NovelToon NovelToon

Kisah Si Kembar

Prolog

Sekolah Menengah Atas Pelangi (SMA Pelangi) adalah sekolah swasta yang paling elit di kota besar ini, sembilan puluh sembilan persen siswa dan siswinya berasal dari kalangan keluarga yang berada. Sekolah ini di anggap istimewa karena prestasi para siswa-siswinya di atas rata.

Suatu siang, sekolah ini sudah sepi, dan seorang gadis berdiri di depan sekolah menunggu jemputan. Dia adalah Clara, salah satu siswi SMA Pelangi itu.

"Kok pak Tedi lama, ya, gak biasanya telat jemput, mana panas banget lagi," gerutu Clara. Dia masih menunggu sopir antar jemputnya sambil memainkan gawainya. Sesekali netranya melihat sekeliling ke kiri dan ke kanan berharap pak Tadi yang menjemputnya segera datang.

Tiba-tiba pandangan matanya mengarah ke seorang gadis berpakaian seragam yang sama dengannya. 'Siapa cewek itu? kok seperti ada yang aneh deh,' tanyanya dalam hati.

Ketika Clara hendak mendekati gadis itu, langkah kakinya tertahan oleh sebuah suara ....

"Non Clara, maaf saya telat, tadi ban mobilnya bocor jadi saya bawa ke bengkel dulu untuk ditambal," kata suara yang ternyata pak Tedi sopirnya itu.

"Eh Bapak, ya sudah tidak apa Pak, ayo kita pulang saya sudah sangat lapar dan haus," ujar Clara.

Ketika akan masuk ke dalam mobilnya, Clara menoleh kembali ke arah gadis yang dilihatnya tadi, namun gadis itu sudah menghilang dari pandangannya. "Kemana cewek itu, cepet banget ilangnya," gumamnya lirih.

"Siapa yang ilang, Non?" tanya pak Tedi yang ternyata tak sengaja mendengar ucapan Clara tadi.

"Eh enggak kok Pak, hehe ...." Clara terkekeh dan pak Tedi hanya tersenyum.

Mobil memasuki halaman rumah, Clara turun dan masuk ke rumah.

"Kok jam segini baru pulang, Non?" tanya bibi Yati, asisten di rumah Clara.

"Iya, Bi, tadi kata pak Tedi bannya bocor jadi ke bengkel dulu," jawab Clara santai.

"Oh begitu, ya sudah makan dulu sana, bibi sudah buatin ayam panggang kesukaan Non," kata Bi Yati.

Clara pun bergegas menuju ke dapur dan langsung melahap makanan yang ada di meja itu.

Bibi Yati bertugas mengurus rumah, memasak, dan melayani Clara juga, karena kedua orang tua Clara yang bernama Pak Beni dan Bu Lidya selalu pulang malam, mereka setiap hari kerja lembur di kantornya.

Pak Beni dan Bu Lidya pun hampir jarang berkomunikasi atau bertatap muka dengan Clara, karena ketika mereka pulang dari kantor Clara pasti sudah tidur.

Paling hanya hari minggu saja mereka makan bersama itu pun hanya di siang hari, karena malam hari kedua orang tua Clara selalu keluar mengurus bisnis mereka yaitu sebuah pabrik yang dikelola oleh para karyawan mereka.

Mereka datang ke pabrik itu hanya satu minggu sekali untuk memantau perkembangannya dan juga mengontrol laporan keuangan yang mereka percayakan kepada seorang bendahara di pabrik tersebut.

Setelah makan siang, Clara menaiki tangga hendak menuju kamarnya yang berada di lantai atas. Di dalam kamarnya, dia memainkan gawainya.

Dert...

Tiba-tiba gawainya bergetar, ada satu pesan masuk dari Tasya teman satu kelasnya.

[Hai, Ra, ntar malem gue tunggu di cafe, awas jangan sampe gak dateng, lu.] isi pesan dari Tasya.

"Oke friend ...." Balasan pesan dari Clara.

Hampir setiap malam Clara hobi sekali nongkrong di cafe yang di dalamnya terdapat sebuah diskotik.

Dia menghabiskan waktunya bersama teman-teman satu sekolahnya.

Clara menjadi seperti itu mungkin karena orang tuanya yang jarang memperhatikannya.

****

Sore hari tiba, Clara merasa lapar sekali, dia keluar dari kamarnya dan turun menuju dapur.

"Bi, ada makanan apa, ya?" Clara bertanya kepada Bi Yati yang sedang membersihkan dapur.

"Waduh, Non, bibi belum masak lagi, kan biasanya Non makannya pagi siang sama malam saja," kata Bi Yati.

"Iya, Bi, tapi aku bukan lagi ingin makan nasi, maksud aku itu, apakah ada kue atau cemilan gitu?" ujar Clara.

"Bibi belikan di warung depan sebentar, Non," kata Bi Yati.

"Ya sudah tapi jangan lama-lama, Bi," kata Clara.

Bi Yati bergegas menuju ke warung yang terletak di seberang rumah. Tak lama wanita itu datang dengan membawa makanan ringan.

Dia menyerahkannya kepada Clara, dan Clara pun menikmati cemilan tersebut sambil menonton televisi.

Setelah puas mengisi perutnya, Clara segera mandi dan berpakaian. Dia berpenampilan cuek dengan kaos ketat berwarna hitam dan celana jeans berwarna biru dengan panjang sebatas lutut, meski terlihat tomboy tapi Clara tetap terlihat cantik. Kemudian Clara meraih jaket jeans yang tergantung di kapstok kamarnya dan menuruni tangga lalu keluar.

"Mau kemana, Non?" tanya Bi Yati yang sedang duduk di ruang depan.

"Ini, Bi, aku mau belajar kelompok di rumah Tasya," jawab Clara sambil terus berjalan tanpa memperhatikan wajah bibinya.

"Bi Yati hanya menggeleng sambil mengelus dada, "tuh anak masa setiap hari belajar kelompok," gumamnya dalam hati.

Kini Clara melewati pos satpam, dia segera berlari karena tak mau Pak Andi melihat kepergiannya. Pak Andi adalah satpam di rumah Clara, dia bertugas jaga sore hingga pagi hari.

Clara membuka gembok pintu gerbang dengan kunci duplikat yang dia bawa, gembok terbuka lalu clara keluar dan tak lupa menutup kembali pintu gerbang dan menggemboknya.

Sebenarnya Pak Andi sudah mengetahui perbuatan Clara, tapi satpam itu diam saja, karena mau memberi teguran pun percuma, Clara selalu saja membantah.

Clara terus berjalan hingga ke pangkalan ojek, dan dia memesan salah satu di antara beberapa tukang ojek yang ada di tempat itu.

Para tukang ojek sampai sudah hafal dengan tingkah Clara, karena hampir setiap hari Clara pergi ke diskotik naik ojek dan para ojek itu secara bergiliran mengantar Clara.

Sampai di diskotik, Clara disambut oleh Tasya dan Rendi yang merupakan pacar dari Tasya.

"Jadi ceritanya gue disuruh jadi obat nyamuk, nih?" keluh Clara sambil menggembungkan kedua pipinya.

"Hem, gitu aja ngambek, tenang gue punya pasangan buat lu," sahut Tasya.

"Pasangan apaan?" Clara mengerutkan keningnya.

Tasya bersiul kencang, dan tak lama datanglah seorang pemuda bertubuh tinggi kurus, berkulit sawo matang dan wajahnya manis, dia memakai ikat kepala berwarna hitam. Clara terpesona dan terus memandangi pemuda tersebut.

"Woy, kedip dong, kenalan sana," Tasya tertawa sambil meraupi wajah Clara dengan telapak tangan kanannya, membuat Clara tersipu malu, wajahnya seketika merona.

"Hay, kenalin aku Geri, teman nongkrong Tasya," sahut pemuda itu sambil mengulurkan tangannya. Mereka pun bersalaman dan saling memperkenalkan diri.

"Ayo kita masuk, di luar saja nanti kedinginan lho," ajak Tasya.

Keempat anak ABG itu pun masuk ke dalam dan mencari tempat masing-masing.

Kenakalan Clara

Di dalam diskotik, empat anak ABG yang terdiri dari Clara, Tasya, Rendi, dan Geri duduk berkumpul sambil menikmati alunan musik disko dengan senang seolah tanpa memiliki bebas apapun.

"Bagaimana kalau kita pesen minum?" usul Rendi kepada ketiga ABG itu.

"Minum apaan, Ren?" tanya Clara sambil mengerutkan keningnya.

"Yaelah, Ra, ya minuman yang ada sensasinya kali, masa gitu aja gak tau, lu," cibir Rendi.

"Kalau gue sih setuju, keknya asik tuh." Tasya menimpali. Kemudian Rendi memanggil salah seorang pelayan.

"Terserah kalian deh, gue ngikut aja." Clara menimpali.

"Selamat malam, apakah ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan itu setelah mendekat.

"Mas, kita mau minuman yang paling enak yang ada sensasinya," sahut Rendi sambil mengerlingkan matanya ke arah pelayan itu.

Sepertinya pelayan itu paham minuman apa yang Rendi maksud. "Baik akan saya siapkan segera. Mohon ditunggu sebentar."

Pelayan pun membalikkan badannya menuju ke ruang belakang diskotik. Beberapa saat kemudian, dia kembali lagi membawa nampan berisi empat gelas minuman dan meletakkan di atas meja. "Silahkan," kata pelayan itu.

"Ayo kita nikmati malam yang indah ini, kita bersulang bersama," kata Rendi lantang.

Setelah bersulang mereka meminum minuman mereka sedikit demi sedikit, dan ketika tinggal beberapa tetes saja, Rendi mencampurkan sesuatu dari dalam sakunya kemudian mencampurkannya ke dalam minuman mereka.

Mereka pun menghabiskan minuman dalam gelas itu hingga tetes terakhir, lalu mereka berdiri dan bergabung dalam kerumunan orang-orang yang sedang berjoget-ria di dalam diskotik itu.

Mereka terlihat sangat antusias, Clara menggoyangkan kepala ke kiri dan ke kanan dengan gerakan cepat, begitu juga Tasya dan dua pemuda di sebelahnya. Setelah puas berada di tempat itu mereka keluar dan berkumpul di depan diskotik. Mereka duduk bersebelahan.

"Jam berapa ni, bro?" tanya Rendi kepada Geri dengan mata setengah mengatup.

"Jam dua belas tengah malam, bro," jawab Geri tanpa menoleh ke arah Rendi.

"Apaaa?!" seru Tasya.

"Yeee biasa aja kaleee," sahut Clara sambil melirik ke arah Tasya.

"Ya udah kita pulang, yuk, nanti di omelin sama BonYok (Bokap Nyokap) kita lagi kalau sampai ketauan," ajak Tasya. Raut wajahnya terlihat panik.

"Hem lu sih penakut, anak mama, Tas," cibir Clara.

"Lu mah enak, BonYok luh kerja pulang malam terus, nah gue tau sendiri kan nyokap gue orang rumahan dan bokap gue kerja pulangnya awal terus," gerutu Tasya.

"Udah-udah jangan berantem kenapa sih, Ayo, Sya, gue anter pulang, biar si Geri anter si Clara!" tukas Rendi.

Clara pun membonceng sepeda motor Geri dan Tasya membonceng sepeda motor Rendi. Kedua pemuda tersebut mengantar ke rumah dua gadis itu masing-masing.

"Gue turun sini aja, Ger," kata Clara ketika sampai di gang kecil yang menuju ke rumahnya.

"Oke deh sampe ketemu lagi besok," kata Geri.

Clara mengangguk dan berjalan menuju rumahnya, hanya tinggal beberapa langkah saja sampai

"Halo cewek, kok sendirian saja, abang temani yuk." tiba-tiba ada seorang pria setengah tua yang mengganggu Clara.

"Dih gak sudi, jelek gitu," kata Clara ketus.

"Hahahaha!" pria tersebut tertawa menggelegar membuat telinga Clara sakit. Gadis itu pun berlari hingga sampai di depan rumahnya. Pelan-pelan dia membuka gembok pintu gerbang dan berjalan berjinjit-jinjit masuk ke halaman rumahnya.

Clara memutar lewat pintu belakang yang bisa dibuka dari luar walaupun dikunci dari dalam, karena pintu itu memang tak pernah digembok.

Pintu itu terbuka dan Clara masuk mengendap-endap menuju lantai atas.

Sampai di kamarnya Clara merebahkan tubuhnya di atas kasur. "Huft untung sudah tidur semua," gumamnya dalam hati.

Tiba-tiba pandangan Clara menjadi kabur, dia seperti melihat kunang-kunang memutari kepalanya. "Kenapa gue?" tanyanya dalam hati. Akhirnya dia pun tertidur pulas.

****

Pagi hari seisi rumah sudah terbangun kecuali Clara, dia masih meringkuk di dalam selimut tebalnya.

Tok ... tok ... tok ....

Suara ketukan pintu pun tak mampu membangunkannya.

"Non Clara! Non! bangun, Non, sudah jam setengah tujuh nanti telat sekolahnya, lho," teriak Bi Yati dari luar kamar.

Hening tak ada jawaban, Clara masih memejamkan matanya.

"Duh bagaimana ini, non Clara tidak bangun juga," gumam Bi Yati.

Bi Yati kembali mengetuk pintu kamar Clara berulang-ulang, namun sia-sia saja. Clara tetap tak bergeming dari tidurnya.

"Hem anak satu tapi susahnya minta ampun, untung bapak sama ibu sudah berangkat, kalau sampai tahu kan saya yang kena marah." Bi Yati menggerutu dan meninggalkan kamar Clara, dia melanjutkan pekerjaannya menyapu, mengepel lantai lalu memasak.

****

Sementara di tempat lain ....

"Bella ayo sarapan, ini ibu sudah masak sayur tahu kesukaan kamu," kata ibu Magda.

Bella pun keluar kamar, dia sudah rapi dengan seragam SMA-nya, lalu dia duduk dan menghabiskan sarapannya.

"Bu, aku berangkat dulu, kata Bella.

"Hati-hati ya, Bell," kata Bu Magda.

Bella pun berjalan keluar rumah dan menunggu angkutan umum lewat, dia memang tak punya kendaraan hanya motor butut. Itupun setiap pagi selalu dipakai ayahnya untuk bekerja.

Ayah Bella hanya seorang penjual ikan segar di pasar, jam empat pagi dia sudah berangkat, dan hasil dari jualannya dia pergunakan untuk kebutuhan rumah.

Sedangkan Bu Magda hanyalah seorang penjahit di rumahnya, dan dia baru akan menjahit ketika ada pesanan saja.

**Rumah Clara

Pukul dua belas siang, Clara membuka matanya, dia bangun dan mengulet, mulutnya pun menguap.

"Gila udah siang, gue bolos sekolah berarti, ya," gumam Clara. Kemudian dia pun masuk ke kamar mandi.

Byuuur!

Clara mengguyur rambut hingga tubuhnya yang indah itu. Selesai mandi gadis itu menuju ke meja makan.

"Masak apa, Bi?" tanya Clara.

"Itu, Non bibi buatkan ayam goreng," jawab bi Yati yang sedang mencuci piring.

Clara makan dengan lahap. Setelah makan dia ke ruang tengah dan menyalakan televisi sambil tiduran di sebuah kursi panjang.

Ting ....

Gawai milik Clara bergetar, ada satu pesan dari Tasya.

[Gila gue masih pusing banget nih, Ra, hari ini bolos sekolah gue.]

"Hahaha, sama kaleee, gua juga baru bangun nih terus makan, sekarang lagi novi."

[Hah? apaan tuh novi?]

"Nonton tivi, hehehe."

"Dasar lu ya, makan tidur terus kerjaannya, gendut baru tau rasa lu."

Pesan berakhir, Clara melanjutkan menontonnya, entah mengapa dia masih merasakan pusing di kepalanya, akhirnya dia memejamkan mata kembali dan tertidur.

"Ya ampun ini anak sudah bangunnya siang, sekarang malah tidur lagi," ujar Bi yati yang memergokinya.

Setelah pekerjaan di dalam rumah selesai, Bi Yati keluar rumah menuju ke halaman, dia menyapu daun-daun kering yang berserakan di halaman itu.

Dikira Clara

Di sekolah SMA Pelangi waktu sudah menunjukkan pukul dua siang. Bel sekolah berbunyi, para siswa yang ada di seluruh ruangan itu berhambur keluar.

Di antara mereka, tampak Bella keluar dari dalam kelasnya dan berjalan menuju gerbang sekolah di mana dia akan menunggu kendaraan umum untuk pulang.

Di tempat parkiran, Jonathan si pemuda terpopuler di sekolahnya menaiki motor sportnya. Ketika melintasi pintu gerbang sekolah, dia melihat Bella. Jonathan mengira Bela adalah Clara karena wajahnya yang mirip.

"Clara? apa dia belum di jemput sopirnya?" gumam Jonathan dalam hati.

Lalu Jonathan menghampiri Bella. "Ra, ayo gue anter pulang," katanya.

Bella menoleh ke arah sumber suara itu. 'Siapa, Ra? dan dia juga siapa? aku nggak kenal juga,' batinnya.

"Ra, kok diem aja, ayo gue anter pulang," kata Jonathan sekali lagi.

Bella hanya memperhatikan Jonathan tanpa berbicara sepatah katapun. Gadis itu justru merasa aneh dengan pria tersebut.

Dan bersamaan dengan itu sebuah angkutan umum melintas dan berhenti tepat di depan Bella berdiri.

"Ayo, Non mau kemana?" tanya kernet di dalam angkutan itu.

Bella langsung memasuki angkutan tersebut, dan angkutan itu pun melaju. Sementara Jonathan tercengang menyaksikan kejadian tersebut.

"Clara kok aneh banget hari ini, kenapa dia? lagian ngapain juga dia naik angkutan umum, apa emang gak ada yang jemput? gue tanyain juga diem aja huft." Jonathan menggerutu kemudian mengendarai sepeda motornya.

****

Di rumah Clara ....

"Bosen gue, mau ngapain lagi, ya," gumam Clara di dalam kamarnya.

Kemudian Clara mengambil gawainya dan menekan nomor Tasya.

[Woy, kenapa, Ra.] panggilan tersambung.

"Gue bete nih, Sya, kita ke mall yuk beli-beli apa kek, gue traktir deh" kata Clara.

[Beneran nih di traktir?] tanya Tasya meyakinkan.

"Kapan gue pernah bo'ong sama lu sih?" Clara memonyongkan bibirnya.

[Hahaha oke deh, gue ganti baju dulu.] sahut Tasya.

Panggilan berakhir, Clara berganti pakaian dan memakai jaket jeans kesayangannya.

Kemudian dia keluar kamar dan menuruni anak tangga.

"Lho mau kemana, Non?" tanya Bi Yati yang sedang duduk beristirahat di ruang depan.

"Bi, aku mau ke rumah Tasya, ya, bete ih di kamar terus," jawab Clara.

"Ya sudah tapi pulangnya jangan sampai malam ya, Non, nanti bibi dimarahin papa sama mamanya Non Clara," kata Bi Yati memohon.

"Iya, iya." Clara pun pergi begitu saja.

Bi Yati hanya menggeleng, 'kasihan sekali Non Clara, dia kurang perhatian dari orang tuanya dari kecil. Sekarang sudah besar pun mereka jarang kumpul bersama," gumamnya dalam hati.

Sementara itu, Clara berjalan menuju pangkalan ojek. Baru beberapa langkah dia berbelok menuju jalan besar dan menunggu taxi.

"Males banget gue naik ojek, panas gini huft," gerutu Clara.

Tak lama Clara melihat taxi yang akan menuju ke arahnya, dia melambaikan tangan dan taxi pun berhenti.

"Anter ke Mall ya, Pak," kata Clara setelah duduk di dalamnya.

"Baik, Non," jawab sopir taxi tersebut.

Taxi pun melaju sampai di Mall dan Clara pun turun setelah membayar ongkosnya. Gadis itu berjalan santai menuju ke Mall yang ada di hadapannya.

"Hai, Ra," tiba-tiba ada yang menepuk bahu Clara.

"Eh elu, Sya, udah sampe dulu ternyata, hehe." Clara terkekeh.

"Kan ngebut," kelakar Tasya.

"Emang lu naik apaan, Sya?" tanya Clara.

"Sama, taxi juga," sahut Tasya.

"Ya udah ayo masuk, ke lantai atas dulu pesen makanan, gue laper," ajak Tasya.

"Huuu elu, Sya, ngatain orang makan terus, besok lu paling yang bakal gendut," cibir Clara.

Mereka berdua pun terpingkal, sampai orang-orang yang berada di sekitarnya menoleh dan mengamati Clara dan Tasya dengan aneh.

Sampai di lantai atas mall, kedua ABG itu memesan makanan dan minuman.

"Eh ngomong-ngomong, gimana sama Geri?" tanya Tasya.

"Gimana apanya?" Clara balik bertanya.

"Ya elu itu, kemarin kan gue kenalin, kira-kira suka apa enggak nih?" tanya Tasya lagi.

"Ah baru aja kenal, gak bisalah langsung ada rasa, aneh-aneh aja lu, Sya," ujar Clara sambil menggeleng kepala.

"Ya siapa tau aja setrumnya kuat gitu," ledek Tasya.

"Setrum? lu kira gue stop kontak," sahut Clara.

"Enggaklah Sya, dia bukan tipe gue banget, gue udah ...." Clara tak melanjutkan ucapannya.

"Udah apa, Ra?" Tasya terlihat heran.

"Gak jadi ah," ucap Clara.

"Huuu, lu tuh kebiasaan suka banget main teka teki," sahut Tasya sambil menggembungkan kedua pipinya.

Clara hanya tersenyum. Mereka pun menghabiskan makanan dan minuman yang mereka pesan.

"Abis ini kita ngapain lagi nih, Ra?" tanya Tasya.

"Liat-liat baju yuk, lu pilih satu gue bayarin," sahut Clara berantusias.

"Beneran nih, Ra," Tasya meyakinkan lagi.

"Lu itu gak percayaan banget sih orangnya, emang tampang gue mirip penipu ulung gitu?" Clara mencibir.

"Hahaha, oke-oke lets go!" ajak Tasya.

Sampai di lantai paling bawah, mereka terlihat sedang memilih-milih pakaian.

"Eh, Sya, ini bagus, gak?" tanya Clara sambil menempelkan sebuah kaos ketat di badannya.

"Keren tuh, Ra, lu kan seleranya yang gitu-gituan. Lagian lu tomboy kalau pakai rok kelihatan gimana gitu," seloroh Tasya.

Setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka berdua menuju ke kasir, dan Clara menyerahkan kartu kredit kepada kasir tersebut.

"Mau kemana lagi nih, Ra? gue temenin deh," tanya Tasya setelah mereka berada di luar mall.

"Ke rumah lu boleh gak, gue males banget pulang ke rumah," sahut Clara.

"Ya boleh aja, ya udah itu ada taxi ayo kita naik sekalian." Tasya menggandeng tangan Clara menuju ke taxi yang sedang berhenti di pinggir jalan.

"Dih apaan sih, gandengan tangan segala, lu pikir gue pacar lu," cibir Clara.

"Biarin aja, biar gak ada cowok hidung belang yang ganggu kita," jawab Tasya sambil meringis.

"Dih gak nyambung banget," balas Clara.

Mereka berdua pun tertawa tidak jelas dan lagi-lagi orang-orang di sekitar mereka menatap dengan aneh. Tapi mereka tak mempedulikan hal itu, mereka terus saja tertawa dan berebut masuk taxi.

"Mana sopirnya, Ra, kok gak ada?" tanya Tasya celingukan. Tiba-tiba dia mendengar suara dengkuran dari arah depan.

"Lah itu apa, lagi tidur, noh," tunjuk Clara.

Tasya melongok ke arah depan, dan benar saja, seorang pria sedang meringkuk di jok depan di dalam taxi.

"Woy, Pak! butuh uang gak sih?" seru Tasya.

Pria tersebut terkejut dan membuka matanya. "Eh ada penumpang. Maaf, Non ketiduran," katanya.

"Ya udah anter kita ke Jalan Anggrek ya, Pak," kata Tasya.

"Siap, Non ...." Kemudian sopir itu mengemudikan taxinya menuju alamat yang dimaksud.

Sesampainya di rumah Tasya, mereka turun dan Clara menyerahkan satu lembar uang seratus ribu kepada sopir itu. "Kembalinya ambil aja, Pak, untuk beli bakso atau rokok, hehe," kekehnya.

Sopir itu tampak senang sekali lalu mengucapkan terima kasih dan pergi.

"Lu baik banget, Ra," puji Tasya.

"Ya kasihan aja, Sya, keknya taxi itu lagi sepi penumpang," sahut Clara.

Tasya tersenyum dan mereka pun masuk ke rumah.

"Dari mana, Sya?" tanya bi Ijah yang tak lain adalah pembantu Tasya.

"Ini habis jalan-jalan sama Clara, Bi," jawab Tasya.

Bi Ijah pun tersenyum dan mengajak Clara bersalaman.

Kini mereka berada di dalam kamar, Tasya memutar musik sangat keras, Clara pun menggelengkan kepalanya dan Tasya berjingkrak-jingkrak. Dari luar kamar Bi Ijah hanya menggeleng dan kembali ke dapur untuk menyelesaikan tugasnya, dia sudah terbiasa dengan tingkah Tasya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!