NovelToon NovelToon

Cinta Lama Belum Usai

pertemuan pertama

Pekanbaru, Januari 2018.

Denting alarm jam berbunyi memekakkan telinga bagi setiap orang yang berada di dalam rumah sederhana yang dihuni oleh dua orang dewasa dan dua orang remaja putri dan putra.

Aktivitas dimulai dengan saling berebut kamar mandi karena kedua putra dan putri itu akan berangkat ke sekolah.

Mereka hanya sebuah keluarga sederhana namun hangat.

Dor....dor...

"Dion buruan, kakak udah telat ini...." teriak seorang gadis remaja sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi yang memang hanya satu dirumah sederhana itu.

"Bentaran kak... lagi nanggung ini..." balas sang adik dari dalam.

Entah apalah yang ia kerjakan sehingga membuat sang kakak begitu kesal dengan menggerutu.

ceklek....

Terdengar pintu kamar mandi dibuka menampilkan wajah sang adik yang tanpa dosa berjalan melewati sang kakak yang akan bersiap-siap untuk memberikan kuliah subuh gratis plus ilmu ketangkasan kepada sang adik.

"Lama banget di kamar mandi...." gerutu Dara Jelita atau lebih biasa dipanggil Dara.

"Biasa lah kak... "balas Dion nyengir.

"Ishhhh..... kebiasaan banget " Dara sungguh kesal dibuatnya.

"kamu itu loh Dion, jahilnya kebangetan...." kata ibu Ami pada putra bungsunya.

"Iya Bu... Maaf...hehehe..." jawab Dion.

Setengah jam kemudian, Dara telah selesai dengan kegiatannya dan kini ia tengah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah dengan menaiki angkutan umum untuk menuju sekolah yang berjarak kurang lebih sekitar 5 km dari rumahnya.

Dara yang baru turun dari angkutan umum langsung dikejutkan oleh teman satu kelas sekaligus sahabat karibnya, yaitu Hanifa yang juga baru sampai diantar oleh supirnya.

"Ra... Aku dengar akan ada murid baru. Pindahan dari Bandung. Cakep deh..." ujar Hanifa berbinar-binar.

"oohh...." hanya itu reaksi dari Dara.

"kok cuma oh... Nggak asik kamu Ra..." sahut Hanifa cemberut.

"Terus aku harus apa?? teriak, jerit centil... Nggak ah..." tanya Dara dengan ekspresi wajah biasa saja.

"Ya nggak mesti teriak juga lah.. Tapi..." ucapan Hanifa terputus saat matanya menatap sebuah motor sport berwarna hitam melintas melewati mereka berdua yang membuat semua mata tertuju pada sosok laki-laki berpakaian seragam SMA yang dilapisi jaket jeans berwarna biru dongker.

"Ra... Ra.... itu dia cowoknya.... Cakep kan? Gila parfum nya wangi banget" jerit Hanifa seraya menepuk-nepuk bahu Dara.

Dara terdiam melihat seorang laki-laki turun dari motor yang langsung dikerubungi para gadis-gadis populer disekolah mereka.

"isshhhh.... Si Reva kebiasaan, centil banget kalau ada yang bening dikit langsung caper..." rutuk Hanifa yang juga dibenarkan oleh Dara dalam hati.

"Ya kamu juga sana samperin dan ikut kenalan siapa tahu doi naksir kamu" ujar Dara yang mendorong sahabatnya.

"Nggak ah... Aku kan belum lama putus sama Gilang masa udah punya pacar lagi... Ntar dia kegirangan karena tuduhan palsu nya terbukti yang bilang kalau aku yang selingkuh dari dia..." tolak Hanifa cemberut.

"Ya udah.... Kalau nggak mau kenalan ayo masuk kelas..." ajak Dara berjalan melewati parkiran menuju kelas mereka yang ada disisi kiri area parkir.

Tanpa sengaja mata Dara dan juga laki-laki berseragam putih abu-abu itu bertemu pandang, tapi seperti biasa Dara langsung memutuskan kontak mata terlebih dahulu.

Jam pelajaran pertama akan segera dimulai. Lagi-lagi kelas Dara dikejutkan dengan kedatangan murid baru yang membuat suasana kelas kembali menjadi gaduh. Pasalnya murid baru itu adalah laki-laki yang tadi sempat membuat heboh parkiran sekolah.

"Selamat pagi anak-anak, bapak bawa teman baru buat kalian. Pindahan dari Bandung. Silahkan perkenalkan diri kamu" ucap seorang guru yang juga wali kelas Dara.

"Hai ... Nama gu.. Ehm maksud saya, nama saya Sagara Adyaksa.." ujar murid baru memperkenalkan diri.

"Singkat ya... Kalau mau kenalan lebih lanjut nanti setelah jam pelajaran usai. Dan kamu duduk disamping Hamid.." ucap guru sambil menunjuk bangku kosong.

Sagara menurut dan duduk ditempat yang ditunjukkan oleh guru tadi yang juga posisi nya bertepatan disebelah kanan Dara dan Hanifa.

Sagara melirik ke sebelah nya dan lagi-lagi mata mereka bertemu pandang.

Baik Sagara maupun Dara tak ada saling menyapa ramah satu sama lain. Hanya memandang tanpa suara.

...----------------...

Dara jelita bukanlah gadis populer disekolah. Ia hanya siswa biasa namun pintar. Penampilannya pun biasa-biasa saja, tak ada yang mencolok dari penampilannya itu.

Dara lebih senang menghabiskan waktu menyendiri di taman belakang sekolah ataupun di perpustakaan sekolah sembari membaca buku-buku atau novel-novel romantis kesukaannya jika ia sedang jenuh dalam belajar.

Dara hanya mempunyai seorang sahabat dekat bernama Hanifa Prameswari, sedangkan sisanya hanya teman sekolah yang terkadang saling tegur dan lebih banyak acuhnya.

Namun hal itu tak membuat Dara berkecil hati, karena baginya lulus dengan nilai terbaik itu adalah impian terbesar nya.

Wajahnya juga biasa saja tidak cantik namun manis dan memiliki postur tubuh tinggi dengan kulit putih, hanya itu saja.

Karena sangking tidak populer nya seorang Dara, sehingga para cowok di sekolahnya tak pernah sedikitpun melirik padanya. Hingga usianya yang akan memasuki delapan belas tahun pun, Dara tak pernah mengenal apa itu cinta atau pacaran. Tapi setidaknya dengan hal itu ia tak pernah dipusingkan dengan masalah percintaan ABG namun ia justru selalu kerepotan dengan kisah cinta sang sahabat yang selalu saja mengeluh dengan kisah asmaranya bersama beberapa mantannya.

Hanifa Prameswari sahabat karib Dara yang selalu memiliki kisah cinta yang rumit dan dramatis. sejak dara mengenal Hanifa pertama kali sewaktu MOS diawal-awal ia menginjakkan kaki di sekolah populer Bina Bangsa, Hanifa lah yang pertama kali mendekati Dara yang selalu terlihat sendiri tanpa seorang teman pun dan lebih terlihat seperti anak hilang dimata Hanifa.

Awalnya Dara menganggap jika Hanifa hanya iseng dekat dengannya, namun lama-kelamaan mereka menjadi tak terpisahkan apalagi mereka selalu dikelas yang sama sejak awal. Dimana ada Hanifa pasti ada Dara begitu sebaliknya.

Bahkan Hanifa akan menjadi garda terdepan jika ada siswa lain merundung Dara.

Hanifa sekilas memperhatikan sikap Dara dan juga siswa baru itu yang tak sengaja ia lihat. Dalam hati Hanifa berdoa jika Dara juga harus bisa merasakan indahnya masa remaja dan indahnya jatuh cinta.

"Kenapa lihatin aku gitu? Apa ada yang aneh?" tanya Dara saat melirik tatapan menyelidik dari Hanifa.

Hanifa tersenyum penuh misteri. " Nggak ada, tapi aku mencium bau-bau cinta manis akan bersemi sebentar lagi" ucap Hanifa sembari memainkan kedua alisnya.

Dara mengernyit " Kamu udah dapat gebetan baru?" tanyanya.

"Bukan aku tapi seseorang yang akan merasakan nya nanti.." sahut Hanifa penuh teka-teki.

"Wah... Udah beralih profesi ternyata kamu mau jadi cenayang ya ... Buka praktek sana.... Lumayan bisa beli bakso itu duit nya..." sindir Dara yang lalu terkekeh dengan pemikirannya sendiri.

"Lihat saja nanti... " ucap Hanifa cuek.

Tanpa Dara sadari jika sejak tadi Sagara selalu meliriknya dan tersenyum kala Dara tersenyum.

"Manis...." batin Sagara.

Bersambung...

perpustakaan sekolah

Dara yang merupakan murid pintar disekolah tak pernah menyangka akan satu kelompok dengan Sagara yang juga menjadi murid populer tepat dihari pertama laki-laki itu bersekolah.

Sebelumnya Dara memang tak pernah peduli dengan siapa ia berkelompok dalam tugas sekolah karena sebagai murid penerima beasiswa ia tidak pernah terlalu bergaul. Satu-satunya sahabat yang ia miliki hanyalah Hanifa Prameswari. Alasan ia tak bisa bergaul dengan yang lain adalah karena ia minder dengan keterbatasannya dalam hal keuangan sementara teman-temannya adalah murid-murid dari kalangan menengah keatas yang orang tua mereka merupakan kalangan dari PNS ataupun pemilik tempat usaha menengah keatas yang berada di kota kelahiran Dara itu.

Bahkan dua tahun lalu saat Dara iseng melamar ke sekolah favorit di kotanya itu dirinya juga tidak pernah menyangka akan diterima dan sekaligus dapat bersekolah disana menggunakan beasiswa.

Kini Dara telah duduk dibangku kelas tiga yang artinya tak lama lagi ia akan lulus.

Rencana-rencana masa depan telah ia rancang dengan begitu apik. Dara ingin menjadi seorang jurnalis seperti idolanya presenter sekaligus jurnalis wanita cantik yang bernama Najwa Shihab. Meskipun Dara tidak terlalu pandai bergaul namun ia begitu lugas dan tegas kala menyampaikan materi dalam berbagai kerja kelompok, Dara selalu ditunjuk sebagai pembicara mewakili teman-teman yang lain.

"Ra... Kamu yang kerjakan ya ... " ucap Reva yang memang selalu seperti itu selalu melimpahkan semua tugas sekolah pada Dara jika mereka dalam kelompok yang sama.

Dara tidak menolak ataupun mengiyakan. Ia hanya diam saja.

"Kamu kebiasaan banget sih Reva. Selalu seperti itu jika ada tugas..." protes Hanifa yang juga rekan satu kelompok dengan Dara.

"Dara aja nggak protes kenapa kamu yang marah Hanifa... Lucu banget kamu..." ujar Reva tanpa rasa bersalah.

Hanifa yang selalu naik darah jika tiap kali ia berbicara dengan Reva. Hanifa hendak menggebrak meja seperti kebiasaan gadis itu yang selalu tempramental tapi kali ini aksi Hanifa dapat dicegah oleh sahabatnya, Dara yang sigap menahan tangan Hanifa saat gadis itu akan berdiri.

"Sudahlah Fa... It's ok.." ujar Dara menenangkan.

"Kamu jangan iyakan semua dong Ra... Nanti mereka semua kebiasaan" Hanifa masih tak terima jika Dara sahabatnya selalu diperlakukan tidak baik oleh teman-temannya yang lain.

" Sabar..."

Huft....

Hanifa membuang nafas, kesal tapi mau bagaimana lagi. Begitu lah sifat Dara yang sebenarnya membuat Hanifa terkadang kesal.

...----------------...

Jam pelajaran sesi pertama telah berakhir ditandai oleh bel pertanda istirahat.

Seperti biasa jika waktu istirahat tiba Dara tak pernah terlihat di kantin sekolah. Jika ia tak bawa bekal pasti ia akan berhibernasi di perpustakaan atau jika ia bawa bekal , ia akan makan di sudut taman sekolah sambil membaca novel kesukaannya yang ia pinjam dari perpustakaan sekolah atau perpustakaan wilayah yang selalu ia datangi ketika mencari sebuah referensi tugas sekolahnya.

Terlahir dari keluarga cukup sederhana membuat Dara harus pandai-pandai berhemat uang jajan untuk membeli segala kebutuhan atau bahkan terkadang untuk membayar uang praktek yang tidak ditanggung oleh beasiswanya meskipun ia juga bekerja part time pada sebuah warnet tak jauh dari sekolah dan rumahnya.

Dara masih mengelilingi satu lorong dimana ia sedang mencari buku yang ia butuhkan untuk tugas kelompok mereka dan kali ini dibantu oleh Hanifa karena gadis itu tidak ingin ke kantin seorang diri. Alhasil Hanifa mengekori Dara kemanapun ia pergi.

Sedang asik mencari, Dara tak sengaja bertabrakan dengan siswa laki-laki yang bertubuh tinggi dari Dara.

"Maaf..." ujar Dara singkat.

"hmm" hanya itu yang keluar dari mulut laki-laki itu dan pergi meninggalkan Dara yang mengernyit heran.

Dara mengedikkan bahu, dan kembali melanjutkan pencarian buku yang ia butuhkan.

Sedang asik mencari, laki-laki tadi menyodorkan buku ke arah Dara. Sontak hal itu membuat Dara kaget sekaligus heran.

"Buku yang kamu cari... Buat tugas kelompok kita" ujarnya.

"Terima kasih, Sagara " sahut Dara menyebut nama laki-laki itu.

Laki-laki yang tak lain adalah Sagara hanya mengangguk kecil dan berbalik meninggalkan Dara tanpa ada ucapan apapun lagi.

"Pelit ngomong" bisik Dara.

"Woi... Lihat apa?" Hanifa datang mengangetkan Dara yang masih menatap ujung lorong dimana tadi Sagara berbelok.

"Nggak, ayo... Bukunya udah dapat" ajak Dara yang mengalihkan rasa penasaran Hanifa.

Keduanya segera meninggalkan perpustakaan dan kembali ke kelas mereka karena bel pertanda istirahat pertama telah berakhir.

Mata Dara dan juga Sagara beradu pandang untuk kesekian kalinya ketika gadis itu memasuki ruang kelas. Tapi Sagara langsung memutuskan kontak mata mereka terlebih dahulu karena ia sedang asik bercerita dengan Reva and the geng yang sedang mengerubunginya atau lebih tepatnya Reva lah yang bersemangat bercerita dan Sagara entah menyimak atau tidak karena ia hanya diam saja.

"Ganjen banget si Reva... Pakai pegang-pegang tangan Gara lagi terus gatal pakai nabrak badan Gara... Ih ... Dasar centil, gatal kayak uget-uget" rutuk Hanifa yang sejak tadi memperhatikan Reva and the geng yang mengerumuni Sagara.

Dara hanya geleng-geleng kepala menanggapi ocehan dan omelan sahabatnya tanpa berniat menanggapi.

"Kalau cemburu samperin sana. Jangan uring-uringan disini, berisik Fa...." ucap Dara yang gemas dengan sikap Hanifa.

"Isshhh.... Moh aku... Lagipula aku tuh nggak cemburu cuma eneg aja gitu sama si Reva and the geng. Kalau ada cowok bening dikit langsung deh kegatalan. Coba kalau ada murid cewek yang baru masuk itu cantik dia langsung kayak ngajakin berantem..." ucap Hanifa pelan tapi menggebu-gebu.

"Ya deh .. Yang nggak cemburu, udah lah jangan marah-marah terus nanti bisa kena tekanan darah tinggi... Bahaya Fa, masa calon dokter belum apa-apa udah struk..." canda Dara yang semakin membuat bibir Hanifa maju beberapa senti.

"kamu tuh ya suka banget ngeledek aku, rasain ini..." kesal Hanifa yang langsung menggelitik pinggang Dara sehingga membuat gadis ini itu menjerit bercampur tertawa karena kegelian.

Dan hal itu tak luput dari penglihatan Sagara yang memang tak mengalihkan pandangannya dari duo rusuh itu. Tanpa disadari oleh Sagara sendiri, ia pun ikut tersenyum kecil melihat tingkah Hanifa dan juga Dara.

Reva yang melihat Sagara, cowok incaran nya lebih memperhatikan dua sahabat itu ketimbang dirinya yang sejak tadi mengajak bercerita marah sekaligus kesal. Bahkan wajahnya yang putih menjadi merah karena marah.

Reva menggebrak meja sehingga membuat murid lain termasuk Dara dan Hanifa yang sedang bercanda ikut terdiam seketika.

"Kalian berdua...." tunjuk Reva kepada Dara dan Hanifa.

"Kalau kalian mau bikin rusuh nggak usah dikelas, sana main di lapangan... Berisik tahu..!!" lanjut Reva yang ia tujukan ada Dara dan Hanifa.

"Santai lah Reva, selama ini kamu dan geng mu selalu ribut kami nggak pernah marah lantas kenapa sekarang kamu kesal pada kami. Aneh..." balas Hanifa jengkel.

"Kalian berdua...." ucapan Reva terhenti saat Sagara menarik tangan nya tanpa ucapan apapun dan hal itu berhasil membuat Reva diam.

Kelas kembali tenang saat guru jam pelajaran ketiga telah masuk kelas, tapi tidak dengan Reva yang masih menatap Dara dengan tatapan dendam.

Bersambung....

thanks Ra

Bel pelajaran terakhir telah berbunyi yang artinya semua siswa sudah bisa pulang kerumah masing-masing ataupun ada beberapa siswa yang lebih memilih untuk nongkrong di mall atau sekedar duduk-duduk santai di sekolah tapi berbeda dengan Dara yang harus bergegas menuju salah satu warnet yang berada tak jauh dari sekolahnya dan rumahnya.

Dara hari ini ada jadwal kerja part time yang biasa ia lakukan sehabis pulang sekolah.

Menjadi penjaga warnet sekaligus tempat jasa foto copy setidaknya bisa membuat ia sedikit punya tabungan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi untuk ia menggapai cita-cita yang ingin menjadi seorang jurnalis.

"selamat siang bang Romi..." sapa Dara ramah kepada pemilik kios warnet.

"siang Ra... Kok agak telat?" tanya bang Romi.

" Iya bang.... Maaf tadi ada pelajaran tambahan. Kan udah mau ujian semester akhir " jelas Dara sambil meletakkan sebungkus nasi Padang yang tadi sempat ia beli untuk mengganjal perut hingga malam nanti.

"oo.... Bentar lagi kamu lulus dong ya .. Kuliah tempat bang Romi dulu pernah kuliah aja ambil jurusan akuntansi kan kamu pintar tuh hitung-hitungan biar dapat kerjaan yang lebih mumpuni nanti nya. Jangan keburu nikah ya... Happy-happy dulu nikmati masa muda" ujar bang Romi memberikan wejangan karena ia telah menganggap Dara sebagai adiknya sendiri.

"Nanti deh aku pikirkan lagi. Bang Romi mau berangkat kerja sekarang?" tanya Dara yang melihat Romi sudah berpakaian dinas lengkap.

"Hmm..... Abang titip warnet ya... Itu udah ada catatan nya juga. " sambil menghidupkan motornya.

"Ok makasih bang.... Hati-hati di jalan " ujar Dara.

Dara kemudian mengecek catatan yang ditinggalkan oleh Romi tadi sambil membuka nasi bungkusnya.

...----------------...

Jam di dinding warnet sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat. Dara berdiri didepan teras warnet sudah mulai gelisah. Pasalnya sang adik belum juga menampakkan batang hidungnya yang hari ini berjanji akan menjemput dirinya karena sang ayah sedang sakit.

jarak warnet kerumahnya tidak terlalu jauh. Hanya saja karena Dara selalu pulang malam, hal itu membuat orang tuanya khawatir.

Dara hendak kembali kedalam warnet tapi langkahnya terhenti saat ia mendengar suara orang-orang berteriak menyoraki kata maling. Sontak hal itu membuat ia takut.

Tak lama ada seorang pria yang membekap mulutnya dan menyeretnya kembali ke dalam warnet yang pintunya hanya terbuka sedikit saja karena memang sudah selesai jam operasionalnya.

Dara ketakutan, tubuhnya bergetar.

"Diamlah, atau aku akan melukai mu" ancam pria tersebut pada Dara yang akan berontak.

Dara menurut.

Setelah beberapa menit berlalu dan sepertinya para warga tak lagi terdengar suaranya barulah pria itu melepaskan tangannya dari mulut Dara.

"Brengsek, bisa-bisanya aku dikatai maling" rutuk pria itu.

Dara berbalik dan ia terkejut saat melihat lebih dekat wajah pria itu yang tak adalah Sagara Adyaksa teman sekelasnya.

"Sorry... kamu jadi terlibat" ucap Sagara yang tak kalah kagetnya tapi berusaha mengendalikan diri.

"Kenapa..???" Dara bertanya dalam nada pelan.

"apanya?" Sagara balik bertanya.

"kenapa kamu di soraki warga sebagai maling? Apa kamu memang melakukan nya?" tanya Dara.

"Sembarangan.... Kami cuma melakukan balapan dan aku menang tapi anak-anak si**an itu tak terima dan menyoraki sebagai maling. Ck.. Apa begini main nya anak-anak daerah ini?" kesal Sagara.

"Mana aku tahu..." sahut Dara acuh.

Tak lama terdengar suara ketukan pintu yang membuat keduanya terkejut dan takut.

"Siapa???" teriak Dara .

"Kak.... Ini aku Dion. Kakak udah selesai?" sahut Dion adik Dara.

Huft....

Keduanya bernafas lega.

"Iya sebentar..." ucap Dara.

"Kamu harus keluar... Kamu nggak bisa nginap disini..." ujar Dara menyuruh Sagara pergi.

Sagara menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Pakai hoodie aku , dan kami akan mengantarmu pulang. Jadi para warga nggak akan tahu" usul Dara sambil membuka hoodie miliknya seolah tahu kegelisahan dari Sagara.

Sagara menerima dan menurut perkataan Dara. Ia juga takut tertangkap dan jadi samsak tinju dari warga.

"Loh kak.. Dia siapa?" tanya Dion kaget kakaknya keluar dari dalam warnet bersama seorang laki-laki.

"Ayo... Nanti kakak jelaskan di jalan" ucap Dara sambil mengunci pintu warnet dan memastikan keadaan sekitar aman.

Dion Menur dan menghidupkan motornya.

"Ayo naik" ajak Dara yang sudah duduk di atas motor.

"Kita naik motor bertiga??" tanya Sagara.

"Hmmm... Ayo cepat. Keburu mereka balik lagi " ajak Dara sekali lagi.

Sagara menurut dan duduk dibelakang Dara dengan posisi Dara berada ditengah.

"Rumah mu dimana??" tanya Dara.

"Jauh dari sini... Aku ikut kalian saja nanti supir papa ku jemput di rumah kalian" ucap Sagara.

"Ya sudah..." ujar Dara setuju.

Tak membutuhkan waktu lama mereka tiba di rumah sederhana milik orang tua Dara. Dan seperti kesepakatan awal, Sagara akan dijemput oleh supir pribadinya di rumah itu.

"Minum dulu.." ucap Dara yang memberikan segelas air putih pada Sagara.

Sagara meminumnya hingga tandas. Ia haus sekali setelah berlari.

"Bu... Dia teman sekelas Dara, murid pindahan dari Bandung. Dan dia ada sedikit masalah dan kebetulan tadi tak sengaja bertemu dengan Dara di warnet" jelas Dara pada sang ibunda agar beliau tak curiga tanpa mengatakan hal yang sebenarnya.

"Selamat malam Bu .. Maaf merepotkan ibu.." sapa Sagara sopan

" iya nggak pa-pa... Ibu cuma mau temani kalian disini takut nanti ada salah seorang warga sekitar yang salah sangka " ujar ibu Mirna.

Selang satu jam, sebuah mobil double cabin berwarna hitam berhenti di depan teras rumah orang tua Dara.

"Selamat malam den... Maaf, pak Amin telat.." sapa pria paruh baya yang merupakan supir papa dari Sagara yang ia minta untuk menjemputnya.

Sagara hanya mengangguk.

"Thanks Ra... Aku pamit pulang. Makasih Bu. Saya pamit..." ucap Sagara singkat tanpa basa-basi karena ia memang tak bisa berbicara manis dan muluk-muluk.

Sagara pamit dan disusul oleh pak Amin.

"Anak orang kaya kayaknya Ra.." ucap ibu begitu mobil Sagara sudah pergi menjauh.

"Kurang tahu Bu, soalnya kami nggak dekat. Hanya kebetulan satu kelompok dalam tugas aja" jelas Dara.

Ia paham. Putri nya Dara memang gadis yang tak terlalu bisa bergaul dengan orang-orang.

Hari sudah larut malam tapi Dara masih belum bisa memejamkan matanya. Ia masih berfikir, bagaimana bisa ia terlibat dalam masalah orang lain. Untung saja ia dan Sagara tak tertangkap warga, jika tertangkap pasti urusan nya makin panjang.

Hah...

Dara membuang nafas kasar.

Dara menatap langit-langit kamarnya dan merutuk dirinya sendiri karena telah terlibat dalam masalah pria itu.

Ditempat yang berbeda, Sagara memandangi hoodie milik Dara yang tak sengaja terbawa olehnya.

"Sorry Dara, karena saya kamu tak sengaja terlibat masalah saya. Ck... Tomi s**lan. Awas aja, aku akan buat perhitungan dengan kalian nanti" decak Sagara kesal.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!