NovelToon NovelToon

Terpikat Cinta Vtuber

01 - Proyek Penting

Aldira, seorang perempuan berusia 25 tahun, duduk di depan komputer kerjanya dengan mata berbinar-binar.* Earphone* terpasang dengan rapat di kedua telinga. Tatapan matanya fokus menatap layar komputer yang sedang memutar sebuah video.

“Nah, kalau kalian ingin tahu kelanjutannya, tunggu konten gue berikutnya, ya!” Kata content creator *yang sedang ditonton oleh Aldira. Lalu video pun berakhir.

“Ah, kenapa video ini sangat singkat?” Keluh Aldira sambil melepas earphone dari kupingnya.

Sambil mengamati* script* yang tercetak di atas kertas, wanita itu memastikan tidak ada pesan yang terlewat dari video konten yang barusan ditontonnya.

“Bagaimana videonya? Jangan sampai ada revisi lagi! Kita akan mengunggahnya ke youtube besok, lho.” Ujar seorang wanita cantik berwajah oriental dengan rambut yang tergerai panjang, yang dari tadi memantau.

“Sepertinya terlalu to the point, deh. Salma, kita harus membuat alurnya sedikit bercerita di awal supaya tidak mudah ditebak.”

“Kamu gila, ya! Itu sama saja merombak semuanya.” Protes Salma.

“Ayolah! Kita masih punya 12 jam sebelum ganti hari. Pasti bisa, kok!” Kata Aldira santai.

“Baiklah, aku akan segera memperbaikinya bersama tim konten. Kita lihat, sejauh mana bisa aku akali.” Ucapnya kesal sambil meninggalkan Aldira yang masih duduk dengan manis.

Sebagai seorang media sosial manajer di perusahaan agensi marketing ternama, Aldira selalu menerapkan standar yang tinggi pada pekerjaannya. Dia tak pernah menanamkan rasa puas pada dirinya sehingga membuat orang-orang di sekitar selalu menganggap wanita itu sebagai sosok yang sangat perfeksionis. Tak khayal, banyak yang tak betah dengan caranya bekerja. Namun, di balik sisi perfeksionisnya, Aldira memiliki satu kelemahan di kantor.

“Aldira, kita tidak memiliki banyak waktu untuk merombak video yang akan tayang besok.” Seru Tony mendekati Aldira dengan suara rendahnya yang seksi.

“Mengapa tidak bisa?” Tanya Aldira sambil menatap Tony yang bekerja di tim konten. Terlihat Salma berdiri di belakang pria itu.

“Begini saja, konten besok akan kami ganti dengan tabungan konten kita yang belum pernah naik tayang. Untuk konten yang barusan akan kami revisi untuk ditayangkan minggu depan.”

Aldira tersenyum sambil menatap paras rekannya tersebut, “Ok, setuju!”

Tony, rekan kerjanya yang bekerja sebagai produser konten selalu menarik perhatian Aldira. Hanya pria itu yang bisa meluluhkan kepala batu Aldira. Jika orang lain beradu argumen dengannya, sudah dipastikan wanita itu akan memaksakan kehendaknya dan tidak membiarkan dirinya dibantah. Tapi berbeda bila Tony yang berbicara.

“Terima kasih, ya Aldira! Kami akan memperbaikinya sesuai keinginanmu. Salma, ayo kita regroup dengan yang lain!” Ajak Tony bersemangat.

Sambil menopangkan dagu, Aldira memperhatikan punggung Tony yang lebar berjalan meninggalkannya. Pria bertubuh atletis dengan tinggi 180 cm itu sudah menarik perhatiannya sejak hari pertama ia bekerja di perusahaan itu. Wajahnya yang tampan, ditambah dengan dadanya yang bidang sudah dipastikan mampu menarik banyak kaum hawa, tidak terkecuali Aldira. Ia tidak berhenti memandang sosok Tony yang semakin menjauh. Senyuman kecil menghiasi bibir Aldira sambil membayangkan dirinya sedang kencan berdua dengan rekannya tersebut.

“Hayo, sedang membayangkan yang tidak-tidak, ya!” Ucap Meimei mengagetkan.

“Kamu membuyarkan lamunanku saja! Bukannya kamu sedang di ruang meeting?” Aldira tersentak.

“Sudah selesai, kok. Kamu, sih terlalu serius memperhatikan Tony sampai tidak menyadari kedatanganku.”

Meimei menyalakan kembali komputer yang ada di mejanya. Sambil mengunyah permen karet, dia membuka sebuah folder dan menunjukkannya pada Aldira.

“Pasti kamu menyukai ini.” Kata Meimei sambil mengarahkan layar komputernya kepada Aldira.

“Ini dokumentasi syuting outdoor minggu lalu ‘kan? Pasti ada foto Tony.” Ujar Aldira penuh semangat.

“Tentu saja, aku tahu yang kamu mau!” Katanya puas.

Dengan gesit, Aldira meraih mouse di meja Meimei dan mulai membuka foto dokumentasi satu per satu. Ia melihat foto Tony yang diambil secara candid dengan mata berbinar. Gayanya yang natural saat bekerja sungguh memancarkan aura karismatik yang tidak terelakkan.

Ekspresi antusias Aldira benar-benar tidak bisa disembunyikan. Bahkan, pandangannya berhenti sesaat melihat salah satu foto yang tersimpan.

“Mei, aku boleh minta foto yang ini?” Tanyanya malu-malu.

“Foto yang mana?”

Meimei memicingkan matanya dan melancarkan senyuman mesum. Terpampang foto Tony saat sedang membuka bajunya karena berkeringat akibat teriknya hari itu. Peluh keringat membuat tubuhnya terlihat mengkilap hingga menonjolkan guratan-guratan sixpack di perut pria tersebut. Urat yang merambat di otot-otot lengannya tampak jelas karena pencahayaan yang bagus dari sinar matahari.

“Kamu tahu saja barang bagus.” Timpal Meimei.

Aldira masih memandangi foto seksi tersebut. Pikirannya melayang entah ke mana melihat lekukan tubuh pria yang diidolakannya.

“Sebaiknya kamu jangan terlalu berharap, yang mengidolakan dia banyak sekali, lho.” Tambah Meimei.

“Iya, aku tahu. Kamu jangan menghancurkan impianku seperti itu, dong!” Protesnya.

“Hahahaha. Aku cuma mengingatkan saja.”

Muka Aldira seketika mengkerut mendengar pernyataan itu. Dia tahu, banyak sekali perempuan yang mengejar-ngejar Tony. Sebagai wanita biasa dengan rambut sebahu yang tidak pandai berdandan, Aldira tidak berani bersaing dengan yang lain. Tingginya yang hanya 155 cm dengan pipi yang sedikit chubby membuat wanita itu sering minder terhadap penampilannya. Maka dari itu, sebisa mungkin dia menutupi kelemahannya tersebut dengan menjadi yang terbaik di pekerjaannya.

Di perusahaan tempatnya bekerja, Aldira merupakan salah satu karyawan yang mendapatkan promosi tercepat. Keuletan dan kepiawaiannya di bidang marketing menjadikannya* key person* di kantor meskipun usianya terbilang masih sangat muda. Meskipun banyak rekannya yang tidak menyukai cara kerja Aldira, namun jajaran manajemen sangat mendukung Aldira karena hasil kerja yang selalu sempurna. Tak heran, sebanyak apapun cibiran yang diterima, dia tetap dipertahankan oleh atasannya.

“Ngomong-ngomong kamu sudah mencari tahu seputar vtuber belum?” Tanya Meimei.

“Masih browsing-browsing, sih. Aku belum pernah terjun ke dunia vtuber sebelumnya, jadi butuh waktu lebih lama untuk memahami efektivitas konten mereka.” Jelasnya.

“Deadline-nya minggu depan, lho. Kamu tidak bisa menyepelekan titah langsung dari direktur kita tersebut.”

*“*Perkembangan dunia marketing sungguh pesat, ya. Belum juga aku selesai dengan campaign bulan lalu, sekarang sudah harus buat campaign baru dengan pendekatan vtuber ini.” Aldira melenguh.

“Kamu pasti bisa! Aldira yang terkenal dengan standar yang tinggi tidak boleh mengeluh lemas seperti itu.” Kata Meimei menyemangati.

"Asal kamu tahu saja, setiap malam, aku mempelajari vtuber ini di youtube. Rata-rata, kanal creator ini suka mendesain avatar virtualnya dalam bentuk karakter anime. Sebagai anti wibu, hal itu membuatku pusing hingga aku susah tidur.” Jelas Aldira.

“Hahahaha. Rata-rata vtuber memang seperti itu. Karakter yang mereka pakai lebih mendekati animasi-animasi Jepang.”

Padahal jika membuat konten dengan real face kesannya akan lebih jujur, kenapa harus berlagak virtual pakai karakter animasi segala?” Sambung Aldira.

Meimei mengeluarkan secarik kertas dari laci mejanya. Dia menyerahkan kertas tersebut ke temannya yang terlihat stres itu.

“Apa ini?” Tanya Aldira.

“Ini hanya sedikit bantuan untukmu. Aku menulis beberapa kanal youtube yang sedang naik daun saat ini. Mereka semua menggunakan karakter virtual.”

“Meimei!” Aldira terkejut penuh haru. “Terima kasih banyak. Kamu baik banget, sih.” Seru Aldira gembira.

"Santai saja. Sebagai gantinya, next project kamu harus membantuku, ya. Hehehe.” Timpal Meimei bercanda.

“Selalu saja pakai pamrih. Sekali lagi terima kasih.” Ujar Aldira senang.

Aldira lalu menyelipkan catatan kecil tersebut ke dalam sakunya. Tampaknya, malam ini dia akan dipadati oleh rutinitas *online-*nya kembali.

...Aldira, 25 tahun...

02 - Youtuber Virtual

Kopi panas sudah siap di atas meja. Di depan laptop yang menyala, Aldira bersiap lembur untuk mengerjakan tugas kantornya di rumah. Secarik kertas pemberian dari Meimei dipegangnya, terdapat beberapa nama kanal youtube tertulis di sana.

“Lumayan juga daftar vtuber yang disiapkan Meimei. Aku berhutang budi padanya.” Gumam Ardila.

Aldira menelusuri setiap kanal youtube yang disiapkan oleh Meimei. Beragam konten vtuber, mulai dari game, horor, hingga ulasan produk tersedia dengan lengkap.

“Kanal Pretty Cute Case ini cukup menarik. Coba aku lihat-lihat sebentar.” Gumam Aldira menemukan akun vtuber yang menarik minatnya.

Pretty Cute Case merupakan kanal youtube seorang vtuber yang menggunakan karakter animasi cewek Jepang dengan berbalut kimono. Karakternya cukup menarik dengan rambut ikat dua berwarna pink dan suara imut yang menggemaskan. Kebanyakan kontennya membahas kasus-kasus misteri yang belum terpecahkan. Jumlah subscriber-nya cukup banyak, sekitar 500 ribu orang.

“Mengapa karakter imut begini membahas kisah misteri, ya? Tapi yang berkomentar di video-videonya cukup banyak. Sepertinya kebanyakan laki-laki.” Gumamnya.

Aldira lalu menuju kanal berikutnya dengan akun bernama Deepvoice. Jumlah subscriber-nya sudah mencapai satu juta dengan rata-rata views sebanyak 2000 di tiap videonya.

“Sekarang gue akan review gadget terbaru dari brand X. Mereka baru saja mengeluarkan smart watch terbaru kemarin. Beruntung banget gue dikasih kesempatan menjadi salah satu orang pertama yang mencoba gadget canggih ini.” Kata karakter virtual Deepvoice dengan suara beratnya.

Karakter virtual Deepvoice menampilkan seorang tokoh anime pria dengan rambut model buzz cut berwarna hitam. Badan karakter itu dibuat berotot dengan hanya menggunakan kaos singlet. Sungguh cocok dengan suara beratnya yang seksi.

Aldira mengencangkan earphone yang ada di kupingnya. Tampaknya dia terhipnotis dengan suara macho yang didengarnya. Sekalipun yang terpampang di depannya adalah karakter virtual, Aldira mengimajinasikan suara seksi itu ke dalam bentuk pria fisik di otaknya.

Ia lalu membuka galeri foto di komputer dan membuka foto Tony yang mempertontonkan tubuh atletisnya yang dibanjiri keringat. Sambil mendengarkan suara seksi Deepvoice tanpa memperhatikan produk yang diulas, Aldira memperhatikan setiap lekukan otot yang ada di foto tersebut. Beberapa kali dia memperbesar area tertentu dari tubuh Tony yang menarik perhatiannya dan melihatnya dengan sangat teliti, tidak berkedip.

Kriiiiiingggg. Suara panggilan telepon membuyarkan lamunan Aldira.

“Meimei, ada apa meneleponku malam-malam begini?” Katanya kesal sambil mengusap liur yang sempat menetes dari bibirnya.

“Bagaimana daftar vtuber dariku? Apakah berguna?” Tanya Meimei di telepon.

“I… iya. Berguna sekali. Sudah, ya aku masih sibuk.” Jawab Aldira ingin segera mengakhiri telepon itu.

“Sok sibuk sekali, sih. Kalau begitu sampai ketemu besok, ya.” Balas Meimei pasrah.

Ponselpun dimatikan agar tidak mengganggu eksplorasinya. Aldira kembali memperhatikan foto Tony yang begitu seksi hingga membuat darah mudanya berdesir. Bagaikan perawan yang tidak pernah merasakan sentuhan pria, Aldira mencumbui layar komputer yang ada di hadapannya sambil membayangkan gagahnya tubuh Tony di dalam pelukannya.

***

“Selamat pagi, Aldira!” Seru Meimei yang sedang berjalan menghampirinya.

“Pagi, Mei! Hoaaaaam.” Balas Aldira yang sedang berjalan lemas sambil menguap.

“Wah, sepertinya kamu bekerja keras semalam. Tidur jam berapa, sih?” Tanya Meimei penasaran.

“Aku tidak ingat karena terlalu serius menonton vtuber-vtuber aneh dari kamu.”

“Masih merasa aneh karena karakter virtual? Bukankah di situ serunya?”

“Lebih seru jika mereka memperlihatkan wajah asli. Aku seperti menonton film kartun saja.” Balasnya.

Mereka berdua menyusuri trotoar yang dipenuhi orang lalu-lalang. Sambil menahan rasa kantuknya, Aldira mengeluarkan ponsel dari saku dan membuka Youtube.

“Aku tertarik dengan akun ini.” Kata Aldira sambil memperlihatkan kanal youtube milik Deepvoice.

Meimei meraih ponsel tersebut dan meneliti Youtube yang diberikan oleh Aldira. Jarinya terlihat lihai menggeser daftar video Deepvoice dari layar ponsel. Sambil memutar salah satu videonya, Meimei mendekatkan speaker ponsel ke telinganya.

“Al, kamu merasa suara vtuber ini mirip seseorang yang kita kenal tidak?” Tanya Meimei.

“Seseorang yang kita kenal?”

“Iya. Suaranya agak mirip dengan Tony.” Terang Meimei.

Aldira berpikir sejenak. Dia mengambil kembali ponselnya dan mendengarkan kembali suara dari video tersebut. Memang, sih keduanya memiliki suara yang sama-sama berat.

“Ada kemiripan, sih. Apa jangan-jangan Deepvoice ini adalah Tony?” Tanya Aldira tidak percaya.

“Hahahaha. Mirip belum tentu sama. Setahu aku, di salah satu videonya dia pernah bilang bahwa pekerjaan sebenarnya adalah seorang pelatih kebugaran di salah satu mega gym di Indonesia. Sudah dipastikan bukan Tony.” Jelasnya.

Aldira berjalan sambil memikirkan kemungkinan tersebut. Tony adalah seorang pria yang super cuek dan bukan seseorang yang suka menonton youtube dan bermain sosial media. Daripada sibuk di dunia maya, Tony lebih suka hangout bersama teman-temannya dan berolahraga. Setidaknya, itulah yang Aldira pelajari selama ini tentang Tony.

Sesampainya di kantor, terlihat Tony dengan kaos hitam ketat sedang duduk di depan meja Aldira. Jarinya mengetuk-ngetuk meja sambil sesekali bersiul karena bosan.

“Sedang apa kamu di mejaku?” Tanya Aldira sambil menaruh tasnya di bawah meja.

Sambil duduk di kursinya, mata Aldira dibuyarkan oleh otot dada Tony yang menyembul di balik kaos ketatnya.

“Akhirnya kamu sampai. Aku menunggumu dari tadi.” Jawab Tony.

Jantung Aldira berdebar. Suara rendahnya yang berat membuat hati wanita itu berdegup kencang hingga mengingatkannya pada suara Deepvoice semalam yang ia dengarkan saat berfantasi dengan foto Tony yang setengah telanjang. Karena salah tingkah, Aldira menundukkan mukanya dan memainkan rambutnya sedikit.

“Ada apa?” Tanyanya dengan suara panik.

“Begini, aku butuh bantuanmu.” Kata Tony dengan muka yang terlihat kacau. “Asistenku tidak masuk hari ini padahal aku harus mengejar revisi konten kemarin. Apa ada anak buahmu yang bisa aku pinjam untuk syuting hari ini?”

Aldira terdiam. Dia berpikir, jika dia bisa menghabiskan waktu dengan Tony, mengapa dia harus memberikan kesempatan itu kepada orang lain?

“Tenang saja. Aku yang akan turun langsung membantumu. Lagipula aku harus bertanggung jawab terhadap revisi konten yang aku minta sendiri.” Jawabnya antusias.

Tony melemparkan senyuman penuh semangat. Dia berdiri dari kursi dan mengedipkan sebelah matanya pada Aldira. “Baiklah, nanti kamu nebeng mobilku saja, ya ke lokasi syuting.”

“Nebeng mobilmu?” Tanya Aldira heran.

“Iya, apa kamu ingin pergi dengan mobil kantor bersama kru yang lain?” Balas Tony bertanya.

“Oh, tidak apa-apa. Aku bareng kamu saja. Hehehe.” Jawab Aldira gugup.

“Sip, nanti aku kabari jika mau berangkat. Thank you!” Katanya sambil bergegas pergi.

Wajah Aldira memerah. Jantungnya berdetak semakin cepat. Semobil berdua dengan Tony adalah salah satu wish list miliknya. Selama ini, dia belum pernah satu kali pun masuk ke dalam mobil pria idolanya tersebut. Tidak salah bila dia mengira ajakan pria itu akan membuatnya selangkah lebih dekat untuk mengambil hatinya.

03 - Tidak Sesuai Ekspektasi

Cuaca yang terik menambah semangat Aldira untuk mendekatkan dirinya pada Tony. Sambil berdandan sebentar, wanita itu menunggu Tony menjemputnya di lobby kantor. Dengan cekatan, dia memoles bibirnya dengan lipstik berwarna peach untuk meningkatkan kepercayaan dirinya.

Mobil sedan berwarna hitam milik Tony mendekatinya dan berhenti di depan Aldira. Dengan semangat yang menggebu-gebu, Aldira bergegas membuka pintu penumpang yang ada di baris depan. Namun, harapannya untuk duduk bersebelahan dengan pria idolanya pupus saat melihat Salma duduk di kursi incarannya.

“Lho, ada Salma?” Tanya Aldira terkejut.

“Kamu duduk di belakang saja, ya.” Jawab Salma santai sambil menutup kembali pintu mobil.

Kekecewaan terlihat jelas di wajah Aldira. Perkiraan dia meleset. Ternyata ada Salma yang ikut menebeng di mobil Tony. Aldira cukup kesal karena merasa ada hama yang mengganggu rencananya.

“Aku kira Salma ikut mobil kantor.” Kata Aldira basa-basi sambil merubuhkan pantatnya di kursi belakang.

“Iya, seharusnya begitu. Tapi mobil kantor sudah penuh.” Balas Salma sambil menghela napas.

“Makin ramai makin seru, ‘kan! Ayo, kita berangkat!” Kata Tony sambil menginjak pedal gas.

Justru keberadaan Salma di sana tidak membuat seru sama sekali. Bagi Aldira, keseruan itu akan terjadi bila hanya ada dia dan Tony di mobil tersebut. Obrolan yang sudah dipikirkannya dengan nada sedikit menggoda sudah disiapkan. Misalnya, membicarakan warna lipstik yang dipakainya sambil sesekali berbisik di telinga Tony yang sedang mengemudi dan tidak sengaja mencium pipi pria itu karena rem yang mendadak. Sayang sekali, semua itu hanya wacana yang tidak mungkin terjadi.

“Apakah sudah ada rencana untuk kampanye marketing berikutnya?” Tanya Tony memecah imajinasi Aldira.

"Oh. Rencananya, sih aku akan melakukan campaign dengan vtuber-vtuber yang sedang naik daun.” Jawab Aldira tercekat.

“Wah, vtuber memang sedang menjamur. Apakah kamu sudah tahu mau kolaborasi dengan siapa?” Sambung Salma bertanya.

Aldira membuka ponsel dan melihat catatan yang disimpannya hasil dari riset semalam. Dia memperhatikan dengan seksama nama kanal youtube yang menarik perhatiannya.

“Ada beberapa yang cukup menarik. Salah satunya akun bernama Deepvoice.” Jawabnya.

“Deepvoice? Yang suaranya mirip Tony?” Tanya Salma.

“Iya, kamu tahu? Sering nonton kanalnya?” Aldira terdengar bersemangat.

Salma tidak menjawab. Dia hanya bereaksi dengan merebahkan sandaran kursinya sedikit untuk menambah kenyamanan.

“Salma, apakah kamu pernah berpikir bahwa Deepvoice itu adalah Tony?” Seru Aldira.

Salma melirik ke arah Tony. Pria itu terlihat gugup dan hanya bersiul melantunkan sebuah lagu.

“Kenapa diam?” Tanya Aldira memaksa.

“Kamu berisik sekali, sih. Kalo memang Deepvoice itu adalah Tony lalu kenapa??” Balas Salma protes.

Salma tercekat, dia spontan menutup mulutnya dengan tangannya sendiri, seolah telah membocorkan sebuah rahasia besar. Sekali lagi, dia melihat ke arah Tony. Namun, kali ini pria itu membalas tatapannya sambil menggelengkan kepala.

Reaksi mereka berdua tertangkap oleh mata Aldira. Sambil berpikir sejenak, wanita itu mencondongkan badannya ke depan. Kepalanya melongo persis di tengah-tengah kedua rekannya.

“Tony, coba kamu berbicara. Apa saja!” Kata Aldira sambil menengok ke wajah Tony yang kelihatan gugup.

“Apaan, sih?” Kata Tony malu.

“Wah, iya suaranya persis!! Jadi kamu beneran Deepvoice?” Teriak Aldira kegirangan.

“Hei, hei! Tidak perlu heboh seperti itu. Kembali ke tempat dudukmu sana!” Celetuk Salma dari kursi penumpang.

Aldira segera menyandarkan punggungnya ke kursi penumpang. Dengan mata yang berbinar-binar, dia memperhatikan Tony yang menyetir di depan.

“Kamu kenapa senang begitu, sih?” Tanya Tony.

“Jelas saja! Aku tidak perlu susah-susah membuat kontrak kerja sama dengan Deepvoice. Karena kita rekan kerja, pasti kamu tidak akan mempersulitku, bukan?” Kata Aldira penuh semangat.

“Hahahaha. Kita lihat saja nanti, tergantung scope of work-nya.” Timpal Tony sambil tertawa.

Sebenarnya, kesenangan yang dirasakan oleh Aldira bukan semata-mata karena berhubungan dengan pekerjaan, tetapi karena dia bisa berimajinasi dengan bebasnya sambil mendengarkan suara Tony dari youtube Deepvoice kapan saja dan dimana saja. Tapi tidak mungkin, ‘kan bila Aldira memberitahu alasan yang sebenarnya itu pada mereka.

***

Syuting hari itu berjalan dengan cukup baik. Meskipun sedikit hujan, tetapi karena lokasinya di dalam gedung jadi tidak berpengaruh terhadap pekerjaan mereka. Melihat Tony yang masih sibuk merapikan kamera dan* lighting*, Aldira segera bergegas menghampirinya.

“Mungkin ada yang bisa aku bantu?” Tanya Aldira.

“Oh, tidak perlu. Sebentar lagi juga selesai.” Jawab Tony.

“Baiklah. Jika kamu ingin minum kopi, aku sudah sediakan di meja sebelah sana, ya.” Kata Aldira sambil menunjuk ke sebuah meja yang dipenuhi oleh berbagai macam gelas berisikan minuman.

Sambil memperhatikan otot bisep yang menonjol di lengan Tony, Aldira secara spontan menelan ludahnya. Sungguh, wanita itu tampak haus akan belaian lelaki. Maklum saja, seumur hidupnya dia belum pernah berpacaran. Tak jarang banyak orang yang menganggapnya wanita yang dingin dan jual mahal. Padahal, sebenarnya dia menyimpan gelora di dasar hatinya terhadap laki-laki, hanya saja dia tidak pernah percaya diri untuk memiliki hubungan yang cukup dekat dengan lawan jenisnya.

"Ngomong-ngomong tentang campaign vtubermu…” Ucap Tony.

“Iya, kenapa?” Aldira tercekat dan mengalihkan pandangannya dari lengan kekar pria itu.

“Aku akan memberikanmu kontak agensiku. Jadi, kamu bisa membicarakan kerja sama dengan agensiku terlebih dulu.” Jelasnya.

“Vtuber juga ada agensinya? Ah, padahal aku sudah berharap akan dipermudah olehmu.” Ujar Aldira kecewa.

“Hahaha. Tenang saja akan tetap aku bantu. Tapi prosedurnya memang harus melalui agensi, sih.”

“Baiklah, memangnya kamu di bawah agensi apa?” Tanya Aldira.

Tony terlihat tidak yakin untuk menyebutnya. Dia terlihat berpikir untuk beberapa saat, lalu menjawab, “Face Me Agency.”

“Face Me Agency?” Kata Aldira sambil mengulang nama agensi tempat Tony bernaung. “Ini ‘kan agensi besar yang menaungi model-model kelas A! Mereka juga mengurus vtuber??? Hebat juga kamu bisa masuk ke agensi bergengsi ini!”

“Biasa saja. Cuma beruntung, kok.” Balasnya dengan senyuman manis.

Wajah Aldira memerah saat melihat senyuman yang dilemparkan oleh pria tampan itu. Dia sempat bengong sejenak tanpa mengedipkan matanya.

“Tony!” Seru Salma memanggil dari meja minuman.

“Aku ambil kopi dulu, ya. Permisi.” Kata Tony sambil berlalu dari Aldira yang masih mematung.

Aldira mengikuti sosok Tony yang berjalan mendekati Salma. Salma memberikan kopi panas padanya dan disambut dengan hangat oleh pria itu. Terlihat mereka berdua asyik mengobrol sambil sesekali bercanda dengan lepas.

Debaran hati Aldira melemah. Entah mengapa, dia melihat dua orang itu sangat cocok satu dengan yang lain. Tony memiliki paras yang tampan dengan badan atletis yang bugar. Sementara Salma memiliki wajah oriental yang cantik dengan tubuh yang tinggi semampai.

“Mereka berdua kelihatan sangat dekat, ya.” Gumam Aldira sambil menghembuskan napasnya.

Dengan hati kecewa, Aldira memilih meninggalkan gedung tersebut dan menunggu di luar. Hujan sudah berhenti tetapi awan mendung masih menutupi langit. Dia menyandarkan tubuhnya di tembok sambil memandang langit yang gelap.

“Maaf, ada Tony dan Salma di dalam?” Tanya seorang laki-laki yang tiba-tiba muncul mengganggu Aldira yang sedang termenung.

“Eh, iya. Mereka di dalam.” Jawab Aldira kebingungan.

“Permisi.” Kata pria itu sambil melewati Aldira dan masuk ke dalam tanpa basa-basi.

Aldira berusaha mengingat-ingat rekan kerjanya, namun dia tidak dapat menemukan sosok pria itu di dalam otaknya. Ditambah ia memakai kacamata hitam yang cukup gelap. Pria itu memiliki tubuh setinggi Tony, badannya cukup ideal seperti Tony tapi tidak sebesar Tony.

“Dia dari departemen mana, ya? Kok, rasanya tidak familiar.” Ujar Aldira kebingungan.

Namun, karena suasana hati yang kurang baik, Aldira tidak mau ambil pusing. Dia tetap meyakini bahwa pria tersebut adalah salah satu karyawan di tempatnya bekerja. Lalu, Aldira kembali bersandar di tembok dan melihat langit yang tak kunjung cerah.

Di tengah tatapan kosongnya, wanita itu berandai-andai memiliki wajah dan fisik yang sempurna, setidaknya sama seperti Salma. Jika bisa demikian, tentunya dia tidak akan minder dan jomblo seumur hidup.

...Tony, 26 tahun...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!