“Mas.. aku hamil..!!” Sandra mengatakan kepada Mike pacarnya sembari menunjukkan hasil dari testpack yang dia pegang.
Dengan tangan gemetar Mike pun menerima testpack yang dia terima dari Sarah.
“Hah?? Hamil?? Waduh.. Jadi gimana Sandra?”
“Aku nggak tahu mas. Makanya aku tanya sama mas. Ini kok malah ditanya balik ke aku sih?” Protes Sandra.
“Mas juga bingung mau ngapain Sandra. Apa kita menikah saja? Kemaren kan mas sudah bilang kalua terjadi apa-apa mas akan tanggung jawab sama kamu.” Mike langsung berniat bertanggung jawab atas janin yang ada di Rahim Sandra.
“Nikah?? Hello.. Yang benar saja mas? Usia kita saja masih belum sampai dua puluh tahun dan kita juga masih baru semester dua. Mau dikasi makan apa nanti anak itu.”
“Trus gimana? Kamu juga kan lagi hamil. Apa kamu mau sampai janin di perut kamu itu makin membesar dan kamu malu?’
“ Ya jangan sampai besar dong mas.”
“Maksudnya? Kamu mau gugurin anak itu?” Spontan Sandra mengangguk mengiyakan perkataan Mike.
“Hah??? Kamu sudah gila? Mau berapa banyak dosa lagi yang mau kamu buat Sandra? Perbuatan kita saja sudah salah dengan melakukan hal itu sebelum kita nikah sekarang kamu nambah dosa lagi?” Tanya Mike dengan suara keras.
“Lebih dosa mana membuang janin itu sekarang atau membiarkannya hidup namun kita menyia-nyiakan keberadaannya. Hidupnya akan menderita karena punya orang tua kayak kita yang sama sekali nggak bisa mempertanggung jawabkan perbuatan kita dan membiarkannya dia menderita di dunia tanpa tahu harus melakukan apa di dunia ini?” Sandra memaparkan kenyataan yang kemungkinan terjadi kalau mereka tetap mempertahankan janin itu.
“Tapi Sandra? Apa kamu tega dengan anak kamu sendiri? Apa kamu tega membunuh anak kamu sendiri?’
“Sekarang ini bukan masalah tega atau nggak. Yang terpenting sekarang adalah masa depan anak itu. Dan masa depanku juga.”
“Maksudnya?
“Aku nggak mau dong di usia kayak gini harus menggendong anak dan masa depanku terhenti. Apa kata dunia coba. Seorang Sandra yang merupakan bidadari kampus harus hamil di luar nikah trus harus urus anak di usia yang seharusnya merupakan waktu untuk mencari jati diri.” Protes Sandra.
“Kalau tahu gitu kenapa kamu mau melakukan hal itu samaku?”
“Itu adalah kesalahanku yang terbesar. Aku menyesal karena melakukan hal itu dengan mas. Awalnya aku ingin coba-coba saja. Karena banyak teman-teman yang bilang melakukan hubungan suami istri itu enak dan merupakan surga dunia. Ya.. aku penasaran saja dan mencoba melakukannya dengan mas. Kan nggak ada salahnya. Salah mas sendiri kenapa nggak pakai pengaman saat itu. Kalau nggak kan hal ini nggak akan terjadi dan semuanya dapat kita anggap seperti nggak ada apa-apa.” Protes Sandra
“Dasar kamu cewek gila. Mana ada sih seorang gadis yang bilang pengen melakukan itu hanya demi coba-coba saja.” Mike mendengus dengan kesal mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Sandra.
“Biarin aja. Suka-suka aku dong. Ini kan tubuh milik aku. Terserah aku dong mau diapain.”
“Dasar cewek stress. Ya udah terserah kamu aja deh mau ngapain. Kalau kamu mau menggugurkan anak itu ya terserah. Tapi kalau kamu butuh aku mempertanggung jawabkan perbuatan kita dengan menikahi kamu, aku dengan senang hati menikahi kamu. Urusan bagaimana nanti kita menjalani kehidupan pernikahan kita kamu nggak usah pikirkan. Semua anak ada rezekinya. Jangan khawatirkan akan hal tersebut.” Jelas Mike dengan nada kesal pada Sandra.
“Aku mau menggugurkan anak ini saja. Aku mau melanjutkan hidupku dan nggak mau terpuruk karena masalah ini.” Sandra memutuskan hal ini.
“ Ya udah. Kalau kamu mau menggugurkan janin itu berarti kita putus.”
“Terserah.. Aku juga nggak butuh laki-laki kayak kamu. Nggak penting. Orang kayak kamu bisa aku dapat secepatnya dengan kecantikan yang aku miliki dan status keluargaku yang lumayan di pandang orang lain. Jadi hidupku nggak akan susah tanpamu.
“Baiklah kalau kamu maunya gitu. Aku pun nggak akan marah. Tapi kalau kamu berubah pikiran dan menginginkan aku bertanggung jawab. Telepon saja aku. Dengan senang hati aku akan menikahi kamu.”
“Nggak. Sampai kapan pun aku nggak akan berubah pikiran. Aku akan tetap menggugurkan anak ini dan kembali bebas seperti dulu.”
‘Terserah apa katamu. Aku nggak peduli. Yang jelas aku sudah menawarkan diri untuk bertanggung jawab namun kamu nggak mau kalau aku yang jadi suami kamu. Ya sudah. Aku nggak akan memaksakannya sama kamu.” Mike semakin kesal melihat kelakuan Sandra
“Aku nggak butuh kamu bertanggung jawab atas diriku. Aku bisa mengurus diriku sendiri.”
“Baiklah. Jangan pernah menyesali keputusan kamu ini ya..!!” Mike mengingatkan Sandra terakhir kalinya sebelum dia pun akhirnya pergi menjauh dari Sandra.
Pada dasarnya Mike memanglah mencintai Sandra dan memang memiliki keinginan untuk menjalin kehidupan rumah tangga dengan Sandra dan membentuk sebuah keluarga kecil dan Bahagia. Namun melihat sikap dan kelakuan Sandra yang sama sekali tidak menghargai dirinya, Mike pun menjadi kesal dan tidak ingin melanjutkan lagi hubungan mereka. Mike merasa direndahkan oleh Sandra.
“Terserah mau kamu apa.. Yang jelas aku udah berusaha meyakinkan diri kamu kalau aku bisa jadi suami dan ayah yang baik buat anak yang di dalam kandungan kamu. Tapi kamu sendirilah yang nggak mau, jadi aku nggak akan memaksa kamu, aku hanya bisa mendoakan semoga kedepannya kamu sadar dan tidak mengulangi lagi hal seperti itu. Aku juga mendoakan kebahagiaan kamu di masa depan dengan orang yang tepat dan mencintai kamu dan membahagiakan kamu tanpa melihat masa lalu kamu yang suram.”
Mike pun melihat Sandra untuk terakhir kalinya dan membalikkan badannya dan segera pergi dari sana meninggalkan Sandra yang sedang galau sendirian.
Seperginya Mike, Sandra melihatnya dengan perasaan yang beraneka ragam. Namun, Sandra sudah bertekad akan meninggalkan masa lalu nya bersama dengan Mike dan berjalan melangkah ke arah masa depan yang menurutnya akan cerah tanpa harus bersama dengan Mike dan juga menghilangkan benih yang sedang tumbuh di perutnya sekarang ini.
Sandra pun mengambil handphone nya dan mencari di internet dengan keyword “CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN”. Sarah mengetikkan keyword tersebut dengan antusias.
“Ahh.. coba yang alami dulu deh dengan makanan pantangan ibu hamil..!!” Gumam Sandra sendirian saat membaca artikel yang dia cari tersebut.
” Beberapa makanan yang perlu di hindari saat sedang hamil yakni : 1. Nanas karena dalam buah nanas terkandung enzim yang disebut protease bromelin, yang akan memberi efek buruk sehingga dapat mengakibatkan keguguran pada ibu hamil. 2. Buah Delima akan menyebabkan kontraksi pada rahim, sehingga sangat berpotensi mengalami keguguran. 3. Durian karena di dalam durian, mengandung asam arachidonat dan alkohol, apabila dikonsumsi secara berlebihan dapat membahayakan janin dan menyebabkan keguguran. 4. Keju karena, jenis keju tersebut bisa menjadi salah satu masuknya bakteri dan menjadi penyebab dari keguguran. Wah..!! Boleh di coba nih manatau berhasil daripada aku harus ke bidan atau dukun beranak yang katanya sakitnya luar biasa mending coba makan makanan ini dulu deh banyak-banyak.” Ide Sandra saat membaca artikel dari internet tersebut.
“Eh.. Ada lagi nih.. beberapa jenis minuman pun juga memiliki potensi untuk menggugurkan kandungan. Inilah jenis minuman yang harus Ibu hamil hindari. 1. Minuman yang tinggi kafein, 2. Teh herbal, 3. Minuman beralkohol, 4. Susu dan jus buah yang tidak dipasteurisasi (sterilisasi kuman melalui pemanasan suhu). Ini juga bagus, aku coba juga deh..!” Niat Sandra.
Setelah membaca artikel tersebut, Sandra lalu pergi dari tempat tadi dan bergegas pergi ke Supermarket terdekat untuk membeli semua makanan dan minuman yang merupakan pantangan untuk di konsumsi ibu hamil tersebut. Namun baru sampai di depan pintu keluar masuk café tempat Sandra dan Mike tadi bertemu, Sandra kebetulan melihat salah seorang temannya. Sandra pun menyapa temannya tersebut.
“Hai.. Santi…!!’ Sapa Sandra dengan ramahnya.
“Eh.. ada Sandra.. Sedang apa kamu di sini? Trus kok sendirian? Mike mana?” Santi menyapa kembali Sandra dengan ramah dan heran melihat Sandra hanya sendirian keluar dari cafe tersebut. Sebab biasanya kemana-mana Sandra akan selalu ditemani oleh Mike yang mereka tahu adalah pacar dari Sandra tersebut.
“Mike baru saja pulang Santi. Tadi dia di telpon dosen katanya ada makalah tugas kelompok mereka yang salah, dan Mike diminta dating untuk memperbaiki makalah tersebut. Trus kamu sendiri kenapa di sini sendirian?” Tanya Sandra balik.
”Ehmm.. Itu.. Tadi aku baru dari klinik itu..” Tunjuk Santi dengan malu-malu.
Sandra memperhatikan arah yang ditunjukkan oleh tangan Santi.
“Anjirr.. Ngapain kamu ke klinik itu? Bukannya itu klinik..?? Apa jangan-jangan kamu..???” Sandra nggak berani melanjutkan perkataannya namun melihat dari wajah Santi, Sandra tahu kalau tebakannya nggak salah.
“Ekhemm.. Iya Sandra..!” Cicit Santi dengan suara pelan memberitahukannya pada Sandra..
“Astaga Santi..!! Kok bisa? Gimana ceritanya??” Sandra terkejut mendengarnya. Padahal setahu Sandra, Santi itu adalah gadis baik-baik dan pendiam. Sandra heran kenapa Santi bisa jadi seperti itu.
“Panjang ceritanya Sandra. Aku malu cerita di sini.”
“Baiklah berhubung aku lagi nggak ada kerjaan. Kita cari tempat sepi dan kamu bisa menceritakan semuanya sama aku.” Ajak Sandra.
“Iya Sandra. Aku pun pengen cerita banget. Sesak banget yang kurasakan saat ini.” Santi bicara dengan menahan tangisnya.
“Ya udah ayo ke sana. Di sana tempatnya sepi..!!” Ajak Sandra
“Baiklah Sandra.”
Santi pun mengikuti kemana Sandra pergi mengajaknya. Dia memang sangat membutuhkan teman untuk cerita agar perasaannya tenang. Lagipula dia dan Sandra sudah kenal dan dekat sejak kecil. Jadi Santi nggak akan malu cerita ke Sandra.
“ Oke.. Kita sudah sampai di sini. Coba kamu ceritain deh apa yang sebenarnya terjadi..!!’ Sandra yang sudah menemukan tempat yang cocok agar Santi mau cerita pun segera menyuruh Santi duduk dan mencoba mengorek cerita di balik kejadian itu.
“Hiks.. hiks.. Sandra..!!” Santi yang belum sanggup cerita pun langsung menangis dan memeluk Sandra setelah mereka duduk dengan damai di tempat itu.
”Ada apa? Coba cerita kenapa bisa kamu seperti ini? Bukannya kamu memegang teguh kalau kesucian seorang gadis itu hanya dipersembahkan untuk pria yang akan menjadi suaminya kelak?” Tanya Sandra yang heran dengan kejadian yang dialami oleh Santi.
“Hikss. Hiks… Iya Sandra. Dulu memang aku berprisip seperti itu. Tapi kenyataannya aku sendiri yang melanggar semua itu. Ini semua karena aku dan Riko kebablasan. Kami kemaren terbawa suasana dan tidak sengaja melakukannya.” Jelas Santi sembari masih menangis
“Trus kenapa kamu harus menggugurkannya? Apa Riko nggak mau bertanggung jawab dengan janin yang ada di kandungan kamu itu?” Tanya Sandra lagi.
“Nggak Sandra. Riko bilang dia ingin focus kuliah dan tidak mau membuat orang tuanya sedih dan kecewa kalau dia harus menikah karena menghamili anak orang. Apalagi Riko adalah anak sulung di keluarganya dan merupakan contoh bagi adik-adiknya yang masih sekolah.” Jelas Santi lagi.
“Alasan.. Mana boleh seperti. Harusnya kamu harus memaksa dia untuk bertanggung jawab pada kehamilan kamu. Bukan hanya mengatakan alasan dia tak bisa bertanggung jawab saja. Itu namanya pengecut dan nggak boleh dibiarkan begitu saja. Kamu harus nya marah dong bukan hanya pasrah dan menerima keputusan yang dia bilang saja.”
“Satu sisi aku memang nggak terima saat dia bilang kayak gitu, namun di sisi lain, apa yang dikatakan Riko itu benar. Aku pun nggak mau punya anak sekarang. Aku masih pengen kuliah dan bekerja di perusahaan besar sesuai dengan keinginanku dan keinginan kedua orangtuaku. Jadi aku menerima keputusannya untuk menggugurkan anak ini.”
“Apa kamu nggak takut waktu di kuret?”
“Ya takut lah. Namanya juga pengalaman pertama.”
“Jadi kamu sudah melakukannya atau belum?”
“Melakukan apa? Aborsi?” Santi memperjelas apa maksud pertanyaan Sandra.
“Iya.. Soalnya aku lihat kamu santai saja dan kayak nggak ada terjadi apapun atau merasakan sakit apapun saat ini. Kayak tidak terjadi apa-apa gitu.” Sandra memperhatikan Santi dari atas sampai ke bawah.
“Hmmm… belum Sandra. Aku masih hanya tanya-tanya saja. Aku belum berani.” Santi berkata jujur.
“Jadi rencananya kamu melakukannya kapan?” Sandra menjadi kepo dan tidak sabaran.
“Hmmm.. belum tahu Sandra. Di samping aku takut. Uangku pun nggak ada. Aku kan bukan anak keluarga berada kayak kamu Sandra. Jadi uang segitu agak sulit untuk aku dapatkan” Jujur Santi.
“Minta dong sama Riko. Jangan biarkan dia lepas tanggung jawab gitu dong.” Sandra emosi mendengar apa yang dikatakan Santi.
“Nggak Sandra. Kamu tahu sendiri kan kalau keadaan ekonomi keluarganya lebih parah dari ekonomi keluargaku.” Santi pun mendengus pasrah dengan keadaan nya saat ini.
“Astaga..!!” Sandra pun bingung mau berkata apa lagi.
Dari kejadian Santi, Sandra baru sadar kalau dirinya beruntung dan mengalami nasib yang berbeda dengan apa yang terjadi di dirinya. Sandra begitu keras kepala ingin menggugurkan anaknya sementara Mike sama sekali nggak setuju Sandra membuang anak mereka. Sandra pun terdiam merasa dirinya lebih beruntung dari Santi. Mereka berdua sama-sama hamil diluar nikah namun nasib mereka berbeda. Riko pacarnya Santi tidak menginginkan janin mereka bahkan nggak bisa memberikan uang untuk menggugurkan kandungannya sementara Sandra sendiri tidak menginginkan janin tersebut padahal Mike berkata kalau dia siap bertanggung jawab dengan janin yang ada di perutnya.
Sandra pun terdiam sejenak dan memikirkan semuanya itu di dalam hatinya. Sandra merasa harus membantu Santi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Sandra nggak tega melihat Santi menangis terus seperti itu.
“Ya sudah, sekarang hapus air mata kamu, Aku akan membantu kamu menyelesaikan masalah kamu itu.”
“Kamu akan membantuku apa?”
“Kalau kamu memang ingin menggugurkan kandungan kamu. Aku akan membantu kamu untuk membayarkan biayanya sebelum kandungan kamu semakin besar dan makin susah menggugurkannya.”
“Beneran Sandra? Kamu yakin?” Tanya Santi penuh harap.
“Ya, aku akan membantu kami tapi dengan syarat kamu harus melupakan segala sesuatu yang terjadi dengan Riko dan anggap semua hubungan kalian itu sebagai masa lalu yang harus dilupakan. Dan kamu harus memulai masa depan kamu dengan penuh semangat dan jangan mengulangi kesalahan yang sama di masa depan.” Syarat dari Sandra.
“Baiklah Sandra. Aku akan mengikuti semua syarat yang kamu berikan ke aku. Setelah masalah ini selesai aku pasti akan melupakan hubunganku dengan Riko dan mulai memikirkan kehidupanku sendiri dan focus kuliah agar dapat membanggakan kedua orangtuaku.” Janji Santi pada Sandra.
“Bagus Santi. Itu baru Santi yang ku kenal. Santi yang penuh semangat untuk menggapai cita-citanya. Bukan Santi yang sekarang ku kenal yang hanya bisa menangis dan menangis meratapi nasibnya tanpa berbuat apapun untuk mengubah nasibnya.”
“Iya Sandra. Terima kasih banyak kamu sudah mau mendengar curhatku dan juga membantuku menyelesaikannya. Aku janji kalau di masa depan nanti aku kaya dan sudah bisa mencapai apa yang menjadi cita-citaku, aku akan membantu kamu kalau kamu ada kesulitan apapun.” Janji Santi dengan sungguh-sungguh.
“Iya.. iya.. Nggak usah diperpanjang lagi. Ayo kita balik ke klinik itu dan buang janin yang ada diperut kamu dan mulailah kehidupan kamu yang baru tanpa harus mengingat lagi masa lalu kamu yang buruk. Apa kamu sudah siap?”
“Hmm.. sebenarnya aku masih takut dan belum siap. Tapi kalau menunggu aku siap, aku rasa nggak akan ada seorangpun yang akan siap jika dirinya harus menghadapi masalah ini. Walaupun itu perempuan kuat seperti kamu Sandra. Aku rasa kamu pun nggak akan pernah siap jika berada di posisiku.”
Sandra pun terdiam dan memandang Santi dengan perasaan yang bercampur aduk. Sandra merasa mungkin yang dibilang Santi tersebut memang benar adanya. Sekuat dan semandiri apapun dirinya saat ini apa mungkin dia akan kuat menghadapi hal ini sendiri tanpa adanya Mike yang akan menemaninya.
“Apakah benar yang dikatakan Santi barusan. Apa benar aku juga nggak akan kuat jika menghadapi kehamilan diluar nikah seperti saat ini? Akankah aku juga akan merasa lemah jika berada di posisinya. Tapi kan aku sekarang juga sedang hamil seperti Santi. Aku nggak merasa takut atau pun menderita seperti apa yang dirasakan Santi? Apakah aku hanya merasa sok kuat dan sok hebat saja dan memiliki gengsi tidak mau di bantu Mike? Ahh.. aku yakin nggak seperti itu. Aku yakin kok aku bisa. Aku yakin bisa melewati hal ini sendiri tanpa bantuan Mike.” Batin Sandra dengan masih merasa hebat dan kuat.
“ Nggak usah banyak dipikirin Santi. Yang sekarang itu yang jadi focus kamu itu adalah bagaimana caranya agar janin yang ada di perut kamu itu secepatnya hilang dan kamu bisa melanjutkan hidup kamu.”
“Iya kamu benar sih Sandra. Baiklah kalau gitu. Kapan kamu punya waktu Sandra?”
“Kalau kamu mau, sekarang pun aku bisa. Mumpung hari ini aku nggak ada kerjaan dan jadwal kuliah apapun.” Jawab Sandra langsung.
“Hah?? Sekarang? Apa nggak kecepatan?”
“Nggak dong. Malah semakin cepat semakin bagus.’Ucap Sandra meyakinkan.
Santi memikirkan apa yang dikatakan oleh Sandra dan berpikir kalau semua itu benar. Santi pun meyakinkan dirinya dan akhirnya dia mengikuti saran Sandra.
“Baiklah Sandra. Aku siap kalau hari ini aku harus membuang janin yang ada di dalam perutku ini. Tapi kamu temani aku ya saat proses nya. Aku nggak percaya pada siapapun kecuali kamu Sandra.” Pinta Santi pada Sandra.
“Ya.. aku akan menemani kamu deh. Tenang saja.” Sandra pun memastikan akan ikut menemani Santi ke klinik tersebut.
“Terima kasih banyak ya Sandra. Kamu adalah teman aku yang paling baik.”
“Sama-sama Santi. Santai saja.” Sandra pun tersenyum untuk mencairkan suasana yang ada di antara mereka berdua.
Tanpa menunda waktu lagi, Sandra dan Santi pun sampai di sebuah klinik yang dikenal dapat membantu seseorang untuk menggugurkan kandungan. Mereka berdua memberanikan diri masuk ke dalam klinik tersebut setelah bertanya pada satpam yang ada di sana. Maklum saja Namanya juga akan melakukan perbuatan yang illegal sudah pasti mereka pun pasti menutup-nutupi kegiatan tersebut dan hanya segelintir orang saja yang mengetahui adanya kegiatan tersebut di klinik bersalin tersebut.
Setelah melewati serangkaian petunjuk yang mereka tanya sana sini di klinik tersebut, akhirnya Sandra dan Santi tiba di sebuah kamar tersembunyi di klinik tersebut. Tepatnya di ujung Lorong paling dalam klinik tersebut yang disamarkan dengan adanya penyimpanan obat di depannya dan memiliki pintu rahasia masuk ke dalam ruangan tersebut dibalik salah satu rak obat yang dapat digeserkan di sana.
“Silahkan masuk nona-nona.”Sambut seorang perawat yang membawa mereka ke dalam ruangan tersebut setelah memastikan bahwa Sandra dan Santi adalah orang yang benar-benar akan melakukan perbuatan tersebut bukan seseorang yang menyamar untuk membongkar kegiatan illegal mereka.
“Makasih suster.” Sandra dan Santi pun mengikuti suster itu ke dalam ruangan tersebut.
Sandra dan Santi melihat sekitar ruangan tersebut. Mereka berdua heran dan saling berpandangan saat melihat ruangan yang mereka masuki tersebut seperti bukan ruangan untuk menangani pasien malah terlihat sebagai tempat penyimpanan obat yang di beli dari supplier.
Santi pun berbisik pada Sandra.
“Sandra, apa kamu yakin kita pergi ke tempat yang benar? Soalnya tempat ini bukan seperti ruangan untuk melakukan hal itu deh. Takutnya kita dibawa ke tempat berbahaya dan dapat membuatku celaka. Yang nantinya bukan hanya membunuh janin yang ada di janinku malah juga akan membunuhku.” Santi bersuara dengan pelan agar tidak di dengar oleh suster yang ada di depan mereka.
“Hush.. Pelan-pelan ngomongnya. Nanti suster itu dengar dan kita bisa dalam bahaya.” Sandra memperingatkan Santi.
“Aku jadi takut Sandra..!!” Santi memegang tangan Sandra dengan erat untuk menghilangkan ketakutannya.
“Santai Santi. Jangan takut. Ada aku disamping kamu. Jangan terlalu dipikirkan.” Sandra menguatkan Santi.
“Iya Sandra. Untung saja memang ada kamu di sini, Kalau nggak aku udah pasti melarikan diri dari sini dan melupakan rencana untuk menggugurkan janin ini. Lebih baik aku melahirkannya dan memberikan bayi ini kepada keluarga muda yang membutuhkan anak dari pada aku harus menghadapi keadaan seperti ini.” Santi mengatakan apa yang ada di hatinya pada Sandra.
“Udah.. Santai saja. Ayo kita ikuti dulu prosedurnya. Nggak perlu takut. Ada aku di sini.” Santi pun mengangguk menuruti apa kata Sandra walau di hatinya masih banyak keraguan dan ketakutan.
Akhirnya setelah melihat suster itu berhenti di depan sebuah rak obat dan memastikan Santi dan Sandra masih mengikutinya. Suster itu pun diam sejenak dan berbalik menghadap ke arah Santi dan Sandra.
“Hmmm… apa kalian sudah siap? Atau masih ada keraguan dan niat untuk membatalkannya? Ini adalah saat terakhir sebelum saya membawa kalian ke orang yang akan menangani kalian nantinya.” Suster itu berkata pada Santi dan Sandra.
Keduanya pun saling berpandangan terutama Santi, karena saat ini Santi hanya tahu bahwa hanya dirinyalah yang saat ini akan melakukan aborsi sementara Sandra hanya akan menemaninya melakukan perbuatan tersebut. Padahal sebenarnya Sandra ingin memperhatikan juga bagaimana cara kerjanya dan meneliti apakah melakukan hal tersebut akan aman buatnya nanti atau tidak untuk menentukan apa yang akan diperbuatnya setelah ini.
“Gimana Santi? Apa kamu sudah siap?” Tanya Sandra pada Santi untuk meyakinkannya.
“Aku siap Sandra..!” Dengan meyakinkan diri sendiri Santi pun menjawab Sandra.
“Oke baiklah.” Sandra mempererat pegangannya pada Santi.
“Bagaimana? Kalian siap?” Suster itu meyakinkannya sekali lagi.
“Ya.. Kami siap suster.” Sandra mewakili mereka berdua untuk menjawab suster tersebut.
“Oke baiklah. Kalau begitu kita masuk sekarang. Dan sekali lagi saya ingatkan, apapun nantinya terjadi di dalam sana bukan merupakan tanggung jawab kami. Kalian tadi sudah menandatangani surat perjanjian tersebut. Dan kalian juga tidak bisa menuntut kami kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi nantinya sebagai konsekuensi atas tindakan ini. Saya tidak menakut-nakuti. Tapi untuk melakukan aborsi tidak semua tubuh wanita itu kuat menghadapinya sama dengan melahirkan. Karena resikonya besar dan itu bisa berhubungan dengan kehilangan nyawa sendiri.”
“Iya kami tahu suster. Dan kami janji tidak akan melanggar surat perjanjian yang kami sudah tanda tangani tadi.”
“Baiklah. Ayo kita masuk.” Sandra dan Sinta menganggukkan kepalanya dan mengikuti suster itu.
Setelah melihat Sandra dan Sinta sudah siap masuk ke dalam, suster itu pun memasukkan kode di mesin pemindai yang ada di samping rak obat yang ada di sana. Dan dalam waktu dekat rak tersebut pun bergeser dan memperlihatkan ada sebuah pintu lain di balik rak tersebut.
“ayo masuk..!” Suster tersebut pun segera membuka pintu itu dan memperlihatkan apa yang ada di dalam ruangan tersebut.
Sandra dan Sinta dengan segera memasuki ruangan tersebut mengikuti suster tersebut. Sesampainya di dalam Sinta pun melihat sekeliling ruangan itu satu per satu detailnya. Didalam ruangan itu terliahat seperti ruangan operasi yang dipenuhi beberapa alat medis yang lumayan banyak dan canggih. Ada juga sebuah ranjang yang digunakan oleh pasien di dalam sana dengan sebuah meja operasi yang berisikan berbagai jenis pisau operasi dan berbagai hal yang menyangkut di dalamnya.
“Wah.. di dalam ini peralatannya lengkap juga ya San..! Seperti yang ada di drakor yang berkisah tentang dunia kedokteran.” Santi memuji ruangan yang baru dilihatnya tersebut.
“iya juga ya San. Bagai masuk ke dunia cerita. Dan kali ini kita menghadapinya secara live alias kita sendiri yang menjadi pemeran utamanya kali ini.” Sandra pun berpendapat yang sama dengan Santi.
“Benar. Ish.. Jadi nggak sabar deh tidur di ranjang itu dan jadi pasien di sana. Mana tahu kan dapat dokter yang gantengnya melebihi opa-opa korea. Ikhlas deh kalau harus berakhir di ranjang itu.” Ucap Santi dengan penuh semangat.
“Hush..!! Kalau ngomong itu yang benar. Omongan itu doa loh. Walau seganteng apapun dokternya kamu harus berusaha untuk keluar hidup-hidup dari sini. Jangan pasrah kayak gitu.” Hardik Sandra.
“Iya.. Iya. Aku kan cuma bercanda sih.. Biar nggak tegang aja Sandra.” Santi mengerucutkan bibirnya karena omelan Sandra.
“Iya. Tapi lain kali bercandanya jangan kayak gitu ya. Aku seram mendengarnya.”
“Siap Sandra.” Santi tersenyum mengatakannya.
Sandra pun tidak memperdulikan lagi apa yang dikatakan Santi. Dia hanya focus melihat sekelilingnya. Seketika bulu kuduk Sandra merinding seakan dia dapat merasakan adanya sesuatu yang buruk akan terjadi di tempat ini sebentar lagi. Sandra melihat suster tadi sedang mempersiapkan apa yang diperlukan untuk aborsi Santi.
“Siapa yang duluan ditangani?” Tanya suster tersebut setelah selesai mempersiapkan alat-alatnya.
“Saya suster. Sebenarnya hanya saya yang akan melakukan aborsi. Sandra hanya menemani saya saja.”
“Ooo gitu. Tapi kok kayaknya saya melihat kalian punya masalah yang sama ya?’ Suster itu sudah memiliki pengalaman dengan gadis-gadis seperti Santi dan Sandra ini. Jadi dia tahu gadis mana yang bermasalah dan mana yang nggak.
“Nggak suster. Hanya saya saja yang bermasalah.” Santi meyakinkan sang suster.
“Ya sudah kalau gitu. Kamu langsung ke ranjang itu saja. Saya akan memberikan kamu suntik bius.”
“Loh, suster yang langsung melakukan prosesnya?’
“Bukan saya. Nanti akan ada dokter kok yang menangani kamu. Saya hanya membantu memberikan bius total agar nanti kamu nggak terlalu kesakitan dalam prosesnya.”Jelas suster tersebut.
“Ooo gitu. Baiklah.” Santi pun mengerti apa yang dikatakan oleh suster tersebut.
“Kalau gitu, silahkan tidur di sana sekarang.”
“Baiklah.” Santi menuruti apa yang dikatakan suster tersebut agar semua prosesnya cepat selesai dan masalahnya pun segera teratasi sebelum semuanya terlambat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!