NovelToon NovelToon

Menjadi Istri Kedua

Usai dan Hadir

 Dessy berjalan sempoyongan, dengan tangan sesekali menghapus air matanya. Dia yang berada di Surabaya mencari nafkah untuk nya sendiri, harus segera terbang menuju Jakarta ketika mendengar kabar, kakaknya Lahiran.

Sebenarnya ia bahagia datang kesini menjenguk Ana kakaknya itu, tapi ketika ia mendengar kabar dari kakak iparnya, bahwa Ana mengalami sedikit kendala, membuat Dessy kalang kabut dengan banyak pikiran negatif bermunculan di benaknya. Mengingat ia hanya memiliki Ana sekarang, membuat ia menggeleng beberapa kali, seolah negatif thinking nya itu tidak terjadi.

Begitulah Dessy, mudah sekali berburuk pikiran.

tak

tak

tak

Suara jejak kaki yang sedang berlari, mengiringi setiap langkah cewek itu.

"bagaimana dengan kakak saya?" tanya Dessy langsung ketika berada di depan ruangan Ana.

Alvaro yang sedari tadi berdiri di depan ruangan Ana, kini menatap Dessy lekat. Ini kali kedua ia melihat gadis itu. Ia pertama melihat nya, waktu di pernikahan nya dengan Ana.

Tapi sekarang ada yang beda dengan cewek ini.

Em...ia semakin cantik? ah Alvaro menggeleng seolah menepiskan pikiran nya yang hampir ngawur.

Suara tangisan mulai terdengar dari mulut Dessy.

"ngak mungkin....hiks.... kakak aku ngak mungkin pergi" tangisnya, kini sambil mengepalkan tangan didepan dada nya.

Alvaro bingung, apakah gadis ini mendoakan istri nya pergi?

"istri saya lagi ditangani, diam lah" ucap Alvaro datar

"tadi kamu menggeleng, saya pikir kakak saya sudah pergi" ucap Dessy terbata-bata.

"terserah lah" malas Alvaro memilih mendudukkan bokongnya di kursi, depan ruangan Ana.

Dessy ikut mendudukkan bokongnya, sedikit lebih jauh dari Alvaro.

Alvaro tersenyum kecil, saat mengingat wajah putri kecilnya yang sempat ia gendong tadi. Namun keadaan Ana tiba-tiba drop, membuat ia kembali khawatir.

Ceklek

Seorang dokter keluar dari balik pintu ruangan Ana.

"bagaimana keadaan istri saya dok?" tanya Alvaro cepat.

" Sudah membaik, ia ingin bertemu dengan anda" ucap dokter sembari melangkahkan kakinya menuju ruangan nya.

"aku duluan yang masuk" ucap Alvaro saat Dessy menyelonong ingin ikut masuk.

Dessy memilih mengalah saja, toh Alvaro sudah memiliki hak lebih dari Dessy.

Dessy duduk kembali di bangku tadi.

Alvaro berjalan menuju brankar istri nya itu.

Alvaro langsung menggenggam tangan Ana, dengan tangan sebelah nya lagi mengelus kepala Ana.

"bagaimana anak kita mas?" tanya Ana terdengar serak.

"putri kita cantik dan sehat, ..... seperti mama nya" ucapnya sedikit menjeda kalimat nya.

"syukurlah " ucap Ana sedikit tersenyum.

"bagaimana perasaan mu?" tanya Alvaro

"sayang" gombal Ana pada Alvaro

"perasaan sayang maksud nya? tanya Alvaro dengan senyum kecil nya.

"iya mas" ucap Ana

"tadi kata dokter apa?" tanya Alvaro

Ana memilih untuk menggeleng saja

"ngak mungkin, orang dokter disini lama tadi" ucap Alvaro mengingat kan

"bagaimana keadaan kamu?" tanya Alvaro lagi

"mas" ucap Ana tanpa menjawab pertanyaan yang Alvaro lontarkan.

"kenapa sayang hm?" tanya Alvaro

"nama putri kita siapa?" tanya Ana membuat Alvaro tersenyum kecil.

"menurut mu?" tanya Alvaro balik.

"kita namai Lily saja mas?" tanya Ana

"apakah itu sudah cukup? menurut ku kita tambahi sedikit lagi" saran Alvaro

"dari mas saja tambah nya" ucap Ana memaksa tertawa kecil, tapi dada nya sangat sakit.

Ana berusaha baik-baik saja di depan Alvaro.

"Abila...kita namai Lily Abila Mahesa" ucap Alvaro sambil menambahkan marga laki-laki itu diakhir.

"ada makna nya ngak mas?" tanya Ana

Alvaro mengangguk

"maknanya Lily yang cantik" ucap Alvaro random.

"kamu bisa aja" ucap Ana sambil menahan jantungnya, yang kembali ingin membunuh nya.

"mas" ucap Ana kembali

"kenapa sayangku?" tanya Alvaro sambil mengeratkan genggaman nya.

"kalau aku minta sesuatu, kamu mau nurutin?" tanya Ana

"apapun untuk istri ku ini" ucap Alvaro langsung.

"kamu minta apa? nasi goreng buatan aku yang gosong itu?" canda Alvaro berusaha membuat Ana tersenyum.

Ana menggeleng

"terus apa?" kepo Alvaro sambil mendudukkan bokongnya di kursi samping brankar. Ia mulai capek berdiri sedari tadi.

"nikahi adik aku mas" ucap Ana membuat Alvaro membelalakkan matanya kaget.

"hahaha jangan bercanda sayang, kamu sudah sangat cukup untuk ku" ucap Alvaro sambil berusaha tertawa.

"aku ngak bercanda mas" lirih Ana

"jangan membuat ku takut, sebentar aku panggilkan dokter" ucap Devano hendak pergi

Ana menahan tangan Alvaro diiringi gelengan pelan, dari wanita itu.

"aku mohon mas, untuk terakhir kalinya uhukk aku benar-benar ngak kuat" lirih Ana dengan isakan kecil, yang kini terdengar dari mulutnya.

"aku tidak bisa...kamu yang pertama dan terakhir" ucap Alvaro

"jangan ngomong seperti itu lagi, kamu wanita yang kuat dan kamu wanita ku...kamu pasti sembuh" jelas Alvaro

Ana menggeleng, sungguh ia tidak kuat. Ia ingin Dessy menggantikan ia, menjaga Lily dan suami nya kelak.

"aku percaya kamu melakukannya.... demi ku sayang" ucap Ana tiba-tiba sesak nafas.

"DOKTER....." Alvaro berteriak sambil memencet bel yang berfungsi memanggil dokter beberapa kali.

Dokter segera datang

"tolong keluar sebentar" ucap sang dokter sambil berlari kearah Ana

"tolong biarkan saya melihat nya" ucap Alvaro sendu, namun dua orang suster berusaha mengeluarkan Alvaro.

"oh Tuhan" ucap Alvaro sangat khawatir dengan Ana

"bagaimana Kaka saya? apa yang terjadi tadi?" tanya Dessy

Saat Alvaro berteriak tadi, Dessy langsung masuk menghampiri Alvaro dan Ana, namun suster yang tiba-tiba datang memaksa nya keluar.

"diam lah, aku tidak tau" ucap Alvaro

"kenapa kamu selalu menyuruh ku diam? tidak bisakah aku mengetahui kabar kakak ku?" tanya Dessy sedikit membentak. Sejak kedatangan nya tadi, Alvaro selalu menyuruh nya diam.

"jangan menambah pikiran ku" ucap Alvaro

"oh Tuhan.... rasanya aku ingin membunuh kakak iparku ini" ucap Dessy menangis. Ia sangat khawatir dengan keadaan Ana.

Dokter berusaha semaksimal mungkin menyelamatkan Ana. Wanita itu sangat lemah, sejak selesai melahirkan putri cantik untuk Alvaro.

Didepan Dessy berjalan kesana-kemari, dengan mengepalkan doa seribu kali meminta, agar kakaknya itu selamat. "tadi kenapa kamu menghalangi ku untuk masuk ke dalam? bagaimana kalau kakak ku.....ahh pikiran ku nyaris membunuh ku" ucap Dessy frustasi. Ia sangat benci dengan pikiran kotor nya, disaat-saat seperti ini.

Alvaro memilih tidak memperdulikan Dessy. Rasanya Dessy sangat merepotkan dan menyebalkan.

Penuturan Ana yang meminta Alvaro untuk menikahi dessy, kembali terlintas di pikiran nya.

"kamu harus kuat" ucap Alvaro berulangkali, sembari menunggu Dokter selesai mengobati Ana.

Hampir lima belas menit, kini pintu ruangan Ana terbuka, dan menapak kan dokter dan suster di samping nya.

"bagaimana dok istri saya?" tanya Alvaro

"bagaimana keadaan kakak saya dok?" tanya Dessy

Sang dokter menatap sendu keduanya

"maaf pasien tidak bisa diselamatkan " ucap dokter sedikit terbata-bata.

Deg

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Happy reading guys🫶

Mohon dukungan nya😍🥰

Permintaan Ana

Dokter menatap sendu keduanya

"maaf pasien tidak bisa diselamatkan" ucap Dokter sedikit terbata-bata.

Deg

Alvaro langsung berlari ke ruangan Ana, istrinya itu. Hatinya hancur melihat wajah pucat Ana. Baru saja tadi mereka bercanda, dan tertawa. Namun sekarang senyuman cantik istri nya itu, hilang digantikan wajah pucat itu.

Alvaro berjalan pelan menuju brankar Ana.

Tangan nya bergetar hendak menyentuh dan menggenggam, tangan dingin Ana.

"ini ngak mungkin kan sayang?" tanya nya dengan kepala menggeleng, seolah Ana akan menjawab nya.

"INI NGAK MUNGKIN KAN.....hiks..." kini tangisan Alvaro meledak seketika itu juga.

"kenapa kamu tinggalin aku hiks....kenapa?" tanya Alvaro mengelus pucuk kepala Ana.

"aku dan putri kita menunggu mu sayang.... bangunlah" ucap Alvaro sendu.

Wajah tampannya itu, kini dibanjiri air mata nya.

Ceklek

Dessy berlari ke tempat dimana Ana berbaring. Tadi ia sangat syok, hingga terjatuh di lantai. Untung saja beberapa suster membantu nya.

"kakak hiks ....." tangis Dessy sambil memeluk mendiang kakak nya itu.

"kakak kenapa ninggalin Dessy sendirian?" ucapnya hampir tidak kedengaran karena tangis nya itu.

"kakak...hiks.... Dessy ngak punya siapa-siapa di dunia ini"

"mama dan papa ninggalin Dessy, sekarang kakak....Dessy bakal hidup sama siapa lagi kak? Dessy curhat nya ke siapa?" tanya Desi berturut-turut.

Sama hal nya dengan Alvaro, ia ikut memeluk mendiang istrinya itu.

****

Alvaro dan Dessy serta keluarga Alvaro, tengah berada di pemakaman Ana. Alvaro menggendong Lily putri mereka, dengan tangisan kecil terdengar dari mulut laki-laki itu.

Satu tangan nya menopang Lily yang ada dipangkuan nya, satunya lagi mengelus Nisan Ana.

"lihat putri kita sayang....ia membutuhkan mu" ucap Alvaro sendu, membuat mama dan papa nya semakin menangis. Mama dan papa Alvaro sekaligus mertua Ana, baru pulang dari Korea karena urusan bisnis. Mereka sangat bahagia mendengar menantu nya itu lahiran, tatapi siapa sangka setelah mereka sampai, mereka menemukan Ana sudah tertidur nyenyak dengan mata tak mungkin terbuka lagi.

"aku harus bagaimana setelah ini Ana...." tanya Alvaro sendu.

"sudahlah sayang...biarkan Ana istirahat dengan tenang" ucap Ribka mama Alvaro.

"kalian pulang duluan ma" jawab Alvaro

"ini mulai sore Al, putri kamu nanti sakit" ucap Erwin papa Alvaro.

Alvaro mengangguk, ia menatap sendu putri pertama mereka, kemudian ia mengecup Nisan Ana sedikit lama

"cintaku habis di kamu... selamat beristirahat sayang" ucap Alvaro lalu berdiri.

"ayo nak kita pulang" ucap Ribka pada Dessy yang masih menutup mulutnya, seakan tak mau kedengaran suara tangisannya itu.

"nanti aku menyusul tan" ucap Dessy terbata-bata.

"baiklah sopir akan menjemput mu nanti" ucap Ribka diangguki Dessy.

Mereka berjalan melewati Dessy, namun saat Alvaro akan melewati Dessy, ia sempat berucap

"cepat kembali, ada hal yang ingin ku bahas dengan mu" ucap Alvaro diangguki Dessy.

Dessy menghela nafas, sambil melangkahkan kakinya menuju gundukan tanah itu.

"padahal kita jarang ketemu..."

"sekali bertemu, kakak malas bobo" ucap Dessy memaksa bibirnya untuk tertawa kecil.

"bangun dong kak...ngak baik bobo lama kayak gini" ucap Dessy kini membenamkan mukanya, di lipatan tangan yang ia letakkan, diatas tumpuan kakinya.

Setelah beberapa saat, ia kembali menegakkan kepalanya

"kakak jangan lupa sama Dessy ya...Kaka harus bahagia disana"

"janji Dessy bakal sering kesini" ucap Dessy mengelus Nisan itu, lalu pergi melangkah meninggalkan makan Ana.

Dessy kini berada di mobil, yang mertua kakak nya bilang tadi.

Matanya menatap sendu keluar jendela, matanya tak berhenti mengeluarkan cairan bening. Matanya bahkan membengkak karena menangis semalaman.

Ia sangat tak menyangka, kakaknya pergi sangat cepat. Ia merasa tak pantas melanjutkan sisa hidup nya. Mama dan papanya sudah lebih dulu meninggalkan nya, kini Ana menyusul bonyok nya itu.

Rasanya ia ingin merengek saja pada Tuhan, agar semua keluarga nya dikembalikan padanya. Namun hal itu sangat mustahil terjadi.

"kita sudah sampai nona" ucap supir yang menjemput Dessy tadi.

Dessy menghela nafas, sambil memandang mansion milik Alvaro. Ia sedikit tidak nyaman, berada di rumah sebesar ini.

Kakinya kini melangkah menuju mansion.

Kini semua keluarga Mahesa tengah berada di ruang tengah.

"apa yang ingin kamu bahas Al?" tanya Erwin

"sebelum Ana meninggal, dia sempat meminta ku untuk menikahi Dessy sebagai gantinya" jelas Alvaro to the point.

Dessy membelalakkan matanya, tak terkecuali Ribka dan Erwin.

"kenapa ia meminta seperti itu?" tanya Erwin lagi

"Al tidak tau pa, tapi Ana memaksa ku semalam" jelas Alvaro

Dessy hanya diam, seolah mencerna apa yang Alvaro ucapkan.

"kamu mau menepati nya sayang?" tanya Ribka lembut

"Demi Ana, aku melakukan nya" jelas Alvaro

"aku tidak bisa" ucap Dessy tiba-tiba.

"kenapa nak?" tanya Ribka yang berada di samping cewek itu.

"apa maksud nya ini semua? bukankah aku akan mengkhianati kakak ku, jika aku mengambil suaminya?" tanya Dessy

"tidak nak, ini juga permintaan kakak mu, bantulah Alvaro menepati nya" ucap Ribka membujuk.

Dessy tidak paham dengan semuanya, banyak hal yang berkecamuk di benak nya. Bagaimana pekerjaan nya di Surabaya nanti?

"aku tidak...."

"Tidak ada penolakan Dessy" potong Alvaro

Dessy memandang tidak suka dengan Alvaro. Laki-laki didepan nya ini, selalu sok paling benar menurut nya. Namun mengingat itu permintaan terakhir kakak nya, biarlah ia menerima itu.

"baiklah aku bersedia" ucap Dessy membuat Erwin dan Ribka tersenyum kecil.

"jadi kapan pernikahan nya?" tanya Ribka pada Alvaro

"dua hari lagi, aku khawatir putriku tidak dijaga dengan baik oleh maid disini" jelas Alvaro

"itu terlalu cepat Al" ucap Dessy

"yaudah besok saja" ucap Alvaro membuat Dessy semakin kesal.

Bagaimana hidup Dessy setelah menjadi istri Alvaro kelak? Begini saja sudah membuat Dessy, hampir naik pitam.

"jangan bercanda, barang-barang ku masih di Surabaya, aku harus mengurus nya dulu" ucap Dessy mencoba menjelaskan.

"baju?" tanya Alvaro

"iya" jawab Desy

"kamu beli disini saja, baju disini lebih cantik daripada disana" ucapnya menyindir.

"ish...kamu selalu menyebalkan sejak kemarin, bagaimana aku meneruskan hidup dengan mu kalau begini?" tanya Dessy

"Kay......"

"sudah-sudah kalian selalu kercok sedari tadi, tapi papa tak dapat menyangkal kayaknya kalian cocok" ucap Erwin

"Ana baru pergi, kalau papa lupa" ucap Alvaro mengingat kan, agar Erwin tidak melupakan mendiang menantu nya itu.

"baiklah, maafkan papa" ucap Erwin diangguki kecil oleh Alvaro.

"baiklah nak, besok kalian fitting baju, karena dua hari lagi kamu akan menggantikan kerja kakakmu, menjaga putri nya dan suaminya yang akan menjadi milik mu" jelas Ribka

"aku tidak perlu dijaga" ucap Alvaro tidak terima, perkataan mamanya yang mengklaim, bahwa Ribka yang menjaganya.

Ribka menghela nafas, melihat sikap keras kepala anak semata wayangnya itu.

Dengan berat hati Dessy menjawab

"Maaf, saya tidak bisa ...."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

happy reading 🫶

Dukungan mu menambah semangat ku🥰😍

Fitting Baju

Dessy menghela nafas, dengan berat hati ia menjawab

"maaf, aku tidak bisa menolak nya" ucapnya

Ketiga orang itu hampir merosot kan bahunya, namun kalimat Dessy terakhir membuat senyuman tipis terpatri di wajah mereka, kecuali Alvaro.

Dessy memutuskan untuk menginap di mansion Mahesa.

"oekkk...oekkk" tangis Lily membuat Alvaro sedikit kalang-kabut.

"apa Lily sudah dikasih minum?" tanya Alvaro menatap iba pada putrinya itu. Belum juga berumur dua hari, Lily terpaksa meminum asi, yang di beli dari pendonor asi di rumah sakit. Walaupun Alvaro sedikit tidak tega, yang penting ia menjamin asi itu murni agar Lily tidak sakit.

"sudah Tuan, Lily sudah minum asi tadi" ucap salah satu maid, yang menjaga Lily tadi.

"tepi kenapa bisa menangis seperti ini?" tanya Alvaro khawatir. Putrinya itu masih sangat kecil, ia juga baru memiliki anak. Alvaro belum pintar merawat bayi, bagaimana ini?

Dessy yang hendak turun kebawah, guna mengambil air putih pun melihat kecercokan Alvaro dengan maid itu. Sudah jam sepuluh malam, kenapa mereka malah berselisih? Apa mereka tak menyadari Lily semakin menangis karena mereka?

"sini" ucap Dessy sambil mengambil Lily dari gendongan Alvaro.

"kenapa sayang aunty? kok nangis?" tanya Dessy sambil menggoyang-goyangkan bada Lily, berharap Lily nyaman dengan nya.

"pergilah" ucap Alvaro diangguki maid itu.

Alvaro menatap Dessy lekat, kini matanya tertuju pada putrinya itu. Baru saja Dessy menggendongnya, Lily sudah tertidur kembali.

"dia anak saya" ucap Alvaro tiba-tiba.

"iya, aku tidak akan mencuri Lily mu ini" ucap Dessy bingung. Yang bilang Lily bukan anak Alvaro, siapa? Laki-laki itu sangat aneh, menurutnya.

Dessy menghela nafas, ia memilih duduk di sofa.

Alvaro mengikuti Dessy untuk duduk.

"bagaimana dengan Lily?" tanya Dessy sambil memeluk Lily, agar bayi itu menghangat.

"maksud mu?" tanya Alvaro menatap kearah TV, ia malas jika menatap Dessy.

"bagaimana dengan asi nya? Lily minum apa?" tanya Dessy khawatir.

"jangan pikirkan itu" ucap Alvaro

"bagaimana aku tidak memikirkan nya? dia juga anakku" ucap Dessy tidak terima.

Dessy sudah menganggap Lily sebagai anak nya juga, mengingat ia akan menikah dengan Alvaro. Otomatis Lily juga menjadi, anak nya bukan? pikirnya

"saya membuat nya dengan Ana, kenapa bisa jadi anak mu?" tanya Alvaro polos, ia tidak suka Dessy sembarang mengklaim sesuatu milik Alvaro, menjadi milik nya.

Dessy tak mengerti, jalan pikiran Alvaro. Ia baru ketemu dengan laki-laki yang sangat akh...Dessy tidak sanggup menjelaskan nya.

"aku tau kamu membuatnya dengan kakakku, tapi sebentar lagi kita akan menikah, otomatis Lily juga anak ku kan?" tanya Dessy mencoba sabar.

Alvaro tidak menggubris pertanyaan Dessy, ia berkali-kali menghela nafas. Ia sangat merindukan Ana.

Baru saja satu hari tidak melihat istrinya itu, dada Alvaro terasa ditikam berkali-kali oleh rasa rindunya.

"sini, aku akan membawanya kekamar" ucap Alvaro sambil mengambil alih, Lily dari gendongan Dessy.

Dessy menghela nafas melihat kepergian Alvaro, ia kasihan dengan putri kecil itu.

Dessy memilih untuk melangkah, kedapur. Setelah selesai dengan tujuan nya, kakinya bergerak menuju kamarnya, di lantai atas.

...----------------...

"tolong jaga Lily, ya ma" ucap Alvaro tak tega meninggalkan putrinya, yang masih sangat kecil itu.

"iya sayang, jangan khawatir" ucap Ribka meyakinkan Alvaro.

"ingat pilih baju yang cantik, untuk calon istri mu" ucap Ribka diangguki Alvaro.

"yaudah kita berangkat ma" ucap Dessy mencium punggung tangan Ribka, diikuti dengan Alvaro.

"hati-hati sayang" ucap Ribka diangguki Dessy dan Alvaro. Sedangkan Erwin sudah sejak pagi, berangkat ke kantor nya.

Kedua insan yang berbeda gender itu, asik melamun dengan pikiran mereka masing-masing.

Dessy memandang kearah luar kaca, wajah Ana kakaknya itu masih terbayang di pikiran nya. Dessy sangat kecewa, mengingat Alvaro tidak mengijinkan nya berjumpa dengan Ana, sebelum kakaknya itu meninggal.

Dessy menghela nafas

"aku bingung" ucap Dessy

Alvaro menoleh pada Dessy yang ada disampingnya, namun bibirnya enggan untuk menyahut, sekedar bertanya 'kenapa?'

"aku tidak memiliki perasaan padamu, tetapi kita malah menikah" ucap Dessy terdengar sendu.

"anggap saja, kamu membalas semua kebaikan kakak mu padamu dulu" ucap Alvaro. Ia tidak suka dengan arah pembicaraan Dessy. Alvaro juga tidak memiliki perasaan dengan Dessy, tapi tolong jangan diingatkan!

"kita menjalaninya sebagai kakak adek saja ya? jangan anggap aku istrimu" ucap Dessy

Brukkk

Alvaro tiba-tiba menghentikan motor nya, membuat Dessy hampir saja terhuyung kedepan.

"apa yang kamu lakukan?" tanya Dessy tak suka.

"pernikahan bukan permainan Dessy"

"bersikap lah lebih dewasa" ucap Alvaro sedikit keras.

Ia sangat benci dengan pemikiran Dessy, bisa-bisanya ia meminta Alvaro menganggapnya adik disaat mereka sudah menikah kelak.

Dessy tak mampu menjawab penuturan Alvaro. Alvaro berdecak, lalu kembali melajukan mobil nya.

"aku minta maaf" ucap Dessy setelah beberapa saat.

Alvaro tidak menggubris, ia masih kesal dengan nya. Pikiran nya yang masih kacau, karena kepergian Ana ditambah lagi kehadiran Dessy, membuat otaknya hampir pecah sekarang.

"kita sudah sampai" ucap Alvaro membuat Dessy mengangguk, sembari mengikuti Alvaro masuk ke dalam butik.

Hampir satu jam Dessy asik mengganti-ganti gaunnya.

"ini tidak cocok" ucap Alvaro saat melihat Dessy memakai gaun, yang bagian atasnya sedikit terbuka. Ingatkan pada pembaca, bahwa Alvaro tidak suka berbagi.

"kamu saja yang pakai gaun, sedari tidak cocok lah, ini lah"

"aku capek, ganti-ganti Mulu Alvaro" kesal Dessy

Alvaro tidak menggubris, ia malah berjalan melihat gaun-gaun yang bergantungan itu.

Dessy berdecak kesal, laki-laki tidak punya hati itu pikir nya. Entah kenapa kakaknya bisa cinta dengan Alvaro, Dessy tidak paham.

Mata Alvaro tiba-tiba terkunci pada gaun, yang menurut nya sangat cantik.

"kasih itu, untuk di coba" ucap nya pada salah satu pelayan. Pelayan itu mengangguk dan mengambil gaun itu, untuk Dessy coba pakai.

Kini Dessy kembali menunjukkan penampilan nya pada Alvaro. Alvaro malah asik memainkan handphone nya, sampai tidak menyadari bahwa Dessy sudah berada di depan nya.

"Bagaimana dengan ini Al?" tanya Dessy

Alvaro mengangkat wajahnya, untuk melihat Dessy.

Alvaro sedikit melebarkan matanya, ia tidak bisa menyangkal jika Dessy memang sangat cantik.

"bagaimana?"

"masih tidak cocok, biar aku mengganti nya lagi" jelas Dessy saat melihat kediaman Alvaro.

Alvaro menyadarkan kembali otaknya, ia tidak boleh secepat itu tenggelam pada pesona Dessy.

"aku tidak suka......"

"jika kamu mengganti nya" lanjut Alvaro.

Dessy yang hampir kesal, tiba-tiba tersenyum mendengar penuturan terakhir Alvaro.

"hah... akhirnya" ucap Dessy menghela nafas lega.

"pelayan tolong di bungkus" ucap Alvaro diangguki pelayan itu.

"tunggu" ucap Alvaro tiba-tiba, saat Dessy hendak kembali ke ruang ganti.

"kenapa Al?" bingung nya

cekrek

"wajah jelek mu, cocok untuk diabadikan" ucap Alvaro setelah memotret Dessy.

"tidak usah malu, aku tau aku cantik" ucap Dessy diiringi tawa kecilnya, sambil meninggalkan Alvaro.

"Narsis.." ucapnya melihat kepergian Dessy.

Tiba-tiba....

"Alvaro...."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Happy reading 🫶

Semoga kalian suka Amin<3

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!