NovelToon NovelToon

Butuh Kasih Sayang Orang Tua

bab 1

“Wah ini bagus ni baju!” Ucap Raisya yang mengambil baju yang menurutnya sangat bagus.

“Saya jangan ambil baju aku bisa tidak sih.” Ucap Fia kesal dan merebut baju miliknya.

Raisya mengambil baju milik Fia, mereka terus berebut sehingga membuat Sarah, Lalita dan Anjani pergi ke kamar Fia. Lalita adalah adik Sarah dan Anjani adalah mama dari Sarah.

“Ada apa sih ini?” Tanya Sarah ketika sampai di kamar anaknya.

“Ini loh tante, masa aku Cuma ambil satu baju saja tidak boleh.” Ucap Raisya dengan manja.

“Fia kamu itu pelit banget sih, Raisya Cuma ambil satu saja kamu malah melarang.” Ucap Sarah marah kepada anaknya.

“Itu baju Fia yang masih bagus ma, Fia mau pakai ma, lagi pula Kemaren Raisya sudah ambil baju aku kemarin ma dan baju Fia sudah tidak ada yang bagus lagi ma.” Ucap Fia membela dirinya.

“Alah alasan saja kamu.” Ucap Sarah dan mendorong anaknya itu sehingga anaknya itu terjatuh.

Dan jidatnya mengenai ranjang sehingga Fia kesakitan namun Sarah sama sekali tidak perduli bahkan jidat anaknya lebam pun Sarah tidak perduli.

“Kamu itu ya sama saudara pelit banget.” Ucap Lalita.

“Apa susahnya sih kamu kasih baju itu untuk Raisya.” Ucap Anjani.

“Karena kamu pelit dengan Raisya mama akan hukum kamu, kamu tidak boleh keluar dari kamar.” Ucap Sarah dan mereka semua pergi dari sana.

Sarah mengurung anaknya di dalam kamar.

Salah selalu saja bersikap seperti itu, Sarah lebih membela keponakannya di bandingkan anak kandungnya sendiri, Sarah tidak peduli dan tidak sayang terhadap anaknya.

“Kenapa sih mama selalu saja membela Raisya di bandingkan aku.” Ucap Fia sedih.

Fianasya Sari atau yang sering dipanggil Fia dia merupakan anak kedua dari pasangan Sarah dan Toni. Fia memiliki kakak laki-laki yang bernama Dilon Saputra. Kakaknya sibuk dengan bisnisnya dan jarang sekali pulang ke rumah, karena kakaknya lebih memilih tinggal dirumahnya sendiri. Itulah sebabnya Dilon jarang pulang ke rumah. Selain dilon Fia juga memiliki saudara tiri dari mamanya yang bernama Atika Risa dan papanya yang bernama Andre Saputra.

Sarah dan Toni sudah menikah sebelumnya dan mereka memiliki satu orang anak dari pasangan mereka sebelumnya.

“Bajunya bagus kan ma di aku?” tanya Raisya kepada mamanya.

“Tentu saja bagus, pakaian apapun yang kamu pakai pasti bagus.” Ucap Lalita memuji anaknya.

“Sarah kamu harus tegas sama anak kamu itu, jadi anak kok pelit banget.” Ucap Anjani.

“Ya ma, aku juga sudah hukum dia.” Ucap Sarah.

“Mbak hari ini tidak usah kasih Fia makan supaya Fia itu tidak pelit lagi dengan saudaranya sendiri.” Ucap Lalita mengompori kakaknya itu.

Sungguh tidak ada rasa kasihan sama sekali dengan Fia, malah mengompori kakaknya untuk menghukum anaknya itu.

“Oh ya Atika tadi kabarin mama, Atika bilang dia akan pindah kerja di kota ini jadi kita bisa sering bertemu dengan Atika.” Ucap Anjani.

Sarah terlihat senang karena anak pertamanya akan kerja di kota yang sama dengan dirinya.

“Aku akan ajak Atika untuk tinggal di sini.” Ucap Sarah.

Anjani pun menanyakan apakah Toni mengizinkan Atika tinggal bersama mereka. Sarah pun mengatakan akan menyakinkan suaminya itu untuk mengizinkan Atika tinggal bersama mereka.

Anjani setuju-setuju saja, asal cucu kesayangannya itu hidup mewah dan enak dan pastinya Toni bisa menerima Atika.

Selama ini Atika tidak pernah tinggal bersama Sarah. Atika lebih memilih untuk tinggal bersama Omanya di bandingkan dengan Sarah.

“Sudah kita tidak usah bahas ini, nanti mas Toni dengar bisa gawat, dan mama harus yakin mas Toni akan mengizinkan Atika tinggal di sini, nanti aku akan tanya kapan Atika pindah biar nanti aku bisa bujuk mas Toni untuk tinggal di sini.” Ucap Sarah.

Sekarang mereka tidak lagi membahas hal itu, sekarang mereka sedang asyik melihat model tas terbaru.

. . .

Pagi ini mereka sarapan bersama, keluarga Sarah juga menginap di rumah Toni, meskipun Rumah Anjani tidak terlalu jauh namun mereka lebih suka menginap di rumah Toni karena rumah Toni yang besar dan mewah. Berbeda dengan rumah Anjani yang tidak sebesar rumah Toni.

Namun sebenarnya rumah Anjani juga bisa di katakan besar namun tetap saja Anjani lebih betah tinggal di rumah menantunya yang lebih besar di bandingkan rumah.

Di tambah lagi di rumah menantunya itu ada pembantu tentu saja Anjani lebih betah tinggal di rumah menantunya di bandingkan rumah yang serba harus mengerjakan sendiri karena di rumah tidak ada pembantu.

“Fia hari ini kamu berangkat bersama papa ya.” Ucap Toni.

“Ya pa.” Ucap Fia.

Fia pun berpamitan dengan keluarganya dan naik mobil bersama papanya menuju kampus, namun sebelum ke kampus Toni membawa anaknya ke sebuah butik dan meminta anaknya untuk membeli baju dan langsung Menganti pakaiannya di sana.

Toni tahu kenapa anaknya hanya mengunakan pakaian seperti itu, sudah pasti itu semuanya ulah dari keluarga istrinya.

“Maafkan papa nak, mungkin besok kamu akan sedih dan sakit hati tapi ini yang terbaik nak, maafkan papa nak, saat ini papa sedang melakukan sesuatu dan itu untuk kebaikan kita nak.” Ucap Toni sendu.

Toni sebenernya tidak mau mengucapkan kata-kata yang menyakiti putrinya namun Toni memiliki sebuah rencana yang saat ini hanya Toni yang tahu.

Setelah Fia selesai belanja dan mengenakan pakaian yang bagus dengan jilbab yang senada, sekarang Toni mengantarkan putrinya itu ke kampus.

. . .

“Baru pulang ma?” Tanya Fia.

“Iya Fia” jawab Sarah tanpa menoleh ke arah Fia dan pergi ke kamar namun terhenti karena keinginan Fia yang ingin membawa mobil.

Keluarga Sarah sudah pulang jadi Fia bisa tenang berada di rumah.

“ma !, bisa bicara sebentar ?” tanya Fia.

“mau bicara apa ?” tanya Sarah cuek.

“Ma aku mau minta izin sama mama bawa mobil ke kampus? Boleh ya ma.” Mohon Fia meminta izin.

Fia mengutarakan keinginannya ke mamanya untuk membawa mobil ke kampus, tetapi mamanya tidak mengizinkannya untuk membawa mobil ke kampus.

“Tidak boleh.” ucap Sarah dengan raut wajah tak bersahabat

“Kenapa tidak boleh ma ?” tanya Fia penasaran

“Tidak boleh ya tidak boleh Fia, kamu ini susah banget kalau di kasih tahu. Sudah kamu itu diantar oleh supir saja, tidak usah bawa mobil sendiri. Biar supir lagi yang jemput kamu pulang dari kampus.” Bentak Sarah.

“Ma aku cuma ke kampus saja bawa mobilnya, setelah itu aku langsung pulang ma, aku janji ma,boleh yah ma aku bawa mobil ke kampus.” Ucap Fia yang masih tetap berusaha agar di izinkan untuk membawa mobil ke kampus.

“Tetap tidak boleh.” ujar Sarah tak terbantahkan.

“Tapi ma pak Kardi tu telat terus jemput Fia ma terus Fia telpon pak Kardi selalu saja jarang diangkat dan bahkan tidak di angkat sama sekali.” Fia berbicara jujur soal Kardi yang tidak menjalankan pekerjaannya dengan baik, namun mamanya tidak perduli sama sekali.

bab 2

Fia diperlakukan tidak baik oleh keluarganya, Kardi supir pribadi Fia pun ikut ikutan memperlakukan Fia dengan tidak baik. Kardi sering mengunakan mobil itu untuk kepentingannya sendiri.

“Pokoknya mama bilang tidak boleh ya tidak boleh, kamu itu bisa tidak sih dengerin omongan mama, kalau mama bilang tida boleh ya tidak boleh Fia. Masih untung loh mama bolehin supir antar kamu ke kampus atau kamu mau naik kendaraan umum ?” ucap Sarah marah. Sarah tidak habis pikir kenapa anak perempuannya itu selalu membantah ucapannya. Dan selalu saja tidak pernah menurut.

“Mama kok ngomongnya ke gitu sih ma.” Ucap Fia sedih.

“Ya kamu sih tidak nurut sama mama.” Ucap Sarah kesal.

“Kamu tu seharusnya tiru tu abang kamu semenjak SMA dia udah punya usaha sendiri jadi punya penghasilan sendiri jadi bebas mau beli apapun dan juga termasuk beli mobil, jadi dia bisa bawa mobil sendiri kemanapun dia mau. Udah deh mama mau istirahat capek ditambah lagi kamu yang minta bawa mobil ke kampus.” Ucap Sarah yang membuat Fia semakin sedih dan sakit hati.

“Ma Fia kan cuma minta izin untuk bawa mobil ma, Mamaaaa”. Sarah meninggalkan Fia di ruang tamu dan mengacuhkan panggilan Fia.

Padahal Fia hanya meminta izin untuk membawa mobil bukan untuk membeli mobil. Entah Fia akan di marahi seperti apa jika Fia meminta mobil.

“Kenapa sih mama selalu saja seperti itu, padahal aku cuma minta izin kepada mama untuk membawa mobil, tapi mama malah membandingkan aku dengan bang Dilon” ucap Fia sedih.

Mamahnya selalu membandingkan Fia dengan abangnya dan juga anak dari teman mamanya. fia tidak pernah Mendapatkan kasih sayang dari mamanya. Mama Fia selalu membandingkan Fia dengan Dilon dan kakak tirinya bahkan tak jarang Fia sering dimarahi oleh mamanya.

Fia sama sekali tidak marah atau pun iri dengan abangnya itu namun jika di bandingkan maka Fia tetap merasa sakit hati.

“Fia kamu kenapa ?” Tanya papanya yang baru pulang dan melihat anaknya memanggil mamanya tetapi tidak diacuhkan oleh Sarah. Terlihat juga anaknya menangis.

“Tadi Fia minta izin ke mama untuk bawa mobil ke kampus tapi tidak dibolehin sama mama, pa”. Jawab Fia apa adanya.

“Emangnya kenapa kamu mau bawa mobil sendiri, memangnya kenapa kalau kamu diantar sama supir saja Fia ?” tanya Toni dengan lembut.

“Ngak apa-apa sih pa, cuman Fia mau kayak teman yang lain bawa mobil sendiri gitu pa, terus pak Kardi pas jemput itu lama banget pa, pas Fia hubungi pak Kardi tidak angkat pa.” Adu Fia kepada papanya.

“Gini saja Fia, kalau kamu di semester ini mendapatkan nilai tinggi papa bakalan kasih kamu mobil dan bawa sendiri, gimana ?” ucap papa Fia.

Sebenarnya Toni sudah membelikan sebuah mobil untuk Fia. Namun papa Fia belum memberinya. Papa Fia tau kalau anaknya itu pintar. Papanya sudah bisa memastikan bahwa anaknya itu akan mendapat nilai tinggi

“Beneran pa ?” mendengar papanya mengatakan hal itu fia menjadi senang dan melupakan kesedihannya.

"Ya beneran fia” ujar papa fia dengan senyum.

“Ok aku janji sama papa, aku akan belajar dengan giat dan dapat nilai bagus” ucap Fia dengan bahagia dan memeluk papanya.

“Oh ya ini untuk kamu, kamu boleh beli apa pun yang kamu mau.” Papanya memberikan kartu Atm untuk Fia sekaligus sandinya.

“Mulai besok dan seterusnya kamu tidak usah lagi minta uang ke mama, cukup gunakan ini saja.” Ucap Toni kepada anaknya itu.

“Ini buat Fia pa ?” Toni hanya menganggukkan kepala, sedangkan Fia, dia sangat senang karena Fia diperbolehkan untuk bawa mobil sendiri ditambah lagi papanya kasih Fia pegang kartu ATM. Jadi Fia tidak perlu lagi minta uang ke mamanya.

setiap Fia minta uang saku ke mamanya, mama Fia sulit sekali kasih uangnya ke Fia. Setiap Fia minta uang pasti mamanya selalu bilang belajar mencari uang sendiri jadi tidak minta terus ke mama dan kata pedas lainnya. Itu yang selalu di diucapkan mamanya saat Fia minta uang. Dan itu yang selau membuat Fia sakit hati dan terkadang hampir menangis karena ucapan mamanya. Walaupun sebenarnya uang untuk Fia itu dari papanya yang sengaja meminta istrinya untuk kasih ke Fia.

Papa Fia memang perhatian dengan fia, dari segi materi tetapi Fia tidak pernah mendapatkan kasih sayang papanya. semenjak papanya naik jabatan, papanya sibuk dengan pekerjaannya. Sehingga dia tidak sempat memperhatikan anaknya. Papa Fia hanya memberikan uang saja kepada Fia untuk memenuhi kebutuhannya. Karena menurutnya dengan memberikan materi itu sudah cukup menurut papanya, padahal Fia juga membutuhkan kasih sayang dari papanya.

Sebenarnya papa Fia sudah mengetahui kalau mamanya tidak kasih seluruh uang belanja untuk Fia. Mamanya hanya kasih setengahnya saja. Selebihnya untuk dirinya sendiri. Itulah sebabnya papanya memberikan ATM kepada Fia. Selain alasan itu papanya malu karena gaya anaknya di kampus sangat tidak bagus. Bahkan ada yang mengatakan kalau gaya anaknya itu kampungan. Tapi papanya juga taHu kalau semua ini karena mamanya hanya sedikit memberikan uang kepada Fia.

Sebenarnya secara diam-diam Toni memberikan uang kepada dilon dan juga Fia untuk ditabung. Setiap Toni mendapatkan bonus maka Toni secara diam-diam akan memberikan uang bonus untuk kepada ketiga anaknya yaitu, Andre, Fia dan juga Dilon.

Toni takut suatu saat nanti jika dia tiada, istrinya tidak memberikan hak anaknya. Toni sangat yakin Sarah pasti akan memberikan semuanya untuk anak dari suami pertamanya. toni sangat yakin sarah tidak akan bisa adil terhadap anaknya.

“Iya beneran sayang.” jawab papa Fia.

“Makasih pa.” ucap Fia senang.

“Ya sudah papa ke kamar dulu” ucap papa Fia.

“Iya pa.” jawab Fia.

Fia terlihat senang, karena papanya peduli dengannya. Fia memilih untuk pergi ke kamarnya.

Semenjak fia tidak diperhatikan oleh orang tuanya. Fia mulai mencari kesibukkan sendiri. Fia sangat mahir dalam mendesain baju dan Fia sudah banyak mendesain gambar-gambar baju yang sangat bagus. Fia berencana akan menawarkan desainnya itu di beberapa butik. Fia berharap ada yang mau membeli desainnya itu.

“Mulai hari ini aku akan menawarkan desain aku ke beberapa butik semoga saja ada yang mau beli desain ini” batin Fia penuh harap.

Fia sudah banyak mengecat akun pemilik-pemilik butik supaya desainnya bisa dibeli oleh pemilik butik itu. ada yang tidak menggubris Fia ada juga yang memarahi Fia, mereka bilang Fia menghina butik mereka. Pemilik butik itu merasa bahwa Fia menghinanya menganggap bahwa butiknya tidak ada desainernya.

Fia mencari informasi tentang pemilik butik, itulah sebabnya Fia bisa tahu nama akun itu walaupun hanya bermodalkan coba-coba saja mengikuti nama-nama dari pemilik butik itu. Fia mengetahui pemilik butik itu pada saat Fia berkunjung ke berbagai butik dan mengobrol dengan karyawan butik dari situlah Fia mengetahui nama-nama dari pemilik butik itu.

Tentu saja Fia kesana dengan membeli baju walau bagaimana pun Fia itu anak orang kaya, sebenarnya Fia juga sering membeli baju tapi selalu saja di ambil oleh kakak tiri dan sepupunya. Itu lah yang menyebabkan pakaian yang dikenakan Fia itu biasa saja bahkan terkesan kampungan, tapi ya mau bagaimana lagi, pakaian yang di beli Fia selalu di ambil oleh sepupu dan saudari perempuannya itu.

bab 3

Tidak berselang lama ada yang menanyakan desain itu di chat, dan orang itu meminta no Fia untuk membahas desian tersebut. Fia juga sudah menyiapkan satu nomor khusus untuk orang yang bertanya tentang desainnya, jadi Fia merasa aman untuk memberikan nomornya. Dan Fia juga sudah menyiapkan rekening khusus untuk dia menjalankan bisnisnya.

“Uhh setalah banyak aku menawarkan desain aku akhirnya ada juga yang suka dan mau, aku kira semua pemilik butik akan marah sama aku.” ucap Fia terlihat lega dan senang, bahkan Fia sudah menghapus air matanya, sedari tadi Fia sudah mendapatkan kata-kata pedas, cacian dan hinaan dari pemilik butik yang dia chat. Itu yang membuat Fia menangis Fia tidak sekuat itu untuk menerima cacian dan hinaan dari orang-orang meskipun itu via online.

(via chat)

Halo, kenalin nama tante Rini.

Salam kenal tante Rini, kenalin nama aku Fia.

Halo Fia, jadi gini Fia tante tu suka sama desain yang kamu kirim ke tante. Desainnya sangat bagus dan rapi tante suka.

Beneran tante, makasih ya tante.

Ok kalau gitu tante akan beli desain kamu itu, tolong kamu kirim no rekening kamu nanti tante transfer. Oh ya kamu mau kasih harga berapa untuk desain kamu itu Fia ?.

Fia mengirimkan nomor rekeningnya dan menyebutkan harga untuk desain yang Fia jual dengan ibu Rini.

Kamu yakin jual dengan harga segitu padahal desainnya bagus loh Fia.

Iya aku yakin tante.

Ok kalau gitu tante transfer sekarang ke kamu ya Fia.

Tidak lama setelah itu uangnya masuk kerekening Fia dengan jumlah yang banyak. Melebihi harga yang disebutkan Fia tadi. Fia merasa tidak enak dengan tante Rini karena tante Rini mentransfer uangnya begitu banyak.

Maaf sebelumnya tante kok banyak banget ya tante ?

Ngak apa-apa Fia itu harga yang cocok untuk desain kamu.

Tante yakin transfer ke aku dengan nominal segitu tante ?.

Iya tante yakin Fia, udah terima aja ya.

Ya udah deh tante makasih banyak ya tante.

Oh ya Fia kamu mau tidak kerja sama, sama tante Fia ?

Kerja sama ke gimana ya tante ?.

Rini pun menelpon Fia dan menjelaskan semuanya kepada Fia. Fia pun setuju dengan tawaran dari Rini itu.

“Waw aku tidak nyangka kalau ada yang mau beli desain aku. Ini langkah awal untuk aku cari uang. semoga saja kerjasama ini terus berjalan, semoga saja desain baju aku ini selalu di sukai oleh tante Rini, jadi aku bisa dapat uang terus, amin” gumam berdoa, Fia terlihat senang.

Fia sangat senang dengan pendapatan yang dia dapatkan dan dia bertekat untuk terus mendisain supaya dapat menghasilkan uang yang banyak dan Fia tidak akan memberitahukan kepada orang tuanya sampai Fia dapat menghasilkan uang yang sangat banyak.

“apa harga desain baju semahal itu?” ucap fia penasaran pasalnya Rini membayar desain baju Fia itu di bayar dengan harga mahal. Dalam pikiran Fia harga desain itu tidak semahal itu.

Fia hari ini sangat senang sekali karena mendapatkan uang yang sangat banyak dan Fia sangat bersyukur karena rezeki yang Fia dapat hari ini. Fia juga ingin membeli rumah untuk dia sendiri dan tinggal sendiri disana. Karena dirumah Fia merasa tidak terlalu diangap dirumah orang tuanya.

Sebenarnya Fia sudah tidak nyaman tingal di rumah orang tuanya itu. namun uangnya tidak cukup sedangkan tabungannya, Fia tidak akan menggunakannya, Fia akan mengunakannya di saat terdesak saja.

Apalagi pada saat keluarga mamanya datang dan tinggal disana Fia selalu saja disindir dan dihina bahkan disuruh melakukan pekerjaan pembantu sedangkan mamanya hanya diam saja melihat anaknya diperlakukan seperti itu. Kecuali kakeknya yang membela Fia, namun sekarang kakeknya sudah meninggal jadi tidak ada lagi yang membela Fia selain papa dan kakaknya itupun kalau papa dan kakaknya ada dirumah.

Raisya keponakan mamanya, anak dari kakak mamanya itu selalu saja mengambil barang Fia, jika Fia tidak kasih maka Raisya akan mengadu pada mama Fia yang ujung-ujungnya Fia yang dimarahi mamanya dan tantenya pasti akan selalu menampar Fia dan memarahi Fia.

Bahkan tantenya pernah menyiramkan air panas ke Fia dan untungnya air itu hanya mengenai bajunya. Fia juga pernah dikurung di gudang semalaman. Itu terjadi pada saat papanya berada di luar kota, dan abangnya tidak pulang ke rumah.

Tidak ada yang berpihak kepada Fia, mereka melakukan itu tentu pada saat papa dan kakaknya tidak ada dirumah. Jika papa dan kakaknya ada dirumah mereka akan bersikap baik dan sayang kepada Fia.

Fia sebenarnya sudah tidak tahan tinggal bersama orang tuanya. Fia juga sering tinggal dirumah abangnya. Tapi jika Fia terlalu lama tinggal dirumah abangnya maka mamanya akan jemput Fia dan memarahinya. Mama Fia sering sekali marah tanpa sebab. Karna hal itu Fia pernah mencoba tes DNA untuk mencari tahu apakah Fia itu anak mamanya atau bukan dan ternyata hasilnya menunjukkan bahwa itu adalah anak dari kedua orang tuanya. Fia melakukan tes DNA di beberapa rumah sakit untuk meyakinkan dirinya sendiri kalau Fia benar-benar anak dari kedua orang tuanya.

Setelah Fia melihat hasi tes DNA itu Fia merasa senang dan juga sedih. Fia merasa senang karena kedua orang tuanya itu benar-benar orang tua kandungnya. Fia merasa sedih disebabkan karena perlakuan orang tuanya kepadanya.

Keesokan paginya Fia bangun dan langsung mandi. Setelah selesai mandi Fia menyiapkan yang dibutuhkan untuk kuliahnya. Setelah itu Fia langsung turun kebawah untuk sarapan bersama keluarganya.

“Pagi bang Dilon” sapa Fia kepada kakaknya.

“Pagi Fia.” Jawab Dilon dengan senyuman.

“Aku fikir abang tidak pulang.” Ucap Fia, karena tidak melihat abangnya tadi malam.

“Iya kemaren abang pulang kesini, tapi udah larut malam sih” ucap Dilon.

“Oh pantasan aku ngak lihat abang kemaren.” ucap Fia.

“Fia, Gimana kalau hari ini kakak yang antar kamu ke kampus?” tawar Dilon kepada adiknya.

Dilon baru mengetahui bahwa supir adiknya itu selalu telat jemput Fia. Abangnya mengetahui dari papanya. Setelah Fia memberitahukan papanya. Toni langsung memberitahukan anaknya itu.

Setelah mendengar aduan dari anaknya itu Toni sangat marah karena sang supir tidak menjalankan tugasnya dengan baik.

“Iya boleh bang,” jawab Fia dengan tersenyum.

“Pagi anak mama,” sapa sarah kepada kedua anaknya.

Sarah hanya sayang kepada Dilon karena Sarah bisa mendapatkan uang dari Dilon. Uang yang di berikan suaminya itu tidak pernah cukup sehingga Sarah meminta uang kepada anaknya. Berapapun yang Sarah inginkan pasti akan di kasih oleh Dilon.

“Pagi ma" jawab Fia dan Dilon.

“Kenapa kalian belum sarapan ?” tanya Sarah, karena melihat anak-anaknya yang belum sarapan.

“Nunggu papa sama mama” jawab Dilon yang masih bermain hanphone dan tidak menoleh sama sekali kepada mamanya pada saat menjawab pertanyaan mamanya.

Rasanya Dilon masih kecewa dengan mamanya, Dilon rasanya tidak terima dengan sekap mamanya terhadap adik kesayangannya itu.

Sedangkan Fia hanya diam saja, karena tidak ingin memunculkan masalah karena setiap Fia bicara mamanya pasti akan mencari kesalahan Fia. Dan memojokkan Fia. Sarah sengaja melakukan itu agar di mata suami dan putranya Dia selalu membuat masalah dan di cap sebagai anak yang menurut kepada orang tua. Tidak berselang lama Fia mendapatkan chat dari tante Rini.

(via chat)

Pagi fia.

Pagi tante.

Fia hari ini kita bisa ketemu tidak ?.

Ketemu? Emangnya kenapa tante ?.

Tante mau ngebahas soal desain baju sama kamu Fia.

Oh boleh tante, mau ketemu dimana tante ?.

Kita ketemu di cafe aja gimana ?.

Iya boleh tante, jam berapa tante ?.

Pagi ini bisa kan Fia ?.

Kalau pagi aku ngak bisa tante soalnya ada kuliah pagi tante.

Oh jadi kamu masih kuliah ?.

Iya tante.

Ya udah kalau gitu nanti kita atur aja ya jadwalnya untuk ketemu.

Ok tante.

Oh ya tante lupa, nanti kamu bawa gambar-gambar desain bajunya, berapa pun yang kamu gambar bawa aja ya.

Iya tante.

Sampai ketemu di cafe Fia.

Ok tante.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!