Sepasang kaki itu tidak lagi bisa menahan beban tubuh yang diampunya. Tangan yang memegang sebilah pedang itu langsung menimbulkan bunyi di lantai bersamaan dengan benda-benda lainnya yang berserakan.
Mata yang biasanya sangat tajam itu langsung berubah menjadi genangan air yang siapa jatuh kapan saja. Tangan yang berlumuran cairan merah itu langsung gemetar menyentuh sosok yang tidak bergerak lagi.
"Putri...." Kata-kata itu langsung terhenti ketika satu tangan itu terangkat.
"Diam! Tidak ada yang bicara...." Tangan yang gemetar itu langsung menyentuh dengan lembut rambut yang basah itu.
"Putriku, Ibu sudah datang.... Ayo, buka matamu, Ibu sudah kembali. Tidak kah menyambut kedatangan Ibu? Hmm ....." Mengelus dengan lembut dan penuh kasih, tapi nyatanya tidak membuat sosok mungil itu membuka matanya.
"Putriku...." Sentuhan lembut itu langsung terhenti di garis yang mengalirkan darah segar disana.
"Ling Zhi!" Sebuah suara terdengar dengan langkah kaki yang cepat.
"Jangan mendekat!" Pedang yang tadinya jatuh iya kembali digenggam dengan erat dan langsung menuju leher sosok yang baru datang itu.
"Beraninya kau memberikan goresan untuk putriku! Wanita siallan!"
Dengan wajah ketakutan, wanita itu mundur perlahan. "Apa maksud anda yang mulia?" Ucapnya dengan takut.
"Begitu? Kau lupa ingatan, hmmmm.... Matilah kau!" Suara tebasan pedang langsung terdengar seiring dengan darah yang menyebar luas.
"Bagaimana adikku? Kau suka?" Wajah yang meringis menahan sakit itu terangkat ke atas melihat sosok laki-laki yang datang dengan wajah bahagia.
"Kau...."
"Ya, aku. Kau suka hadiahnya? Aku juga punya lagi. Mau lihat?" Dengan jentikan jarinya, pengawal langsung timbul dengan sosok yang sudah terkulai tak berdaya.
"Lihat! Suamimu aku bawa, bukankah kau menunggu dan mencari nya? Kakak mu ini membawa suamimu. Bukankah aku baik?"
"Apa masih kurang apa yang aku berikan untukmu?" Ucapnya dengan mata kecewa.
"Ya, sangat! Kau pikir sebuah kerajaan kecil bisa menghilangkan rasa haus ku? Sedangkan kau serta keluarga kecil mu bahagia dengan harta dan kekuasaan yang melimpah? Tidak adikku tersayang, dengan kematian kalian, aku yang akan menjadi penguasa disini." Ucapnya sambil lebih dekat menatap wajah adiknya yang masih tertancap pedang.
"Ya, Ling Zhi... Aku hanya memainkan peran ku menjadi kakak, kakak ipar serta paman yang baik. Dan itu berhasil.... Sekarang kau akan berkumpul bersama keluarga kecil mu di surga, sampaikan salam ku untuk mereka. Selamat tinggal adikku tersayang!"
Mata itu akhirnya menutup perlahan diiringi dengan rasa sakit yang mendera tubuhnya.
"Aku berharap tidak memiliki saudara kandung yang berhati iblis, jika aku hidup lagi."
************
"Dokter, pasien sudah sadar!" Mata yang baru saja terbuka itu tampak berpikir dimana keberadaannya saat ini.
Tubuhnya terasa lemah dan tidak sanggup digerakkan. Hanya mata serta pendengarnya yang ia gunakan saat ini.
"Nyonya Shera sudah sadar! Sampaikan pada suaminya." Ujar seorang wanita dengan pakaian putih dan memakai penutup di sebagian wajahnya pada seorang wanita lain yang langsung keluar.
"Nyonya, putra anda sudah lahir." Sambung wanita berpakaian putih itu lagi.
'Putra? Suami? Shera? Apa aku hidup kembali?' Pertanyaan itu hanya bisa ia tanyakan sendiri pada dirinya. Karena bibirnya seolah kelu untuk bicara.
Matanya beberapa kali buka tutup, tak lama sebuah ingatan menembus kepalanya dan terlihat sebuah rentetan kejadian yang berputar disana.
'Aku tidak pernah mengemis perhatian dari siapapun!' Dengan menggunakan kepalan tangannya, dia baru saja mendapatkan fakta tubuh yang ia tempati di masa yang ia tidak ketahui.
Bersambung......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak.
Dibalik ruangan operasi itu, tampak suster baru saja keluar dengan terburu-buru menuju seorang pria yang duduk menunggu disana.
"Tuan...." Suster itu terhenti sejenak sebelum melanjutkan ucapannya. Bagaimana tidak, aura pria serta tatapan nya tidak bersahabat sama sekali.
"Ada apa? Bagaimana keadaan di dalam?" Tanya pria itu sambung melirik ruang operasi.
"Baik tuan, istri dan putra anda lahir dengan selamat dan sehat." Ucap suster itu dengan nada yang kecil.
"Kau bisa pergi." Suster itu cukup bingung dengan ucapan pria itu, bukankah seharusnya ada reaksi bahagia setelah mendengar berita ini? Lalu apa ini?
"Maaf tuan...."
"Kau bisa pergi, suster." Pria itu mengarahkan pandangan tajam nya membuat suster itu melangkah segera dari sana.
*******
"Astaga...." Cicit suster itu kembali memasuki ruangan operasi.
"Ada apa suster?" Tanya sang dokter yang baru saja selesai memeriksa keadaan Shera.
"Sudah kabari?" Sambung dokter yang membuat suster mengangguk cepat.
"Sudah dok, tapi suaminya.... Sangat menyeramkan. Aku sangat takut bicara padanya." Dokter jadi tersenyum kecil mendengar laporan dari susternya.
"Sudah, lupakan saja. Bawa bayinya." Suster mengangguk kecil dan melangkah menuju ranjang kecil dimana bayi yang beberapa menit itu dilahirkan.
"Sangat tampan, tapi semoga kau tidak seperti ayah mu." Ucap suster penuh harap sambil menggendongnya.
"Ini Dok. Apa nyonya Shera sudah merespon dok?"
"Sudah, karena itu aku akan berikan putranya. Pasti dia butuh kehangatan ibunya." Dokter itu mengambil alih sang bayi dan memberitahu pada Shera.
Meksipun tidak dapat bergerak banyak, tapi Shera dapat melihat bayi yang berada di gendongan dokter. "Nyonya, ini putra anda. Sangat sehat dan tampan sekali."
Sepasang mata coklat itu berbinar binar melihat bayi laki-lakinya yang tengah tertidur pulas. 'Ratu, lihat putri anda sudah lahir. Cantik sekali, kulitnya seperti raja.' Ingatan nya tertuju pada kehidupan lalunya.
"Putraku...." Perasaan haru tentu menjalar di tubuhnya, dia tidak peduli dengan tubuh yang ia tempati, tapi lihatlah! Dia kembali merasakan menjadi seorang ibu.
"Anda mau menyusui nya Nyonya?" Shera mengangguk, dan suster tentu langsung membantu Shera untuk memberikan asi pada putranya yang mulai haus.
"Suami anda masih diluar, tapi kami sudah beritahukan kepada nya." Tutur dokter dengan lembut.
'Suami? Itu bukan suami, panggilan itu tidak pantas untuk nya! Kita lihat bagaimana reaksi nya, dan jangan harap aku akan seperti Shera sebelumnya.'
"Ya dokter." Shera lebih fokus pada putranya, sungguh ia merasa sangat bahagia bisa menggendong dan menjadi seorang ibu, meksipun ada perbedaan besar di bagian suaminya. Dulu suaminya sangat penyayang, mencintainya. Tapi yang ini, sungguh sangat berbeda.
'Dia lebih cocok jadi kakak biadab ku, daripada seorang suami!'
Tunggu, Shera menatap dengan lekat putranya yang tengah menyerap makanannya saat ini. Dari kulit... Anaknya memiliki kulit sepertinya dirinya, putih susu. Tapi untuk yang lain, Shera sangat penasaran.
'Aku harap, putraku tidak memiliki wajahnya....'
"Nyonya, bayi anda akan kami bawa ke ruang bayi dulu, dan anda akan kami bawa ke ruang perawatan. Disana akan lebih baik." Shera mengangguk saja, jujur dia masih mempelajari dunia ini. Dunia yang penuh dengan alat-alat baru dan juga pengetahuan nya, Shera bukan ratu yang bodoh. Dia suka akan pengetahuan, tapi untuk dunia seperti ini dia harus mengetahuinya.
************
Sekarang Shera sudah berada di ruangan yang dikatakan oleh dokter itu. Sepasang matanya melihat sekeliling, ada jendela dengan desain yang bagus dan juga lampu yang terpasang di atap bangunan. Meksipun memiliki ingatan tubuh yang ditempatinya, tapi selebihnya Shera harus belajar sendiri.
"Bayiku dimana?" Shera bertanya pada wanita yang baru saja memasuki ruangan, sepertinya memeriksakan keadaan nya.
"Di ruangan bayi nyonya, mau saya ambilkan?"
"Iya, bisakah keranjang nya diletakkan disini saja?" Tawar Shera yang sudah suster itu menganggukkan kepalanya.
"Sebentar nyonya." Shera memandangi kepergian suster itu dari atas ranjang. Dia mencoba bergerak sedikit.
"Sepertinya obatnya membuat rasa sakit ku berkurang." Ucapnya sambil mengelus perutnya yang terasa bekas jahitan.
"Bayi....." Harapan Shera tidak terwujud, nyatanya yang datang adalah pria yang tidak diharapkan.
"Kenapa dengan wajah mu? Kau terlihat tidak senang." Ucapnya sambil mendekati Shera.
"Tentu, untuk apa merasa senang dengan sesuatu yang tidak diharapkan." Ucapan Shera langsung membuat pria itu mendelik tajam padanya.
"Sepertinya pengaruh bius masih kuat, sehingga kau berbicara seperti itu." Shera justru membalas balik tatapan tajam itu, yang membuat pria itu diam dengan penuh pertanyaan.
"Nyonya...."
"Putraku! Bawa kemari!" Sambil merentangkan tangannya, Shera menerima putranya dan tentu ikut memalingkan wajahnya juga.
"Terimakasih." Shera mengecup kening putranya yang tertidur pulas. Dan suster yang melihat pria itu lagi, langsung memilih pergi.
'Dia mengacuhkan ku? Dan beraninya dia menatap tajam diriku!' Kesal, pria itu menggerakkan tangannya ingin mengambil bayi mungil itu.... Tapi matanya justru tak percaya melihat gerakan yang dilakukan oleh Shera.
"Jangan ganggu putraku!" Ucap Shera menatap balik pria yang merupakan suaminya.
Bersambung......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak.
"Turunkan tatapan mu, Shera." Ucapnya dengan menggeram kesal.
"Apa yang salah dari tatapan ku? Apa kau tidak suka? Jika tidak, kau bisa menatap yang lainnya." Balas Shera tak kalah berani.
"Sepertinya kau merasa diatas awan setelah melahirkan seorang putra, apa kau pikir perjanjian akan berubah?" Shera menurunkan tatapannya, tapi bukan karena takut, melainkan berpikir perjanjian mana yang dimaksud. Ingatan wanita yang ditempatinya, tidak memberikan penjelasan selain ingatan istri yang tidak diinginkan.
"Aku tidak peduli dengan perjanjian nya."
"Tapi aku peduli! Ingat baik-baik!"
"Minggir! Kecilkan suara mu!" Dengan tangan satunya, Shera mendorong tubuh kekar itu hingga menjauh dari putranya yang terganggu dengan suara keras itu.
"Beraninya kau mendorong ku...."
"Kenapa? Aku bisa melayangkan pisau padamu, aku tidak terima seseorang menganggu putraku! Tidak seorangpun! Kalau kau kesini hanya untuk bicara tidak penting, maka pergilah!" Tatapan pria itu tertuju pada bayi mungil yang tampak terjaga dan gelisah, wajah bayi itu....
"Shera!" Seseorang datang dan membuat keduanya diam bersamaan. Shera melirik sejenak pria yang berusia paruh baya datang dengan wajah gembira.
"Apa ini cucuku?" Ucap pria itu, Shera meliriknya lagi, dan ia merasa pria ini adalah....
"Papa kesini?" Ucap suaminya dengan datar.
"Tentu saja, aku mau melihat menantu dan cucu ku." Balasnya dengan datar.
'Sepertinya hubungan mereka tidak baik, apa ada kaitannya dengan Shera?'
"Shera, boleh Papa gendong?" Pinta laki-laki itu dengan penuh harap. Merasa pria yang merupakan mertua nya berpihak padanya, Shera memberikan putranya.
"Dia baru saja terjaga." Tutur Shera sambil menyerahkan putranya.
"Kenapa? Apa dia masih lapar?" Shera menggeleng cepat.
"Tidak, hanya saja ada suara bising hewan entah dari mana." Tentu ucapan Shera langsung membuat mata tajam itu menatapnya, tapi apa pedulinya.
"Tidak apa, dia sedang mengenali dunia barunya. Astaga, kau sangat tampan cucuku. Dan sangat mirip.... Tapi semoga tidak dengan sifatnya." Shera terkekeh mendengar penuturan mertuanya yang sekarang tatapan itu pindah padanya.
"Apa maksud Papa?" Tanyanya dengan perasaan yang mulai kesal, tidak.... Dia sudah sangat kesal.
"Apa? Memang aku bicara apa? Kenapa kau terlihat tersinggung Abraham?"
"Bagaimana keadaan mu Shera?" Tidak mempedulikan putranya, pria itu menanyakan keadaan menantunya.
"Lumayan, awalnya aku merasa sakit dan nyeri, di bagian sini. Tapi sekarang sudah berkurang." Tutur Shera membuat pria itu mengangguk.
"Papa sudah katakan pada dokter untuk memberikan obat terbaik untukmu, tidak lama, kau akan segera sembuh."
"Terimakasih." Ucap Shera.
"Kau mau kemana Abra?" Langkahnya langsung terhenti sebelum menuju pintu keluar.
"Pekerjaan, aku sudah melihatnya seperti yang Papa minta. Apa aku harus tidur dan berjaga semalaman disini?" Ucapnya dengan sinis, mertuanya melihat ke arah Shera, seolah memastikan sesuatu.
"Abra, kau...."
"Tidak apa-apa, aku bisa sendiri, lagipula apa yang akan dilakukannya disini? Dia tidak dokter, tidak juga suster. Untuk apa disini? Putraku hanya butuh ibunya, benar kan sayang?" Shera mengambil alih putranya, tampak ada kerutan di kening itu mendengar penuturan menantunya.
"Lagipula siapa yang ingin bersamamu? Dan ya, itu hanya putramu!" Abraham berbalik dan menatap Shera seolah menjelaskan satu persatu kalimat nya.
"Tentu saja, dia lahir dari rahim ku! Tentu saja dia hanya putraku! Kau pikir apa aku akan memohon padamu untuk tinggal disini?" Jawab Shera membuat penghuni disana terkesiap. Dan tentu, itulah nyatanya pemikiran Abraham.
"Memohon adalah salah satu senjata andalan mu, apa kau sekarang berpura-pura tidak ingat?"
"Anggap saja seperti itu.... Dulunya. Tapi sekarang, itu tidak akan ada lagi." Tak perlu menatap lawannya, Shera berujar sambil membelai lembut pipi putranya.
"Mari kita lihat! Aku jamin, kau akan meminta nya pada papaku, seperti yang kau lakukan! Memang apalagi yang bisa dilakukan wanita manja seperti mu! Selain menangis dan memohon!" Setelah mengatakannya, Abraham langsung pergi dari sana.
"Abra!" Teriak papanya, tapi tentu saja tidak didengar. Meksipun dia mendengar nya sekalipun.
"Shera, jangan dipikirkan. Dia sedang...."
"Tidak, aku tidak akan memikirkan nya. Untuk apa aku memikirkan hal yang tidak penting sama sekali. Sekarang, aku hanya memikirkan hari-hari ku bersama putraku saja."
"Shera...."
"Sudah cukup Papa membantuku. Sekarang aku bisa sendiri, apa Papa tidak percaya pada seorang Ibu?" Shera tentu harus bersikap senatural mungkin dalam perubahan nya.
"Ya, Papa percaya padamu. Kau berubah menjadi wanita tangguh sekarang."
"Wanita bisa berubah dengan beberapa alasan."
"Apa kau sudah berikan nama?" Shera tampak berpikir sejenak, dulu dia tidak memiliki seorang putra. Menatap wajah putranya dengan dalam, Shera memejamkan matanya berharap ada ingatan dari tubuh ini. Dia sedikit berbaik hati menyambungkan nama pilihan tubuh ini, tapi sepertinya tidak.
"Leo Ivander. Itu namanya." Senyuman langsung tercetak di wajah mertuanya mendengar nama cucu tampan nya.
"Cucuku Leo! Shera, kau tidak keberatan dengan nama Jonathan dibelakang nya bukan?"
"Meskipun pernikahan kalian tidak berjalan sebagaimana seharusnya, tapi darah Abra mengalir deras pada Leo."
"Tentu saja, kenapa Papa bertanya. Itu nama keluarga, dan nama Papa juga diiringi dengan Jonathan."
"Kau wanita yang cerdas."
'Entah kapan Abraham menyadarinya.' Lanjutnya dalam hati.
"Papa akan bertanya pada dokter, kapan kepulangan mu. Papa tidak sabar, menyambut cucu tampan ku di rumah."
"Iya."
**************
"Ada apa Abra?" Sosok fashionable itu menyambut kedatangan Abra yang terlihat kesal dan sudah memerah seperti direbus.
"Wanita itu ma! Wanita itu membuat ku kesal!" Ucap Abra sambil menendang vas yang dilihat nya.
"Kenapa lagi dengan nya? Apa dia memohon padamu dengan air matanya? Atau ia mengadu pada papa mu?"
"Tidak keduanya!" Jawab Abra.
"Lalu apa Abra?" Tanyanya dengan bingung, maksud ucapan putranya.
Bersambung.....
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!