NovelToon NovelToon

Kenikmatan Papa Bob

Judul: kenikmatan Papa Bob 1 harap bijak dalam membaca.

Aku Arumi Putri anak dari seorang pengusaha textile, Ayah Ku menjalan kan usaha turun temurun. Ibu Ku mantan model terkenal dan ini lah kisah Ku.

Pukul dua siang Aku di jemput di sekolah oleh supir pribadi yang sudah cukup lama bekerja di keluarga kami, biasa lah setiap pulang Aku akan minta mampir ke pabrik tempat Papa Ku mencari rejeki.

Sebagai Anak tunggal Aku selalu di manja, semua yang ku minta tidak pernah tidak di turuti. Ayah Ku terlalu sayang pada Ku karena katanya untuk membuat Aku hadir kedunia Ibu Ku terpaksa menjalani proses kehamilan yang biasa di sebut bayi tabung.

Bersyukur Aku memang berasal dari sperma Ayah Ku, bukan sperma orang lain kebanyakan di negara-negara maju kan ada banyak tuh program bayi tabung tapi pakai benih orang lain.

Hidup Ku tidak kekurangan bahkan bisa di bilang limpah ruah, walau Ibu sering mengajari Aku menabung untuk jaminan masa depan katanya begitu. Tapi mungkin Aku yang terlalu manja atau sombong diri hingga nasehat atau kata-kata ibu Ku itu Aku abaikan saja.

Toh selama ini yang Ku lihat uang Ayah Ku banyak, apa yang Aku minta nggak ada kata besok atau lusa semua segera terealisasi, walau kerap Ibu sering memarahi Ayah, Karena terlalu memanjakan Aku.

Kenapa Aku terlalu di manja Ayah Ku, itu karena dulu sempat keluarga besar Ibu Ku mencap Ayah mandul alias mani encer. Jelas Ayah ku tidak terima karena memang tidak ada satupun dari keluarganya yang punya riwayat mandul.

Setelah menjalani proses panjang lahir lah Aku, bayi dari hasil program bayi tabung.

Aku nggak perduli. Yang Ku tau semua ada beres lah, Seperti hari ini Aku sengaja datang ke pabrik tempat Ayah ku memantau para pekerja. Memang sengaja Aku datang karena Aku mau minta tas branded keluaran terbaru yang Aku lihat di ponsel naomi tadi.

Apapun ceritanya Aku harus dapat dan mau Ku, Aku duluan yang punya Aku nggak mau keduluan naomi atau teman lain nya.

" Udah pulang sekolah sayang" kata Ayah seperti biasa Langsung cium kepala Ku.

" Iya yah panas " rengek Ku seperti biasa.

" Yaudah Ayah suruh Mang Eko beli eskrim kesukaan kamu ya" tawar Ayah Ku bikin Aku langsung mengangguk cepat.

" Yaudah keruangan Ayah Yuk" ajak Ayah Ku merangkul bahu ku.

Kami sama-sama masuk ke ruangan tempat Ayah ku bekerja. Ayah minta Pak Eko membelikan Es krim kesukaan Ku.

Setelah Pak Eko pergi Aku mulai menjalan kan Aksi ku. Ayah Ku duduk di kursi kerja nya, Aku udah nggak tahan nunggu lama-lama sebelum apa yang Ku mau Aku dapat kan.

" Ayah capek" tanya Ku memulai aksi Ku, Ku pijat bagian bahu ayah Ku biar di kata usia sudah tergolong hampir kepala tujuh postur tubuh Ayah ku masih kekar karena sering olah raga dan jaga pola makan.

" Ada apa hhhmmm.." tanya Ayah memegang kedua tangan ku yang masih berada di bahu nya.

Tampa mau membuang waktu segera ku rangkul leher Ayah Ku dari belakang.

" Yah Arumi mau beli tas keluaran terbaru" rengek Ku sambil mencium pipinya beberapa kali.

" Tas nya kan udah banyak sayang" ucap Ayah Ku lembut, Aku tau maksud nya baik tapi memang Aku nya yang sudah terlalu cinta dengan fashion dan barang-barang branded agar tidak di katai kuper kurang meching atau ketinggalan model.

" Tok..Tok..Tok.." pintu di ketuk dari luar.

" Ada tamu sayang " ucap Ayah Ku, Ku tau apa maksud nya agar aku bersikap sedikit dewasa di depan tamu Ayah.

Ku lepas rangkulan Ku dari leher Ayah, Ayah ku langsung bangkit menuju pintu sedang Aku kembali duduk di sofa dengan muka masam karena belum dapat jawaban yang ku inginkan.

" Eh...mas Darus mari silahkan masuk Mas " sambut Ayah Ku ternyata pakde Darus yang datang. Pakde Darus ini Anak dari adik nya nenek Ku Mama nya Ayah ku.

" Wah kebetulan ada ponakan cantik, apa kabarmu Arumi" tanya Pakde, entah kenapa kali ini Aku lihat mukanya kayak muak gitu, tapi ya nggak mungkin ku tunjukkan ketidak sukaan ku.

" Kabar baik Pakde" jawab Ku bangkit lalu menyalami nya.

" Sudah gadis kamu makin cantik persis Ibu mu waktu muda" ucap nya bikin Aku muak entah lah dalam kepala Ku kedatangan Pakde kali ini kayak punya niat terselubung.

" Non ini Es krim nya " tiba-tiba nongol Pak Eko dengan plastik di tangan.

" Iya Pak" jawab Ku sambil menggapai tas sekolah yang ku letakkan di meja.

Jangan tanya muka ku udah pasti nggak enak di lihat karena mau ku belum Aku dapat kan, Aku berharap Ayah ku peka dengan setelan muka cemberut Ku.

Aku melewati Pakde juga Ayah rasa nya untuk sekedar bahasa pamit pulang aja Aku malas karena belum keturutan, nggak di sangka ternyata Ayah peka dengan perubahan muka Ku.

" Sebentar Mas " ucap Ayah ku pasti untuk Pakde Darus lah, karena posisi ku udah membelakangi dan jalan menuju pintu.

" Sayang beneran mau beli tas nya sekarang" tanya Ayah udah merangkul lagi bahu Ku.

" Iya lah Yah masak besok" jawab Ku agak ketus sih, sebenarnya nggak boleh tapi mau gimana memang Aku selalu kecewa kalau mau Ku nggak keturutan.

" Yaudah sebentar" Ayah Ku menepuk bahu Ku sekali, Aku berhenti. Ayah ngeluarin dompet dari dalam saku belakang celana nya.

Selembar kartu hitam berukuran KTP ayah keluar kan dari dalam dompet nya.

" Pakai ini jangan di habisin, cukup beli keperluan Kamu ya? Pin nya tanggal bulan dan tahun kamu lahir" ucap Ayah Ku menyerah kartu itu ke tanganKu.

Muka ku langsung berubah senang sekaligus heran, Aku tau kartu apa yang di berikan Ayah ku, tapi Ayah Ku tidak pernah memberi kartu semala ini kalau Aku minta uang cash yang selalu diberi nya.

" Udah sana pulang, ingat jangan di abisin" ucap Ayah Ku kemudian mencium kepala Ku.

Dengan hati senang Aku pulang, sampai di dalam mobil Aku teringat naomi. Aku harus telepon Dia.

" Naomiiii...temani Gue ya?" ucap Ku begitu telepon Ku di terima Naomi.

" Huh...bisa nggak sih nggak usah teriak-teriak sakit kuping Gue" jawabnya Ku pasti kan pasti mukanya merenggut.

" Temenin Gue ya" ucap Ku lagi.

" Kemana!?"

" Gue mau beli tas yang tadi Lo tunjukin " kata Ku antusias nggak kebayang kan kalau Aku yang duluan pamer.

#2 judul: kenikmatan Papa Bob harap bijak dalam membaca

Ternyata teman Ku Naomi cukup baik, Tampa banyak tanya Naomi mau temani Aku.

" Rum.. beneran Kamu mau beli tas mahal itu?" Tanya Naomi ketika Kami sama-sama duduk di dalam mobil.

" Iya Lah " jawab ku pasti. Naomi diam.

" Emang berapa harga nya" tanya ku memang belum tau berapa harga nya.

" Dua ratus juta" jawab Arumi membuat Aku diam. Memang Aku kecanduan barang-barang branded tapi belum ada yang mencapai harga segitu paling mahal ya seratus jutaan lah.

" Ya nggak pa-pa Aku beli" ucap ku Mungkin terdengar Sombong di telinga Naomi hingga ku dengar Dia mendengus gitu.

Kami sampai di depan butik mewah yang kata naomi langganan para selebritis, tapi Aku nggak gentar lah orang ibu ku juga mantan selebritis.

Kami masuk setelah Aku meminta Pak Eko tetap menunggu di mobil, Kami di sambut kurang ramah entah karena Aku masih pakai seragam atau mungkin di lihat nya kami cuma cewek-cewek labil yang nggak akan mungkin bisa beli barang-barang branded yang mereka jual.

Biar nggak enak Aku tetap masuk, niat Ku memang untuk mendapatkan tas itu.

" Mbak saya mau lihat-lihat tas keluaran terbaru" kata Ku pada salah satu pelayan.

" Emang kalian sanggup beli " jawab nya ketus nyaris bikin aku hampir naik darah.

Naomi mengamit tangan ku.

" Eh...Mbak nggak usah jengkali lah masuk kesini kami udah siap sedia dengan uang" ketus Naomi mungkin nggak suka juga dengan ucapan remeh pelayan itu.

" Oh ok saya mau bukti kalau kalian mampu beli" tantang nya. Rasanya mau aja kutarik itu lidah mbak-mbak pelayan biar tau rasa, tapi lagi-lagi Naomi mengamit tangan ku Seolah berkata tenang jangan terbawa emosi.

Si Mbak-mbak itu ajak kami, kebagian rak khusus yang memang di gunakan sebagai tempat tas-tas branded di pajang, setelah membuka tutup kaca yang transparan.

 " Silahkan awas jangan sentuh sembarangan" ucap nya menginterupsi. Beh jangan tanya telapak tangan Ku udah gatel rasanya pengen nampar mulut si mbak-mbak itu.

Jelas Aku ambil apa yang jadi tujuan ku, " Mbak saya ambil yang ini" kata Ku.

" Ya mari bayar di kasir " Ajak nya jutek setelah nutup pintu kaca itu.

Aku sama Naomi mengikuti langkahnya menuju meja kasir, Ku keluar kan kartu yang di kasih Ayah membuat pelayan juga Naomi melotot liat kartu di tangan Ku.

" Kenapa masih sangsi saya nggak sanggup bayar" ejek Ku sombong.

Ketiga nya masih diam bengong mungkin nggak percaya atau mungkin berfikir Aku simpenan om-om hidung belang atau tepat nya di sebut sugar Daddy.

Setelah membayar Aku kembali mengantar Naomi pulang sambil mengucapkan terimakasih karena telah menemaniku.

" Mi Terimakasih Ya Lo udah temanin Gue" ucap Ku sebelum Naomi turun.

" Ya tapi besok Lo harus jelasin semua ke Gue" jawab nya entah apa maksud nya.

Ingin aku bertanya penjelasan apa yang Dia tuntut trus apa yang mau Aku jelaskan, eh..Dia udah langsung ngeloyor pergi benar-benar pusing Aku dengan tuntutan Naomi.

" Yaudah Pak kita pulang" perintah ku pada Pak Eko, memang dasar nggak banyak omong Pak Eko cuma ngangguk lalu menghidupkan mesin selanjutnya mobil meluncur meninggal kan rumah Naomi.

Aku senyum-senyum lihat bungkusan tas branded yang baru Aku beli, nggak penting harga lah fikir ku walau sempat merasa harga nya kemahalan yang penting sesuai mau ku tas branded ini sudah jadi milik Ku.

Sampai di rumah Aku sudah di tunggu Ibu di depan, Ku lihat wajah nya agak kurang semangat entah apa aku nggak tau. Alah paling Ibu sedang kesal dengan orang-orang yang bekerja, Asal kalian tau Ibu ku juga punya usaha sendiri dan itu modal nya dari hasil jerih payahnya sewaktu jadi model.

"Arumi ikut ibu" katanya tegas begitu Aku baru turun dari mobil. Ya memang begitu lah ibu tegas beda dengan Ayah kadang sebagai Anak aku juga heran apa Mungkin jiwa Ayah dan ibu ku ketukar.

" Apa yang kamu beli sampai menghabiskan uang dua ratus juta" tanya nya tudupoin, Aku cuma mendengus dan heran kenapa ibu bisa tau, trus siapa yang kasi tau!?'. Naomi nggak mungkin lah lewat apa cobak Dia ngasih tau ibu.

Pak Eko juga nggak mungkin, karena Pak Eko cuma Aku suruh tunggu di mobil.

" Jawab Arumi" tuntut ibu Ku dengan raut wajah menyimpan marah.

" Ini Bu" ku Sorong tas yang masih terbungkus rapi.

" Apa itu?" tanya nya.

" Tas bu" jawab Mendengar jawaban Ku mata ibu sedikit melebar.

" Coba buka Ibu pengen liat" katanya lagi entah kenapa bukan nya buka sendiri tapi malah nyuruh Aku, ya Ahir nya Aku ngalah Aku buka juga bungkusan itu.

Ibu ku geleng-geleng kepala lihat tas yang Aku beli, " cuma begini dua ratus juta" ucap nya, Aku mengangguk.

" Tau nggak kamu satu tas ini sudah menghabiskan tiga bulan keuntungan Ayah mu " kata nya tajam, Aku menggeleng karena memang nggak tau berapa pendapatan Ayah.

" Aduh Arumi kamu jangan begini, belajar lah prihatin" ucap Ibu Ku mulai berubah intonasi sedikit lebih rendah. Aku mendengar dengan malas karena udah sering kata-kata itu terus yang sering ibu katakan pada ku.

" Mana Black cards Ayah mu" pinta nya mengulurkan telapak tangan, Aku jadi tau pasti Ayah lah yang sudah ngomong, siapa lagi.

" Ini" kata Ku setelah ku letakkan Black cards itu di atas meja.

" Mulai sekarang kurangilah belanja yang nggak perlu, belajar lah untuk hidup hemat Nak" katanya semakin lunak.

Aku diam nggak menampik nasehat nya memang benar, tapi Aku kan anak tunggal masih punya banyak kemauan lagian uang Ayah yang segitu banyak siapa yang ngabisin kalau nggak Aku anak nya, fikir Ku sombong.

" Yaudah sana kamu bawa tas kamu itu, ganti pakaian kamu terus makan" ucapnya perhatian seperti biasa, walau ibu ku wanita sibuk tapi tetap sempat mengurus Aku dan Ayah.

Aku nurut apa kata Ibu, Aku keluar dari kamar Ibu. Langkah Ku terhenti ternyata Ayah sudah pulang.

" Kenapa cemberut muka nya Hhhmmm.." tanya Ayah ku seperti biasa mencium puncak kepalaKu.

" Ayah ngadu ke Ibu ya ?" sosor Ku langsung.

" Iya sayang Ayah tadi cuma nanya apa ada tas harga nya sampai dua ratus juta, rupanya ibu bilang yang milyaran pun ada " jawab Ayah ku yang memang kurang perduli dengan fashion. Terbukti sudah Ayah yang kasih tau Ibu.

#3 judul : kenikmatan Papa Bob harap bijak dalam membaca

Selesai berganti pakaian Aku, ke pergi ruang makan. Sudah Ada Bik Leha yang standby nunggu Aku, menurut cerita Ibu waktu kecil Aku paling manja sama Bik Leha.

" Makan Non?" tanya nya.

" Iya Bik" jawab Ku narik kursi untuk Ku duduk.

Memang bak putri raja, bik Leha ambilin Aku nasi sementara Aku duduk anteng, Bukan nya Aku sombong mentang-mentang Dia pembantu trus Aku seenak nya. Memang Bik Leha nya sendiri yang selalu memperlakukan aku seperti itu.

Alasan nya dulu Bik Leha suka nangis kalau dengar orang tua Ku majikannya di katai mandul, sampe Bik Leha janji dengan diri sendiri akan melayani anak majikan nya bak putri raja. Terbukti memang sampai detik ini Bik Leha masih memperlakukan aku seperti ini.

" Sudah Non makan lah" ucap nya menyorong piring yang sudah berisi kedepan Ku.

" Bibik udah makan?" tanya Ku.

" udah tadi Non " jawab nya kemudian berdiri di samping kursi tempat ku duduk.

Risih sebenarnya tapi mau bilang apa, setiap kali Aku minta Bik Leha duduk selalu nolak dengan alasan nggak sopan, apa nya yang nggak sopan coba tapi yaudah lah di bahas tuntas Bik Leha memang mau nya seperti itu ya sudah Aku pun jadi terbiasa.

Lagi Aku makan mikirin omongan Ibu Ku tadi, tiba-tiba Aku keselek sampe nyembur leher Ku panas hidung Ku perih. Bik Leha memberikan Aku segelas air.

" Aduh pelan-pelan Non makan nya, perih ya " tanya nya sambil mengusap-usap punggung Ku, Aku cuma ngangguk setelah menghabis kan air segelas.

Tidak Ku lanjut lagi makan, selera Ku hilang setelah keselek sampe leher ku panas.

" Loh Non nggak di lanjut makan nya" tanya Bik Leha ketika aku bangkit dari tempat duduk.

" Nggak Bik udah kenyang" jawab Ku pergi meninggal kan Bik Leha.

Aku balik ke kamar Ku, begitu lah tiap hari kamar tempat ternyaman Aku jarang keluar rumah, bukan nggak punya teman sering teman-teman Ku ajak nongkrong atau sekedar main jalan-jalan di mall atau tempat-tempat anak-anak seusia Ku kumpul.

Memang Aku yang nggak mau karena hobi Ku cuma nonton drakor sama molor, begitu-begitu terus tiap hari.

Besok pagi nya begitu sampe di sekolah Aku udah di tunggu Naomi.

" Hay Mi. Udah lama Lo nyampe" tanya Ku.

" Udah nggak usah basa-basi yuk ketaman samping Gue mau denger penjelasan Lo " jawab nya bikin Aku bingung pagi-pagi udah di minta penjelasan.

Dasar Naomi. Aku ngikutin langkah nya dari belakang sambil mikir-mikir penjelasan apa yang Dia tuntut dari Aku.

" Duduk Lo" titah nya kejam kayak ibu tiri.

Aku nurut duduk di bangku taman, ya biar masih basah akibat embun dingin lagi karena tempat duduk ini dari beton semen tetap Aku duduk biar Naomi senang.

" Coba Lo jelasin pasal kemarin!?" katanya.

" Kemarin apa?" tanya Ku memang nggak ngerti.

Naomi menatap ku dengan matanya sedikit di sipit kan, " Apaan sih " Aku risih dengan tatapan nya udah kayak mau nguliti Aku.

" Lo pura-pura lupa atau mau main sembunyi-sembunyian dari Gue " tanya Naomi bikin Aku makin bingung.

" Apaan sih Mi, sini Lo duduk dulu jangan berdiri kayak gitu berasa lagi interogasi Gue" ucap Ku minta Naomi duduk.

" Gue nggak mau duduk, sekarang jelasin ke Gue dari mana Lo dapet Black cards kemarin?" ucap nya.

Ya ampun baru Aku ngudeng ternyata masalah Black cards punya Ayah yang Ku pakek kemarin.

" Ya dapet dari Ayah Ku lah" jawab Ku jujur.

Nggak tau kenapa muka Naomi berubah, kayak ngenyek gitu melihat ku, entah apa yang di fikiran nya.

" Yakin Lo itu dari Ayah Lo?" tanya lagi sambil sedikit merunduk memposisikan wajah nya sejajar dengan muka Ku, mata nya juga menyipit kayak lagi mantau sesuatu di muka Ku.

" Apaan sih Mi. Memang itu dari Ayah Ku" jawab Ku mulai kesal dengan segala pertanyaan Naomi, entah apa urusan nya sama Dia kok bisa-bisanya sekepo itu.

" Kalau memang iya Gue perlu bukti, karena Gue nggak mau temenan sama simpanan Om-om" ujar nya bikin dada Ku sesak. Kok bisa Naomi nuduh Aku seperti itu.

" Ya Aku bakal buktiin, ntar pulang sekolah Lo ikut ya biar tau" jawab Ku lalu bangkit, biar kesal Aku coba untuk tidak meledak-ledak di depan Naomi, bukan takut cuma Aku nggak mau di tegur pihak sekolah gara-gara bikin keributan.

Aku dan Naomi sama, kami sama-sama keras kepala. Tidak akan ada yang mau mengalah malah dulu waktu di kelasa satu Aku pernah berantem sampe jambak-jambakan, gara-gara salah paham tidak ada yang memulai minta maaf sampai kami kembali dekat seiring berjalannya waktu.

Bel tanda masuk berbunyi, Aku duluan masuk ke kelas sedang Naomi entah di mana batang hidungnya tidak kelihatan.

Tidak lama wali kelas Ku masuk dengan membawa satu orang, kayak nya anak baru pindahan dari sekolah lain pastinya.

" Assalamualaikum Anak-anak" ucap nya.

Serempak kami semua menjawab salam wali kelas, tau lah gimana ricuh nya.

" Anak-anak Perkenalkan ini temen kalian yang baru, Ibu harap kalian bisa membuat nya betah sekolah di sekolah kita" ucap Ibu wali kelas udah kayak Ibu-ibu pemilik kos-kosan pake bilang betah segala.

Mau Ku perotes tapi yaudah lah, biarin aja dari pada ujung nya rame ni kelas.

" Assalamualaikum Teman-teman, Perkenalkan Aku Harunina pindahan dari sekolah harum bangsa " ucapa nya nggak selesai karena udah duluan temen-temen sekelas mengejek namanya dengan mengganti Harunina jadi Arunika.

" Halo Arunika kamsa Hamida" teriak si Jejen gendut murid paling nyebelin mulut lebar tukang bikin ribut, nama sebenar nya cakep Zain Julfikar tapi Aku ngejekin Dia dengan Nama Jejen.

Kelakuan nya mirip Jayen yang suka ganggu novita yang di film kartun Doraemon. gara-gara Dia seisi kelas jadi ikut ribut cuma Aku yang diam tutup telinga karena rasanya gendang telingaku mau pecah sangking ribut nya.

" Braaakk" Ibu wali kelas memukul papa tulis, semua diam termasuk si Jejen gendut.

" Tok..tok... Permisi Bu" Naomi muncul di depan pintu kelas, entah dari mana Dia.

" Darimana Kamu Naomi?" tanya Ibu wali kelas.

" Dari toilet Buk!" jawab Naomi sempat matanya melirik Ku lalu tertunduk.

" Sudah masuk saja!' titah Ibu wali kelas.

Naomi melangkah masuk dengan wajah tetap nunduk entah apa yang di lihatnya di bawah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!