NovelToon NovelToon

Never Be Mine

Prolog

MAIN CAST

Sebelum cerita dimulai aku mau ngasih kalian visual cerita ini ya,biar kalian bayanginnya enakk hehe baik kan aku?? yukk cus disimak!!

1. Laluna Fauza Madison

Laluna fauza madison gadis blasteran Indonesia-Australia yang menjadi gadis populer di sekolahnya, cantik, pintar, berbakat. Rupanya yang menawan membuat para lelaki yang melihatnya langsung jatuh hati, dan nekat untuk menembaknya tapi selalu ditolak dengan baik, dan akhirnya lelaki manapun yang menembaknya menjadi temannya. Hazel coklat yang indah, kulit putih, hidung mancung dan juga bibir yang tipis. Namun, dibalik itu semua ia adalah anak broken home yang sangat kesepian.

2. Gavin Putra Mahendra

Lelaki dingin dengan sejuta pesona yang membuat perempuan manapun rela melakukan sesuatu untuknya, namun Gavin tak tertarik dan peduli, ia hanya fokus dengan study dan hobinya yaitu basket, hobi yang membuatnya harus terlibat dengan seseorang gadis yang juga most wanted sekolah yang membuat kehidupannya berubah 100%. Hidung mancung, alis tebal, bola mata hitam legam dan juga bibir tebalnya membuat perempuan yang menatapnya langsung menjatuhkan hati.

3. Alfi Rizky Pradipta

Sahabat satu spesies Gavin, Alfi juga dingin dan cuek, dirinya tak percaya lagi akan cinta dan berusaha acuh dengan perempuan, lelaki dengan hidung mancung, alis tebal, bibir tipis dan rahang yang tegas ini mampu membuat perempuan tergila-gila dengannya, tapi ia tetap acuh dan keterlibatannya akan masalah Gavin dan Luna membuatnya jatuh ke dalam masalah besar.

4. Asya Hafidza Maharani

Satu-satunya sahabat yang dimiliki Luna, sahabat yang selalu ada dang mengerti Luna, Asya yang manis, centil dan apa adanya membuat Luna nyaman bersahabat dengannya, mendengar sahabatnya disakiti oleh Gavin Asya merasa harus melindungi Luna, namun ia malah terjebak cinta lokasi dengan salah satu sahabat Gavin.

5. Hendar Syarief Pratama

Sahabat Gavin yang kocak,gokil dan ceplas ceplos. Berbeda dengan Gavin dan Alfi Hendar lebih terbuka dan apa adanya tak salah ia sangat dekat dengan Luna dan Asya. Hendar juga anak sultan, apa saja yang ia minta pasti akan dituruti oleh kedua orang tuanya, karena ia anak tunggal keluarga Pratama.

6. Ramoza Adila Widyatama

Orang yang paling dibenci oleh Luna, orang yang telah membuat hubungan Gavin dan Luna hancur, Ramoza juga anak broken home namun ia lebih semena-mena dan bertindak sesuka hatinya, karena ia merasa untuk apa menjaga perasaan orang kalau sendirinya aja selalu disakiti dan dikecewakan. Ramoza sangat tergila-gila dengan Gavin, ia akan melakukan apapun demi mendapatkan hati Gavin.

Segitu aja ya gais perkenalan castnya, yuk kita lanjut ke prologg. Happy reading~

🌻🌻🌻🌻🌻

Puk

"Selesai juga gue baca nih novel" suara gadis dengan rambut panjang yang dikuncir kuda itu sontak membuat teman sebangkunya terkejut.

"Gila ya lo Lun, seharian ini cuma baca buku doang. Dikit lagi UN juga, tobat Lun tobat" celotehan sang sahabat tak ia dengarkan sama sekali, ia lebih memilih memasang headset di kedua telinganya.

"Ishh Laluna Fauza Madison, gue lagi ngomong tauk" merasa dirinya tak didengarkan oleh Luna, gadis bernama Asya itu melepaskan headset yang sudah terpasang dikedua telinga sahabatnya itu.

"Apalagi sih Sya, lo tau kan gue kalo lagi mumet kaya gimana?" sungut Luna sebal.

"Iya gue ngerti Lun, tapi apa gak bisa ada dispensasi buat Gavin. Lo dengerin dulu lah alesan dia, lo kan jalin hubungan berdua ya selesain hubungan juga persetujuan berdua lah, jangan sepihak gitu Lun. Gue yakin Gavin ga kaya gitu kok" celoteh Asya panjang lebar.

"Alesan apa lagi sih Sya, dia aja gak ada usaha buat ngejar gue. Salah gue sih pacaran sama orang cuek bebek kaya gitu, udah ya Sya mulai sekarang lo gak usah sebut nama dia lagi. Gue muak" Luna pergi meninggalkan Asya dengan pikirannya.

Laluna Fauza Madison, gadis cantik blasteran Indonesia-Australia yang kini tengah menduduki bangku kelas 3 SMA di salah satu SMA favorit di Jakarta, SMA Antares. Di sekolah Luna termasuk siswi populer, bagaimana tidak? Mata coklat yang indah dipadukan dengan bulu mata lentik, hidung mancung menantang, bibir yang tipis serta kulit putih bak susu yang bersih.

Puluhan siswa telah menyatakan cinta padanya, namun semuanya ia tolak hanya karena Gavin. Gavin Putra Mahendra, siswa yang dikategorikan badboy ini entah mengapa dapat membuat Luna jatuh dalam pesonanya, sosoknya yang dingin membuat Luna penasaran terhadap Gavin. Gavin juga masuk kategori siswa populer, ia mempunyai 2 sahabat Alfi dan Hendar.

Dengan langkah tergesah-gesah Luna berjalan menyusuri lorong, perasaannya menjadi tak karuan akibat perkataan Asya. Sungguh ia sangat benci dengan laki-laki yang hingga saat ini tak mencoba memberikan penjelasan kepadanya.

Luna terus berjalan tak ada tujuan, hingga di ujung lorong seseorang yang menjadi hancurnya mood Luna pagi ini berjalan dari arah berlawanan dengan Alfi, tanpa babibu Luna memutar tubuhnya menghindari sang lelaki.

"LUNA!" seakan tak peduli teriakan Gavin, Luna terus melangkahkan kakinya, kini dengan tempo yang semakin cepat.

"LUNA! Berhenti dulu Lun!" Luna makin mempercepat langkahnya tak menghiraukan perkataan Gavin. Namun, Gavin berhasil menahan lengan Luna, membuat Luna berhenti.

"Gue mau ngomong!" tanpa menunggu balasan Luna, Gavin menarik tangan Luna dengan paksa. Hingga sampailah mereka, di taman sekolah.

Keduanya sama-sama bungkam, mereka bingung mau memulai dari mana, hingga beberapa detik Luna memberanikan diri memulai percakapan.

"Ada apa?" Luna menyilangkan tangannya dengan angkuh, ia enggan menatap lelaki dihadapannya ini.

"Tatap mata gue Lun!" perintah Gavin, namun Luna tak menuruti perkataan lelaki itu, ia masih enggan menatap mata yang selalu membuatnya jatuh cinta itu.

"Kalo mau ngomong cepet, gue gak mau basa-basi." ujar Luna sarkas.

"Maafin gue" hanya itu yang keluar dari mulut Gavin. Namun, Luna masih menunggu kelanjutan dari perkataan Gavin.

"Yang kemaren lo liat itu bener, bener gue jalan sama Moza, gue jalan sama dia karena iseng dan lagi bete aja. Gak lebih" bagaikan bawang yang sedang dipotong, hati Luna perih mendengarnya. Ia ingin Gavin tidak mengatakan apa yang barusan ia katakan, ia ingin Gavin mencoba memberikannya pengertian, ia ingin Gavin.... Ahh!!

"Maafin gue Lun" setelah mengucapkan kalimat terakhirnya Gavin pergi meninggalkan Luna. Gavin pergi membawa segenap hati Luna. Gavin pergi dengan luka yang sangat perih di hati Luna. Seharusnya Luna tau dari awal, resiko berpacaran dengan seseorang yang cuek.

Gaiss please tinggalin like n komen yaa hehe, ini cerita baru gue. Masih anget..nget..nget!!

1

Setelah melewati weekend yang begitu menyedihkan, kini Luna harus kembali menerima kenyataan.

"Loh kursi gue kemana?" tanya Luna saat memasuki ruang kelasnya dan mendapati kursinya tidak ada ditempat.

"Kemaren sekolah kita ada acara Lun, jadi semua kursi dipake, lo cari aja di gudang tadi aja gue ambil di gudang" ujar Asya, yang sudah terlebih dahulu datang.

"Ohh yaudah deh, gue ambil dulu" ucap Luna kemudian beranjak menuju gudang sekolah. Namun saat ia sampai di gudang sekolah, ia tak menemukan kursi satupun.

"Sial, gue keabisan kursi lagi" ketika ingin kembali menuju kelas, Luna melihat salah satu siswi kelasnya membawa kursi.

"Nara..Itu lo ambil dimana kursinya?" tanya Luna.

"Di kelas cowok lo Lun, kelas cowok lo kan pusat acaranya" sahut Nara.

'Ya Tuhan cobaan apalagi ini'

"Ohh gitu yaudah makasih ya Ra"

Setelah gadis berkacamata itu pergi, Luna segera bergegas ke kelas Gavin, ia yakin lelaki itu belum datang pagi ini, karena ia sudah menjadi langganan telat. Namun, apa yang ada dipikiran Luna pecah sudah. Disana, Tepat didekat kursi yang ingin ia ambil bertumpuk. Gavin tengah mengobrol dengan Alfi.

"Mampuss guwahhh, dia udah dateng dongg.. Ahelah ngapa cepet banget si" Luna mengusap wajahnya gusar.

"Ottoke ini"

"LunLun" bertepatan dengan itu, seorang yang sangat ia kenal keluar.

"Ngapain lo disini? Nyari Gavin yee??" yap, dia Hendar, yang notabenenya juga sahabat Gavin.

"Apaan si lo gendar, siape yang nyari Gavin. Gajelas!" elak Luna.

"Aelah ngeles aje lo, LunLun yang hobinya melamun.. Bilang aja kali kalo masih sayang, gue panggilin Gavinnya nihh.. GAVIN DICARIIN LUNA" teriakan Hendar yang cukup kencang mampu membuat seisi kelas menoleh dan Gavin menghentikan aksinya.

"Ehh gendar, siapa yang nyari Gavin si. Gue mau ambil bang---"

"Ada apaan ni?" belum Luna menyelesaikan perkataannya, yang dipanggil keluar.

"Kenapa Lun? Ada yang mau lo omongin? Apa lo mau ngajak balikkan? Masih sayang kan lo sama gue?" whatt???? Sontak Luna terdiam melihat respon Gavin. Sejak kapan lelaki yang selama ini ia kenal dengan label manusia es itu, menjadi secerewet ini.

"Lo gila ya? Gue kesini mau ambil kursi" Tanpa babibu, Luna memasuki ruang kelas Gavin dan mengambil satu kursi untuk dirinya.

"Perlu bantuan gue gak?" tawar Gavin.

"Gak usah, makasih"

"Jarang-jarang loh gue ngasih bantuan" ucap Gavin.

"Gue gak peduli" jawab Luna.

"Wihhh LunLun galak juga ya" sahut Hendar.

"Berisik lo gendar, ini semua gara-gara lo nih. Ketemu gue awas lo ya" Dengan segera Luna pergi dengan kursi ditangannya.

"Ett maap elah LunLun, sini deh abang Hendar bantuin bawa" Hendar mengambil alih kursi yang sedang Luna bawa.

"Ehh gak usah gendar, gue bisa sendiri" tolak Luna.

"Gapapa LunLun, itung-itung permintaan maaf gua" ucap Hendar pergi menuju kelas Luna.

Luna mengekori Hendar dari belakang, namun saat ia berjalan melewatinya kursi wanita yang sangat ia benci, wanita yang membuat hubungan Gavin dan dirinya kandas, melentangkan kakinya yang membuat Luna terjatuh.

Gavin yang melihat itu sontak langsung membantu Luna berdiri.

"Lo gapapa?" Gavin mencoba membantu Luna berdiri namun Luna menghempaskan tangan Gavin dengan kencang.

"Gak usah lo jadi pahlawan buat gue, gak usah lo pegang-pegang gue. Lo sama dia sama aja tau gak? Gak ada bedanya di mata gue. Dan lo cewek gatel, lo cocok sama dia. Sama-sama gak punya harga diri!" setelah mengucapkan perkataan itu, Luna pergi meninggalkan Gavin.

Hatinya sakit, Gavin memang membantunya namun melihat wajahnya saja ia sudah sangat benci. Dan lagi melihat wajah wanita jalang itu. Moza.

Tak terasa air mata Luna menetes. Dengan segera Luna menghapusnya, ia tak ingin semua orang tau kesakitannya, ia tak ingin semua orang tau kesedihannya, yang ia inginkan hanyalah mereka semua tau bahwa Luna baik-baik saja. Ada ataupun tak ada Gavin.

"Lun, lo lama banget. Kemana dul---Lun lo nangis?" perkataan Asya membuat Hendar terkejut.

"Lunlun nangis?" tanya Hendar.

"Apaan si sotoy, nangis dari hongkong. Gue ini, emmm kelilipan tadi" elak Luna.

"Ohh gitu, yaudah gue pamit ke kelas dulu ya Lun" ucap Hendar.

🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️

"Sok banget si Luna, pake nolak pertolongan gua lagi. Masih untung gue bantuin,tau gitu tadi gak usah gue bantuin aja" omel Gavin, merasa malu atas reaksi Luna tadi.

"Lo bisa diem gak sih Vin? Gue capek tau gak denger lo ngomel-ngomel terus dari tadi" kali ini giliran Alfi yang berbicara, jujur ia lelah mendengar celotehan Gavin yang tak ada hentinya.

"Gue gak abis pikir aja Fi, sama tuh cewek" balas Gavin.

"Ya jangan salahin Luna juga lah kalo dia jadi benci sama lo, tindakan lo ke dia tuh emang wajar buat dia benci sama lo" ucap Alfi, yang membuat kening Gavin berkerut.

"Lah salah gue emang Fi?? Masih mending gue mutusin dia dengan cara kaya gitu, daripada gue ngomong yang sebenernya??" ucapan Gavin hanya dibalas gelengan oleh Alfi.

"Nyesel tau rasa lo Vin" hanya itu yang Alfi katakan, sesaat sebelum ia memasang headset di kedua telinganya.

"Yaudah gue mesen es jeruk dulu ya Fi" tak ada jawaban dari Alfi, Gavin segera bangkit memesan es jeruk.

Dari kejauhan ia bisa melihat perempuan yang sempat mengisi harinya sedang berdiri didepan kedai es jeruk umi.

Gavin melajukan langkahnya.

"Umi es jeruk satu ya" pinta Gavin kepada tukang es jeruk yang kerap disapa umi itu.

"Siapp Vin" jawab Umi.

"Umi punya Luna udahan belom?" tanya Luna kepada Umi.

"Udah nih Neng Luna" mendengar penuturan Umi, Luna segera mengeluarkan uang dan membayarnya lalu pergi. Namun, bukan Gavin namanya jika tidak mengusili mantannya itu, walaupun rasa kesal masih ada tapi melihat wajah marah Luna yang menurutnya lucu itu, membuat Gavin lupa semuanya.

Gavin sengaja menyenggol Luna yang sedang membawa dua es jeruk hingga tumpah mengenai seragam gadis itu.

"Gavin!! Lo sengaja kan?" geram Luna.

"Apaan sih gue gak sengaja, lagian lo jalan gak pelan-pelan" ucap Gavin tak mau mengaku.

"Udah deh Vin, gak usah cari ribut sama gue lagi. Kita udah gak ada hubungan apa-apa lagi, jadi biarin gue hidup tenang" ucap Luna yang membuat Gavin makin gencar membuatnya marah.

"Pede lo ya, siapa juga yang sengaja nyenggol lo. Kalopun gue sengaja juga ogah banget gue megang-megang lo" elak Gavin.

"Bukan pede, tapi kayanya emang lo sengaja!" ucap Luna kekeuh.

"Kan masih kayanya, lagian buktinya apa?" ucap Gavin.

"Tau! suka-suka lo deh Vin. Maling gak akan mau ngaku" sarkas Luna lalu pergi meninggalkan Gavin.

Aksi keduanya mendapat perhatian satu kantin, mereka bertanya-tanya mengapa sepasang kekasih itu bertengkar seakan musuh yang tak pernah menjalin kasih.

"Ampun deh gue Vin sama lo, tindakan lo tuh bikin satu sekolah jadi tau kalo lo udah putus sama Luna" ucap Hendar, Alfi lebih memilih bungkam.

"Biarin aja, biar cewek-cewek pada ngejar-ngejar gue lagi" jawab Gavin enteng.

"Terus lo rela kalo Luna juga dikejar-kejar cowok-cowok sini lagi?" pernyataan Hendar sontak membuat Gavin bungkam. Ia diam sejenak.

"Ya biarin aja" ucap Gavin ragu.

Udah part kedua gaiss, jangan lupa vote dan komen yaa biar aku semangatt❤️❤️

2

Dari jauh Gavin masih memperhatikan perempuan di ujung sana yang sedang membersihkan seragamnya dengan tissue, wajah kesalnya sungguh menggemaskan bagi Gavin.

"Dar, kasih nih ke dia. Tapi jangan bilang dari gue lo" Gavin memberikan Hendar sapu tangan untuk diberikan kepada Luna.

"Yaelah masih peduli lo, gengsi digedein sih lo Vin" sungut Hendar.

"Bawel, gece sana!" Gavin mendorong tubuh Hendar pelan, Hendarpun langsung menjalankan perintah Gavin. Sedangkan Alfi hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu.

"Lun, seragam lo kenapa?" tanya Hendar basa-basi.

"Basah nih lo gak liat apa. Gara-gara sahabat lo nih, benci gue" geram Luna, Asya mencoba membantu Luna.

"Nih pake sapu tangan gue" Hendar memberikan sapu tangan berwarna biru dongker kepada Luna.

Luna menerimanya "Ehh kaya kenal nih sapu tangan. Punya si manusia setan itu kann??" Hendar bingung harus menjawab apa.

"Suruh dong dia sendiri yang ngasih, ga gentleman banget jadi cowok" Luna pergi meninggalkan Hendar dan Asya, membawa serta sapu tangan milik Gavin.

Luna pergi ke toilet guna membasuh noda es jeruk diseragamnya.

"Kering gak ya" selesai membasuh dan mengeringkan dengan hand dryer yang tersedia di toilet, Luna bergegas menuju kelas.

Namun naas.

Bughh

"Awhh...Sakitt" Luna menoleh melihat siapa yang sudah menabraknya. Dan orang itu adalah orang yang sangat Luna benci sekarang.

"Lo lagi ishh, kenapa si gue kalo ketemu lo selalu sial." ucap Luna kesal.

"Lo pikir gue gak sial ketemu lo, dasar ulet bulu" pekik Gavin.

"Ehh apa lo bilang??"

"Lo itu ulet bulu, karena nempel sama gue terus. Gue kemana-mana pasti lo ikutin." ucap Gavin pede.

"Najis amat gue ngikutin lo, gausah kepedean lo mantan a.k.a manusia setan!!" balas Luna tak mau kalah.

"Lo setannya gue manusianya." balas Gavin.

"Lo dua-duanya, manusia yang berwujud setan." sahut Luna tak mau kalah.

"Udah deh Lun, lo kalo masih sayang bilang aja. Tapi sorry, gue udah gak sayang lagi sama lo" ucap Gavin yang langsung membuat hati Luna nyeri.

"Pede lo akut banget ya Vin, tapi sorry sedikitpun udah gak ada rasa lagi di hati gue buat lo." balas Luna tak mau kalah, iya. Itu bukan tulus dari hati Luna, ia hanya tidak ingin terlihat lemah dihadapan mantannya satu ini. Dan Gavinpun bungkam, mencerna perkataan Luna.

"Satu lagi, kalo mau ngasih sapu tangan gak usah nyuruh orang. Gak gentle banget jadi cowok, untung gue udh gak sama lo lagi." Luna mengembalikan sapu tangan Gavin tepat di tangannya. Lalu pergi meninggalkan Gavin yang masih mematung.

🌻🌻🌻🌻🌻

"Dari mana lo Lun? Gue kira lo udah ke kelas, taunya gak ada di kelas" tanya Asya saat Luna masuk ke dalam kelas.

"Bersihin ini Sya." balas Luna singkat. Jujur, ia masih memikirkan perkataan Gavin tadi, sakit rasanya mendengar Gavin mengungkapkan apa yang seharusnya tak ia dengar. Mengapa semudah itu Gavin melupakan kenangan dengan dirinya, Luna akui hubungan yang ia jalani baru saja berjalan 3 bulan, namun sudah banyak kenangan yang tertoreh dalam kisah cinta dirinya dengan Gavin.

"Lo kenapa Lun, ko murung gitu?" tanya Asya melihat wajah muram sahabatnya itu.

"Gapapa kok, Sya."

"Kalo ada apa-apa cerita sama gue ya Lun." Luna menganggukan kepalanya seraya mengiyakan apa yang Asya katakan.

🌻🌻🌻🌻🌻

"Kenapa lo Vin?" tanya Hendar saat Gavin datang dengan wajah gelisahnya.

"Lo ngapa bilang kalo itu sapu tangan dari gue?" pertanyaan Gavin tertuju pada Hendar.

"Gua gak ngomong ke Luna, dia sendiri yang tau kalo itu sapu tangan lo, tiba-tiba dia bilang itu punya lo dan nyuruh lo ngasih sendiri ke dia." jawab Hendar jujur.

"Kan gue udah bilang Vin, gak usah gedein gengsi lo kalo masih sayang mah." ucap Alfi membuka suara.

"Tau lo Vin, Luna direbut orang baru tau rasa." timpal Hendar.

Yang punya masalah hanya diam saja memikirkan apa yang dipikirkan kedua sahabatnya itu. Sebenernya bukan itu yang jadi fokus utama Gavin, tapi perkataan Luna tentang dirinya yang sudah tak ada rasa lagi dengannya.

Bel yang paling ditunggu seluruh siswa-siswi SMU Antares bergema, seluruh siswa berhamburan keluar gerbang menuju rumah mereka masing-masing.

"Gavin!" lelaki dengan kacamata hitam yang sudah bertengger di hidungnya itu menoleh.

"Jadi anterin aku ke toko buku kan hari ini?" tanya seorang wanita yang sudah beberapa minggu ini dekat dengan dirinya.

"Lo sendiri aja ya, gue males." setelah mengatakan itu Gavin pergi meninggalkan Moza.

"Ishh kenapa si Vin, lo selalu cuek gitu sama gue. Giliran sama Luna aja pedulinya setengah matii." dumel Moza kepada Gavin.

🌻🌻🌻🌻🌻

"Luna pulang!!" pekikan remaja 17 tahun ini terdengar seperti biasanya. Namun, balasan yang biasanya tidak didapatnya kini Luna dapat, suara lelaki setengah baya menyahuti pekikan Luna. "Akhirnya my darl pulang."

Luna yang sudah lama tak bertemu sang daddypun dengan girang memeluk lelaki yang menjadi cinta pertamanya.

"I miss you, Dad." ucap Luna dibalik pelukan harunya.

"I miss you more my princess." ucap Thomas membalas pelukkan gadis bungsunya.

"Don't leave me again Dad, i'm so lonely." adu Luna sedih.

"No more princess, i will stay here now with you." balas Thomas penuh kasih sayang.

"Are you really, Dad?" tanya Luna senang.

"Yes, princess." Luna memeluk lagi Daddynya dengan erat seakan tak ingin lagi terpisah.

"Wait..wait..Whose you?" tanya Luna kepada perempuan yang sedang duduk di sofa ruang tamunya, umurnya kira-kira sebaya dengan kakak keduanya.

"Perkenalkan sayang ini Melly, calon mama baru kamu." ucap Thomas santai.

"WHATT?? ARE YOU CRAZY DADDY??" ucap Luna tak percaya.

"No princess. Why?"

"Dia gak pantes jadi mommy aku, gak ada yang pantes jadi mommy aku, karena gak akan ada yang gantiin posisi mommy di hati aku. Pokoknya aku gak setuju Daddy nikah lagi apalagi sama perempuan ini!!" Luna beranjak meninggalkan Daddynya dengan wanita itu, hatinya terasa hancur sekarang. Baru setahun mommynya pergi meninggalkannya dan sekarang Daddynya ingin menikah dengan wanita itu? wanita yang lebih pantas menjadi kakaknya? Luna tak habis pikir dengan Daddynya.

Buru-buru Luna mengunci kamarnya rapat-rapat, membuang tasnya ke sembarang tempat dan menaruh badannya di kasur king size miliknya.

Biasanya jika sedang seperti ini dirinya menelfon Gavin, sekadar meluapkan apa yang ada di dalam benaknya, walaupun respon Gavin sangat biasa namun setidaknya hati Luna merasa lega karena telah menceritakannya kepada orang yang dipercayainya.

Namun sekarang hanya angan semu, Luna merasa sendirian, ia tak tahu harus berbagi cerita kepada siapa. Kedua kakaknyapun tak pernah peduli dan tak mau mendengarkan keluh kesahnya, mereka terlalu sibuk dengan keluarga mereka masing-masing.

"Mom, Luna kangen mommy. Gak ada yang bisa gantiin Mommy di hati Luna. You're  is number one in my heart, Mom. Luna bener-bener kangen Mommy, cuma Mommy yang Luna butuhin sekarang. Daddy jahat gak setia sama Mommy, Luna sebel Daddy, Luna sebel semuanya. Luna sebel sendirian." Isakan tangis terdengar dari mulut Luna, hatinya terlalu rapuh menanggung semuanya sendirian. Ia butuh seseorang untuk meredakan pilu dihatinya. Ia lemah. Ia rapuh.

TBC.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!