"Saya mau menikahi kamu. "
Ucapan itu terlontar dari mulut seorang abdi negara bernama Raka, Raka berusia 35 tahun saat ini.
Di usianya yang sekarang Raka sudah memiliki pangkat Mayor Infanteri yang betugas sebagai seorang Ajudan orang penting di Ibu kota.
Pengkhianatan sudah berhasil membuat diri kesatria Raka mundur dari pertarungan percintaannya.
Maka dari itu Mayor Raka memilih untuk fokus pada karir kemiliterannya.
Raka memiliki usaha sebuah bengkel di kota bandung yang di kelola oleh kerabat dekatnya, sehingga ia selalu menyempatkan waktu untuk berkunjung ke kota kembang itu saat hari weekend nya.
Tepat di belakang bangunan yang di tempati Raka untuk usaha bengkelnya, terlihat ada sebuah rumah kecil yang teramat sederhana.
Rumah itu milik dari seorang Kakek tua bernama Kakek Rusman.
"Biar kakek saja neng, kamu pulang saja. " perintah seorang Kakek tua yang sudah mulai renta kepada cucu perempuannya bernama Kayra.
"Biar Kayra saja Kek, Kakek diam saja. " Satu karung rumput pun berhasil ia taruh di punggungnya di bantu kain panjang untuk ia tali kan ke bagian tubuh depannya.
Seorang Wanita muda berusia 24 tahun tanpa rasa malu membantu Kakeknya mencari rumput untuk makanan kambing yang di pelihara oleh Kakeknya.
Gadis bernama Kayra itu kini sedang berkuliah di salah satu universitas di kota bandung.
Walaupun dia seorang Mahasiswi ia selalu mengabdikan separuh tenaganya untuk membantu sang Kakek.
Seorang Kakek bernama Rusman menggelengkan kepalanya, ia pun kembali mengait rumput dengan parangnya lalu ia masukan kembali ke karung yang masih kosong.
Kegiatan Kayra setiap harinya sangat padat, Kayra berkuliah lalu mengambil kesempatan bekerja di sebuah cafe yang cukup ternama di kota kembang itu.
Sepulangnya kuliah dia langsung bekerja di cafe itu, walaupun hanya sebagai waitress.
Beruntunglah Kayra di biaya oleh program beasiswa selama berkuliah, sehingga hasil dari kerjanya itu biasa ia pakai untuk keperluannya sehari-hari dan juga keperluannya yang lain.
Hari itu Kayra off dari tugasnya sebagai seorang waitress, sehingga sepulangnya dari kampus ia bisa membantu kakeknya mencari rumput untuk kambing keke nya itu.
Walaupun berada di kota bandung namun kediaman rumah kakeknya berada di sebuah desa yang jauh dari pusat kota.
Kayra melihat keringat sang Kakek mengucur deras saat tiba di sebuah kandang kambing yang tidak besar itu.
Kayra dan Kakek nya duduk di sebuh kursi rotan yang ada di sekitaran kandang itu.
"Kek sudah lah, kita suruh orang lain saja untuk mencari rumput. "usul Kayra karna tak tega melihat Kakeknya harus terus mencari rumput.
Dengan senyuman keriput di wajahnya Kakek Rusman menepuk kecil pundak cucu nya.
"Kakek masih kuat ko Neng, jangan pikirkan Kakek pikirkan saja kuliah mu. Sebentar lagi kan kamu ada tugas akhir semester Neng. " Jawab Kekek Rusman.
"Kakek itu sudah tua, sebaiknya Kakek beristirahat tidak usah cari rumput untuk kambing lagi, lagian berikan saja kambing-kambing ini pada pemiliknya. kakek jangan lagi urus kambing, soal makan sehari-hari biar Kayra yang urus. " Tutur Kayra merasa sungguh-sungguh dalam berbicara.
Gelak tawa dari mulut Kakek Rusman terdengar, giginya yang sudah tinggal berapa itu sampai terlihat oleh Kayra.
"Loh ... Kok kakek tertawa sih ? Aku serius Kek. "
Kakek rusman menggelengkan kembali kepalanya. " Neng kamu itu memang sudah dewasa sekarang, bukan lagi cucu Kakek yang dulu sering nangis hanya karna ingin membeli satu buah eskrim. Kamu sekarang sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Tapi Kakek tidak mau merepotkan kamu neng, selama kakek bisa kakek akan terus berusaha. Jangan khawatir Kakek akan baik-baik saja. " Jelas Kakek Rusman.
Kayra berdecak kesal, " selalu saja seperti itu. Ya sudah ayo kita pulang. Hari sudah mulai sore Kek. "
"Ya ... Ayo kita pulang. "
Kakek Rusman pun mengunci kandang kambing itu, jarak kandang kambing dan rumahnya itu tidak begitu jauh hanya beberapa meter saja. Sehingga dari depan rumah saja kandang itu bisa terlihat.
Seorang Kakek dan cucu kini sedang berjalan beriringan. Sapaan " Neng " adalah sapaan kesayangan Kakek Rusman untuk Kayra.
"Neng kamu gak malu, pake baju kaya gitu terus sepatu boots kaya petani saja kamu itu. " Goda Kakek Rusman.
"Kenapa harus malu Kek, kan Kayra datang ke kebun untuk mencari rumput. " Jawab ringan Kayra.
Sesampainya di persimpangan jalan, Kayra dan Kakek Rusman harus lebih dulu melewati sebuah bangunan luas yang di pakai untuk bengkel menuju rumahnya.
Rumah Kakek Rusman tepat berada di belakang bangunan bengkel itu.
Semua mata pekerja bengkel itu tertuju pada Kakek Rusman terlebih pada sosok gadis yang ada di samping Kakek Rusman.
Kakek Rusman dengan sopan menyapa para pekerja bengkel itu, bengkel itu sangat ramai oleh pengunjung.
"Cantik ya anak Kakek Rusman itu. Jarang loh wanita jaman sekarang masih mau turun tangan ke kebun apalagi ini untuk mencari rumput. " Ucap salah satu pegawai bengkel yang melihat Kayra.
Seorang laki-laki tampan berpostur tubuh tegap berisi yang baru saja sampai di bengkel itu menoleh kepada sosok yang di bicarakan oleh pekerjanya, namun sosok itu sudah tidak terlihat lagi.
"Wah ... wah ... Pak, selamat datang Pak. " Sapa pekerja yang melihat Sosok tampan dan gagah datang.
Raka menyalami semua para pekerja sebelum ia memasuki kantor dimana semua audit bengkel itu di kerjakan di sana.
"Bang .... " Sapa hangat Rian, Anak dari kakak Raka yang di percayakan memegang kendali bengkel itu.
Pelukan hangat pun tercurah saat itu.
"Semakin ramai Yan, " ucap Raka menepuk bangga pundak Rian yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.
"Alhamdulillah Bang, berkat Ibu dan abang juga. " Jawab Rian.
Raka duduk di sofa kantor itu, melihat semua laporan yang sudah di siapkan oleh Rian.
"Abang sendiri ? " Tanya Rian.
Raka hanya menganggukkan kepalanya. " Memang biasanya Abang datang dengan siapa ? "
"Ya kali sama calon Abang, " celetuk Rian memang selalu menggoda Raka.
Raka pun menjitak kecil kepala Rian, mereka pun tertawa bersama.
"Kopi Bang ? " Rian menawarkannya pada Raka.
"Teh hangat saja Yan, kayanya cocok dingin-dingin seperti ini. "
"Baiklah. " Jawab Rian.
Raka pun menyimpan laporan itu, ia berdiri dan berjalan menuju balkon kantor itu.
Jika berada di balkon itu pemandangan sekitar sangat terlihat jelas. Hamparan sawah dan kebun yang masih asri terlihat di sana.
Mata Raka seketika terkunci dengan sosok wanita yang masih mengenakan pakaian bertaninya yang kini sedang asyik membereskan pekarangan rumahnya.
Raka tidak merasa terganggu dengan keberadaan rumah itu, karna memang tanah yang ia pakai untuk bangunan ini ia beli dari Kakek Rusman.
"Rajin sekali Ibu itu. " Tutur Raka beranggapan bahwa wanita itu seorang Ibu-ibu.
"Ini Bang teh nya. " Suara Rian tiba-tiba datang dan langsung membuyarkan lamunan Raka.
"Cantik ya Bang ? " Ucap Rian yakin bahwa Raka sedang memperhatikan cucuk Kakek Rusman.
"Dasar bocah, " umpat Raka beranggapan bahwa Adiknya itu selalu saja seenaknya kalau berbicara.
"Lah memang cantik. " Jelas Rian yang merasa perkataannya itu benar.
"Ya memang cantik. " Jawab Raka beranggapan bahwa semua wanita itu memang cantik, " kenapa tidak kamu pacari ? "
Rian pun memperhatikan salah satu jari nya, terlihat sebuah cincin polos putih melingkar di jarinya.
"Oh ya sampai lupa kalau bocah ini sudah bertunangan. " Dengus Raka.
"Sudah 28 tahun kok masih di anggap bocah sih Bang. " Pungkas Rian tegas.
" Iya di mata orang lain kamu memang sudah dewasa, di mata Abang kamu tetap saja bocah yang selalu menangis saat bermain kalah. " Raka mengingatkan masa kecil Rian.
Mereka pun kembali tertawa.
"Memangnya kalau kamu belum bertunangan kamu mau sama dia ? " Tanya Raka.
"Jelas mau lah Bang. Kalau Ibu tahu pasti Ibu lebih setuju Rian sama dia di bandingkan sama Ria. " Jawab Rian membuat Raka tak percaya.
"Ibu itu ? Kamu bilang mau sama dia ? "
"Iya Kek ... Sebentar. " Teriak keras Kayra dari luar yang menjawab sahutan Kakek Rusman dari dalam rumahnya.
Seketika Raka menoleh ke arah sumber suara, terlihat Kayra sedang melepaskan pakaian taninya yang berupa kemeja milik kakeknya, sepatu boots nya dan juga penutup kepalanya.
Terlihat kini seorang gadis muda sedang mengingat rambut panjangnya dsn menyeka debu yang menempel di pakainya.
Wajah Kayra kini terlihat jelas meski terlihat di atas balkon oleh Raka.
"Hahaha ... Cantik kan Ibu itu ? " ujar Rian menggoda Raka.
"Abang kira tadi Ibu-ibu tani loh Yan, makanya abang menyela perkataanmu. " Jawab Raka.
"Dia cucuk Kakek Rusman. Tipi ian tidak tahu siapa namanya, dia jarang ada di rumah Kakek Rusman. " Jelas Rian.
"Oh ... " Jawab Raka.
" Cuma Oh saja Bang ? "
"Lantas apa yang harus Abang Jawab ? "
"Ya cari tahu dong dia siapa, dia gadis baik Kok Bang. Mana ada gadis sekarang yang mau mencari rumput membantu kakeknya. " Sambung Rian.
"Ah diam saja kau bocah. " Dengus Raka.
Rian tertawa, " Kalau kagum ya bilang saja Bang. "
Raka pun terdiam, sesekali dia melirik Kayra yang hendak masuk ke dalam rumah Kakek Rusman.
Di hari libur panjangnya itu Raka habiskan di kota kembang bandung, ia mempunyai 4 hari libur saat itu.
Di satu kesempatan Raka sedang duduk di sebuah kursi dan meja tunggu yang ada di depan bengkel. Ia melihat Kayra baru saja datang dari kampusnya.
Kayra menyempatkan diri untuk pulang terlebih dahulu ke rumah Kakeknya karna waktu kerjanya di Cafe masih 7 jam lagi.
Saat memasuki halaman bengkel menuju rumah Kakeknya, Kayra tak sengaja tersandung sehingga buku yang ia dekap terjatuh ke atas tanah.
Raka sigap berjalan ke arah Kayra dan membantu mengambilkan buku itu.
Raka sekilas membaca judul buku tebal milik Kayra, buku itu tentang Hukum rupanya.
" Dia kuliah ? " Batin Raka.
"Ya ampun, terima .... " Ucapan Kayra terhenti saat melihat sosok Raka berdiri tegap di hadapannya sambil memberikan sebuah buku tebal.
Tatapan Raka dan Kayra terkunci. Sampai terdengar suara usil dari Rian menekan klakson sebuah mobil yang ada di dalam bengkel itu.
Kayra pun langsung mengambil buku itu dan menundukkan kepalanya. " Terima kasih ... Pak. "
Kayra pun berjalan tanpa menunggu jawaban Raka, ia berjalan melewati tubuh Raka Sampai-sampai baik Raka ataupun Kayra mampu mencium aroma wangi dari tubuh mereka masing-masing.
Raka menoleh ke arah Rian mendapatkan senyuman dari sikap usilnya itu.
Raka menggelengkan kepalanya, saat mendapatkan sikap usil dari adiknya itu.
Raka seketika merasa bosan jika harus terus berada di dalam bengkel. Karna semua pekerjaan baik mengecek laporan dan lainnya sudah selesai.
Raka berjalan ke sekitar bengkel itu, ia melihat Kakek Ruslan sedang menganyam sebuah bambu tipis yang Raka pun tidak tahu akan di buatkan apa bahan benda itu.
"Pak Raka, silahkan duduk Pak. Sudah lama sekali saya tidak melihat Pak Raka. " Sapa Kakek Ruslan membersihkan tempat duduk yang akan di duduki Raka.
"Tidak usah di bersihkan Kek, ini kan sudah bersih. " Ucap Raka yang mengingat bahwa terakhir dia bertemu dengan Kakek Ruslan itu saat dirinya hendak berangkat ke luar negri untuk pendidikan militernya.
Raka duduk di samping Kakek Ruslan, Raka menanyakan kabar Kakek Ruslan yang kini sudah sangat terlihat tua jauh sebelum Raka melihat Kakek Ruslan beberapa tahun kebelakang.
Perbincangan pun terjalin antara Kakek Ruslan dan juga Raka.
"Neng buat kan Kopi. " Teriak Kakek Ruslan.
Raka tersenyum di sudut bibirnya.
"Tidak usah Kek. " Ucap Raka padahal dalam hatinya itu adalah salah satu tujuan Raka mendekati Kakek Ruslan.
Sebuah gelas berisikan kopi panas yang masih terlihat kepulan asapnya Kayra bawa dari dapur Kakeknya menuju halaman depan rumahnya.
Langkah Kayra terhenti saat melihat punggung dan pundak yang lebar duduk di samping Kakeknya.
Kayra menghela nafas dan melanjutkan langkahnya.
"Ini Kek. " Ucap lembut Kayra hadir di antara Kakek dan Raka.
"Silahkan di minum Pak. " Tutur Kakek Ruslan .
"Iya kek, maaf merepotkan. " Jawab Raka memperhatikan sosok Kayra.
Kayra pun kembali berjalan ke dalam rumahnya. Sesekali Kayra menoleh ke arah Raka begitu pun Raka sesekali menoleh ke arah Kayra.
"Dia cucuk Kakek, cuma dia satu-satunya cucuk yang perduli sama Kakek. Yang lain pada sibuk dengan urusannya. " Jelas Kakek Ruslan memperkenalkan cucuknya.
Raka menganggukkan kepalanya, sambil menyeruput kopi hangat buatan Kayra.
"Dia kuliah Kek ? " Tanya Raka.
" Iya Pak, dia kuliah. Semester Akhir, dia juga kerja mungkin hari ini dia kerja bagian malam i pulang terlebih dahulu. " Jawab Kakek Ruslan.
"Kerja dimana Kek ? " Tanya Raka ingin tahu banyak tentang Kayra.
"Di sebuah tempat yang semua orang meminum kopi atau makanan lainnya. " jawab Kakek Ruslan.
"Cafe ? " sambung Raka.
"Iya Pak. " Jawab Kakek Ruslan.
Raka pun mendapatkan informasi tentang Kayra.
Raka pun pamit kepada Kakek Ruslan, karna ia ada janji ada makan bersama dengan kakaknya.
Kakek Ruslan tidak tahu siapa Raka sebenarnya, yang ia tahu bahwa Raka adakah pemilik bengkel itu.
Saat malam tiba Raka mendapatkan ajakan dari Rian untuk datang ke sebuah Cafe.
Raka seakan lupa bahwa Kayra pun bekerja di sebuah Cafe. Raka memenuhi ajakan adiknya itu.
Tanpa di duga Raka mendapati Kayra bekerja di cafe itu.
"Bukanya itu cucuk Kakek Ruslan ya Bang ? " Tanya Rian pada Raka yang langsung menoleh kearah yang di maksud oleh Rian.
Raka memperhatikan Kayra, Kayra sangat berpenampilan beda sekali. Yang sebelumnya Raka melihat Kayra dengan pakaian tertutupnya. Kini Raka melihat Kayra mengenakan Dress selutut dengan apron menutupi bagian baju depannya di sertai sebuah syal menutupi sebagian rambut di kepalanya.
Kayra sangat terlihat memukau saat itu. Raka terlihat tidak tertarik pada Kayra di hadapan Rian, karna jika Raka tidak menutupi rasanya itu Rian akan semakin menjadi menggodanya.
"Mungkin. " Jawab Raka seolah-olah tak perduli.
Sementara Rian terus memuji kecantikan Kayra saat itu, membuat Raka jengah mendengarnya.
"Mau kemana Bang ? " Tanya Rian melihat abangnya berdiri dari duduknya.
"Toilet sebentar, " jawab Raka.
Saat Raka berjalan ke arah Toilet, beberapa wanita menghadangnya meminta foto bersama.
Dengan gaya dingin dan penuh karismanya Raka menuruti apa yang para wanita itu inginkan.
Rian dari kejauhan tak tahan saat menahan tawanya. Beberapa detik Raka tertahan melayani beberapa permintaan foto, Raka bingung atas permintaan foto itu.
"Loh ada apa ini ? " Gumam Raka dalam hatinya, ia langsung melanjutkan langkahnya cepat.
Saat hendak menuju toilet, Raka tak sengaja melihat Kayra sedang di tarik paksa oleh seseorang.
"Lepas ... Sakittt .... " Pekik Kayra yang tidak mendapatkan pertolongan dari siapapun.
Raka yang mengingat Kakek Ruslan ia langsung berniat untuk membantu Kayra.
"Ada apa ini ? " Tanya Raka membuat Kayra syok.
Kayra langsung mendekat ke arah Raka, Kayra menarik lengan Raka.
"Anda pergi saja Pak, jangan ikut campur urusan ini. Dan satu lagi jangan ceritakan masalah ini pada Kakek. " Ujar Kayra menatap Raka dalam.
Raka mengartikan tatapan Kayra, Kayra memintanya untuk tidak ikut campur namun tatapan itu mengartikan bahwa dirinya sedang butuh pertolongan.
"Siapa dia ? " Tanya laki-laki bertubuh besar pada Kayra.
Kayra menoleh ke arah Raka dengan tatapan gugup. " Di-dia bukan siapa-siapa. "
Kayra pun di tarik kembali oleh laki-laki itu, tanpa sepengetahuan Kayra. Raka mengikuti Kayra terlihat sebuah amarah saat laki-laki itu berbicara pada Kayra.
Kayra terus menyatukan tangannya seperti sedang meminta maaf.
Tamparan keras pun Kayra dapatkan. Laki-laki itu pergi sementara Kayra duduk di belakang gedung cafe itu, ia duduk sambil memeluk kedua lututnya ia benamkan wajahnya itu di atas lututnya sambil menangis sesenggukan.
Raka sangat emosi saat melihat seseorang mendapatkan perlakukan keras seperti itu apalagi ini seorang wanita.
Raka mendekati Kayra dan duduk di samping Kayra.
"Ada masalah apa sebenarnya ? " Tanya Raka membuat Kayra terperanjat kaget langsung menyeka air matanya itu.
Kayra menatap marah ke arah Raka, ia tidak mau lebih lama lagi berada di dekat Raka. Kayra takut jika nanti Raka akan memberitahukan masalah ini pada Kakek nya.
"Kamu bisa jawab pertanyaan saya tidak ? " Ucap tegas Raka mengehentikan langkah Kayra.
Kayra menoleh, Raka melihat sebuah nama di sebelah kanan pakaian Kayra.
"Kayra. " Gumam Raka dalam hatinya .
"Saya tidak mengenal anda Pak ! Kan sudah saya bilang jangan ikut campur. " Ucap Kayra dengan pipi merah bekas tamparan dan mata di penuhi amarah.
" Saya memang tidak mengenal kamu sebelumnya, tapi saya yakin kamu butuh pertolongan. " Jawab Raka.
" Saya tidak butuh pertolongan siapa pun, terimakasih. " Ucap keras kepala Kayra pada Raka.
Saat Kayra membalikan badannya kembali, langkah Kayra terhenti saat laki-laki tadi kembali. Kali ini laki-laki itu kembali dengan dua orang laki-laki lainnya.
Kayra dengan langkah mundur menjauh dari mereka, sampai langkah mundurnya terhenti karna tertahan oleh tubuh kekar Raka.
Lengan Kayra di tarik oleh Raka, sehingga ia kini berada di belakang tubuh kekar Raka.
"Oh jadi sekarang ada yang mau lagi lindungi wanita ini. Kamu tidak kapok dengan hal buruk apa jika ada yang coba melindungi kamu, Hah ? " Ucap garang Laki-laki bertubuh besar itu. Wajah laki-laki seram dengan tato dimana-mana bahkan sampai menutupi kulit tangan dan wajahnya.
Kayra hendak berjalan agar berada di depan tubuh kekar Raka, " Pergi Pak ... Pergi. " Bisik Kayra pada Raka.
Raka menahan gerakan Kayra agar tetap berada di belakangnya. " Pak anda dalam bahaya kalau seperti ini. " Bisik Kayra kembali.
"Ada maslah apa anda dengan wanita ini ? Saya tidak akan tinggal diam jika ada seorang wanita di perlakukan semena-mena seperti ini. " Tutur tegas Raka menunjukan kesatria nya. Dengan tatapan elangnya Raka memperhatikan setiap wajah para preman itu.
"Kami tidak ada urusan dengan anda, wanita itu milik Bos kami. Orangtuanya lah yang menyerahkan wanita itu pada Bos kami. " Jelas salah satu preman dengan tato tengkorak di lehernya.
Kayra kali ini benar-benar bergerak untuk berada di depan tubuh Raka.
Sebelumnya ada seseorang yang berusaha melindungi Kayra, namun mereka dengan ganasnya menusuk orang yang mencoba melindunginya.
"Sudah saya bilang beri saya waktu untuk melunasi semua hutang Ayah saya, tolong jangan seperti ini. Itu bukan uang sedikit untuk saya lunasi dalam waktu dekat ini. " Jelas Kayra semakin membuat Raka Paham jika itu masalah hutang piutang.
Para preman itu tertawa bersama, " Bos saya tidak butuh uang kamu. Yang dia butuhkan itu tubuh kamu. "
Kayra bergetar kala mendengar ucapan itu, "Saya tidak mau. Saya mampu membayar hutang Ayah saya tapi tidak sekarang. "
Ucap keras Kayra sudah lelah terus menerus di incar oleh para preman itu.
Preman itu hendak membawa Kayra dengan paksa, namun tangan Kayra lebih dulu di tarik oleh Raka. Sehingga kini Raka yang berhadapan langsung dengan preman ini.
Perkelahian pun terjadi, Raka sedikit terkena sayatan pisau di perutnya namun tidak begitu parah, itu hanya goresan.
Kayra terus meminta tolong namun tidak satu pun orang yang mau melerai perkelahian itu, sesekali Kayra menarik salah satu preman yang hendak melukai Raka namun tubuh Kayra terpental karna tenaganya tak cukup kuat.
"STOP ... Bawa saya sekarang. " Teriak Kayra tidak mau ada korban lagi.
Saat Kayra berteriak, para Preman itu berhenti berkelahi dengan Raka. Kini fokus para Preman itu pada Kayra.
Raka tidak terima jika Kayra harus di bawa oleh para Preman itu, air mata Kayra sagat mengalir deras saat ia sadar bahwa semua impiannya akan berakhir saat dirinya di bawa oleh para preman itu.
Tanpa Kayra duga Raka menarik tangan Kayra, sehingga tubuh lemas Kayra mendarat dalam pelukan Raka.
"Jangan bawa dia, berikan kartu nama ini pada Bos kalian. Hubungi saya. " Bentak keras Raka dengan wajah memerah karna emosinya belum tersalurkan sepenuhnya.
Salah satu preman pun berbisik, kala melihat kalung yang di kenakan Raka terlihat jelas. Kalung itu mengartikan lambang kemiliteran.
"Bos bawa saja kartu namanya ,dia TNI urusannya akan panjang. " Bisik salah satu preman itu.
Mereka pun membawa kartu nama itu. Raka mendekap tubuh lemas Kayra, Kayra menangis dalam pelukan Raka.
"Sudah ... Sudah kamu aman sekarang, " ucap Raka yang beranggapan bahwa semua masalah beres setelah bos yang di maksud oleh para preman itu menghubungi Raka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!