sambil memeluk guling, Kinara tak akan pernah mau pergi bersama Liam untuk datang ke kantor papanya. Ia bahkan mengacuhkan kata-kata Liam saat ini, karena memang sejak dulu ia juga tak pernah mengunjungi kantor papanya.
Liam yang sedari tadi menatapnya, sontak merasa bingung dan menggaruk kepala. Akan tetapi, sesaat kemudian ia maju lebih dekat dan coba memaksa Kinara untuk segera bangun. Dengan sigap ia menarik tubuh Kinara, sampai gadis itu terkejut dan langsung beranjak dari ranjangnya.
Ya Kinara tak mengira kalau Liam seberani itu, tadinya ia menduga Liam adalah pria yang lugu dan polos. Namun, sekarang Liam malah berani menyentuh tubuhnya dan memaksanya untuk mau bangun dari ranjang dan ikut bersamanya.
"Ish, lu berani banget ya pegang-pegang gue?! Mau gue laporin lu?" ancam Kinara.
"Maaf non, saya hanya menjalankan tugas. Kata tuan Kevin, saya berhak memaksa non kalau non Kinara menolak diajak ke kantor," ucap Liam.
"Ah sialan banget sih lu! Yaudah iya iya, gue siap-siap dulu." akhirnya Kinara mau menuruti kemauan pria itu.
"Baik non, saya tunggu!" singkat Liam.
Kinara pun meletakkan sejenak ponselnya di meja, lalu bergegas menuju lemari untuk mengambil pakaian miliknya. Namun, ia terhenti ketika melihat Liam masih ada di dalam kamarnya dan terus memandang ke arahnya.
"Eh sialan, lu ngapain masih disitu? Keluar dulu sana! Lo mau ngintip ya?" ujar Kinara.
"Tidak non, saya hanya ingin pastikan kalau non Kinara benar-benar mau pergi. Gak salah kan?" ucap Liam dengan santai.
"Ngada-ngada lu, beneran ya minta dihajar. Sana cepat keluar, gue pengen ganti baju ih!" ucap Kinara.
"Baiklah, saya keluar. Tapi, non harus janji kalau non tidak akan bohongi saya!" ucap Liam.
"Iya iya, bawel lu ah. Udah sana keluar!" sentak Kinara.
Mau tidak mau, Liam pun menurut dan terpaksa keluar dari dalam kamar itu sesuai kemauan Kinara. Meski, ia masih ragu kalau Kinara benar-benar mau ikut bersamanya. Akan tetapi, ia juga tak bisa memaksa untuk terus berada di dalam sana.
Ya kini Liam menunggu di depan pintu kamar Kinara, ia bersandar sambil melipat kedua tangannya di depan. Sesekali ia melirik ke belakang, berharap Kinara tidak sedang menipunya kali ini. Karena jika sampai itu terjadi, maka ia akan sangat marah dan kecewa pada wanita itu.
•
•
Singkat cerita, beruntungnya kali ini Kinara benar-benar menepati kata-katanya tadi dan keluar dari kamar dengan gaun yang cukup terbuka. Kinara pun menemui Liam di depan sana, lalu berdiri tepat di hadapannya.
Liam tertegun melihatnya, penampilan Kinara sungguh membuatnya terkejut dan tidak bisa berkedip sedikitpun. Ia tak menyangka kalau Kinara bisa terlihat sangat cantik dan seksi saat ini, sepertinya Liam sudah mulai terpesona pada kecantikan anak dari majikannya itu.
"Gue udah siap, yuk berangkat!" ucap Kinara dengan cuek.
Tak ada jawaban dari Liam, pria itu terdiam saja sambil terus memandangi lekuk tubuh Kinara yang terlihat amat menggoda. Ia tak mungkin bisa kuat untuk menahan dirinya, jika penampilan Kinara yang seperti itu. Namun, ia sendiri juga tak tahu harus apa.
"Eh, malah bengong. Ayo buruan jalan! Jadi gak sih pergi ke kantor papanya? Atau lu cuma mau ngerjain gue ya?" tegur Kinara.
"Hah? I-i-iya non, kita jadi pergi kok. Ma-maaf ya, saya kurang fokus karena penampilan non Kinara. Apa non gak salah pakai baju seperti ini untuk pergi ke kantor papanya non? Apa kata orang disana nanti non?" ucap Liam.
"Ck, berisik deh lu! Suka-suka gue lah mau pake baju apa, ini kan hak gue. Emang lu siapa mau atur-atur gue, ha?" ucap Kinara.
"Baiklah non, saya ngikut aja. Tapi kalau nanti non dimarahin sama tuan Kevin, jangan salahkan saya ya non? Saya kan sudah beritahu," ucap Liam.
"Banyak omong ya lu, udah deh buruan kita pergi sekarang!" kesal Kinara.
Kinara langsung melangkah lebih dulu dan pergi meninggalkan Liam, ya Liam pun tersenyum melihat ekspresi gadis itu. Lalu, menyusulnya menuruni tangga sambil mengawasi Kinara agar tidak terjadi sesuatu yang tak diinginkan.
Keduanya kini masuk ke dalam mobil yang sama, Kinara duduk di kursi belakang dan bersandar dengan santai sambil memainkan ponselnya. Sedangkan Liam sendiri tentu berada di depan bersiap untuk mengemudi, namun entah mengapa pandangannya tak bisa beralih dari tubuh indah sang gadis.
Dalam perjalanan, Liam pun sesekali mencuri pandang ke belakang untuk bisa melihat keseksian tubuh wanita itu. Ia memanfaatkan kaca spion tengah di mobil itu kali ini, tentu saja ia melakukannya tanpa sepengetahuan Kinara yang asyik bermain ponsel.
"Non Kinara emang cantik banget, saya harus bisa bikin non Kinara suka sama saya dan mau terima saya di hidupnya!" batin Liam.
Kinara yang terus diperhatikan oleh Liam, akhirnya tersadar dan menaruh sejenak ponselnya. Ia tahu kalau sedari tadi Liam memperhatikan dirinya, ia pun tak terima pada perlakuan pria itu. Apalagi, tatapan mata Liam seolah menunjukkan ketertarikan pada dirinya saat ini.
"Heh bodyguard sialan! Ngapain lu ngeliatin gue terus, ha?" Kinara menegurnya dengan suara tegas dan lantang.
"Hah apa? Sa-saya gak ngeliatin non Kinara kok, saya ini lagi lihat kondisi di belakang. Kan selama menyetir, kita harus selalu waspada loh non. Emangnya non gak begitu ya setiap nyetir?" elak Liam.
"Alasan aja lu, udah sih ngaku aja kalo emang lu tuh ngeliatin gue! Dasar cowok cabul! Gue bakal laporin lu ke papa," ucap Kinara.
"Waduh, jangan gitu dong non! Saya ini kan gak ngeliatin non Kinara loh, saya udah jelasin tuh tadi kalau saya cuma lihat kondisi di belakang mobil kita," ucap Liam.
"Ah gue gak percaya, berhenti sekarang juga!" pinta Kinara.
Liam terkejut dan menoleh ke belakang, ia heran mengapa Kinara tiba-tiba justru memintanya untuk berhenti.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!