Bab 1
"Hentikan!! " teriak seorang wanita yang bersimpuh tak berdaya di lantai dengan penuh luka di tubuhnya saat melihat dua orang pria kelar memukul habis habisan seorang pria yang sudah tak berdaya.
"Kalian sudah terlalu banyk mengetahui rahasia ku." ucap seorang pria bertubuh besar yang tak terlihat wajahnya duduk tumpang kaki di depan si wanita.
si wanita merangkak mendekati suaminya yang telah jatuh di lantai dengan darah yng memenuhi mulut dan wajahnya.
"suamiku!"panggilnya.
"sisil dan Tara zoldick." si pria gemuk berdiri dan menghampiri pasangan suami istri tersebut.
"kalian sudah terlalu jauh mengetahui hal yang seharusnya tidak kaalian ketaahui." ucap si pria besar.
si pria besar mengangguk pda kedua anak buahnya dan mereka lngsung mengeluarkan pistol yang langsung di todongkan ke kepala Tara dan sisil.
DOOORRRR..
Kedua orang itu jatuh dengan luka tembak di kepala ,sisil jatuh tepat menghadap lemari besar yang ada di ruangan itu, dia melihat dari sedikit celah sepasang mata kecil yang menaangis melihat kejadian itu tanp suara.
"Ibu!!!" terik seorang pria yang terkejut kaarena terbangun dari mimpi masa lalu yang begitu menyeramkan baginya.
Keringat membasahi dahi dan nafas yang begitu terengah engah seolah telah berlari sangat jauh sekali.
Tok
Tok
Tok
"Kak saga? Kakak baik baik saja?" teriak seorang gadis di depan pintu kamar.
saga mengusap wajahnya lalu turun dari tempat tidur dan membuka pintu kamarnya.
"Aku baik baik saja. tidak apa apa Luna." jawab saga dengaan lembut pada gadis cantik berambut ikal panjang berusia 16 tahun itu.
"Aku pikir kakak kenapa karena barusan teriak teriak." ucap Luna.
"Apa kakak perlu aku temani tidur biar tidak mimpi buruk?" tanya Luna dengan polosnya.
saga tersenyum dan mengusap rambut Luna.
"Tidak apa apa, Kakak bukan anak kecil lagi." jawab saga.
"Memangnya kakak sepertimu? Gadis kecil." sambungnya.
"Mmmm..Baiklah." jawab Luna yang langsung pergi meningglkan saga dan kembali ke kamarnya.
"Apa apaan anak itu. Sikapnya mudah sekali berubah"Saga gelenggeleng kepala melihat tingkah adiknya yang langsung berubah 180 derajat dengan cepatnya.
"Ada apa?" tanya Kira ,adik pertama saga yang terbangun karena mendengar keributan di luar kamar yang tak jauh dari kamar saga dan Luna.
"Tidak ada,kembalilah tidur masih malam." jawab saga dan langsung menutup pintu kamarnya kembali.
Kira yang tak mengerti hanya garuk garuk kepala dan dia pun kembali ke kamarnya.
Saga kembali membaaringkaan tubuhnya di tempat tidur. Dia menaatap langit langit kamar dengan pikiran yang tak menentu,membayangkan kembali mimpinya tentang masa lalu saat kedua orang tuanya meninggal saat dia dan adik adiknya masih kecil.
Tiba tiba matanya melihat suatu titik hitam yang bergantung di langit kamarnya dan lama kelamaan titik hitam itu berubah menjadi bentuk wajah Ibunya namun kini menghilang begitu saja.
saga menghela nafas kasar lalu bangkit menuju jendela kamar dan membuka gorden. Dia menatap kosong ke jjalanan yang gelap dan sepi.
"Jangan pernah meniru wajah Ibuku jika tidak ingin binasa." gumamnya dengan wajah dingin.
****
saga sudah menyiapkann sarapan saat adik adiknya bangun. Dia sudah menunggu di meja makan dengan segelas kopi panas di tangannya.
"Pagi, kak." Luna yang pertama turun langsung menyapa kakaknyaa dan mencium pipi nya.
Karena Luna adik bungsu dan satu satunya wanita, dia memang manja dan selalu di manja oleh kakak kakaknya apalagi oleh Saga karena saga merasa itu tanggung jawabnya sebagai kakak tertua untuk menjaga adik perempuan satu satunya.
" Pagi." sapa Kira yang juga turun dengan menenteng tasnya.
Kira adik laki laki saga yang tidak banyak bicara namun kadang bisa lebih cerewet dari Luna dan juga menyayangi Luna walaupun mereka sering bertengkar karena hal sepele.
"Kak, apa novel kakak kali ini akan dibukukan juga?" tannya Luna di sela sarapannyaa.
"Entah, Kakak belum tau karena bukunya belum selesai." jawab Saga.
saga adalah seorang penulis novel horor yng cukup ternama dan sudah banyak di terbitkan sebagai buku.
"Memang kalau sudah di terbitkan mau apa? pasti mau minta di belikan sesuatu." celetuk Kira.
"Apa sih. Aku kan cuma nanya, Memang tidak boleh ya bertanya.ya kan, Kak?" Luna mencari pembelaaan kakaknya.
Saga hanya tersenyum karena sudah biasa dengan pertengkaran antara kedua adiknya itu.
"Kak, aku....rasanya semuakin jelas melihat haantu." tiba tibaa Luna membahas yang lain.
Saga dan Kiraa langsung saling tatap.
"Aku sih gak takut, tapi kadang suka kelihatan yang serem banget. Lumayan takut." jelas Luna sambil tertawa.
"Anggap aja ketemu sama oraang normal. Nanti juga biasa." Kata Kiraa sekena nya.
"Kakak enak sudah lihat mereka dari dulu, jadi sudah tidak takut lagi." Luna bersungut.
"Aku kan baru baru ini saja, jadi masih takut. ya kan , Kak?!" kembali mencari pembelaan kakaknya.
"Ya benar, perlahan lahan saja nanti juga akan terbiasa." jawab saga.
"Kami juga dulu seperti itu, terkejut dan takut." kata Saga.
"Benar, bahkan duu aku tak berani keluar kamar karena mereka ada dimana mana." sambung Kira.
Saga tersenyum saat ingat dulu betapa ketakutannya Kira lihat arwah orang yang baru saja meninggal karena kecelakaan dan dengan wajah yang hancur.
"Tapi kenapa kita bisa lihat hal hal seperti itu, Kak? apa Ibu dan Ayah juga dulu seperti itu?"tanya Luna yang membuat Saga menghentikan suapan nya.
Kira yang mengerti sikap Saga langsung terdiaam saat menyangkut orang tuanya itu berusah memecah suasana.
"Sudah siang, Ayo berangkat." Kira langsung bangun dan mengajak Luna berangkat.
"Eh tapi ini kan masih pagi, Kak." ucap Luna yang gelagapan karenaa masih mengunyah makanannya.
"Ayo atau aku tinggal biatr berngkat sendiri.' Ancam Kira.
"Ya sebentar!" teriak Lunna.
Luna bangkit dan langsung berlari keluar namun kembali dan mencium pipi Saga.
"Aku berangkat." katanya lalu berlari keluar karena Kira siudah menyalakan motor gede nya.
Saga terdiam setelah kedua adiknya pergi. Dia kembali harus mengingat hal yang tak ingin dia tentang kedua orang tua.
Saga berjalan masuk ke kamarnya dan membuka lemari pakaian dan mengeluarkan kotak kayu dari dalamnya.
Saga duduk di tepi ranjang dan perlahan membuka kotak kayu tersebut. Terlihat sebuah foto usang disana, ada seorang wanita dan seorang pria dengan dua anak laki laki dan bayi di dalam gendongan si wanita.
Terlihat wajah mereka sangat bahagia saat foto itu di ambil. Tangan Saga gemetaran, dia menahan perasaan yang bercampur aduk di dadanya.
"Ayah, Ibu. Aku pasti akan menemukan orang yang sudah mencelakai kalian. Aku janji." gumam Saga sambil mengelus foto usang tersebut.
Bab 2
Gerimis turun saat Luna sampai di sekolah. Kira langsung pergi setelah mengantar LUna ke sekolahnya. Karena Luna berangkat masih pagi, maka belum banyak anak sekolah yang datang.
Luna berjalan perlahan sambil menunggu yang lain datang, tiba tiba matanya meihat seorang gadis berambut panjang memakai gaun merah sedang duduk di tempat duduk pinggir jalan sendirian sambil menundukan kepalanya.
Tubuh gadis itu terlihat menggigil, Luna yang memperhatikannya merasa kasihan. Dia berpikir kalau gadis itu mungkin dalam masalah karena di pagi yang dingin perti ini dia hanya memakai gaun merah tipis saja.
Luna mendekati gadis itu perlahan berniat untuk menawarkan sweater yang dia pakai . Namun saat Luna akan mendekat, tiba tiba dia di kagetkan oleh teman yang memanggilnya.
"Luna!"
Luna menghentikan langkahnya dan langsung berbalik untuk melihat siapa yang memanggilnya.
"Ryu. Bikin kaget." kata Luna.
Ryu teman sekelas Luna , ketua kelas yang pintar dan baik berlari menghampiri Luna yang masih berdiri mematung.
"Ngapain disini?dingin tau. Ayok masuk." ajak Ryu.
"sebentar, ini aku mau..." kata kata Luna terhenti.
Luna terkejut melihat gadis bergaun merah itu sudah berdiri di depannya dengan rambut yang menghalangi wajahnya dan kepala tertunduk. Berdiri kaku di hadapan Luna.
Luna terdiam, tubuhnya terasa kaku. Dia tau apa yang dia lihat, Gadis itu sepertinya bukan gadis biasa.
"Luna hei Luna." Ryu mengguncang tubuh Luna yang diam mematung.
"Luna!" panggil Ryu.
BRUGGG..
Tubuh Luna terjatuh , Luna tak sadarkan diri. Ryu sangat terkejut dan langsung membopong Luna ke klinik sekolah.
Karena masih pagi, belum ada dokter di klinik. Ryu membaringkan Luna di atas ranjang pasiien lalu dia keluaar uuntuk mencari bantuan.
Pelan pelann Luna mulai sadar namun masih belum membuka matanya, dia bisa mendengar pembicaraan di luar . Luna mendengar dua orang sedang bertengkar, satu pria dan satu suaara wanita.
"Kau harus bertanggung jawab!" uacpa si wanita setengah berteriak.
"Kenapa harus aku? Kau pikir itu anakku? bukan yang lain??!" jawab si pria.
"Kau memang kurang a**r!"
PLAK.
Terdengar suara tamparan, Luna sangat ingin membuka matanya namun entah kenapa sangat sulit untuk terbuka.
"Aku akan menceritakan tentang hubungan kita pada semua orang." ancam si wanita.
Terdengar si wanita akan pergi dan membuka pintu dan di suusul dengan suuara barang jatuh dan pintu yang tertutup dengan keras lalu terdengar terikan dari si wanita . Tapi setelah itu suasana langsung hening, tak terdengar suuara apapun lagi.
Luna mencoba mendengarkan dengan seksama, namun Luna di kejutkan dengan sebuah sentuhan tangan dingin di tengkuknya.
"Tolong aku,,," terdengar suara rintihan pelan di telinganya.
Luna berusaha membuka mata dan berteriak namun sekuat apapun dia berusaha tetap tak berhasil.
Tangan dingin berubah menjadi wajah yang begitu dekat dengan telinganya hingga Luna bisa merasakaan hembusan nafaas serta bau anyir yang keluaar dari mulut tersebut.
"Tolong aku..." suara itu kembali memintaa pertolongan.
"Luna"
Kyaaaa...
Luna berterik sekencang kencang nya saaat ada yaang memanggil nama nya.
"Luna ini aku." Ryu kebingungan melihat Luna yang berteriak dan langsung memeluknya.
"Ryu?!" Luna tersipu saat menyadari ada dalam pelukan Ryu dan langsung melepaskan pelukannya.
"Kau baik baik sajaa?"tanya Ryu yang ternyata datang dengan seorang Dokter pria yang biasa ada dklinik sekolah.
Luna mengangguk pelan, sebenarnya tidak ingat dengan apa yang sudah terjadi padanya.
"Memang aku kenapa?" tanya Luna.
"Biar Saya periiksa dulu, ya?" ucap Pak Dokter.
Mau tidak mau Luna pun kembali berbaring daan membiaarkaan Dokter memeriksanyaa sementara Ryu menunggu di samping Luna.
"Bagaimana, Pak Arya? Luna baik baik saja?" tanya Ryu
setelah Dokter Arya selesai memeriksa Luna.
"Tidak apa apa, mungkin Luna belum sarapan. Makanyaa jadi lemas." jelas Dokter Arya.
"Begitu ya, Dok?!." kata Ryu.
"Aku gak apa apa kok sekaramg." kata Luna.
"Sebaiknya kamu istirahat saja dulu disini." ,jawab Dokter Arya.
"Ya benar, kalau masih lemas sebaiknya tidak usah masuk ke kelas." Ryu menambahkan.
"Aku udah gak apa apa, kok." Luna bersikukih kalau dfia memang sudah baik basik saja karena dia tadi hanya merasa terkejut saja.
"Baiklah, tapi kalau ada apa apa kembali daja kemsri." ucap Dokter Arya.
Luna turun dari ranjang dan keluar bersama dengan Ryu, berjalan masuuk ke kelas kaarena mereka memang satu kelas.
"Memang aaku tadi pingsan , ya?" taanya Lunaa sat berjalan menuju kelas.
"Ya, taadi saat aku panggil tiba tiba kau pingsan. Memangnya kau sedang melooihat siapa tadi yang kedingiinan?" tanya Ryu.
Langkah Luns langsung terhenti saat mendengar tentang seseoraang yang kedinginan, Dia teringt dengan gadis bergaun merah yang tengah duduk kedinginan tadi pagi.
"Ryu, tadi ku tidak lihat kalau aku sedang bersama seorang gadis memakai gaun merah?" tanya Luna.
"Gadis bergaun merah? tidak ada. Aku hanya melihat mu sendiri berdiri mematung, lalu tiba tiba pingsan setelah mengatakan akan memberikan jaket pada seseorang." jelas Ryu.
"Masa kamu tidak lihat, tadi aku bersama...." perkataan Luna terhenti karena dia menyadari sesuatu.
Apa mungkin yang tadi itu,,,,Hantu?!
"Luna, ada apa?" tanya Ryu.
"Tidak ada apaapa." Luna kembali berjalan daan meningglkaan Ryu yang masih kebingungan.
****
Luna harus pergi ke perpustaakan setelah jam sekolah telah usai. Dia pergi di temani Ryu yang maasih mengkhawatirkan Luna.
"Tidak usah di temani juga tidak apaa apaa." kata Luna.
"Nanti kalau kau pingsan lagi, gimana?"tanya Ryu yang berjalan mendahului Luna.
Luna hanya tersenyum melihat teman dari kecilnya itu yang selaalu mengkhawatirkan dan penuh perhatian terhadapnya.
Ryu adalah anak seorang pengusaha ternama dan anak satu satunya, namun dia bersifat baik hati dan mudah bergaaul dengaan siapapun walaupun dia anak seorang konglomerat.
Luna dan Ryu sudah berteman dari mereka kecil, makanya Luna sudah tidak segan untuk meminta bantuan apapun pada Ryu dan jugaa sebaliknya.
"Memang tugas dari Pak Iwan belum selesai?" tanya Ryu yang ada di seberang Rak buku LUna.
"Belum, aku lupa. Makanya disuruh nyari tambahan materi lagi." jawab Luna dengan mata yang terus mencari buku yang diia inginkan.
Brukk..
Luna tak sengaja menjatuhkan buku di raak atas, Luna menunduk untuk mengambil buku yang jatuuh namun taatapannya langsung tertuju pada sepasang kaki yng berlumuran darah di hadapannya.
Deg,,
Seketika jantung Luna terasa berhenti saat cairan merah itu dengan anehnya mengalir mendekati Tangan yang masih memegang buku yng terjatuh di lantai. Luna terkejut dan menjatuhkan diri sampai terduduk di lantai, perlahan Luna menengadahkaan kepalanya dan melihat gadis bergaun merah yang berdiri di depannya dengan berlumuran darah dan kedua mata yng melotot ke arah Luna.
Bab 3
Luna berlari sekuat tenaga keluar dari perpustakaan. Jalan yang dekat terasa sangat jauh baginya karena dia berlari hampir setengah sadar dan tidak sadar. Ryu langsung berlari menyusul Luna setelah tau kalau Luna tiba tiba pergi berlari begitu saja keluar dari perpustakaan.
"Luna!" terikan Ryu sama sekali tak di dengar Luna yang ketakutan karena dia melihat gadis bergaun merah itu terus mengikutinya dari belakang.
Di luar langit terlihat gelap karena hujan sepertinya akaan turun. Dengan membabi buta, Luna berlari dan dia tak menyadari jika Kira kakaknya sudah ada di depan gerbang menunggunya.
Tanpa melihat Keberadan Kira, Luna terus berlari dan akan menyebrang jalan yang terdapat banyak kendaraan yang melintas.
Kira yang melihat keanehan dari adiknya itu langsung menyusul Luna dan menarik tangan Luna.
GREB...
Kira menarik tangan Luna yang hampir saja menyebrang jalan dan tertabrak mobil besar yang akan lewat.
"Luna!" Panggil Kira.
lLangkah Luna terhenti dan tiba tiba..
Brukkk..
Luna kembali tak sadarkan diri, untung saja dengan sigap Kira langung menangkap tubuh Luna hingga tidak sampai jatuh ke jalan lalu Ryu pun datang membantu.
****
"Apa yang terjadi?" tanya Saga sambil menatap Luna yang masih terbaring tak sadarkan diri di tempat tidurnya.
Kira tak menjawab dan malah menatap Ryu untuk menjelaskan.
"Ah,,itu..." Ryu gelagapan karena kedua kakak Luna menatapnya dengan serius menunggu jawabannya.
Ryu mulai menjelaskan apa yang terjadi tadi pagi sampai di perpustakaan. Ryu sendiri tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, yang dia tau jika Luna mungkin sedang sakit makanya bisa sampai pingsan.
Saga menghela nafas dan mendekati Luna perlahan lahan, Saga menempelkan tangan kanan di dahi Luna lalu menutup mata. Kira dan Ryu memperhatikan dengan seksama, lalu tak berapa lama Lunaa pun membuka matanya.
"Kak Saga." panggilnya setelah melihat wajah kakaknya di sampingnya.
"Kau sudah mersa baikan?" tanya Saga.
Luna mengangguk dan berusaha untuk duduk.
"Ryu?" Luna melihat Ryu yang ternyata masih ada bersamanya.
"Apa kau baik baik saja sekarang?" tanya Ryu.
Luna pun mengangguk pelan.
"Aku baik baik saja, hanya kepala ku masih agak pusing." kata Luna.
"Biar aku buatkan teh hangat ." kata Saga sambil berlalu pergi.
Kira bersandar di tembok sambil melipat kedua tangan di dada, dia menatap ke arah Ryu yang sepertinya sedang serba salah antara khawatir dan malu berada dirumah Luna bersama kakak kakaknya.
"Kalau...kau sudah merasa baikan, sebaiknya aku pulang supaya kau bisa istirahat." kata Kira.
Luna mengangguk dan Ryu pun pamitan pada Kira dan pergi meninggalkan rumah Luna. Sebenarnya perasaan Ryu sudah tak karuan, walaupun dia dan Luna teman semenjak kecil, namun Ryu menyadari perasaannya saat ini pada Luna dan itu sudah sangat sulit untuk dia sembunyikan sekarang. Ryu ingin segera pergi dari rumah Luna karena tidak ingin jika kakak Luna menyadarinya.
Saga datang dengan segelas teh hangat di tangannya daan langsung memberikannya pada Luna.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Saga.
Luna terdiam sejenak,melihat ke arah kedua
.
"Aku di ikuti seorang gadis bergaun merah. Karena kaget setengah mati makanya sampai tak ingat apapun lagi tadi." jelas Luna.
"Gadis bergaun merah?" tanya Saga.
"Lalu kenapa tadi kau berlari seperti orang gila? hampir saja tertabrak mobil." kata Kira.
"Memang kaka tidak lihat ? tadi dia mengikutiku dengan wajah menyeramkan. Hiiiii.." Luna bergidik saat membayangkan kembali wajah Makhluk halus tadi.
"Apa iya? Kok aku tidak lihat apa apa." Ucap Kira.
"Masa aku bohong , kak?!" berontak Luna.
"Ya, aku percaya " jawab Saga sambil melirik tajam ke arah Kira.
Kira memanyunkan Bibirnya lalu pergi dari kamar. Dia tau jika kakaknya ingin dia diam dan tidak menggoda adiknya terus.
"Luna." Saga mengusap rambut Luna dengan lembut.
"Kakak tau ini berat dan menakutkan buatmu, tapi kau harus bertahan dan harus kuat. Mungkin ada sebab kenapa kau bisa melihat makhluk halus seperti ini."jelas Saga.
" Aku tau, Kak. Hanya aku kaget saja." jawab Luna.
"Nanti kau akan terbiasa. Dulu aku dan Kira juga seperti itu, awalnya takut tapi lama kelamaan jadi terbiasa." ucap Saga dengan senyuman lembut .
"Pelan pelan saja. Kau mengerti?" Saga meyakinkan Luna.
Luna mengangguk sambil tersipu. Saga adalah kakaknya yang paling lembut dan penuh kasih sayang walaupun dia memang yang paling tegas dan harus sesuai peraturan jika ingin melakukan apapun.
"Mana Ryu?" tanya Saga.
"Pulang.' jawab Luna singkat.
"Buru buru sekali."
"Ya sudah istirahat saja." Saga mengusap kepala Luna lalu keluar dari kamar Luna.
****
Dalam gelap dan hanya sesekali di terangi oleh kilat, seorang wanita bergaun merah berlari dengan ketakutan dan sambil melihat ke belakang. Wajah gadis itu sudah di penuhi darah dan beberapa memar yang terlihat di bibir dan pipinya.
Dia terus berlari dan menghindari kejaran dari seorang pria yang tak terlihat wajahnya. Pria itu terus mengejarnya sambil membawa sebuah pisau bedah di tangannya yang ada bercak darah disana.
"Tolooong..!!!' teriak si gadis dalam ketakutannya.
Dia berlari menyusuri lorong yang ternyata adalah lorong sekolah dan menuruni tangga, sesekali dia terjatuh dan langsung kembali bangkit dan kembali berlari walaupun tubuhnya sudah terasa sangat lemah karena menahan sakit di tubuhnya.
Si Pria terus mengejar walaupun dengan langkah pelan namun pasti dan penuh percaya diri. Si gadis berada di pintu depan da hendak membuka pintu kaca namun ternyata pintu itu terkunci.
"Tolong..Tolong aku!!!" teriaknya sambil menggedor gedor pintu namun tetap tak terbuka.
"Hahahahaha,,sekuat apapun kau berteriak, tak akan ada yang mendengarmu, Jenny"
Ucapan si pria membuta Jenny terkejut.
"Kenapa kau lakukan ini padaku?' tanya Jenny sambil menangis.
"Lepaskan aku. Aku janji tidak akan memberitahukan tentang mu dan kehamilanku." Jenny menangis
"Kau pikir aku percaya?" tanya si Pria dengan langkah yang semakin mendekati Jenny.
"Kyaaaaa...
Jenny berteriak kesakitan saat si pria menarik rambutnya dan menyeret tubuh Jenny.
DUUUAAAARRRR..
Kilat menyambar dan sekilas terlihat wajah si pria namun tak terlihat dengan jelas. Si Pria terus menyeret Jenny hingga ke lantai atas dan masuk ke ruangan yang bertuliskan " Klinik "
Kyaaaaaaa.....
Teriakan menyayat Jenny di iringi dengan kilat yang begitu besar dan langsung membangunkan Luna yang tertidur.
Mata Luna terbelalak karena saat dia terbangun dari mimpi buruknya, di atas tubuhnya melayang sesosok gadis bergaun merah dengan wajah yang penuh darah an sebelah mata yang bolong, darah yang menetes dari wajah gadis itu menetes tepat di pipi Luna.
"Kakak!!!" Luna berteriak sekuat tenaga.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!