NovelToon NovelToon

Oh My Secretary

01. Masa Lalu Rey

Siapa yang tidak mengenal Rey, dia adalah cucu angkat Brahma Yudistira. Dia ingin dijadikan sebagai seorang CEO di salah satu perusahaan Yudistira tapi dia menolak. Setelah acara pernikahan Bram dan Naya, dia sangat lelah diberi tanggung jawab oleh Bram untuk menjadi pimpinan sementara saat Bram berbulan madu dengan Naya.

"Bulan madu tiada akhir."

Jalan satu-satunya untuk menangani perusahaan besar itu adalah dia harus bekerja sama dengan seseorang, agar perusahaan tersebut berjalan dengan baik.

Farah, adalah wanita yang menolong Naya saat dia kabur ke luar negeri. Saat hubungannya dengan Bram renggang, dia menetap bersama Farah di sana.

Bram memperkenalkan Farah kepada Rey dan membuat mereka bekerja sama hingga akhirnya mereka memiliki hubungan yang spesial. Hari-hari berlalu begitu saja hingga mereka menjalin hubungan selama tiga tahun tapi belum memiliki rencana menuju jenjang pernikahan.

Keluarga Farah telah menuntut agar mereka segera melangsungkan pernikahan karena usia mereka sudah matang, tapi Rey masih ragu untuk melakukan itu. Entah apa yang membuatnya masih belum siap memiliki seorang keluarga sendiri seperti Bram.

Bahkan Farah pun lelah, hingga mulai meragukan perasaan Rey kepadanya. Mereka akhirnya bertengkar hebat membuat Farah meninggalkan kota tersebut dan membuka sebuah usaha di perkebunan milik ayahnya.

Tidak berselang lama, Rey mendapat undangan pernikahan Farah dengan lelaki yang menjadi sahabatnya semasa dia kecil.

Bram sering menasehati Rey agar dia membuka hati untuk sebuah pernikahan tapi Rey hanya terdiam. Bram mencoba membantu hubungan Farah dulunya dengan Rey sebelum mereka benar-benar berakhir tapi Bram pun tidak ingin memaksa Rey, karena dia memiliki kehidupan sendiri.

Rey patah hati kembali.

Bram akhirnya melihat perubahan Rey yang gila kerja dan juga terlihat serius dalam segala hal. Sebagai seorang yang terdekat, Bram selalu menasehatinya jika dia harus berubah. Rey harus lebih terbuka dan menerima segala yang ada di sekelilingnya, berusaha merasakan kehadiran mereka.

Bahkan anehnya, saat Rey putus dengan Farah, dia terlihat biasa-biasa saja.

"Aku juga sedih, tapi aku tidak bisa melakukan apapun. Mungkin sudah seharusnya seperti itu."

"Tapi Rey, sampai kapan kau seperti itu. Semua wanita butuh kepastian, dan juga sikap kaku mu itu, ubahlah sedikit agar kau tahu perasaanmu yang sebenarnya," jelas Bram.

Rey hanya terdiam mendengarnya.

Tidak lama berselang, seorang pria datang menemui Tuan Brahma yang saat itu kesehatannya sudah mulai menurun. Dia sedang dirawat di rumah sakit miliknya dengan penanganan terbaik. Pria asing tersebut memberikan foto seorang anak dan dia meminta tolong kepada Tuan Brahma, agar mengecek kecocokan mereka.

Apakah benar Rey adalah kerabatnya yang hilang atau bukan.

Tuan Brahma kemudian meminta Bram agar memerintahkan Rey melakukan tes DNA (Deoxyribonucleic Acid) atau dikenal dengan tes genetik bersama dengan pria asing tersebut. Tidak ada yang menyangka jika Rey ternyata seorang anak yang diculik kemudian dibawa oleh seseorang ke negara tersebut dan dititipkan di sebuah panti asuhan.

"Dia adalah anak Rocco Alfred, konglomerat Itali," jelas tuan Brahma saat mengetahui kecocokan DNA mereka.

Rey masih terdiam mendengar ucapan tersebut. Tuan Brahma dengan suara yang lemah memberi tahu kepada Rey jika keluarganya akan datang menjemputnya. Kedua orang tuanya, nyonya Maura dan tuan Rocco Alfred akan datang.

"Rey, apakah kau baik-baik saja?" tanya Bram.

"Aku hanya merasa aneh memiliki keluarga kandung dan juga orang tua? Aku ..."

Bram kemudian menepuk pundak Rey untuk menguatkannya, walau bagaimanapun dia harus bersiap dan menerimanya, karena mereka adalah orang tuanya. Bram yakin jika nyonya Maura dan tuan Rocco sangat menyayanginya.

Terbukti sudah puluhan tahun mereka kehilangan anak tapi masih mencari keberadaan anaknya.

...----------------...

Seminggu berlalu, hari yang dinanti telah tiba. Sebuah jet pribadi mendarat di negara tersebut. Dua sosok wajah yang bersahaja dengan setelan yang menggambarkan betapa serasi dan wibawanya mereka, melangkahkan kaki dengan senyum mereka yang terukir sempurna.

Bram sendiri yang menjemput kedatangan mereka di landasan pribadi milik keluarga Yudistira. Sedangkan Rey yang mengetahui hal itu terlihat gelisah berada dalam sebuah ruangan. Terbukti dengan tangannya yang dikepal dan juga wajahnya yang tegang.

"Tenanglah Rey, semuanya akan baik-baik saja. Bagaimana kalau kau menemui Zidan beberapa menit untuk menenangkan dirimu, dia sedang bermain di kamarnya," jelas Naya.

Rey mengangguk mendengar itu, dia kemudian berjalan menuju kamar Zidan yang terletak di lantai atas.

Rombongan Bram dan kedua orang tua Rey telah tiba. Naya menyambut mereka dengan suka cita dan memberikan banyak sajian makanan khas. Nyonya Maura sangat tersentuh melihatnya, dia sangat yakin jika anaknya terawat dengan baik bersama dengan keluarga mereka.

Bahasa mereka tidak terlalu fasih, untung saja Rey dan Naya mampu berbahasa asing sesuai harapan.

"Di mana anakku Rey?" tanya Nyonya Maura yang sudah tidak sabar.

Naya mendengar itu meminta seorang pelayan di rumahnya untuk memanggil Rey di kamar Zidan. Tidak menjelang lama, Rey datang dengan setelan formal seperti biasa. Tuan Rocco dan Nyonya Maura berdiri dari tempatnya dan menatap Rey dengan haru.

"Dia sangat mirip denganmu sewaktu muda," ucap Nyonya Maura kepada suaminya.

Mereka berdua berpelukan dan saling memberi selamat karena anaknya yang hilang selama dua puluh tahun telah ditemukan dan dia sangat sehat dan juga tampan. Tuan Rocco berjalan ke hadapan Rey dan langsung memeluknya.

"Anakku, ini Papa," ucap Tuan Rocco.

Setelah itu, dia melepaskan pelukannya dan giliran Maura yang memeluk Rey dengan sesegukan.

"Aku Mama mu sayang," ucap Nyonya Maura dengan sesegukan.

Entah apa yang Rey pikirkan, awalnya dia merasa canggung tapi setelah mendapat pelukan oleh Nyonya Maura, hatinya terasa hangat dan pertanyaan yang berkecamuk di kepalanya hilang begitu saja, dia menerima semuanya dengan tangan terbuka.

Rey membalas pelukan Nyonya Maura dengan lirih dia memanggil Maura.

 "Ma ....".

Bram dan Naya melihat pemandangan itupun merasa terharu. Sebagai orang yang dekat dengannya sejak lama dan menganggap Rey seperti keluarga sendiri, ada perasaan tidak rela di hati Bram. Karena setelah itu dia yakin kedua orang tua Rey meminta dia untuk ikut bersamanya.

Bram dan Naya memberikan waktu kepada Rey dan kedua orang tuanya untuk menghabiskan waktu bersama dalam ruangan tersebut. Tuan Rocco menjelaskan jika mereka tidak bisa berlama-lama karena dia memiliki banyak pekerjaan yang tidak bisa ditinggal di Italia.

Rocco dan Maura meminta agar Rey ikut. Awalnya dia terdiam, tapi Bram dan Naya mendukung Rey apapun keputusannya. Dia pun ingin bertemu Kakek Brahma sebelum dia memutuskan untuk ikut kedua orang tuanya. Dia ingin melihat respon semua orang kepadanya.

"Rey, lakukan apa yang kau inginkan. Kau akan selalu memiliki tempat di rumah ini," jelas Bram.

Mereka berdua akhirnya berpelukan dan saling tertawa.

02. Keluarga Baru di Italia

Rey akhirnya membuat keputusan untuk ikut bersama dengan tuan Rocco dan Maura. Dia pamit kepada semua orang. Terutama Zidan yang baru saja pandai memanggil namanya dengan sebutan, "Uncle Rey". Kedua orang tua Rey tersenyum penuh hangat bahkan Tuan Rocco mengajukan proyek kerja sama dengan Yudistira Group, Bram mendengar itu menyambutnya dengan baik.

"Jika kau bertemu dengan wanita di Itali, kabarin ya. Kau harus hati-hati, wanita di sana sangat ambisius dan juga arogan ----"

"Ehm," Naya berdehem.

Bram kemudian melepaskan pelukannya dengan Rey dan menepuk pundak sahabatnya itu. Naya pun memberikan pelukan perpisahan kepada Rey dan meminta agar Rey lebih sering berkunjung nantinya untuk sekedar bertemu dengan Zidan, karena anak itu pasti akan meindukannya.

"Pasti," ucap Rey tersenyum.

Rey kemudian meninggalkan kediaman Bram dan menuju landasan jet pribadi. Dia melambaikan tangan dan akhirnya dia telah pergi.

...----------------...

Italia.

Rey tiba di sebuah rumah berbentuk kastil. Dia seperti biasa berjalan dengan tegak dengan wajah yang kaku. Nyonya Maura tidak ada hentinya mengibarkan senyum yang manis dan menggenggam tangan Rey haru. Dia juga sesekali mengecup tangan anaknya dan mengelusnya.

"Tangan mungil itu telah dewasa dan aku ...." ucap Nyonya Maura lirih.

"Sudahlah sayang, anak kita sudah bersama kita," jelas Tuan Rocco.

Mereka berdua membayangkan saat petama kali kehilangan Rey dan juga perjuangan mereka mencari Rey, dia menyebarkan banyak mata-mata di seluruh negara. Hingga salah satu dari mereka melaporkan dengan ciri-ciri anak yang berada di foto serta tanda lahir itu berada di sebuah panti asuhan.

Yang lebih mengejutkan lagi jika anak tersebut diangkat menjadi seorang pimpinan perusahaan raksasa di negaranya dan menjadi cucu angkat pemilik perusahaan terebut. Tuan Rocco dan Nyonya Maura merasa bangga saat mengetahui hal itu.

Mereka tidak membuang waktu lagi untuk segera menjemput anak sulungnya.

Rey tiba dan disambut dengan hangat oleh keluarga besarnya. Semua orang memperkenalkan diri kepada Rey. Dia ternyata memiliki seorang adik perempuan bernama Sera dengan mata yang indah.

Pertama kali bertemu Rey dia langsung memeluknya dengan manja, usianya mungkin saja sudah dua puluh tahun, hanya berbeda lima tahun darinya. Tapi sikap Sera kepadanya, sudah Rey tebak jika kedua orang tuanya sangat memanjakannya.

"Kakak, aku merindukanmu. Papa dan Mama selalu bercerita tentang kamu, bahkan foto kamu terpajang sangat besar di rumah kita. Walau mereka tidak tahu persisnya kakak seperti apa saat usia remaja hingga saat ini, mereka tetap senang ber-andai jika wajah kakak akan mirip seperti Papa, dan itu benar," jelas Sera dengan haru.

Rey mendengar itu hanya menepuk pundak Sera dan tersenyum.

"Terimakasih Sera, karena telah menyambutku dengan baik," ucap Rey dengan mengusap pucuk kepala adiknya itu.

"Hmm, kakak terlalu kaku. Kakak lebih mirip bodyguard Sera," ucap Sera cemberut.

"Tapi tidak mengapa. Sera yang akan membuat sikap kaku kakak itu akan hilang," timpal Sera kembali.

Semua orang yang mendengar itu tertawa bahagia. Rey juga memiliki banyak sepupu dan beberapa paman dan bibi. Mereka semua dengan ramah menyambut kedatangan Rey dengan memberikan pelukan hangat.

"Sudahlah, kita akan lanjutkan di dalam rumah. Ayo sayang kita masuk," ucap Nyonya Maura.

Rey kemudian mengangguk dan melangkahkan kakinya memasuki kastil dengan karpet merah tersebut. Di dalam rumah mereka meminta Rey untuk istirahat terlebih dulu hingga makan malam, mereka akan berbincang seputar kehidupan Rey.

Di dalam kamar, Rey menghembuskan nafasnya berat. Dia merasa kelelahan juga bahagia.

"Inikah rasanya memiliki keluarga?" gumamnya.

Rey akhirnya terlelap dengan tersenyum. Sepertinya tidur Rey kali ini akan nyenyak tanpa panggilan dadakan karena pekerjaan kantor. Setidaknya saat menjadi seorang anak, hal pertama yang ingin Rey lakukan adalah beristirahat dari dunia kerja sementara waktu.

Dia ingin merasakan kebebasan, bersantai dan juga menghabiskan waktu dengan keluarga barunya.

Dia merasa memiliki keluarga yang menyukai keributan dengan keramahan mereka.

"Ingat Rey, kau harus berubah dan membuka diri agar kau bisa memiliki pendamping hidup," ucapan Bram yang terngiang-ngiang di kepala Rey.

"Ah, persetan dengan itu," gumam Rey kemudian tertidur pulas.

...----------------...

Esok hari Rey terbangun dan menyaksikan semua orang sedang berkumpul di meja makan untuk sarapan. Rumah berbentuk kastil itu di penuhi oleh keluarga besar tapi walaupun begitu hanya waktu makan saja mereka akan berkumpul, karena semuanya memiliki kesibukan masing-masing.

Bahkan rumah berbentuk kastil, sangat luas hingga membuat mereka jarang bertemu di waktu senggang.

Rey tersenyum melihat paman dan bibinya menyapa, apa lagi Sera adiknya yang berlari kemudian menarik tangannya hingga membuat Rey hampir terhuyung. Semua orang yang melihat itu tertawa. Siapa yang tidak mengenal Sera dengan jahilnya di saat usianya yang sudah tidak remaja lagi.

Seorang anak, akan tetap menjadi seorang anak di hadapan keluarganya, dia akan tetap terlihat seperti anak kecil yang bahagia.

"Sayang, kemarilah. Kita sarapan bersama," ucap Maura lembut.

Rey mengangguk dan duduk di sebelah tuan Rocco. Beberapa pelayan menyajikan menu sarapan di atas meja makan. Sebelum itu, Maura sibuk melayani suaminya seperti biasa. Dia terlihat menuangkan madu ke atas hidangan yang berada di hadapan tuan Rocco. Setelah itu giliran Rey.

"Ma ... Kau sudah melupakan aku ya?" tanya Sera dengan wajah cemberut.

Semua orang tertawa melihat itu. Begitupun Maura. Dia bahkan mengecup kening Rey dengan kasih sayang dan mengelus pucuk kepalanya.

"Sayang, jangan pedulikan dia," ucap Maura terkekeh.

Semua orang ikut terkekeh, begitupun dengan Rey. Dia berpikir bahwa sistem kekeluargaan di negara tersebut tidak jauh berbeda dengan budaya di Indonesia. Sistem kekeluargaan yang sangat terjalin erat.

Tuan Rocco yang melihat itu bertanya kepada Rey tentang pernikahan yang membuat Rey tidak bisa menelan makanan yang telah berada di mulutnya.

"Papa, jangan bicarakan hal itu sekarang. Anak kita sedang makan," ucap Maura lembut.

"Tapi, aku rasa sudah saatnya Rey memiliki istri," timpal tuan Rocco tersenyum.

Maura yang mendengar itu tersenyum menatap Rey.

"Sayang, apakah kau memiliki kekasih? Perkenalkan kepada kami," ucap Maura.

Rey mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya. Membuat orang mendengus, karena Rey cukup tampan untuk hanya sekedar memiliki seorang kekasih.

"Tenanglah bibi, aku yang akan membantunya menemukan gadis impiannya di negara ini, sangat gampang bahkan ...."

"Carlo, jangan sembarangan," timpal ayahnya Brando, saudara Rocco.

Carlo hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena mendapat teguran oleh ayahnya. Sera yang melihat itu tertawa lucu karena sangat jarang ucapan Carlo akan didengar baik. Dia sangat menyukai hal yang menantang dan membuat keluarga besar Alfred menggelengkan kepalanya karena ulah Carlo.

03. Hari yang kacau

"Ingat pesan bibi, Rey belum sangat mengerti budaya di tempat ini. Tapi aku yakin dia memiliki karakter agar tidak berbuat hal yang melanggar budaya kita," jelas Maura kepada ponakannya itu.

"Baiklah bibi ..." timpal Carlo lirih.

Beberapa hari dalam keluarga Alfred, banyak hal yang Rey pelajari dengan budaya mereka. Mulai dari sistem sarapannya yang berbeda sedikit dengan orang Indonesia.

Rey biasanya melihat beberapa orang sarapan dengan nasi goreng, bahkan Rey sering sarapan dengan nasi goreng bersama Bram, nasi goreng buatan Naya. Tapi di negara tersebut sangat konsisten dengan menu sarapan, minum kopi dan yang lainnya.

Beberapa hari kemudian, Rey memperhatikan itu semua, tidak hanya di keluarga Alfred tapi di sepanjang jalan, orang-orang terlihat sarapan dengan biskuit bersama dengan kopi, atau cornetto yang berisi madu, krim dan cokelat. Di negara tersebut pun memiliki jam khusus untuk minum kopi. Negara Itali memang tekenal dengan negara penikmat kopi karena itu dia memiliki jam khusus untuk itu.

Saat pagi, kopi yang tersaji adalah espresso yang diberi buih susu, sedangkan siang mereka akan minum kopi dengan porsi kecil setelah makan siang, cappuccino e cornetto.

Begitupun dengan makan siangnya, mereka selalu memiliki dua hidangan utama. Yang pertama pasta atau spageti dan yang kedua adalah daging. Menu makan malamnya, Rey akan selalu melihat pasta dimana-mana.

Terkadang Rey merindukan makanan di Indonesia, sate dan makanan seafood. Nasi goreng apa lagi, menu makanan kesukaan Rey.

...----------------...

Hari pertama kerja.

Seorang gadis bernama Lucia sedang berada di atas bus, wajahnya penuh dengan peluh dan nafasnya terengah-engah, dia sesekali menatap keluar jendela bus hanya sekedar melihat, dia sudah berada di mana saat itu.

Rasanya setiap orang yang bekerja di hari pertama akan mengalami hal yang sama saat mendapatkan aktifitas yang padat bertepatan dengan hari pertama kerja.

Rencana di malam hari tidak berjalan dengan baik, semuanya kacau balau. Faktanya hari itu dia bangun tepat waktu, lebih pagi dari biasanya. Dia berlari menggunakan heels dan setelan formal kantoran dengan jarak yang lumayan menguras tenaga. Setelah itu, barulah dia menemukan taksi untuk mengantar pakaian untuk ibunya di rumah sakit.

Rumah Lucia memang sedikit lebih terpencil dari kota, hingga dia harus berjalan kaki keluar wilayah tersebut untuk menemukan taksi. Waktunya terbuang banyak. Di tambah saat di rumah sakit, dia harus memberi ibunya motivasi agar dia kuat dan bisa menjalani operasi itu dengan lancar.

"Lucia janji, saat semuanya telah selesai, Lucia akan segera menemui mama," ucap Lucia dengan memegang wajah ibunya.

"Mama tahu, maafkan mama karena merepotkan kamu," timpalnya.

"Tidak mama, harusnya Lucia yang meminta maaf, karena tidak bisa menemani mama," jelas Lucia.

Ibunya hanya mengangguk. Dia sangat paham situasi itu karena Lucia adalah tulang punggung keluarga, dia harus bekerja keras di tambah lagi dia harus menanggung biaya rumah sakitnya yang mahal. Lucia sudah bercerita sebelumnya jika dia sudah mendapatkan pekerjaan, dia diterima oleh perusahaan besar sebagai sekretaris dan dia memiliki gaji yang sangat besar.

"Mama tidak usah khawatir lagi masalah biaya. Lucia akan bekerja dengan baik di perusahaan besar itu," jelas Lucia dengan tersenyum lembut.

"Pergilah sayang, nanti kau terlambat," ucap mama Lucia.

Lucia mendengar itu kemudian mengecup kening ibunya dan segera meninggalkan ruangan tersebut. Langkah Lucia sangat panjang dan sesekali melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Ah, sial! Aku sudah sangat terlambat," gumam Lucia kemudian berlari.

"Taksi, ah. Di mana taksi," gumam Lucia panik.

Dia kemudian lari ke arah halte untuk menaiki bus yang terlihat berhenti untuk menaikkan para penumpang di sana.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan dan itu sudah melanggar aturan kantor. Dalam rencana Lucia, rute yang seharusnya bisa di tempuh dengan aman kini berubah menjadi ancaman terhadap hari pertama kerjanya di hari senin yang bersejarah.

"Macet?! Ah, mati aku," gumam Lucia dalam bus.

Dia kembali menatap ke luar arah jendela dan melihat menara perusahaan Alfred yang kemungkinan jaraknya hanya dua kilo meter lagi. Namun dengan kemacetan dan juga penumpang bus yang lumayan padat membuatnya tidak bisa bergerak dan melakukan apapun.

Lucia hanya berharap saat tiba di perusahaan nanti, tidak ada kendala dalam lift menuju lantai lima puluh, agar dia bisa menjelaskan alasan keterlambatannya dengan baik.

"Toh, aku terlambat tanpa disengaja dan aku baru terlambat satu jam, tidak mengapa mendapat sedikit amukan. Semangat Lucia," gumamnya dengan menyemangati diri sendiri.

Kepala lucia sudah dipenuhi dengan rencana ribuan alasan agar pimpinannya bisa menerima alasan tersebut. Jika dia mendapat hukuman di perusahaan tersebut dia bisa menerimanya tapi jika hukuman itu adalah memberhentikan dia dari pekerjaannya itu adalah tantangan terberat, dia benar-benar harus memilih alasan yang tepat.

Lucia kemudian menarik nafasnya lega setelah mendapatkan ide yang lain. Bukankah membesuk orang yang sakit terutama itu adalah seorang ibu selalu bisa menjadi tameng yang sangat ampuh untuk membatalkan amarah siapa saja? Terutama atasan.

"Benar Lucia, kau bisa menggunakan alasan itu," batin Lucia kemudian dia tersenyum.

Dia benar melakukan itu, tidak hanya sebuah kebohongan yang disengaja karena dia tahu jika kebohongan bisa saja akan terbongkar pada akhirnya. Ada karma yang harus dibayar. Lucia yakin jika atasannya pasti memiliki pengertian dengan hal yang semacam itu.

Dari infromasi yang dia dapatkan, atasannya nanti adalah putra tunggal Rocco Alfred pemilik Alfred Corporation, yang masuk daftar salah satu konglomerat di negara tersebut. Tuan Rocco pemilik perusahaan tersebut baru mempublikasikan bahwa dia memiliki seorang anak tepat tujuh tahun yang lalu.

Wajahnya tidak pernah di ekspose di media, entah apa alasannya. Hanya orang tertentu saja yang bisa melihat wajahnya, tepatnya hanya orang yang bekerja di perusahaan tersebut.

Informasi lain yang Lucia dapatkan adalah, anaknya itu telah mengambil kuliah di Inggris hingga program doktoral dalam bidang bisnis, dan media.

Setelah semuanya selesai selama tujuh tahun itu, anaknya kembali dan dia langsung diberi jabatan sebagai direktur di perusahaan tersebut, mungkin saja agar dia memiliki pengalaman terlebih dulu sebelum mewarisi kerajaan bisnis Rocco Alfred, ayahnya.

Pemikiran Lucia kembali menyerang dirinya sendiri. Bagaimana jika anak yang dibesarkan bergelimang uang sejak kecil seperti itu biasanya memiliki pribadi yang arogan, dan nafsu berkuasa yang cukup hebat.

Lucia kemudian menggelengkan kepalanya.

"Tidak, pasti sejelek-jeleknya manusia arogan, dia masih memiliki hati. Mana mungkin dia tidak tersentuh dengan sesuatu yang berbau rumah sakit, dan operasi transplantasi ginjal?" gumam Lucia lagi.

Dengan wajah yang mengeras, dia berusaha meyakinkan dirinya sendiri dengan menggunaan alasan seperti itu.

Lucia adalah wanita yang ramping dan berwajah kecil, dagu yang sedikit runcing, wajahnya lebih sedikit mirip dengan boneka yang menggemaskan tapi tidak dengan tatapnya, terkadang mata Lucia sangat tajam. Alis yang tidak terlalu tebal, hidung yang kecil dan tidak terlalu mancung, rambutnya sebahu, rapi dan berwarna merah. Dia sangat memukau.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!