NovelToon NovelToon

Resign

Episode 1

"Ini." Suara dari sang atasan setelah Felicia memberikan dokumen yang sudah disortirnya itu untuk segera ditanda tangani. Dan saat dirinya akan membacakan jadwal atasannya hari ini.

Felicia akhirnya menoleh dan dapat dilihatnya sang atasan sedang menyodorkan kartu undangan kepadanya.

"Siapa yang akan menikah pak?" Tanya Felicia sambil mengambil kartu undangan yang disodorkan atasannya.

"Saya yang akan menikah, acaranya 2 minggu lagi. Kamu harus hadir ya." Kata Felix atasan dan Felicia.

Felicia yang mendengar itu terdiam, untuk sesaat ekspresi kaget terlihat diwajahnya itu.

"Bapak ternyata punya pasangan ya, saya kira bapak selama ini jomblo loh." Ucap Felicia dengan sedikit candaan agar canggung tidak menghampiri.

"Saya sudah bertunangan cukup lama." Ucap Felix memberitahu. Memang tidak banyak orang yang tau sebenarnya dia sudah memiliki calonnya sendiri hanya keluarga dan teman dekatnya. Dan pertunangan itu sebenarnya sudah cukup lama, bahkan sebelum sekretarisnya bekerja dirinya sudah bertunangan.

Felicia yang mendengar itu hanya mengangguk paham dan mencoba kembali konsentrasi dengan pekerjaannya saat ini.

"Baik. Saya akan bacakan jadwal anda hari ini sekarang ya, pak." Ucap Felicia tidak ingin melanjuti topik tadi.

"Hari ini, pukul 09:30 anda akan menghadiri rapat di perusahaan Santosa, dilanjuti dengan makan siang bersama dengan direksi dari perusahaan Clara Beauty untuk membahas kelanjutan kerjasama antar perusahaan dan setelah selesai anda memiliki jadwal meeting lagi di perusahaan kita pada pukul 14:15. Setelah itu, jadwal hari ini sudah selesai." Ucap Felicia membacakan semua jadwal Felix hari ini.

Felix yang mendengar itu mengangguk paham.

"Oh, iya. Untuk jadwal beberapa hari ke depan apa bisa kamu undur?" Tanya Felix

Mendengar itu Felicia kembali melihat ke arah ipad ditangan membaca semua jadwal-jadwal yang harus dijalani atasannya.

"Saya akan mencoba menanyakan masalah perpindahan jadwal dengan perusahaan yang akan kita temui nanti, pak. Setelah itu, saya akan konfirmasi kembali ke bapak." Ucap Felicia lalu dia segera menuju ke ruangannya yang terletak di samping ruangan atasannya setelah pamit.

Felix hanya mengangguk saja sambil memperhatikan sekretaris itu beranjak.

'Apa aku harus membuat pintu di tembok ini ya?' Pikir Felix sambil melihat tembok yang terbuat dari kaca yang membuatnya bisa melihat sang sekretaris sedang menelpon saat ini.

Saat sedang memikirkan itu telefonnya berbunyi dengan dering yang sudah sangat dihafalnya.

"Halo, ada apa? Tumben banget telfon jam segini." Felix langsung bertanya setelah dirinya mengangkat telfon dari tunangannya.

"Nggak papa, aku cuma mau bilang aku ada jadwal ke Paris besok sayang." Balas Angel

"Loh, besok itu kita harus fitting baju kita. Dan kita harus pergi beli cincin dan lagi masih banyak yang harus kita persiapkan besok." Ucap Felix kesal dengan jadwal Angel yang baru diberitahukan kepadanya itu.

"Apa tidak bisa dibatalkan?" Tanya Felix lagi.

"Nggak bisa, sayang. Kamu tau kan ini tuh penting banget buat aku." Balas Angel.

"Ya sudah kalau tidak bisa. Nanti kita bicarakan masalah ini lagi. Sekarang aku sedang sibuk." Ucap Felix langsung mematikan sambungan telfon itu karena sudah sangat kesal tanpa menunggu balasan dari tunangannya yang sering sekali membuatnya emosi akhir-akhir ini karena jadwal yang sering diberitahu tiba-tiba seperti saat ini contohnya.

Lalu, tanpa sadar kepalanya menoleh ke arah samping dapat dirinya lihat sekretarisnya yang terlihat seperti sedang menghapus air matanya.

Membuatnya mengernyit, memikirkan apa ada sesuatu yang terjadi kepada sekretarisnya itu.

Tapi, itu hanya sesaat setelah dia melihat Felicia yang sedang melihat ke arahnya sambil mengangguk. Membuatnya berpikir dia hanya salah lihat tadinya mungkin saja sang sekretaris hanya mengucek matanya saja.

Akhirnya, Felix kembali fokus ke pada pekerjaannya yang sudah sangat menumpuk. Dia berniat mengerjakan pekerjaannya yang seharusnya untuk beberapa hari ke depan karena berniat meliburkan diri nantinya.

Terlalu fokus kepada pekerjaannya Felix bahkan nyaris melewatkan rapat.

Hingga, suara ketukan pintu berbunyi.

"Masuk." Suruh Felix.

"Ada apa?" Tanya Felix setelah melohat yang datang adalah Felicia.

"Tuan, kita sudah harus berangkat untuk menghadiri rapat." Ucap Felicia mengingatkan Felix yang saat ini sedang membaca laporan keuangan.

Mendengar itu Felix mengangguk dan mulai mengambil beberapa barang yang ada di mejanya untuk dia bawa dan dia kerjakan di perjalanan nantinya.

"Ada yang bisa saya bantu bawakan, pak?" Tanya Felicia saat melihat barang yang diambil oleh Felix lumayan banyak.

Mendengar itu Felix langsung mengangguk dan memberikan beberapa berkasnya kepada Felicia untuknya pegangi. Felicia pun langsung menerimanya dan memegang berkas yang diserahkan Felix kepadanya.

Setelah itu, mereka berdua berjalan keluar bersamaan.

"Bukankah pak Felix dan bu Felicia sangat cocok." Ucap salah satu karyawan yang melihat mereka berdua melintas dari balik dinding kaca.

Mendengar itu, beberapa karyawan yang lain ikut menimpalinya.

"Kamu benar, mereka tampak sangat serasi saat bersama bukan." Ucap yang lainnya

"Sebenarnya awalnya aku justru mengira mereka itu dua bersaudara awalnya. Apalagi nama mereka yang agak mirip itu." Kata ketua divisi di dalam ruangan itu.

"Ya, sebenarnya saya juga merasa seperti itu pak. Apalagi wajah bu Felicia dan pak Felix sedikit mirip kan." Timpal seseorang sekali lagi.

Mengabaikan para karyawan yang seperti tidak memiliki pekerjaan itu.

Sekarang Felicia dan Felix sudah dalam perjalanan ke perusahaan Santoso.

Felix dari tadi mengerjakan tugasnya. Sedangkan Felicia fokus menyetir mobil Felix seperti biasanya.

Setelah setengah jam berlalu akhirnya mereka sampai juga.

"Pak, kita sudah sampai." Ucap Felicia memberitahu Felix.

Felix langsung menoleh dan melihat sekeliling lalu menganggukan kepalanya. Setelah itu, meletakkan berkas ditangannya di kursi belakang dan mengambil berkas yang dibutuhkan untuk presentasi nantinya begitu pun Felicia yang ikut mengambil berkas dan ipad yang yang biasa dia gunakan sebagai pengganti notebook nya itu.

Setelah itu mereka segera masuk ke perusahaan itu, mereka berdua diantar oleh salah satu karyawan yang bekerja di perusahaan itu.

"Ini adalah ruang rapatnya pak, bu." Kata karyawan yang mengantar mereka berdua.

Mereka berdua mengangguk mengerti.

Felix langsung membuka pintu ruangan itu sedangkan Felicia sebelum masuk mengucapkan terima kasih terlebih dahulu.

"Terima kasih sudah mengantar kami." Ucap Felicia sambil tersenyum.

Karyawan wanita itu mengangguk dan menanggapi ucapan Felicia dengan senyumnya.

Setelah itu, dia pamit pergi meninggalkan Felicia.

Felicia sendiri pun langsung masuk ke dalam setelah wanita tadi pergi meninggalkannya.

"Kamu tidak perlu mengucapkan terima kasih bukan, itu sudah menjadi tugasnya mengantar kita." Ucap Felix setelah Felicia duduk di sampingnya.

"Ya, pak. Tapi seperti kata saya biasanya. Tidak sulit bagi kita untuk menghargai seseorang dan mungkin ada orang-orang yang merasa dihargai hanya dengan ucapan terima kasih bukan." Kata Felicia.

~bersambung

Episode 2

"Ya, apa yang kamu katakan memang tidak salah. Tapi, tidak semua orang akan menghargai kamu walaupun kamu menghargai orang lain bukan. Jadi, untuk apa semua yang kamu lakukan ini." Ucap Felix.

"Itu bukan masalah mau orang lain menghargai saya atau tidak. Karena tanggapan orang lain tidak akan menyakiti saya." Ucap Felicia.

"Yang terpenting untuk saya, saya tidak membuat orang lain sedih hanya karena pekerjaan yang orang lain kerjakan terlihat dan di anggap remeh padahal bukan berarti semua orang dapat melakukan hal yang sama bukan." Ucap Felicia.

Akhirnya sekali lagi Felix kalah berdebat dengan wanita di sampingnya saat ini. Dan Felix hanya dapat menganggukkan kepalanya.

Setelah itu mereka tidak lagi membahas topik random itu lagi.

Dan mulai mempersiapkan diri, apalagi sudah ada beberapa orang yang sudah sampai juga.

Sesekali mereka ikut berbasa-basi dengan orang-orang yang menghadiri rapat ini.

"Maaf, saya datang terlambat." Ucap seseorang yang masuk ke ruangan dengan terburu-buru. Dia adalah pemilik perusahaan Santoso.

"Tidak masalah, lagi pula kau hanya telat beberapa menit saja." Ucap salah satu orang di situ dan diangguki oleh beberapa orang lainnya.

Akhirnya rapat pun dimulai dari sekretaris dari pimpinan perusahaan Santoso yang memulai presentasinya. Mereka semua terus menyimak dan memberi tanggapan untuk hal yang tidak mereka sukai dan mereka sukai itu.

Sampai tidak terasa 2 jam berlalu begitu saja. Yang untungnya rapat kali ini bisa dikatakan cukup lancar.

"Semoga rencana itu terealisasikan dengan baik." Ucap Felix sambil berjabat tangan dengan Abima Santoso setelah itu mereka mengobrol dengan beberapa orang, begitu pun Felicia yang saat ini sedang berbincang dengan beberapa orang juga saat ini.

"Terima kasih, kalau begitu kami akan pergi terlebih dahulu." Ucap Felix setelah beberapa saat yang lalu Felicia kembali ke arahnya.

Felicia pun mengangguk kepada orang-orang yang tadi mengobrol dengan atasannya itu.

Lalu,

"Kami permisi duluan, pak." Ucap Felicia lalu mereka berdua pun mulai menjauh.

"Hari ini terasa sangat melelahkan sekali bukan." Ucap Felix tiba-tiba.

Mendengar itu Felicia mengangguk.

"Ya, hari ini terasa lebih berat dan melelahkan sekali." Ucap Felicia sambil melamun sesaat sampai dirinya tersadar kembali dan akhirnya kembali menyalakan mobil yang dia kendarai.

Dia tanpa sadar mengatakan tentang situasinya saat ini.

"Bukankah kamu terlalu berlebihan untuk mengatakan hari ini sebagai hari terberat untukmu. Padahal pekerjaan mu tidak banyak berbeda dengan sebelum-sebelumnya." Ucap Felix yang sudah kembali memegang berkas ditangannya.

"Ini hanya kata-kata semata saja kok, pak." Balad Felicia.

"Hm, begitukah. Kalau begitu tidak masalah, tapi kuharap kamu tidak mengatakan hal lainnya. Kau membuatku berpikir kau akan keluar dari pekerjaanmu saat ini." Ucap Felix.

Mendengar itu Felicia terdiam, agak kaget sebenarnya karena setelah mendapat kartu undangan dadakan tadi pagi setelah sampai ke ruangannya sendiri Felicia sempat memikirkan itu.

Tapi, saat ini dia hanya mengangguk kan kepalanya saja. Tidak berniat membalas kalimat yang dilontarkan Felix tadi.

"Pak. Apa kita langsung menuju ke tampat janjian selanjutnya pak?" Tanya Felicia

"Atau kita kembali ke kantor terlebih dahulu saat ini, pak?" Tanya Felicia sekali lagi.

"Ke tempat pertemuan itu dulu." Kata Felix.

Felicia akhirnya mengangguk dsn mulai mengendarai mobil itu ke tenpat pertemuan itu dilakukan.

"Pak, kita sudah sampai." Ucap Felicia.

Mereka berdua berjalan menuju meja yang sudah mereka pesan saat ini, Felicia terlebih dahulu memesan apa yang dirinya inginkan agar tenaganya kembali pulih.

Sambil menunggu pesananya Felicia menelfon orang-orang yang jadwal temunya diundur itu.

"Baik pak, terima kasih atas pengertiannya." Ucap Felicia. Setelah itu sambungan telfon itu pun dimatikan oleh Felicia.

Dia kemudian kembali menelfon seseorang lagi. Tali sepertinya kali ini Felicia gagal membujuk orang yang sedang ditelfonnya itu

"Baik pak, saya paham. Baik, maaf sudah mengganggu waktu anda." Ucap Felicia.

Setelah telfon mati pelayan di tempat itu meletakkan makanan-makanan Felicia.

Felicia pun langsung memakan makanan itu sampai dirinya tanpa sadar menoleh ke samping tempat atasannya duduk saat ini.

"Bapak mau makan?" Tanya Felicia saat Felix terus saja memperhatikan dirinya saat sedang makan.

Jadi, tanpa sadar dia menawarkan makananya ke atasannya itu.

"Tidak, Habiskan lah sendiri." Ucap Felicia.

Mendengar itu Felicia kembali melanjutkan makan siangnya, Felicia tetap fokus ke makanannya sampai piringnya benar-benar kosong saat itu.

Saat meja mereka sedang dibersihkan direksi yang datang ke sini untuk mencapai kesepakatan bersama terlihat berjalan ke arahnya.

"Selamat siang pak Felix." Sapa dua orang itu, setelah itu mereka berdua mengangguk sopan ke arah Felicia.

Felicia pun membalasnya dengan senyum dan menganggukkan kepalanya.

Mereka bertiga mulai memesan makanan untuk mereka makan. Felicia tidak ikut makan lagi karena dirinya sudah makan. Bahkan piring dan peralatan makannya yang lain baru saja di bawa pergi oleh pekerja di restoran ini setelah tadi di minta membersihkan meja mereka terlebih dahulu.

Sepanjang percakapan mereka, Felicia merasa sangat tidak nyaman dengan seseorang yang duduk di sebrangnya yang terus memperhatikannya dengan tatapan yang membuat risih.

Tapi, karena tidak ingin mengacau akhirnya Felicia diam saja dan mencoba fokus ke percakapan mereka sesekali dia mencatat pokok pentingnya.

Sampai akhirnya percakapan itu semakin alot dan ya.

Seperti yang dilihat hasil dari percakapan itu akhirnya tidak menemukan apa yang diingin kedua belah pihak dan berakhir dengan tangan kosong.

"Kalau begini terus mungkin kerja sama yang kita bicarakan tidak dapat dilanjutkan lagi." Ucap Felix.

"Tapi, pak. Apa tidak bisa dipertimbangkan sekali lagi?" Tanya lawan bicara itu.

"Seperti yabg anda tahu, percakapan ini tidak membuahkan hasil sama sekali dan lagi." Tiba-tiba Felix menoleh ke orang di samping lawan bicaranya itu.

Si lawan bicara langsung menoleh kearah bawahannya yang terlihat bingung.

"Ada apa, pak?" Tanya Juan lawan bicara Felix dari tadi karena bingung Felix tidak melanjutkan kalimatnya.

Felix yang mendengar itu kembali menoleh ke Juan.

"Tolong ajari bawahan anda, untuk tidak memandang orang dengan tatapan menjijikan itu." Ucap Felix.

Felicia diam saja. Tidak kaget lagi karena selama ini Felix memang sangat menjaga karyawan-karyawannya.

"Apa maksud anda?" Tanya pria yang dari tadi memang Felicia dengan tatapan m3sumnya itu.

"Pikirkan saja sendiri." Ucap Felix.

Juan yang melihat bawahannya terbawa emosi langsung meminta maaf kepada Felix dia juga menyuruh pria di sampingnya untuk meminta maaf karena tindakkan tidak sopannya itu.

Akhirnya, dengan tidak ikhlas pria itu meminta maaf.

Akhirnya Felix dan Felicia pergi terlebih dahulu setelah bersalaman dengan Juan.

~Bersambung

Episode 3

Saat ini, Felix dan Felicia sudah sampai di perusahaan.

Selama perjalanan tadi Felix terus marah-marah dan Felicia pun tidak luput terkena amarah Felix karena diam saja di perhatikan dengan tatapan mesum dari orang tadi.

Felix bahkan menyuruhnya memukul pria seperti itu daripada diam saja. Karena dia akan melindunginya apapun yang terjadi.

Mungkin, jika Felix tidak memberikan dirinya undangan tadi pagi. Felicia yakin jika dirinya akan sangat senang mendengar apa yang Felix katakan dari kemarahan pria itu.

Tapi, saat ini perasaan yang memenuhi hatinya bahkan dia tidak tau lagi itu perasaan apa.

Dan saat ini, Felicia sedang berbicara dengan seseorang yang datang keruangannya untuk menyerahkan laporan untuk Felicia periksa kembali sebelum diberikan kepada Felix atasan mereka.

"Tolong perbaiki isi laporannya sekali lagi dibagian tengah dan tabelnya ya, sepertinya terdapat kesalahan perhitungan juga di bagian ini." Ucap Felicia sambil menunjuk tabel yang menurutnya salah itu.

Mendengar itu, karyawan baru itu mendekat untuk melihat bagian yang dikatakan salah oleh Felicia.

Setelah itu dia mengangguk paham.

"Baik, bu. Kalau begitu saya permisi terlebih dahulu." Ucap Anya karyawan yabg baru di rekrut 2 minggu lalu.

Felicia hanya mengangguk saja menanggapi karyawan baru itu.

"Sepertinya cukup cekatan juga ya." Kata Felicia untuk dirinya sambil melihat Anya yang sudah keluar dari ruangannya.

'Apa aku harus mencoba mencari pekerjaan baru saja ya.' Pikir Felicia lalu menoleh ke samping untuk melihat atasannya yang sedang fokus ke laptopnya saat ini.

'Ya, kurasa lebih baik seperti itu saja. Lagi pula, jika aku tidak segera keluar bagaimana caraku move on.' Pikir Felicia lagi sambil menghela nafas memikirkan dirinya yang tidak bisa move on saat pria yang disukainya sudah menikah membuatnya takut sendiri.

Akhirnya Felicia mulai menulis surat resign nya. Dia tidak akan langsung mengirim surat itu ke HRD ataupun atasannya. Dia hanya menulisnya agar sewaktu-waktu bisa langsung dia berikan.

Mungkin setelah mendapatkan pekerjaan baru dulu contohnya.

Saat sedang mengetik tiba-tiba telepon yang berada diruangan berdering.

Felicia mengangkat telepon itu.

"Ada apa, pak?" Tanya Felicia. Dia sudah tau siapa yang menelepon saat ini, karena dapat dia lihat diruangan sebelah atasannya sedang memegang telepon itu juga.

"Buatkan aku kopi seperti biasa." Ucap Felix.

"Baik, pak." Ucap Felicia.

Felicia jadi teringat saat pertama kali dia masuk dan di suruh membuat kopi. Felicia saat itu bingung karena merasa itu bukan tugasnya.

Sampai akhirnya sekretaris Felix yang dulu memberitahu dirinya banyak hal.

Saat diawal-awal, Felicia merasa sangat berat untuk mengikuti kata-kata Felix yang banyak mau itu. Tapi, untungnya kopi buatannya tidak pernah mendapat komplain sama sekali waktu itu.

Setelah beberapa saat bernostalgia, akhirnya Felicia pergi ke ruangan Felix untuk membuat kopi. Di ruangan itu memang memilik mesin kopi dan bahkan ada kulkas yang lumayan besar di ruangan itu. Karena seringnya Felix lembur ruangan itu akhirnya dibuat senyaman mungkin agar jika sudah terlalu malas untuk pulang Felix dapat menginap di ruangan sebelah yang dibuat menjadi kamarnya itu.

Sebelum masuk, Felicia terlebih dahulu mengetuk pintu ruangan atasannya itu setelah mendengar suara sahutan dari dalam Felicia segera masuk dan berjalan ke arah mesin kopi dan mulai membuat kopi untuk atasannya itu.

"Pak, ini kopinya." Ucap Felicia setelah kopi buatannya sudah selesai dia meletakkannya ke meja Felix.

Felix menganggukkan kepalanya, setelah itu Felicia membersihkan tempat yang dikotorinya saat sedang membuat kopi tadi.

"Kopi kamu memang tidak pernah tertandingi ya." Ucap Felix tiba-tiba yang membuat Felicia menoleh. Dapat dilihatnya pria itu sedang menyesap kopi yang baru saja dia buat itu.

"Benarkah." Ucap Felicia sambil tersenyum seperti biasa Felix akan selalu memuji kopi buatannya itu.

"Ya, kuharap calon istriku daoat membuat kopi yang seperti ini nantinya." Ucap Felix sekali lagi.

"Apa nanti kamu dapat mengajarkan cara membuat kopi seperti ini kepada calon istriku?" Tanya Felix tiba-tiba.

Felicia terdiam kembali tersadar jika pria yang disukainya ini sudah akan menikah dalam waktu dekat.

Felicia hanya mengangguk mengiyakan saja. Tapi, dalam hati dia berharap tidak akan pernah bertemu dengan calon istri dari atasannya itu.

Tapi, Felix yang melihat anggukan Felicia malah terlihat sangat antusias.

"Benarkah? Kalau begitu lain kali aku akan memintanya untuk menemuimu." Ucap Felix.

"Baik, pak. Kalau begitu saya keluar dulu." Ucap Felicia setelah melihat anggukan Felix, Felicia segera pergi menuju toilet yang ada di lantai ini.

"Hah, baru mendengar kabar tentangnya akan menikah saja sudah membuatkan patah hati. Bagaimana keadaan hatiku jika bertemu dengan calon istri pak Felix." Lirih Felicia frustasi sendiri dengan situasi saat ini sampai rasanya dia ingin menangis saja saking frustasinya dia.

Hah..

Heung..

Hah..

Helaan nafas Felicia terus terdengar dari tadi.

Akhirnya setelah menenangkan isi pikirannya, Felicia memutuskan untuk kembali ke ruangannya.

Sesampainya dia di ruangannya ternyata ada beberapa orang di depan pintu.

"Kalian sedang apa di situ?" Tanya Felicia kepada mereka.

"Ini bu, kami ingin memberikan laporan akhir bulan dan laporan yang tadi sudah di revisi." Ucap salah satu dari mereka.

"Baiklah, ayo masuk dulu." Ucap Felicia yang sudah berada di depan pintu dan membukanya.

Felicia terlebih dahulu melihat laporan dari Anya karyawan baru itu. Anya yang sadar duduk dengan tegang.

"Baik, laporan ini sudah bagus. Ini akan saya serahkan ke pak Felix nanti." Ucap Felicia sambil mengangguk sekali dan tersenyum kepada Anya.

Anya juga ikut membalas dengan anggukan dari Felicia sambil tersenyum lalu dia pergi dari ruangan itu karena tidak ada yang perlu dia lakukan di sana.

"Ini laporannya bu akhir bulan ini, dan ini laporan akhir bulan yang lalu." Ucap salah satu ketua divisi di perusahaan ini.

Felicia membaca isi laporan itu lalu mengangguk. Tidak ada yang perlu di revisi dari laporan yang dia baca ditambah hasil penjualan bulan ini dari perusahaan ini naik dengan cukup signifikan juga.

"Seperti biasa, pekerjaan kalian sangat rapi." Ucap Felicia.

"Terima kasih atas pujiannya, bu." Ucap ketua divisi itu.

"Bu." Panggil orang yang duduk di samping ketua divisi dibidang keuangan itu.

Felicia menoleh kearahnya.

"Ada apa?" Tanya Felicia.

"Hari ini ada divisi kami akan merayakan pesta penerimaan karyawan baru yang telat. Karena banyak karyawan yang suka dengan ibu, mereka meminta ibu ikut diundang nanti malam." Ucap karyawan yang bernama Christ itu.

"Tumben sekali karyawan baru meminta hal seperti itu. Biasanya mereka tidak ingin ada orang yang dekat dengan atasan yang ikut haha." Ucap ketua divisi keuangannya itu.

"Ya, sebenarnya banyak yang ingin mengundang bu Felicia untuk hadir sih dari karyawan lama pun banyak yang menginginkan kehadiran bu Felicia." Ucap orang yang duduk di samping ketua divisi keuangan.

"Apalagi banyak dari karyawan-karyawan kita yang diajari oleh bu Felicia sampai pandai dengan tugas mereka." Lanjutnya Christ sekali lagi.

~Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!