NovelToon NovelToon

Menyimpan Benih Psikopat

Bab 1

"Hah, siapa kamu !" Aku terkejut ketika terbangun di sebuah ranjang bersama seorang pria yang tidak aku kenal. Aku ingat ! Semalam aku diajak oleh teman teman ku pergi ke diskotik untuk bersenang senang , lalu dimana teman temanku? Kenapa aku malah satu ranjang dengan seorang pria yang tidak aku kenal.

"Aaaaaa... Kenapa aku Tel-4nja-ng !" Aku berteriak dengan histeris ketika aku melihat tub-uhku di balik selimut, polos tanpa memakai sehelai benang pun.

Karena triakan ku yang kencang, pria di sebelahku perlahan-lahan membuka matanya, dan saat dia melihat ke arahku, dia sama sama terkejut sepertiku.

"Astaga, siapa kamu? Kenapa kamu ada di sebelah sana dan tidur dengan saya?" Apa dia pria bodoh? Apa dia benar benar tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi semalam?

"Kaa - kamu, yang seharusnya bertanya itu aku, kamu siapa dan kenapa tidur satu ranjang denganku" aku sudah tidak kuasa menahan air mataku lagi, aku menangis tersedu sedu memikirkan apa yang terjadi padaku tadi malam.

Bukannya menenangkanku, pria yang ada di sampingku justru malah menatapku dengan tatapan yang tidak bisa ku artikan.

"Shit ! Kenapa aku bisa dengannya" lalu pria itu mengambil pakaian nya yang terjatuh dilantai, setelah mengenakan pakaian di balik selimut, pria itu langsung pergi ke kamar mandi.

Melihatnya masuk ke kamar mandi, aku langsung memungut pakaianku dan langsung menggunakannya sebelum pria itu keluar dari kamar mandi.

"Yaa ampun, berarti aku benar benar melakukan hubungan terlarang dengan pria itu" aku langsung terdiam ketik melihat ada bercak darah di sprei, aku juga merasakan vagina ku sangat terasa perih dan sakit.

Krieeetttt

"Berapa saya harus membayarmu? Sepertinya kamu sudah memuaskan ku tadi malam, apa uang 30 juta cukup?" Ujar pria asing tersebut sambil membuka dompetnya.

Aku yang merasa direndahkan langsung berjalan ke arahnya.

Plaakkkk

"Kamu pikir aku perempuan macan apa hah ? Aku bukan perempuan bayaran yang bisa ditiduri oleh siapapun, apa kamu lihat bercak darah yang ada di sprei itu? Itu bercak darah keperawanan ku yang sudah kamu ambil" aku menangis sejadi-jadinya, aku benar benar buntu dan aku juga binggung harus melakukan apa.

Pria itu terdiam sejenak menatap bercak darah yang ada di sprei, dia sejenak menatap wajahku, lalu dia berkata...

"Bisa saja itu jebakan, ini ambil uangnya, sebelum saya berubah fikiran" pria itu malah semakin menjadi jadi dan benar benar merendahkanku.

"Tunggu !!" Panggilku kepadanya, dia hendak pergi meninggalkanku dengan uang uang nya yang banyak.

"Apa lagi!" Jawabnya.

"Kamu harus....!" Aku menghentikan ucapannya ketika aku melihat ada sebuah pistol di saku jaketnya.

"Ka kamu harus pergi" yang tadinya aku ingin mengucapkan kamu harus bertanggung jawab, ketika aku melihat pistol aku mah mengatakan kamu harus pergi.

Aku takut jika nanti aku menuntut pertanggung jawaban, aku akan ditembak dan dibunuh disini.

"Ya tanpa kamu suruh pun saya akan pergi dari sini, semoga kita tidak akan pernah bertemu lagi" lalu Dengan dinginnya pria itu pergi begitu saja dari hadapanku.

Aku benar benar tidak bisa berkutik, tapi aku akan mengingat wajahnya, wajah seorang pria blasteran, jika suatu saat aku bertemu dengannya kembali, aku yakin aku akan ingat.

Tingg

Saat aku sedang mengemasi barang barangku yang tercecer dilantai, Tiba tiba saja grup WhatsApp ramai, disana ada ketiga orang temanku yang mengajakku ke diskotik.

"Deva ternyata kamu sudah tidak suci lagi ya, bukan gadis polos lagi ahaha !" Aku terkejut ketika membaca pesan dari Lisa temanku, apakah dia sengaja menjebakku,?

"Kalian menjebak ku,? Kenapa kalian sangat tega kepadaku? Apa salahku kepada kalian ?!" Aku menangis sesegukan membalas pesan di grup, ketiga orang temanku itu seperti sangat puas sekali mengolok ngolok ku.

Namu bukannya membalas pesan ku, Lisa justru mengirimkan foti dan Vidio saat aku yang sedang mabuk, digandeng oleh seorang pria blasteran yang tadi tidur bersama ku, pria itu sama Sama terlihat mabuk sama sepertiku.

"Kira kira, kalau ini sampai kepada keluargamu bagai mana ya? Kamu pastinya akan semakin dibeda bedakan dan juga semakin dibenci oleh kedua orang tua mu ahaha!" Jawab Lisa.

"Semoga kamu tidak hamil ya, bisa saja kalau yang namanya orang mabuk itu kula pakai alat kontrasepsi" tutur temanku yang lain bernama icha.

Setelah mereka puas mengumpat ku habis habisan, aku tiba tiba saja langsung di tendang dari grup. Aku yang panik dan marah tiba tiba langsung menghubungi mereka satu persatu namun hasilnya nihil, mereka juga memblokir nomor telepon ku.

"Ya allah, aku harus bagai mana ! Aku tahu aku salah kenapa mau maunya dibawa ke diskotik, tapi aku juga tidak menyangka bahwa ketiga temanku ini memiliki niat yang busuk padaku." Lututku lemas, aku menangis di lantai, ingin rasanya aku mati sekarang karena aku sudah merasa bahwa aku tidak suci lagi.

Aku berdiri menguatkan diri, lalu aku pun memesan ojek online untuk aku pulang ke rumah, kedua orang tuaku pasti marah besar, karena aku tidak pulang semalaman.

Perkenalkan nama aku Deva, usia ku sekarang menginjak 27 tahun, aku memiliki kedua adik yang berusia 24 tahun dan 22 tahun, aku benar benar kudet soal percintaan, aku terlalu sibuk mencari uang untuk masa depan kedua adikku dan juga menghidupi keluargaku, aku bekerja di sebuah pabrik, sedangkan ketiga temanku adalah temanku dsri pabrik juga.

"Dev, kami lihat kehidupanmu itu sangat monoton, bagaimana kalau misalkan setelah pulang bekerja kamu main ke kosan ku dan malamnya kita pergi ke diskotik!" Ajak mereka padaku, dan kebetulan sekali aku sedang merasa jenuh dengan kehidupanku setia harinya, dan karena aku percaya ada mereka,. Akupun menyetujui untuk ikut bersama mereka.

Di atas motor aku menangis ter menerus, aku sangat sakit hati oleh ketiga temanku, besok aku akan memberikan mereka pelajaran, mereka harus tahu bahwa aku bukan lah Deva yang mudah mereka tindas.

Setekah menempuh perjalanan sekitas 40 menit, akhirnya aku pun tiba di rumah, hari ini berarti aku tidak masuk kerja dan tadi untung saja aku sempat menelpon atasanku dan mengatakan bahwa aku sedang sakit.

Plaaakkkkkkk !!!

",Dari mana saja kamu Deva, apakah kamu pergi Melacur, sampah sampai semalaman kamu tidak pulang,!"

Baru saja aku menginjakan kaki di depan pintu, ibu langsung menyambutku dengan satu buah tamparan yang membuat pipi ku terasa sangat panas.

Karena aku sedang malas berdebat dan aku juga banyak pikiran, aku langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dengan kencang.

Braakkkkk ....

"Dasar anak kurang ajar! Apa kamu sekarang mulai memberontak kepada ibumu? Tidak ada jatah makan untuk orang seertimu, dasar anak Jalang !" Ibu memarahiku sambil menendang nendang pintu kamar, aku menutup telingaku dengan bantal karena aku benar benar sangat pusing Mendengarkan suara ibu yang begitu nyaring

"Awas kamu ya ! Jika kamu menyentuh nasi dan juga lauk pauk di rumah, kamu akan tahu akibatnya." Ancaman ibu keladaku.

"Ohh baiklah, besok aku gajian ! Aku tidak akan memberi kan sepeserpun uang gajiku kepada mu dan keluarga ini, sekalian aku juga akan pergi dari sini dan hidup mandiri di luar sana tanpa dirongrong lagi oleh kalian.

Sampai sore aku benar benar tidak keluar kamar, aku sangat terpukul dengan semua kejadian yang ada, aku sudah tidak suci lagi ! Kesucianku benar benar sudah direnggut oleh orang yang tidak aku kenali sama sekali, Bagaimana jika aku nantinya hamil? Aku harus minta pertanggung jawaban pada siapan, sedangkan jika aku meng-,gu-gurkan nya aku tidak tega.

Braakkk

Braakkkk

Aku mendengar suara pintu yang di gedor sangat keras, aku yakin itu adalah bapak yang baru saja pulang kerja.

"Deva, keluar kamu !! Apa yang sudah kamu katakan pada ibumu sehingga membuatnya menangis? Kalau misalkan belum bisa membanggakan orang tua minimal jangan bikin orang tua menjadi sedih, dasar anak To-l0l yang tidak berguna !" Terdengar suara bapak yang mengumpatku habis habisan, rumah ini sebenar nya seperti neraka, sudah sejak lama aku ingin pergi dari rumah ini, namun entah mengapa aku selalu tidak bisa.

"Keluar Deva !! Jika kamu tidak keluar, jangan salahkan bapa jika bapak akan mendobrak pintu kamar mu" ancaman bapak padaku.

Karena aku malah semakin ribut dan ujung ujungnya pinti kamarku akan menjadi rusak, dengan terpaksa aku bangkit dari tempat tidur dengan tubuh yang lemas.

Krieeettttt

Plaaakkkm

Hari ini aku ditampar dua kali oleh kbu dan bapak ku, aku merasakan ada cairan yang keluar dari sudut bibir ku yang aku pastikan itu adakah darah.

"Apah?? Aku melawan ibu, karena aku sudah bener bener sangat muak, 80% gaji kerjaku aku berikan untuk kehidupan di rumah ini, namun di antara kalian tidak ada satupun ornag yang menghargai ku, dimana hati nurani kalian hah?" Aku mengeluarkan semua unek unek ku. Kebetulan disana saat aku membuka pintu kamar ternyata ada ibu dan balak beserta adik ke duaku Dela.

Bab 2

"Cihhh , jadi kamu tidak iklas untuk membantu keuangan di keluarga ini ? Pantas saja sudah usia setua itu kamu masih belum mendapatkan jodoh, karena kamu tidak iklas dan tukang mengungkit." Sahut ibu dengan tersenyum dengan sinis, begitu pula dengan Dela yang terlihat sangat puas ketika aku dijadikan bulan bulanan oleh ibu dan bapak.

"Bu, seharusnya ibu itu mengerti kenapa aku belum menikah di usia setua ini? Aku terlalu fokus untuk menghidupi keluarga ini dan belum lagi aku menyekolahkan adik adik ku yang tidak tahu diri, seharusnya dari dulu aku hanya memperdulikan diriku sendiri daripada memperdulikan orang yang tidak menghargai jerih payahnya sama sekali, aku benar benar sangat muak Bu !" Akhirnya aku bisa mengeluarkan semua yang menjadi beban pikiran dan sakit hatiku selama ini, jika aku terus terusan diam maka orang yang ada di dalam rumah ini akan semakin menginjak ku.

"Dihh, mengungkit terus !! Itukan sudah jadi tanggung jawab anak sulung" jawab Dela dengan enteng.

Aku pun tersenyum sinis mendengar ucapan dari Dela, anak itu benar benar tidak memiliki adab dan juga sopan santun kepada kakak yang notabene nya telah menyekolahkan dan membiayainya.

"Oh iya ?? Lalu gunanya seorang bapak di suatu keluarga itu apa? Apa tidak ada gunanya?" Mendengar kalimatku, Bapak langsung menghajarku habis habisan karena aku juga mengerti Bapak melakukan semua ini karena tersindir oleh ucapanku.

Bapak sebenar nya bekerja di perusahaan yang cukup besar, bahkan Bapak menjadi staf senior di sana , namun entah mengapa keluargaku ini sangat senang sekali merongrong ku, aku sempat berpikir apakah aku ini anak pungut?

"Sudah pak sudah , kalau terus terusan dipukul Deva bisa mati ditangan Bapak , nanti Bapak juga yang rugi." Ujar ibu menghentikan aksi Bapak, ibu terkadang menjadi penengah dan ibu juga terkadang menjadi kompor meledak untuk pertengkaran ku dan bapak.

"Besok aku akan keluar dari rumah ini, aku ingin mencari kebahagiaanku sendiri dan jangan harap aku akan memberi uang gajiku sepeserpun untuk keluarga ini."

Dengan tegas kuucapkan lagi bahwa aku akan pergi dari rumah ini, aku sudah sangat muak di beda bedakan dan uangku terasa di peras oleh mereka.

Sering kali aku sudah memberi mereka uang 80% dari gajiku, ibu atau kedua adik ku terkadang suka meminta lagi, entah dipakai apa uang Bapak sampai sampai ibu dan adik ku merasa tidak tercukupi.

"Oh ahah, kamu menantang? Jika selangkah pun kamu pergi dari sini membawa barang barang mu, maka kamu tidak akan pernah Bapak anggap sebagai anak lagi !" Ucap bapak mengancamku, ini bukan ancaman kali pertama yang dilontarkan oleh mulut bapak, dan ini juga bukan pertama kalinya aku meminta pergi dari rumah ini.

"Oh silahkan, semakin dewasa aku semakin berpikir bahwa tidak ada untungnya juga aku dianggap anak oleh kalian, jadi lebih baik aku tidak pada unya keluarga sekakian" aku menantangku balik Bapak, aku bukan Deva yang dulu, yang takut jika diancam oleh Bapak.

" Kurang ajar kamu ! Mentang mentang sudah dewasa Kamu mulai berani membantah omongan orang tua" karena aku tidak mau pusing mendengar teriakan bapak yang membuat telingaku sangat sakit, aku memutuskan masuk ke dalam kamar dan mengemasi pakaian ku.

Setelah sekitar 20 menit aku pun selesai berkemas, semua barang berharga yang ada di kamarku dibawa termasuk beberapa perhiasan yang memang aku beli dsri tabunganku, hujan terdengar sangat deras di luar, tapi aku berpikir aku akan lebih menderita lagi jika aku semakin lama di rumah ini, lalu aku mencati jas hujan ponco milikku, sekarang aku sudah siap untuk pergi membawa sebuah tas gendong dan mengenakan jas hujan.

Kriettttt

"Benar benar pergi kamu?" Tegur ibu.

"Iya ! Memangnya ibu melihat aku sedang bercanda ?" Jawab ku dengan sinis

, Ini juga kali pertama aku berbicara sinis seperti ini kepada ibu.

"Deva, fikirkan lagi, dunia diluar sana lebih kejam, dan jika kamu pergi. Siapa yang akan membayar cicilan ibu tiap minggu dan yang membayar arisan ibu tiap bulan, tolong pikirkan ibu" aku ingin tertawa terbahak-bahak dihadapan wajah ibu, berarti inu mengiginkanku untuk bertahan di rumah ini bukan berarti ibu sayang padaku, melainkan ibu pusing dengan semua cicilan, hutang hutangnya dan juga arisannya.

"Loh, memangnya anak cuman aku saja? Ada indah kan yang sudah bekerja, minta uangnya kepada indah dong buat cicilan dan arisan ibu." Ucapku menunjuk indah yang sedang mengutil kuku nya.

Meskipun indah sudah bekerja dengan jabatan yang bagus dj sebuah perusahaan karena dja sarjana, tapi indah sangat pelit kepada ibu beserta bapak, dia hanya mementingkan gaya hidupnya sendiri.

"Dihh enak aja ! Yang biasanya bayar cicilan ibu kan kamu, kok malah jadi aku, atau sudah biarkan saja dia pergi dari sini bu, lalu setiap bulannya suruh dia transfer saja uang nya untuk bayar cicilan dan juga arisan ibu." Sahut Dela memberikan ibu ide.

"Kalau dia tidak mentransfer bagai mana?" Tanya ibu, Dela hanya bisa mengangkat bahu nya.

"Gaji bapak besar bu, ibu bisa minta tolong mepada bapak, sudahlah anggap saja aku tidak ada dir rumah ini, aku pergi sekarang bu !" Lalu aku pun pergi ke luar rumah.

"Heh Deva, jangan pakai motor itu, biarkan motor itu tetap di rumah ini, akan aku gunakan untuk bekerja!"

Dela berteriak agar aku meninggalkan motor ku, padahal ini motor murni hasil aku membeli bekas dsri seorang teman, karena motor ini sebenarnya motor bekas kecelakaan yang merenggut nyawa kakak temanku, makannya saat itu temanku menjualnya dengan harga sangat murah karena jarang orang yang mau membeli motor bekas kecelakaan apalagi korbannya sampai meninggal di tempat.

"Enak saja, pakai uang gajimu untuk membeli motor, jangan hanya bisa dipakai untuk modal gaya doang" setelah mengumpat indah aku pun langsung tancap gas mengunakan motor, sebenarnya aku binggung hendak pergi ke mana, sedangkan uang cash yang ku punya hanya tinggal sisa 150.000 ribu.

"Sepertinya aku harus menjual perhiasan" lalu aku pun bergegas ke sebuah pasar yang posisinya tidak jauh dari rumah.

Setelah bernegosiasi dengan pemilik toko emas, akhirnya kalung yang ku punya laku senilai 6 juta rupiah, lumayan untuk mencari kos dan juga pegangan , toh besok juga aku gajihan.

Setelah berkeliling kesana kemari akhirnya aku juga menemukan kos kosan campur yang begitu asri di dekat pabrik tempat ku bekerja, untung saja ada sisa satu kamar yang kosong.

"Mbak, harga kos kosannya berapa?" Tanyaku lada mbak mbak penjaga kos kosan tersebut.

",5.20000 ribu perbulan" aku cukuo terkejut ketika mendengar harga kos kosan di tempat ini sangat murah, biasanya di tempat strategi seperti ini harga kos kosan nya bisa mencapai 1 juta rupiah, apalagi di dalam nya sudah ada kamar mandi dan kasur beserta lemari dan nakas.

"Jadi tidak? Halah banyak melamun tidak jelas" aku dikagetkan dengan suara mbak mbak penjaga kosan yang begitu ketus.

"Jadi, mbak" jawabku, lalu aku pun digiring masuk ke salah satu kamar kosong yang tepat berada di tengah tengah kamar yang lain.

Kosannya sangat rapi dan juga bersih, area parkit cukup luas ditambah lagi kamarnya seperti baru di cat.

"Ini mbak uang nya, makasih" lalu setelah menerima uang tersebut, perempuan itu berlalu pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata sedikitpun.

Karena pakaian ku cukup basah, aku langsung pergi ke kamar mandi dan berganti pakaian, setelah selesai mandi akupun merebahkan tubuhku di atas ranjang.

"Mulai detik ini aku akan mementingkan diriku sendiri dibandingkan orang lain, sekalipun itu adalah keluarga ku, aku tetap akan masa bodoh, toh mereka juga tidak menghargaiku" gumamku dalam hati, karena amu kelelahan aku pun akhirnya tertidur.

Srekkk

Srekkk

Aku terbangun dan melihat jam ternyata sekarang sudah menunjukan pukul 21.00, suara seperti Pisau yang sedang di Asah, membuatku terbangun dari tidur.

bab 3

"Gila malam malam gini siapa sih yang mengasah pisau, mana bunyi nya ngilu banget" ucap ku merasa terganggu dengan suara tersebut.

Aku membiarkan suara itu terlebih dahulu, siapa tahu dia mengasah pisau nya hanya sebentar, namu setelah aku menunggu sekitar 20 menit, suara mengasah pisau itu tidak kunjung hilang malah semakin keras.

"Gak bisa dibiarkan, kenapa sih si Mbak pemilik kos ngak negur ya!" Akhirnya aku memberanikan diri untuk menegur dan mencari sumber dari suara tersebut, aku berani karena aku disini sama sama bayar dan memang suara itu sudah sangat menganggu.

Krieeeet

Aku membuka pintu kamar, saat aku melihat ke sekitar kos kosan ini benar benar sangat sepi, dan lampu lampu yang ada di kolidor kosan begitu redup yang membuat kosan ini terlihat sangat mencekam, belum lagi ada dua buah pohon beringin yang menambah keangkeran kos kosan ini.

"Bismillahirrahmanirrahim" aku pun mulai berjalan ke arah suara asahan pisan tersebut, saat aku telusuri ternyata suara asahan itu ada di sebelah kiri kos kosan, dan saat aku berjalan ke sana suara itu semakin terdengar.

Aku pun memberanikan diri untuk belok ke arah kiri dan mencari sumber suara itu dengan dekat, ternyata di sana ada koridor dengan dua kamar, di koridor itu tidak ada lampu sama sekali jadi dengan terpaksa aku hanya mengenakan senter hp saja.

"Inj bukan setan, aku yakin ini manusia, mana ada setan yang mengasah pisau hampir 20 menit." Gumamku untuk memberanikan diri dan berusaha untuk berpositif thinking.

Akhirnya akupun tiba di delan ruangan tersebut, aku sedikit mengintip, aku melihat ada seorang pria yang perawakan nua tinggi sedang mengasah golok, dan di sebelahnya ada pula seorang pria yang tidak sadarkan diri.

"Hah, astaga ! Mau apa dia." Aku menutup mulutku karena aku merasa bahwa pria itu akan melakukan hal buruk kepada pria yang sedang pingsan.

"Aaaaaaa!" Bodohnya aku berteriak sangat kencang ketika aku melihat pria tersebut mengayunkan gol0knya ke arah leher pria yang sedang pingsan, karena mendengar suara teriakan ku pria itu langsung berbalik ke arahku, tanpa pikir panjang dan tanpa ingin melihat wajah pria tersebut, aku langsung berlari sekencang kencangnya lalu masuk kembali ke dalam kamar.

Huh

Huh

"Ya allah, apakah aku tafi sedang melihat sebuah pembunuh4n? Bagaimana jika pria itu mengejarku ke sini dan aku dijadikan korban selanjutnya." Gumamku dalam hati sambil ketakutan.

Karena aku merasa takut, aku pun mengemasi barang barangku yang untung nya tidak terlalu banyak, aku langsung bergegas untuk mengambil motorku yang kebetulan aku parkir di depan kamar.

"Si4lan kenapa pintunya digembok seperti ini" aku berusaha untuk melepaskan gembok tersebut namun hasilnya nihil, gembok tersebut dilengkapi dengan rantai yang sangat berat.

" Mau kemana kamu?" Tanya pria yang Membunuh itu.

Aku berbalik ke arahnya, dan ternyata tubuh dan baju si pria itu dipenuhi dengan D4r4h segar.

"A-ku, mau pergi dari sini, tolong maafkan aku, seharusnya aku tidak kepo, aku Berjanji untuk tidak bicara kepada siapapun mengenai masalah ini"." Aku meminta ampun kepada pria menakutkan itu.

"Sepertinya aku mengenalmu" ucap nya.

Mendengar ucapannya aku pun langsung melihat ke arahnya, aku mengamati wajah pria tersebut.

"Ka-kamu?" Keringatku langsung bercucuran ketika aku melihat pria yang ada di hadapanku adalah pria yang telah merenggut kesucian ku kemarin.

"Tolong jangan sakiti aku dan jangan bunuh aku, aku berjanji tidak akan menuntut tanggung jawab kepadamu dan aku juga berjanji tidak akan melaporkan hal ini ke pihak yang berwajib atau kepada pihak siapapun, tapi tolong biarkan aku hidup." Lagi lagi aku memohon kepada pria tersebut agar aku lolos dari ajal. Pria itu malah tersenyum sinis kearahku, ekspresi wajahnya terlihat datar dan juga dingin.

"Oiya? Apakah aku bisa mempercayaimu? Sepertinya mulut mu harus aku sobek agar tidak dapat berbicara pada siapapun, bagaimana?" Jawab nya dingin.

"Jangan, tolong jangan lukai ku, aku akan segera pergi dari sini!" Ucapku.

"Enak saja, kamu harus tetap berada di sini dalam pengawasanku" pintanya sambil menodongkan golok kearahku.

",Tolong .. tolong aku!" Karena aku merasa terancam aku pun berteriak sekencang kencangnya agar para penghuni kos ini membantuku.

",,Silahkan berteriak, tidak ada orang yang menolongmu di sini" jawabnya.

Dan benar saja, ada beberapa orang yang keluar dari kamar, namun mereka hanya melihat saja seperti tidak ada niat untuk menolong.

",Tolong !" Aku berteriak lagi berharap ada orang yang mendengar dari luar kosan ini.

Crasssh

Aku merasakan perih di lenganku dan aku juga merasakan ada darah yang mengalir.

"Sekali lagi kau bersuara, maka golok ini akan melayang tepat di lehermu!"

Huh

Huh

Nafasku tidak beraturan karena merasakan sakit dan juga takut, ternyata aku memutuskan pergi dari rumah adalah kesalahan yang salah, hidupku ibarat keluar dari mulut singa masuk ke dalam mulut buaya.

"Sekarang masuk kedalam kamarmu!" Pria itu menuntunku masuk ke dalam kamar, dengan golok yang masih menempel di leherku, golok itu seolah olah bersiap siap untuk menebas leherku kapan saja.

Mau tak mau aku pun menuruti apa keinginannya, aku tidak ingin kehilangan kepalaku, aku masih ingin hidup.

"Jangan pernah mencoba untuk kabur dari sini, atau kamu akan merasakan akibatnya" ucapnya dengan memegang golok yanh masih berada di dekat leherku.

"Iya, lalu bagai mana untuk aku mencari uang? Aku bekerja di pabrik yang tak jauh dari sini, kalau aku tidak bekerja aku tidaka akan bisa hidup" jawabnya sedikit meminta keringanan kepadanya.

"Kamu tidak apa aa keluar dari kos kosan ini, tetapi kami semua yanh ada di sini akan memantaumu, jika beranj saja kamu kabur dan tidak berniat untuk kembali lagi ke sini, maka kami akan mencarimu sampai Ke dalam lubang semut sekalipun" ancamnya, tidak ada raut wajah main main.

"Baiklah"lalu aku pun masuk ke dalam kamar dan menutup pintu.

Aku membuka jaketku untuk melihat luka yang pria itu torehkan di lenganku, darahku cukup banyak keluar, aku berusaha untuk menghentikan pendarahan dengan mengikat baju di lenganku,. Namun hasilnya nihil, darah itu tetap rembes.

"Yaa allah bagaimana ini, aku benar benar binggung harus bagaimana" ucapku sambil menangis.

Akhirnya aku memutuskan untuk kembali keluar untuk pergi ke rumah sakit atau klinik sepertinya lukaku ini membutuhkan jahitan.

Tok

Tok

"Mbak, mbak !" Aku mengetuk pintu kamar penjaga kos kosan yang kebetulan kamarnya terletak paling depan dekat gerbang.

Krieeett

"Mbak, tolong buka kan pintu gerbang, aku mau ke rumah sakit, aku harus segera mendapatkan pertolongan sebelum aku kehabisan darah" ucapku memohon dan meminta tolong kepada penjaga kos.

Perempuan itu hanya melihat ke arah luka ku sejenak lalu mengambil sebuah kunci, dia pun membuka kan pintu gerbang tanpa menanyakan sedikitpun aku kenapa, tapi sepertinya dia tahu apa yang terjadi padaku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!