Di sebuah restorant ternama, pria bernama Alen merencanakan untuk melamar kekasihnya. Alen sudah menyiapkan se romantis mungkin ia meminta di dekorasikan kepada pemilik restoran. Saat kekasihnya datang dia di bergandengan dengan seorang pria, saat ada pelayan yang ingin mengusirnya Alen menahan itu dan meminta agar biarkan saja. Saat itu hatinya sangat sakit, Alen berencana akan melamarnya besok sekalian memberitahukan siapa dirinya sebenarnya. Namun tak di sangka diri nya malah di khianati, mereka sudah bersama hampir 3 tahun.
"Sayang, kamu menyiapkan hal seperti ini? Wah! Mewah sekali, ini benar-benar sangat romantis. Terimakasih." Ucap Kekasih Alen sambil bersenderan di pundak pria itu.
"Haha... kamu suka?" Tanya Pria itu bingung.
"Suka banget. Kamu mau kasih aku kejutan apa?" Kata Kekasih Alen.
"Nggak ada. Ak.... aku siapin ini aja buat dinner pertama. Baguslah kalo kamu suka, kita langsung pesan makan aja gimana?" Tawar Pria itu bingung.
Di belakang tak jauh dari tempat mereka, Alen meminta membawakan pesanan mereka sesuai menu yang sudah di pesankan oleh Alen saja. Alen ingin melihat mau seberapa jauh, pria itu akan mendramatis. Pelayan itu melakukan sesuai yang di perintahkan Alen. Saat makanan yang sangat mahal datang padahal mereka belum memesan lagi-lagi Kekasih Alen mengira pria itu sudah menyiapkan nya.
"Wah! Sayang, kamu tahu banget aku suka steik dengan kematangan tingkat 5 padahal aku belum pernah cerita kan ke kamu." Kagum Kekasih Alen itu.
Pria itu melototi makanan mahal yang terus berdatangan. Ia merasa sangat bersalah karena jujur saja tidak menyiapkan semua ini. Ini bukan pertama kalinya Alen memergoki atau melihat sang kekasih jalan dengan pria ini.
Flasback on
18 Maret 2021
Dalam telepon...
[Sayang, kamu dimana? Kita sudah hampir dua bulan nggak ketemuan, hari ini juga kita hari jadi ke 2 tahun. Kamu lupa?] - Alen.
[Maaf sayang. Aku bener-bener sibuk, kak Elvan minta aku supaya menjadi model untuk barang-barang branded mereka akan menggunakannya untuk sebuah majalah dan ini juga membantu menaiki perusahaan keluargaku. Lagi pula aku sedang ada di luar kota, kita tidak bisa bertemu.] - Kekasih Alen itu.
[Tapi Leta, aku bisa susul kamu kok. Kita bisa jalan-jalan di luar kota bareng-bareng, lagipula semua karyawan di perusahaan kamu sudah pada tahu kan kalo kita sepasang kekasih jadi nggak ada yang perlu di ragukan lagi.] - Alen.
Kekasih Alen bernama Shaletta Martin, putri dari Group Martin yang berdiri di group Fotografer dan permodelan. Group Martin di pimpin oleh kakak nya bernama Elvan Martin.
[Aku bukannya tidak ingin kamu ikut, tapi aku hanya sehari atau dua hari aja di kota-kota ini bukan seminggu ganti. Hanya untuk foto shoot setelah itu kalau sudah selesai kami akan pindah kota lagi.] - Leta.
[Baiklah kalau begitu, aku percayya padamu. Aku harap kamu benar-benar tidak membohongiku, kalau kamu sudah lelah dengan hubungan ini katakan padaku. Aku akan pergi darimu.] - Alen.
[Sayang, kenapa kamu berbicara seperti itu. Aku tidak pernah berbohong padamu, aku benar-benar mencintai kamu. Percaya padaku.] - Leta.
[Baiklah, kalau begitu aku akan tutup teleponnya. Kamu jangan terlalu lelah bekerja.] - Alen.
[Tentu saja. Aku janji akan segera menghubungimu ketika pekerjaan ini sudah selesai. Bye!] - Leta.
Alen mengakhiri panggilannya. Ia menggenggam kencang pada setir mobil, karena sekarang ia melihat Leta baru saja turun dari sebuah mobil yang berparkir di depan sebuah cafe. Disusul oleh seorang lelaki, kemudian tanpa ragu Leta menggandengkan tangannya disana. Tak lama kemudia ada telepon masuk di ponselnya.
[Ya?] - Alen.
[Jangan gegabah. Kumpulin semua bukti dulu, apalagi kalian sudah menjalin hubungan cukup lama dan bahkan lu udah merencanakan dengan matang konsep pertunangan kalian nanti. Kita lihat seberapa lama dia bakal bohong sama lu.] - Seorang pria di seberang telepon.
[Thanks Nat, kalo gua nggak minta lu buat ikutin gua hari ini mungkin tuh cowok habis sama gua disana. Yaudah kita balik ke kantor, Kasihan Arka sendiri disana.] - Alen pada sahabatnya Nathan.
[Gua ikut kali, mana mau gua sendirian di kantor. Ya walaupun bisa manja-manaja sama Cindy, permasalahan sahabat gua nomor satu buat gua. Oh ya, gua punya kabar entah ini baik atau buruk. Cowok yang lagi sama Leta juga udah punya pacar, kalau gua gak salah lihat belum lama ini dia duduk di kantin sama pacarnya di kampus.] - Arka.
[Terus?] - Alen.
[Cewek nya cantik, dia ambil jurusan kesenian di kampus kita juga. Kalau gak salah dia baru masuk akhir tahun kemarin, baru itu aja yang gua tahu.] - Arka.
[Yaudah, sekarang kita cabut dulu balik ke kantor gua juga udah minta supaya Reza minta bawahannya awasi gerak gerik Leta sama cowok itu dari jauh.] - Alen.
[Siap!] - Sahut kedua nya.
Alen pun kembali ke kantornya. Ini pertama kalinya Alen memergoki Leta berselingkuh dan mengkhianatinya.
'Untung gua belum bongkar siapa keluarga gua.' Bathin Alen.
Kejadian kedua,
14 September 2021
[Aku benar-benar minta maaf. Aku sangat sibuk hari ini, aku akan hubungin kamu nanti. Bye!] - Leta mengakhiri panggilan.
Alen sedang melihat Leta baru saja keluar dari sebuah hotel, Alen langsung menuju ke sebuah hotel milik keluarga Arka setelah mendapatkan kabar bahwa Leta datang ke hotel itu sejak semalam. Saat ini Leta baru saja keluar dari hotel dengan pria yang sama, kali ini Alen tidak sendirian. Dia di temani oleh Nero sekretaris kepercayaannya.
"Tuan apakah perlu..."
"Tidak perlu, bawahan Reza akan terus mengikuti mereka dan melaporkannya padaku. Kamu bantu saya untuk siapkan sebuah restoran lalu dekorasi untuk acara pertunangan saya dengan Leta bulan depan. Aku tidak akan memberitahu siapapun sampai benar-benar hari H tiba, siapkan makanan Steik dengan tingkat kematangan level 5 kemudian sajikan makanan mahal juga. Sehari sebelumnya saya akan datang untuk memeriksa, kosongkan restoran untuk hari berikutnya." Perintah Alen.
"Baik tuan, saya mengerti." Sahut Nero.
"Antar aku ke asrama kampus, aku akan tidur disana untuk beberapa waktu." Pinta Alen sambil memejamkan matanya.
"Baik tuan." Jawab Nero.
Nero melajukan mobil itu menuju asrama, selama 30 menit perjalanan Alen memutar otak bagaimana harus mengakhiri segera hubungan ini.
"Tuan, kita sudah sampai." Ucap Nero.
"Em.. besok tidak perlu menjemputku. Aku akan libur 2 hari kemudian aku akan masuk kembali ke kantor bersama Nathan juga Arka. Jika ada data atau dokumen yang harus segera di tanda tangani datanglah ke asrama saja. Aku ingin menyelidiki tentang pacar dari pria itu apakah ia sebodoh itu akan percaya selalu kepada pria nya." Ujar Alen.
"Mengerti tuan." Sahut Nero.
"Satu hal lagi. Jika Leta datang ke kantor, katakan padanya aku sedang keluar negeri untuk urusan kantor. Jika tiba-tiba bertemu Arka atau Nathan, katakan saja aku berangkat sendiri. Jika bertanya berapa lama, katakan 2 minggu kedepan aku tidak ada disini." Pinta Alen.
"Saya mengerti tuan." Jawab Nero.
Setelah itu Alen turun dari mobiilnya, saat ini jam menunjukkan pukul setengah 6 sore namun matahari masih sedikit terlihat. Setelah melihat Nero pergi, saat akan menaiki tangga menuju pintu utama asrama laki-laki. Alen melihat seorang perempuan duduk di kursi yang berada di samping asrama perempuan.
[Kamu sudah berulang-ulang kali membatalkan dinner di saat aku sudah nunggu kamu di luar seperti ini. Sebenernya kamu pergi kemana? Akhir-akhir ini jarang sekali melihat kamu di kampus, bahkan semalam teleponku kamu reject. Jika kamu sudah tidak sayang padaku akhiri saja hubungan ini.] - Perempuan itu.
[Zie, aku benar-benar sibuk dengan pekerjaan ku akhir-akhir ini. Aku janji akan segera mendatangi kamu setelah pekerjaan ku selesai, kita bicarakan lagi nanti.] - Pria itu.
[Antonio kamu tidak sedang mengkhianatiku kan? Kamu sudah pernah bersumpah di hadapan kedua kakak ku untuk menjaga ku selama disini dan aku menerima ini karena aku menyukai seni juga selalu ingin bersama mu. Kita sudah menjalin hubungan hampir 4 tahun.] - Perempuan itu.
[Bisa nggak sih kamu mengerti aku sekali saja. sudah, aku masih ada kerjaan. Nanti aku akan menghubungi kamu lagi.] - Pria itu mengakhiri panggilan sepihak.
Perempuan itu terlihat putus asa sampai ada dua perempuan menghampiri perempuan itu.
"Zie, Are you okay? Apa kata antonio?" Tanya salah satu teman perempuan itu.
.
.
.
.
.
Bersambung
.
.
.
.
.
Terimakasih sudah membaca :)
"Dia bilang ada urusan kerjaan mendadak jadi membatalkan dinner kali ini." Jawab Zie.
"Lu tahu kan ini bukan pertama kalinya dia batalin dinner disaat begini. Saran gua mending lu selidiki deh, daripada lu sakit hati nanti kalau tahu dari dia langsung." Saran teman perempuan lainnya.
"Nggak perlu. Gua juga sudah nggak yakin sama hubungan gua bakal baik-baik saja, lagi pula ini salah gua karena udah terlalu cinta dan percaya sama dia. Gua siap dengan apapun resiko nya nanti, gua juga udah di wanti-wanti sama kak Rendra kalo dia bukan cowok baik-baik pas gua memutuskan buat kuliah disini. Ya, ini balasannya dan gua sudah capek mencintai dia baru gua bisa lepas. Gea Helen kalian mau balik asrama apa mau ikut gua ke Bar? Gua lapar malas masak." Ajak Zie.
"Kita ikut lu deh, tadi kan rencana nya gua sama Gea mau cari makan karena lu mau pergi sama Antonio." Sahut perempuan bernama Helen.
"Yaudah, yuk kita berangkat kali ini biar gua yang nyetir dan traktir lu berdua. Bulan ini giliran gua kan traktir? Kalian bebas mau pesan apa aja." Jawab Gea.
"Gea terbaik!" Sahut Zie dan Helen bersamaan.
Mereka bertiga tidak menyadari jika sejak awal Alen mendengarkan pembicaraan mereka, setelah memastikan mereka pergi Alen memasuki Asrama menuju kamarnya di lantai 5 menggunakan lift.
Flashback On
Alen sudah memesan sebuah restoran agar di dekorasi untuk acara pertunangan hari esoknya seromantis mungkin. Alen ikut turun untuk memeriksa apakah semua sudah sesuai dengan apa yang di minta dan mengkoreksi apa saja yang kurang. Dari segi dekorasi sampai soal makanan semua harus terlihat sempurna, bahkan Alen sudah menyiapkan sebuah video perjalanan menjalin hubungan mereka sampai hari itu. Waktu terus berjalan, hingga akhirnya malam pun tiba namun terjadi sesuatu yang mengejutkan.
Leta datang ke restoran itu tidak sendiri ternyata bersama pria lain, ini bukan pertama kalinya Leta pergi bersama pria itu. Saat seorang pelayan ingin memberitahu bahwa tempat itu sudah di pesan, Alen menahannya. Alen memerintahkan untuk memberikan makanan acara besok di jadikan hari malam ini satu persatu dan ia yang akan membayarnya penuh. Alen sudah sangat sabar ketika melihat ini untuk pertama atau kedua kali, ternyata ini berkelanjutan.
Leta terkagum dengan dekorasi di hadapannya, lalu menatap pria itu.
"Kamu siapin semua ini? Bunga, boneka dan dekorasi ini?" Kagum Leta melihat sekeliling.
Pria itu bingung harus jawab apa, hanya mengangguk tersenyum kikuk.
"Terima kasih sayang, ah aku ingat. Ini hari jadi kita ke 6 bulan, so sweet. Thank you honey." Kata Leta lalu mengkecup bibir pria itu sekilas tanpa ragu.
Alen yang melihat itu dari dalam restoran hanya bisa menahan amarah. Tiba-tiba pundaknya di tepuk oleh kedua sahabatnya.
"Perlu gua yang maju?" Tawar seorang pria.
"Nggak perlu Nat, biarin aja. Nanti gua sendiri yang maju lagian ada yang mau gua tunjukin ke Leta." Sahut Alen kepada sahabat nya bernama Nathan.
"Jangan bilang lu ngundang seseorang?" Tebak pria lain.
"Gua nggak perlu ngundang insting perempuan akan selalu benar ka." Jawab Alen kepada sahabatnya yang bernama Arka.
Arka dan Nathan saling menatap satu sama lain. Berpikir sebenarnya apa maksud dari omongan sahabatnya itu. Pelayan satu persatu membawa makanan untuk di sajikan di meja Leta dan pria itu, pria itu terkejut karena mereka belum memesannya tapi makan mahhal berdatangan.
"Oh god! Kamu tahu banget kesukaan aku, kamu bener-benar super pengertian sekali Love you sayang." Ucap Leta.
"Benarkah? Baguslah kalau sesuai dengan selera kamu. Makanlah." Sahut pria itu sambil meminum air putih karena berkeringat dingin memikirkan bagaimana cara ia membayar tagihannya nanti.
Dipertengahan mereka sedang makan tiba-tiba seorang perempuan tak jauh di susul oleh dua perempuan lainnya berjalan dengan langkah besar menuju meja Leta dan pria itu.
"Emang ini tempat kerja ya?" Ucap perempuan itu dengan lantang membuat Leta menengok ke sumber suara dan Pria itu berdiri kaget.
"Zie kamu..."
"Sejak kapan sepupu-an bisa saling bilang cinta satu sama lain bahkan di kasih dekorasi restoran semewah ini?" Tanya Zie.
Di kejauhan Alen, Arka, Nathan memperhatikan pertengkaran itu dari jauh.
"Lu siapa?" Tanya Leta tak bersalah.
"Seharusnya anda bisa menebak kalau saya marah seperti ini berarti saya siapa. Kenapa masih bertanya hal kayak orang bodoh?" Kesal Zie.
Dua perempuan yang datang bersama Zie sampai, lalu menarik zie sedikit mundur dari meja itu.
"Kak Leta? Bukannya kakak berpacaran dengan kak Alen? Kakak berselingkuh dari kak Alen dengan kekasih orang lain?" Bingung salah satu perempuan itu membuat Leta tergugup.
"Kalian salah. Dia... dia rekan kerja aku." Jawab Leta terbata-bata.
"Kalian ternyata cocok juga ya, yang satu bilang nya sepupu dan satu lagi bilangnya rekan kerja. Sebenernya kalian ada hubungan apa?" Emosi Zie.
"Zie, tenang dulu..."
Zie langsung menyiram air putih ke wajah pria itu membuat orang yang melihat itu semua terkejut termasuk Alen yang berada di dalam restoran. Karena memiliki keberanian yang tinggi, mungkin Zie sudah menahannya sejak lama.
"Mulai detik ini, Jangan pernah temuin gua lagi. Kita putus, kalau kita papasan di kampus anggap aja nggak saling kenal." Ujar Zie kemudian berbalik badan namun di tahan oleh pria itu.
"Zie, kamu yakin bisa hidup tanpa aku? Kamu aja ngejar aku sampai kesini, nggak mungkin." Kata Pria itu.
"Antonio, dengarkan baik-baik. Kita buktikan aja, siapa yang nggak bisa hidup tanpa siapa. Ah, tentang kejadian aku ngejar kamu kesini? Itu dulu. Setelah hari aku tiba disini dan kamu bahkan tidak menjemputku di bandara, rasa cinta ini semakin terkikis. Sekarang aku bisa dengan tenang melanjutkan kuliahku, bukan terganggu di pertengahan karena aku sudah menyingkirkan hama di awal." Tegas Zie.
"Kamu...!"
Pria itu siap melayangkan tangan untuk menampar Zie, membuat Alen ingin bergerak namun ternyata tangan pria itu berhasil di tahan oleh Zie bahkan Zie juga sudah siap untuk menamparnya namun ia menahan diri dan menghentakkan tangan pria itu. Pria itu masih memejamkan mata karena takut akan di tampar oleh Zie.
"Saya nggak akan mengotori tangan saya untuk menampar sampah. Kakak siapa tadi namanya? Ah, kak Leta. Kakak mau dia kan? Ambil aja kak sampah ini, aku udahh nggak butuh. Silahkan lanjutkan dinner kalian, semoga langit nya bersahabat tapi sepertinya sebentar lagi akan turun hujan." Ucap Zie lalu pergi dengan percaya diri.
Leta sangat amat kesal dengan perkataan Zie, Antonio berusaha untuk membujuk Leta agar tidak memikirkan perkataan Zie. Sementara Alen, Arka, Nathan masih cukup terkesima dengan keberanian Zie.
"Sayang, kamu tenang ya. Nggak usah pedulikan ucapan dia. Biarin aja, kita makan dinner ini ya." Bujuk Antonio.
"Kamu bilang udah putus sama dia, kok masih berhubungan juga sih? Mana temen-temen nya tadi kenal sama aku. Gimana kalo mereka ngadu ke Alen?" Takut Leta.
"Aku bakal urus dan pertegas dia besok supaya dia ataupun temen-temen nya nggak berani sebarin kejadian ini, tapi kenapa kamu nggak mau putus sama cowok kamu?" Tanya Antonio.
.
.
.
.
.
Bersambung
.
.
.
.
.
Terimakasih sudah membaca :)
"Aku sebenernya udah nggak ada rasa sama sekali sama dia, tapi aku masih butuh dia biar angkat perusahaan kak Elvan juga setidaknya sampai masuk 20 besar di perusahaan ternama dunia. Kalau aku putusin dia sekarang gimana perusahaan kakak ku bisa naik dan ada yang mau kerja sama." Jelas Leta.
"Ah, maksud kamu jual nama dia buat naikin perusahaan keluarga kamu. Pinter juga kamu." Puji Antonio.
Alen yang mendengar pernyataan itu hanya tersenyum smirk.
"Kalian tunggu disini saja, pelayan. Mana menu utama nya, biar saya yang antarkan." Ujar Alen.
"Tapi tuan.."
"Turutin aja." Pinta Arka.
Pelayan itu memberikan steik sebagai menu utama yang akan di antarkan oleh Alen kemeja Leta dan Antonio. Alen dengan langkah yang percaya diri sambil membawa baki lalu meletakkannya di atas meja sengaja bersuara, sehingga mendapat protes dari Leta dan Antonio.
"Gimana sih nggak sopan banget taruh piring kayak gitu aja nggak becus sampai bersuara." Protes Leta.
"Heh! Lu nggak lihat mood pacar gua lagi buruk. Jangan makin memperburuk suasana kali." Kesal Antonio.
Leta tak mengenali bahwa itu adalah Alen, karena Alen menggunakan topi dan hanya menunduk. Tanpa berkata apapun Alen hanya berbalik tiba-tiba di tarik kasar oleh Antonio sehingga topi yang di gunakan Alen terlepas. Leta berdiri terkejut dan sedikit gemetar.
"Kamu, kamu sejak kapan disini?" Tanya Leta dengan gugup dan suara yang bergetar takut.
"Sejak sore tadi. Kenapa kaget banget? Nggak nyangka ya?" Kata Alen santai.
"Alen, aku bisa jelasin. Dia, dia siapin semua buat ungkapin perasaannya ke pacarnya. Dia ngajak aku buat latihan biar nanti nggak salah, iya kan?" Ujar Leta minta pembelaan dari Antonio.
"Iy... iya, gua anggap Leta cuman rekan kerja aja kok. Gua latihan buat ungkapin perasaan ke cewek gua." Bela Antonio.
"Oh gitu, kalian mengatakan hal yang berbeda lagi ya? Tadi bukankah kalian mengatakan satu rekan kerja dan satu lagi sepupu? Bagaimana kalian bisa berubah-ubah seperti itu? Yaudah di lanjut, oh ya mulai detik ini kita putus nggak ada hubungan apapun." Ucap Alen tegas berbalik badan namun di tahan oleh Leta.
"Alen, maafin aku. Alen tunggu dulu..."
Alen menepis tangan Leta dengan tegas hingga membuat Leta menabrak meja.
"Lu mau tahu satu kenyataan disini? Pertama ini restoran Cabang milik Nathan jadi gua juga pasti bakal tahu kalau lu datang. Kedua lu juga pernah datang bahkan nginep di hotel salah satu milik Arka. Ketiga gua siapin semua ini buat lu, rencana nya besok gua mau lamar lu di depan keluarga dan teman-teman semuanya. Tapi, gua beruntung karena belum melakukan itu. Lu nggak perlu datang ke rumah atau cari-cari gua lagi. Hubungan kita putus sampai disini." Jelas Alen membuat kedua nya sangat terkejut.
"Kamu bohong kan? Kamu..."
Tiba-tiba seorang pelayan datang ingin memberikan wine sebagai penutup.
"Tuan, ini wine yang anda minta apakah di keluarkan juga?" Tanya pelayan itu sambil mengeluarkan Wine yang sangat langka dan mahal.
"Jangan, berikan saja pada dua temanku di dalam ruangan. Mereka sudah terlalu di manja, ahh kalian tidak perlu khawatir soal tagihannya aku sudah melunasi semuanya. Nikmati dinner kalian dan ini sebagai ucapan selamat tinggal terakhir aku mentraktir kalian, nikmati dengan baik." Ujar Alen.
Pelayan itu masuk dan meletakkan Wine di meja Arka dan Nathan. Sementara Alen masih di tahan oleh Leta yang sudah mulai menangis dengan penuh penyesalan.
"Alen, aku benar-benar minta maaf. Tolong kasih aku kesempatan terakhir aku janji akan berubah aku bakal cintai kamu dengan sungguh-sungguh. Tolong kasih aku kesempatan aku mohon." Tangis Leta.
"Simpan saja air mata kamu. Oh satu hal lagi, tadi yang datang cewek lu kan? Ah, maksud gua mantan cewek lu... lu harus tahu satu hal ini. Dia nggak akan pernah merasa menyesal udah buang lu bagaikan sampah dan gua setuju banget sama kata-kata dia, Pemikiran gua jadi semakin terbuka setelah mendengar penyataan cewek lu. Gua akan melakukan hal yang sama, lu boleh ambil sampah ini lagian gua nggak suka sama yang bekas." Tukas Alen.
"Heh! Lu..."
"Selama ini gua nggak pernah menyentuh Leta karena gua sangat menghargai wanita/perempuan. Gua meratukan dia sampai nanti gua nikahin dia, gua menghormati dia dan nggak berniat sedikitpun buat ngerusak dia walaupun dia beberapa kali terus-menerus menggoda gua buat mau melakukan hal bodoh. Karena apa? Karena yang gua cintai dari seorang perempuan adalah hatinya bukan fisik nya!" Teriak Alen.
Antonio dan Leta terdiam mematung di tempat. Aura dingin membunuh mensoroti kedua nya.
"Kamu..."
"Informasi aja buat lu, sebenarnya seminggu lagi bunda bakal datang dan temuin secara resmi keluarga lu. Tapi, sekali lagi gua berterimakasih kepada tuhan sudah membuka mata gua lebar-lebar dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Tadinya mau besok, terus tiba-tiba gua kepikiran minggu depan aja dan lihat tuhan menunjukkan jalan terbaik ke gua buat batalkan semua nya. Jangan panggil gua lagi, disini gua sebagai pelanggan. Kalau sudah selesai silahkan pergi secepatnya nggak perlu masuk ke dalam." Ucap Alen intens lalu pergi.
Leta masih berusaha mengikuti Alen namun di tahan oleh 4 pelayan restoran itu, karena ruangan dalam sudah di booking penuh hanya untuk Alen. Alen duduk bergabung bersama kedua sahabatnya kemudian membuka Wine mahal dan langka itu, namun di tahan oleh Nathan.
"Lu yakin mau minum?" Tanya Nathan.
"Kalau gua Kobam antar gua ke asrama aja, lagian juga yang nyetir mobil bukan gua." Sahut Alen lalu meneguk Wine tanpa ragu.
Arka dan Nathan hanya terdiam melihat Alen yang sebenarnya sedang putus asa.
"Len, jangan kebanyakan. Kepala lu bisa sakit besok, ortu bakal datang lho besok jangan lupa." Ujar Arka.
"Gua tahu kok." Jawab Alen namun ini sudah tegukan yang ketiga.
"Len, tiga cewek tadi siapa? Kok lu bisa tahu bakal ada yang datang?" Tanya Nathan.
"Yang labrak tadi cewek nya si cowok itu Nama ceweknya di panggil Zie, cowok brengsek itu di panggil Antonio. Mereka pacaran udah hampir masuk tahun ke-4 bahkan tuh cowok udah bersumpah di depan dua kakak kandung cewek itu. Mungkin awal nya emang udah di wanti-wanti sama kakak-kakak nya buat jauhin tuh Antonio daripada nyusul kesini cuman ya ini jadi pilihan dan resiko si Zie. Ya, jadilah begini." Jelas Alen.
"Kok lu bisa tahu sedetail itu sih? Kayak nya gua belum kasih informasi sejelas itu sama lu, Gua cuman bilang kalo tuh Antonio udah punya cewek dan di kampus kita. Selebihnya, lu tahu darimana?" Bingung Arka.
"Kan lu yang cari info kalo tuh Zie di kampus kita karena beasiswa, Kalo begitu kan udah jelas dia bakal tinggal dimana. Nggak perlu di cari-cari lagi dan kebetulan pas sebulan lalu pas gua balik ke Asrama abis pergokin Leta yang ke sekian kali nya gua dengar sekilas ada yang teleponan ternyata itu Zie sama Antonio yang sebenarnya Antonio ngejanjiin buat dinner cuman batal karena dia jalan sama Leta." Cerita Alen.
"Wah! Semua nya bener-bener berhubungan dengan sangat baik. Tapi itu Leta di luar masih berontak mau di biarin aja?" Kata Nathan.
"Biarin aja. Nanti juga capek sendiri, kalaupun nanti kakak nya datang minta tanggung jawab atau apapun itu gua udah punya bukti kalo adiknya itu selingkuh sama pria yang udah punya pacar juga. Ya, gua yakin sih kalo kakak nya bakal banyak alasan ini dan itu demi adik semata wayang nya. Tapi bukti gua kan benar-benar kuat., lagian tempat selingkuh kok di tempat yang gua kerja sama." Sahut Alen.
"Kan mereka juga nggak tahu lu siapa, wajarlah mereka kaget lihat lu disini atau tahu kalo dia nginep sama tuh Antonio di hotel bahkan janji makan di cafe." Tutur Arka.
"Maka nya gua bilang, coba kalau dia bisa tahan sebentar lagi aja jangan ada pengkhianatan kayak gini. Apa nggak jadi istri yang paling di ratukan dia nantinya." Jawab Alen.
"Terus lu belum tertarik sama cewek yang nama nya Zie itu? Gila sih, tadi dia berani banget ngomong begitu. Baru kali ini gua lihat ada cewek di tindas berani buat lawan kayak gitu." Usut Nathan.
"Gua nggak kaget kalo Zie begitu, karena yang gua tahu Group Carrington baru menikah jadi Zie adalah anak tiri nya. Tapi gua bersyukur aja dia pindah ke keluarga Carrington, karena di keluarga bokap nya dia nggak pernah di anggap anak." Ucap Alen.
"Pindah keluarga Carrington? Ah! Dia putri satu-satunya dari group Prasaja itu yang sempet ramai kan? Namanya bukannya Cyta ya, ganti nama?" Bingung Arka.
.
.
.
.
.
Bersambung
.
.
.
.
.
Terimakasih sudah membaca :)
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!