NovelToon NovelToon

Hati Kedua Sang Mafia

Dena Daniel

Selamat datang di JJ S2 gaes 😘....

Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan jejak ya....

like komen vote... Subscribe juga jangan lupa ya sayang....

Oh ya yang mau tahu awal kisah mereka, kalian bisa baca karya author dengan judul Janda Judes

_____

Daniel Arandra...

Pria tampan gagah nan berwibawa itu selalu menjadi perhatian dimana pun ia berada.

Tapi ketampanannya tak mampu membuat seorang wanita yang ia kagumi memandang dirinya.

Dia sendiri menyadari batas tinggi yang sengaja di bangun oleh gadis itu, perlahan tapi pasti Daniel mulai mengubur rasa yang baru mulai tumbuh.

Entah apa yang membuat Lutfia Soraya atau yang lebih akrab di panggil Fia asisten pribadi sang kakak ipar di cafe R&D begitu menjaga jarak dengannya, tapi Daniel tak lagi menghiraukan rasa itu.

Berusaha bersikap profesional meski terkadang hatinya kesal saat tahu gadis itu semakin dekat dengan pria lain.

Hari semakin gelap, Daniel memutuskan untuk mengakhiri pekerjaannya di cafe, melangkah perlahan keluar dari ruangannya.

"Kak niel, " Daniel menghentikan langkah nya saat mendengar seseorang memanggilnya. Ia menoleh ke sumber suara.

"kakak sudah mau pulang? " tanya Dena menghampiri Daniel yang masih berdiri tak jauh dari pintu cafe.

"kamu disini? " mengusap kepala gadis itu lembut.

Dena menurunkan tangan Daniel sedikit kesal. "jangan seperti itu kak, aku ini sudah bukan anak kecil lagi, " ucapnya dengan bibir mengerucut.

Daniel hanya tersenyum kecil, tapi senyum itu seketika hilang saat ekor matanya menangkap kedatangan dua orang yang selalu ia hindari, Rendy dan Fia.

Siapa Rendy? Rendy adalah asisten Samuel Leonard sepupunya. Dan Dena adalah adik dari kakak iparnya, bisa dikatakan juga adiknya.

"Tuan.. " sapa Rendy dengan menunduk hormat, sedang Fia hanya menunduk tak berani menatap mata Daniel.

Hmm...

Daniel segera membalikkan badan hendak melangkah pergi, tapi tangannya dicekal Dena.

"kak niel tidak ingin mengajak ku pulang bersama, " rengeknya seperti anak kecil.

"kamu bilang bukan anak kecil lagi, tapi kenapa merengek seperti itu, " merangkul pundak Dena gemas, menariknya perlahan keluar cafe.

Dia semakin dingin saja. gumam Rendy.

....

Sudah di dalam mobil.

Daniel mengemudi mobil dengan kecepatan sedang, tatapan matanya tetap fokus pada jalanan yang masih padat.

Karena terlalu fokus dia bahkan tak menyadari tatapan keheranan Dena.

Gadis cantik itu mendengus kesal karena merasa tidak di anggap ada.

"disini ada orang lho kak, kenapa aku seperti tidak di anggap ada sih, " melipat tangannya di depan dada sambil melirik kesal.

Daniel yang terkejut mendengar keluhan Dena sedikit tersenyum, perlahan menepikan mobilnya.

"maaf ya, aku sungguh lelah hari ini, aku sampai lupa ada kamu bersama ku, " menampilkan wajah penuh rasa bersalah.

"lelah atau cemburu? " ceplos Dena.

apa katanya? cemburu yang benar saja. Anak kecil ini tau apa soal cemburu.

"kak, " menggoyangkan tangan Daniel. "kakak sedang cemburu kan, ngaku saja " paksa Dena menampilkan senyum meledek.

"kamu itu masih kecil, tau apa soal cemburu. " mengacak rambut Dena.

iihhh

"aku sudah dewasa kak, aku sudah kuliah. " sengaja menggigit jari Daniel, membuatnya meringis kesakitan.

"katanya sudah dewasa tapi kelakuannya masih seperti anak-anak. " mengusap jarinya.

"kalau kakak mencintai kak Fia kenapa diam saja, kakak kan tiap hari ketemu tu, kenapa tidak berusaha mendekatinya, " cerocos Dena menggebu-gebu.

"jika dibandingkan kak Rendy kakak lebih banyak punya waktu untuk mendekatinya kan, "

Anak ini kenapa sih, kenapa tiba-tiba bicara ngelantur begini.

Menempelkan punggung tangannya pada kening Dena, menatapnya penuh rasa heran. "apa kamu sedang tidak sehat? kita ke rumah sakit sekarang, atau kamu sedang mabuk? bicara mu ngelantur. "

"apa sih kak, " lagi-lagi menggigit jari Daniel.

Aaiihh

"aku tahu kak niel itu suka sama kak Fia kan? ngaku saja deh, " paksa Dena.

"aku tidak menyukainya Dena, aku hanya kagum saja, "

Cih

"kagum itu awal adanya rasa cinta kak, " menatap mata Daniel dalam. "kalau tidak ada rasa sayang, kenapa kakak marah saat tahu di sana ada kak Rendy, apa dada kakak bergemuruh saat ada dia di dekat kakak? "

Mendengar kalimat Dena membuat Daniel tertawa sampai perutnya terasa sakit.

"kak, malah ngakak lagi, " dengusnya frustasi.

Bersambung.....

Bercanda Tapi Mendebarkan

Daniel masih terkikik geli, membuat Dena merajuk kesal.

Dia benar-benar masih dianggap anak kecil.

"udah belum tertawanya? " ketus Dena, Daniel masih mencoba mengatur nafasnya.

"sudah, ayo kita pulang, " menyalakan mesin mobil tapi senyumnya masih belum hilang dari bibirnya.

"jawab dulu kak, apa kakak merasa berdebar saat bersama kak Fia, kalau iya berarti kakak memang mencintainya, ayo lah kak ngaku saja, " lagi-lagi Dena memaksa.

Daniel yang kesal dengan pertanyaan Dena spontan mendorongnya hingga bersandar pada kursi mobil.

Dan dengan gerakan cepat mengecup bibir Dena lembut, membuat tubuh gadis itu mematung seketika.

"apa kamu merasakan debaran didada mu? " bisik Daniel setelah melepaskan kecupannya.

Sedangkan Dena masih mematung sambil memejamkan matanya.

Detik selanjutnya Daniel sudah melajukan mobilnya secepat mungkin.

Sepanjang sisa perjalanan Dena memalingkan wajahnya menatap luar jendela mobil, tentu saja hatinya terus mengumpat apa yang sudah Daniel lakukan tadi.

Adik kak Rizal ini memang sudah gila, dia mencuri ciuman pertama ku. Harusnya ciuman pertama ku terjadi dengan sangat mesra dan menyenangkan bukan pemaksaan begini. gerutu Dena dalam hati.

Tak jauh berbeda dengan Dena, Daniel pun jadi merasa canggung, tadinya dia hanya ingin bercanda dan membuat Dena diam tapi malah dia sendiri yang berdebar tidak karuan.

Sepertinya aku terkena karma karena mengerjai anak kecil ini. batin Daniel.

Ingin memegang dadanya sendiri tapi ia merasa malu.

Setibanya mereka dirumah, Dena melangkah cepat mendahului Daniel.

Daniel yang memperhatikan langkah Dena sudah bisa dipastikan jika gadis itu sangat marah padanya.

Huuuhhh

Daniel membuang nafas panjang. Jika nanti kakak iparnya tau dia telah mencium adik kesayangannya bisa habis dihajar dia.

Semoga Dena tidak mengadu pada kakak ipar atau kak Rizal. gumam Daniel.

"tuan kenapa? " seru Zyan mengagetkan Daniel.

"kau, sejak kapan kau disini, "

"ck, " Zyan menatap Daniel penuh curiga "tuan ini kenapa? lalu nona Dena, kenapa dia terlihat kesal, " tanya Zyan dengan penuh selidik.

"tidak ada, dia kesal karena sepanjang jalan aku mengabaikan pertanyaannya, " jawab Daniel asal, lalu melangkah masuk sebelum Zyan mengajukan pertanyaan lagi.

mereka itu kenapa aneh sekali.

....

Pagi hari...

Setelah sarapan pagi semua orang sudah melakukan pekerjaan masing-masing. Terkecuali Daniel yang terlambat bangun, beberapa minggu ini Daniel memang sangat sering terlambat bangun.

Entah apa yang terjadi padanya hanya dia yang tau.

Karena di tanya pun tidak akan ada jawaban.

Daniel menuruni tangga dengan penampilan yang sudah sangat rapi. Melirik sekilas meja makan yang sudah tidak ada orang.

"niel, " panggil Dery dari arah dapur.

"ya kak? " Daniel menghentikan langkahnya.

"kamu terlambat bangun lagi, hmm? " menyerahkan kotak makan pada adik iparnya. "ini sarapan untuk mu, makan lah di mobil, " menepuk pundak Daniel lembut.

Daniel hanya mengangguk, sambil celingak celinguk mencari keberadaan Rizal.

"kamu mencari kakak mu? " tanya Dery.

"apa dia sudah pergi ke kantor kak? " mengikuti langkah Dery menuju ruang keluarga.

"sudah sejak tadi dia berangkat, "

"syukurlah, " cengir Daniel "jika dia masih dirumah aku pasti akan di hajar karena terlambat bangun lagi, "

Dery terkikik, "mau aku wakil kan? " mengangkat sebelah sepatunya tepat didepan Daniel.

"kak, jangan seperti itu, " Daniel menutup wajahnya dengan bantal sofa. "kakak lebih mengerikan dari kak Rizal. "

huuhh

"aku tidak sejahat itu niel. " mata Dery menyapu wajah Daniel yang menurutnya terlihat semakin tirus. "niel boleh aku bertanya? " Daniel mengangguk.

"kamu terlihat tirus, apa kamu sedang diet? "

Deg

Pertanyaan Dery membuat Daniel mematung bingung harus menjawab apa pada kakak iparnya.

Beruntung mata Daniel melihat Dena berjalan cepat menuju pintu utama.

"Dena, tunggu, " serunya.

"kak aku pergi dulu ya, aku sudah berjanji mengantar anak kecil itu ke kampus, " bohong Daniel dengan langkah seribu.

Bersambung....

Gadis Kecil Pemarah

Daniel menarik Dena keluar dari rumah dengan langkah cepat.

Tentu saja hanya untuk menghindari pertanyaan dari Dery.

Dena yang ditarik hanya pasrah sambil menahan kesal. Setelah apa yang terjadi tadi malam tanpa rasa bersalah kini dia ditarik-tarik seperti sapi.

Harusnya kamu minta maaf pada ku. awas saja kamu ya.

Mobil sudah berjalan cukup jauh dari rumah, Daniel mengurangi kecepatan mobilnya.

Melirik Dena yang terlihat sangat kesal padanya.

"Dena, " Daniel mengusap pucuk kepala Dena.

plaakk

Satu tamparan keras mendarat di lengan Daniel.

"itu untuk kakak yang sudah menarik-narik aku tadi, "

Plaakk

Satu lagi tamparan di lengan Daniel. "itu untuk kelancangan kakak mencuri ciuman pertama ku tadi malam, " Wajah Dena terlihat merah menahan amarah.

Yang dipukul bukannya merasa takut atau kesakitan tapi justru terkikik geli melihat wajah menggemaskan Dena.

"gadis kecil pemarah, " gumam Daniel.

Tunggu apa katanya tadi, ciuman pertama. Menatap Dena dengan tatapan yang tidak bisa ditebak.

Membuat nyali Dena menciut, tubuhnya otomatis beringsut takut saat melihat Daniel menatapnya seperti ingin memakannya hidup-hidup.

Apa dia akan mencium ku lagi?

"apa kamu ingin mengulangi yang semalam? " goda Daniel.

Mata Dena melotot mendengar kalimat Daniel. "kamu sudah gila, " gertak Dena.

"kamu yakin tidak mau mengulanginya, " semakin menggoda sambil menepikan mobilnya.

Dena semakin panik karena mobil berhenti ditempat yang sepi, "kak jangan macam-macam ya, atau mau aku laporkan kak Rizal, " ancam nya.

Tak menggubris ancaman Dena, ia terus mendekatkan tubuhnya pada gadis itu. Hingga jarak mereka kini hanya beberapa centi saja.

Dena menutup kedua matanya saat hembusan nafas Daniel menyapu wajahnya.

Kenapa aku malah tidak bisa bergerak begini. Jantung ku rasanya seperti mau loncat keluar. teriaknya dalam hati.

Cukup lama Dena memejamkan mata, tapi tidak ada pergerakan dari Daniel sama sekali.

Ehh kenapa dia tidak mencium ku. ihh kok aku malah mau dicium. menggeleng cepat, perlahan membuka mata.

Tapi berapa terkejutnya dia saat membuka mata ternyata Daniel sudah duduk bersandar pada kursi kemudi sambil memegang dadanya seperti menahan sakit, bahkan keringat sudah memenuhi wajah tampannya.

"kak, kamu kenapa? " menarik beberapa lembar tisu dari dalam tasnya, lalu mengusap wajah Daniel dengan khawatir. "kak, apa kamu baik-baik saja? " menggenggam erat tangannya.

Matanya terus terpejam, menahan rasa sakit dengan menggigit bibirnya. "kak, " air mata Dena menetes melihat kondisi Daniel yang seperti itu.

"Dena, tolong, " Daniel menunjuk pada dashboard mobil. Mengerti apa yang dimaksud, ia langsung membuka dashboard dan menemukan beberapa botol obat disana.

"kakak mau ini? " Daniel mengangguk lemah. Membuka dan memberikan obat-obat itu pada Daniel.

Bahkan sebelum Dena memberikan air minum Daniel sudah menelan obatnya.

Raut khawatir terlihat jelas di wajah Dena, selama ia mengenal Daniel baru kali ini melihat Daniel kesakitan seperti sekarang.

Dena memeluk tubuh Daniel yang mulai melemah karena menahan rasa sakit. Isakan kecil terdengar dari bibir gadis itu.

Cukup lama Dena memeluk tubuh kekar Daniel, sambil menahan isakannya agar tak semakin kencang.

Obat yang perlahan mulai bereaksi mengikis rasa sakit yang Daniel rasakan.

Usapan lembut pada pucuk kepala Dena membuatnya mengendurkan pelukan.

"kak, " Daniel menatap mata Dena.

"Terima kasih sudah membantu ku Dena, " ucapnya lirih, menyandarkan tubuh lemahnya.

"kak, ayo kerumah sakit, aku carikan taksi ya, " bujuk Dena, Daniel hanya menggeleng.

"aku sudah baik-baik saja, kamu jangan khawatir, " tersenyum.

"hei gadis kecil pemarah, apa kamu menangis? " mengusap sisa air mata di pipi Dena.

"kak, jangan bercanda, " mengerucutkan bibir. "aku takut kakak sakit, ayo kerumah sakit, " buruknya lagi.

Mencubit lembut kedua pipi Dena, "aku baik-baik saja, jangan khawatir ya, sekarang ayo kita lanjutkan perjalanan ke kampus, " menyalakan mesin mobil, melaju perlahan.

Pria keras kepala.

"Dena, apa kamu mau membantu ku sekali lagi, " pinta Daniel dengan ragu-ragu. "bisakah kamu merahasiakan kejadian tadi dari siapa pun? "

Dena menatapnya dengan penuh tanya, "aku mohon Dena, " pinta Daniel dengan wajah memohon.

Gadis cantik itu hanya mengangguk, sambil menggenggam tangan Daniel.

apapun yang kamu rahasia kan kak, aku akan berusaha membantu mu.

"Terima kasih, "

Bersambung.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!