Farrel adalah seorang playboy kelas kakap, sudah banyak wanita yang dia kencani dari berbagai macam profesi. Baginya wanita hanya mainan saja, yang akan dia tinggalkan setelah merasa bosan. Tak ada satupun wanita yang bisa membuatnya jatuh cinta.
Dia adalah seorang pria dengan sejuta pesona. Siapapun wanita yang melihatnya akan terpesona dengan ketampanannya, apalagi dia adalah seorang pengusaha yang kaya raya.
Namun, malam itu dia salah masuk ke dalam kamar hotel membuat dia melakukan kesalahan fatal dengan seorang wanita yang tidak dia kenali. Wanita itu meletakkan sebuah cek senilai seratus juta di atas meja, agar Farrel tutup mulut.
Farrel sangat terkejut ketika mengetahui kenyataan bahwa wanita itu ternyata adalah istri dari saudara sepupunya. Apakah dia harus bertanggung jawab karena telah merenggut kesuciannya ataukah mencari wanita lain sebagai tambatan hati? Padahal ada banyak wanita yang mengharapkan cintanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Terlihat seorang pria tampan yang sedang membaca beberapa pesan masuk yang telah dikirim dari wanita-wanita yang sedang dia kencani.
[Hei sayang, sedang apa kamu malam ini?]
[Aku kangen banget sama kamu, Farrel.]
[Malam Farrel, apa kamu sudah makan? Kalau belum, aku ingin makan malam bersamamu.]
[Farrel, aku cinta kamu.]
[Farrel, walaupun pacarmu bukan hanya aku saja, percayalah bahwa aku adalah wanita yang paling mencintai kamu. Aku sayang kamu.]
[Farrel, mengapa kamu sangat tampan dan mempesona? Membuat aku tidak bisa tidur nyenyak.]
Seorang pria bernama Farrel pun menghela nafas ketika membaca beberapa pesan yang dikirim oleh beberapa kekasihnya. Dia tidak memiliki waktu untuk menjawabnya satu persatu, karena dia harus bertemu dengan seseorang hari ini. Pria itu pun menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku kemaja yang dia kenakan.
Farrel Gibson, pria berusia 24 tahun itu adalah seorang playboy kelas kakap, sudah banyak wanita yang dia kencani dari berbagai macam profesi. Baginya wanita hanya mainan saja, yang akan dia tinggalkan jika sudah merasa bosan. Tak ada satupun wanita yang bisa membuatnya jatuh cinta.
Dia adalah seorang pria dengan sejuta pesona. Siapapun wanita yang melihatnya akan terpesona dengan ketampanannya, apalagi dia adalah seorang pengusaha yang kaya raya dan sang pewaris perusahaan Gibson Group.
Seperti malam ini, Farrel keluar dari mobil mewahnya, dia tengah memasuki sebuah restoran mewah di kota Jakarta. Terlihat ada banyak wanita menatap ke arahnya, sampai ada salah satu dari mereka tidak fokus dengan apa yang sedang dia minum, membuat minuman tersebut tumpah ke pakaian yang dia kenakan.
Siapa yang tidak terpesona dengan ketampanan pria blesteran Indonesia-Eropa itu. Pria yang berparas sempurna, memiliki bola mata berwarna biru terang, hidung mancung, rahang tegas, tubuh atletis, dan memiliki tubuh yang tingginya melebihi rata-rata.
Farrel sudah terbiasa dipandang dengan cara seperti itu oleh setiap wanita, membuat rahim para wanita bergetar seolah meminta disentuh olehnya. Hampir setiap malam dia menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan seorang wanita, walaupun dia tidak pernah sampai melepaskan keperjakaannya, karena dia tidak ingin para kekasihnya memanfaatkan hal itu untuk memiliki anak dari Farrel. Dan Farrel ingin melakukannya dengan seorang wanita yang dia cintai pada suatu saat nanti.
Namun sayangnya sampai kini Farrel tidak pernah bisa mencintai salah satu dari wanita yang dia kencani. Farrel menjadi seorang playboy karena ingin menghindari perjodohan, dia ingin segera mendapatkan calon istri sesuai pilihannya sendiri, sehingga dia mengencani banyak wanita untuk dia seleksi, dan semua kekasihnya tahu akan hal itu.
Farrel pun duduk di sebuah kursi yang sudah dipesan oleh mantan kekasihnya, wanita itu bernama Adel. Farrel sudah memutuskan wanita itu satu minggu yang lalu.
"Untuk apa kamu menyuruh aku datang kesini?" tanya Farrel dengan nada ketus.
"Sebentar lagi aku akan pergi ke Jepang, setidaknya aku ingin bertemu dengan kamu untuk terakhir kalinya, Farrel." Awalnya Adel tidak terima diputuskan oleh Farrel begitu saja, tapi sepertinya wanita itu memiliki rencana bagaimana caranya untuk mendapatkan Farrel seutuhnya.
Adel pun berkata kembali, "Sejujurnya aku sangat mencintai kamu, Farrel. Aku siap menunggu kamu sampai kamu jatuh cinta kepadaku."
"Sayangnya aku sama sekali tidak merasakan getaran apapun setiap kali bersama kamu. Dari awal sudah aku peringatkan untuk tidak jatuh cinta kepadaku. Hubungan kita hanya untuk bersenang-senang saja." Farrel sama sekali tidak merasa bersalah kepada Adel, karena dari awal dia sudah memperingatkan Adel untuk tidak jatuh cinta kepadanya.
Pembicaraan mereka terhenti ketika ada seorang waitress datang membawa dua gelas minuman yang sudah mereka pesan. Kemudian waitress itu pun menganggukkan kepalanya dengan pelan kepada Adel, sebagai sebuah kode bahwa waitress tersebut sudah menjalankan apa yang diperintahkan oleh Adel.
Mungkin karena Farrel merasakan haus, dia segera meminum jus strawberry pesanannya. Namun, entah mengapa tiba-tiba saja dia merasakan ada sesuatu yang aneh di dalam tubuhnya. Tubuhnya terasa panas, seakan merasakan gairah yang menyeruak dan mendesak tanpa diajak kompromi, dan kepalanya terasa pening.
"Arrghh... ada apa dengan tubuhku?" gumamnya dengan nada pelan.
Adel pun tersenyum melihat Farrel yang terlihat sangat gelisah seperti itu, dia segera memegang tangan Farrel, "Farrel, kamu kenapa?"
Farrel melepaskan tangan Adel dengan kasar, pria menatap tajam kepada Adel, "Ah sial! Pasti kamu memasukkan obat perangsang ke dalam minuman aku, kan?"
Adel tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, "Iya, aku melakukannya. Dan aku siap untuk memuaskan kamu malam ini. Bagaimana?" tanya Adel sambil meraba-raba paha Farrel untuk menggodanya.
"Shittt!" Farrel mengumpat.
Pria itu pun segera berdiri, "Sayangnya keinginan kamu tidak akan terwujud. Aku tidak sudi menyentuh tubuhmu. Kamu pikir aku tidak tahu bahwa selama ini kamu sering tidur dengan pria lain?"
"Tapi Farrel..."
Farrel segera pergi meninggalkan restoran tersebut. Dia berusaha untuk bisa berkonsentrasi menyetir mobilnya dalam keadaan tubuhnya yang sangat tersiksa, hasrat yang dia rasakan semakin bergejolak tak tertahankan.
Farrel memasangkan headset ke telinganya, dia segera menelpon sahabatnya, Andra.
"Hallo, ada apa, Rel?" tanya Andra setelah menerima panggilan telepon dari sahabat baiknya.
"Gue butuh seorang wanita untuk bermalam dengan gue malam ini juga." Farrel tahu bahwa Andra memiliki banyak kenalan para wanita malam.
Andra mengerutkan keningnya, "Lho lu kan punya banyak cewek, Rel. Lu tidurin aja salah satu cewek lu. Wah wah akhirnya sang playboy mau melepaskan keperjakaannya nih."
Andra malah menggoda Farrel.
Kalau Farrel meniduri salah satu diantara kekasihnya, itu akan terlalu beresiko, pasti akan dijadikan kesempatan untuk hamil mengandung anak Farrel. Tapi dengan Farrel melampiaskan hasratnya kepada wanita malam, Farrel tidak perlu bertanggungjawab.
"Gue butuhnya wanita malam."
Andra pun berpikir sejenak, kemudian dia berkata. "Hm ya udah, lu datang saja ke Hotel Bonita, nanti lu masuk ke kamar nomor 116. Gue punya kenalan seorang cewek, namanya Fanny. Dia sering standby disana. Nanti gue hubungi si Fanny buat siap-siap."
Namun, bagaimana kalau ternyata Farrel salah masuk ke dalam kamar? Dia malah masuk ke kamar seorang wanita yang akan melakukan malam pertama dengan suaminya? Karena sebenarnya wanita malam yang bernama Fanny itu selalu standby di kamar nomor 119.
Malam ini di Hotel Bonita, tepatnya di sebuah kamar nomor 116. Terlihat seorang wanita cantik yang sedang menunggu kedatangan suaminya.
Wanita cantik itu sudah mengenakan lingerie yang sangat seksi, bahkan dia telah berdadan sangat cantik, dan juga sudah menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya, sehingga tubuhnya sangat tercium wangi dan menggairahkan. Karena malam ini dia akan melakukan malam pertama dengan sang suami.
Wanita itu bernama Renata, sudah satu tahun dia menikah dengan seorang pria bernama Edho, tapi sampai kini Edho belum pernah menyentuhnya, dengan alasan Edho ingin menyentuhnya setelah mereka saling mencintai.
Sudah satu minggu Edho menjalankan bisnisnya di luar kota. Tiba-tiba Renata dikejutkan dengan sebuah pesan yang diterima dari suaminya.
[Renata, hari ini aku akan pulang ke Jakarta. Bagaimana kalau malam ini kita melakukan malam pertama kita?]
Renata nampak terkejut ketika membaca pesan dari Edho, apakah Edho sudah mulai menerimanya ataukah sudah mulai mencintainya? Siap tidak siap, Renata harus bisa menjalankan tugasnya sebagai seorang istri. Selama ini dia selalu berusaha untuk menjadi istri yang baik untuk Edho.
[Mas Edho serius?]
Renata mencoba bertanya kepada Edho, siapa tahu dia salah baca. Mengapa tiba-tiba Edho ingin melakukan malam pertama dengannya.
Tak lama kemudian, Edho pun membalas pesan kembali dari Renata.
[Ya, Renata. Aku sudah memesan sebuah kamar hotel di Jakarta. Nanti malam kita bertemu saja di Hotel Bonita nomor 116.]
Karena itulah malam ini Renata berada di Hotel Bonita, kamar 116 tersebut telah di sulap menjadi kamar pengantin dengan ditaburi bunga-bunga yang indah dan tersedia minuman bir disana, sesuai pesanan dari Edho.
Drrrrtt!
Drrrrtt!
Drrrrtt!
Terdengar ponsel Renata bergetar, ternyata dia mendapatkan pesan dari Edho. Wanita cantik itu yang awalnya tersenyum lebar, senyumannya seketika memudar setelah mendapatkan pesan dari Edho.
[Maaf Renata, malam ini aku tidak bisa pulang. Pekerjaan aku banyak sekali. Abaikan tentang permintaan aku yang tadi.]
Renata pun menghela nafas dengan panjang. Lagi dan lagi Edho selalu mengingkari janjinya. Dia tahu bahwa Edho tidak pernah mencintainya, mereka berdua menikah karena dijodohkan. Tapi apakah Edho sama sekali tidak merasa tersentuh dengan apa saja yang sudah dilakukan oleh Renata selama ini? Renata tak pernah menuntut apapun dari Edho, dia selalu berusaha untuk menjadi seorang istri yang baik untuk Edho.
Mungkin saking kesalnya, Renata segera berjalan mendekati meja, dia meneguk satu botol bir yang telah tersedia disana, dia meneguknya sampai habis, membuat wanita itu mabuk.
"Padahal aku selalu berusaha untuk menjadi istri yang baik untukmu. Tapi kenapa kamu tak pernah bisa menerima kehadiran aku?" Renata pun mulai meracau tak jelas. Dia merasa dipermainkan oleh suaminya.
Renata lupa bahwa dia belum mengunci pintu kamar hotel yang telah dia sewa, mungkin tadinya dia berpikir Edho akan datang ke kamar tersebut. Tapi ternyata pria itu mengingkari janjinya. Edho tidak akan datang malam ini.
...****************...
Sementara itu, Farrel telah sampai di hotel Bonita, dia segera mencari kamar hotel nomor 116. Pria itu terlihat terburu-buru sekali. Wajahnya nampak memerah dan nafasnya tersengal-sengal, mungkin karena sangat tersiksa ingin segera melampiaskan hasratnya yang kian menyiksa.
Begitu Farrel menemukan kamar nomor 116 tersebut, dia segera masuk ke dalam kamar itu.
Ceklek!
Begitu pintu terbuka, Farrel nampak terperangah ketika melihat seorang wanita cantik yang sedang duduk di pinggir ranjang.
Wanita itu sangat cantik sekali.
Benar-benar cantik.
Sampai Farrel sangat menyayangkan mengapa wanita secantik itu harus menjadi wanita malam?
Farrel menelan saliva dengan bersusah payah ketika melihat penampilan wanita cantik itu yang sangat seksi, dengan mengenakan sebuah lingerie berwarna jingga, sangat terlihat jelas lekuk tubuhnya yang sangat dia indah dan menggoda. Sepertinya wanita cantik itu sudah sangat profesional untuk memuaskan para pelanggannya.
...****************...
...(Kalau ada adegan es batu saya up malam hari 🙏)...
Flashback enam jam yang lalu...
Di kota S, terlihat Edho yang sedari tadi sedang termenung di sebuah balkon kamar hotel. Dia merasa tertekan jika dia pulang ke Jakarta, kemudian bertemu dengan kedua orangtuanya, orang tuanya pasti akan bertanya mengapa istrinya belum hamil juga.
Ayahnya Edho dan ayahnya Renata bersahabat, sehingga mereka ingin menjodohkan anak mereka berdua.
Renata tidak dapat menolak permintaan sang ayah, karena saat itu sang ayah sedang dalam keadaan sekarat. Sehingga akhirnya Renata dan Edho menikah secara dadakan di rumah sakit. Walaupun setelah itu pada akhirnya ayahnya Renata harus meninggal dunia, sementara sang ibu telah meninggal ketika Renata masih kecil. Renata tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Edho yang telah resmi menjadi suaminya.
Mungkin karena pernikahan Edho dan Renata yang dilakukan secara dadakan, sehingga Farrel tidak hadir ke pernikahan saudara sepupunya itu. Apalagi Farrel sudah lama tinggal di Portugal, dia sekolah dan kuliah disana.
Farrel baru dua bulan tinggal di Indonesia, sebuah pencapaian yang luar biasa, di dalam waktu dua bulan itu dia sudah mengencani lebih dari 20 orang wanita, mungkin karena Farrel ingin segera menemukan siapa wanita yang bisa membuat hatinya berdebar-debar, sayangnya sama sekali tidak ada satupun wanita yang mampu meluluhkan hatinya.
Selama dua bulan ini Farrel belum pernah bertemu dengan Edho dan istrinya, karena Edho sering berpergian ke luar kota dalam urusan bisnis. Dan Farrel sama sekali tidak penasaran dengan sesosok wanita yang telah menjadi istri dari saudara sepupunya itu, padahal sang ayah ingin mempertemukan dia dengan istrinya Edho.
Edho dan Renata bekerja di perusahaan milik ayahnya Farrel. Edho bekerja sebagai seorang manager, sementara Renata bekerja sebagai asisten ayahnya Farrel, Tuan Aldi Gibson. Karena itulah Tuan Aldi ingin meminta Renata untuk mengajarkan putranya tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan perusahaan Gibson Group, tapi sayangnya sang pewaris Gibson Group adalah seorang laki-laki yang sangat susah diatur dan masih memikirkan kesenangannya. Sehingga Farrel belum pernah menginjakkan kakinya ke perusahaan.
Karena Edho merasa tertekan oleh kedua orang tuanya yang selalu bertanya mengapa istrinya belum hamil juga. Edho pun memutuskan untuk bisa menerima kehadiran Renata sebagai istrinya, dia mengirimkan sebuah pesan kepada sang istri.
[Renata, hari ini aku akan pulang ke Jakarta. Bagaimana kalau malam ini kita melakukan malam pertama kita?]
Tak lama kemudian, Edho mendapatkan balasan pesan dari sang istri.
[Mas Edho serius?]
Edho pun membalas pesan kembali dari Renata.
[Ya, Renata. Aku sudah memesan sebuah kamar hotel di Jakarta. Nanti malam kita bertemu saja di Hotel Bonita nomor 116.]
Edho memang sudah memesan kepada pihak hotel untuk menghias kamar hotel tersebut menjadi kamar pengantin, dengan ditaburi bunga-bunga yang indah dan disediakan minuman bir kesukaannya. Anggap saja mereka akan melakukan malam pertama yang tertunda.
Enam jam berlalu, Edho telah sampai di kota Jakarta, saat ini dia sedang berada di tengah perjalanan menuju hotel Bonita. Namun, tiba-tiba saja ponselnya bergetar.
Drrrrtt!
Drrrrtt!
Drrrrtt!
Edho segera menghentikan mobilnya ketika dia tahu siapa orang yang mengirimkan sebuah pesan kepadanya.
[Sayang, aku lagi sakit. Bisa kan malam ini kamu menginap di rumah aku? Aku ingin tidur dipelukan kamu.]
Seketika Edho menjadi merasa bersalah kepada Tania, hampir saja dia melupakan kekasihnya itu. Padahal dia sudah berjanji kepada Tania tidak akan pernah menyentuh tubuh sang istri.
Edho pun bergegas membalas pesan dari Tania.
[Ya, sayang. Malam ini aku menginap di rumah kamu.]
Kemudian Edho segera mengirim pesan kepada Renata. Dia memang harus membatalkan acara malam pertama yang tertunda itu.
[Maaf Renata, malam ini aku tidak bisa pulang. Pekerjaan aku banyak sekali. Abaikan tentang permintaan aku yang tadi.]
...****************...
...(Bab 4 up malam 🙏)...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!