NovelToon NovelToon

Mengandung Anak Kaisar

Malam Festival

"Apa anda akan menyelesaikan minumnya sampai sini saja? Malam masih panjang loh!"

Yvonne melirik Gresh yang sudah dalam keadaan mabuk berat. Gadis itu menghela nafas panjang.

"Gresh, sepertinya kamu harus berhenti minum." Tegur Yvonne pada pengawal pribadinya yang sedang menyamar bersama dengannya.

Mereka berpakaian layaknya gadis desa dan mereka juga mengganti warna rambutnya gelap agar tidak dikenali oleh warga sekitar.

"Non--ah bukan, Onne, ini adalah malam festival kemenangan yang mulia kaisar! Kita harus menikmatinya!" seru Gresh, Yvonne menggeleng lalu beranjak dari duduknya.

"Eh, anda mau kemana?" tanya Gresh hendak ikut.

"Tunggulah disini, aku hanya akan menari ditengah lapang." Jawab Yvonne, Gresh mengangguk santai lalu melanjutkan minumnya.

Yvonne keluar dari restoran kecil disana. Ia melirik banyak sekali orang - orang yang menari satu sama lain membuatnya ingin bergabung.

Yvonne mencari seseorang yang tidak memiliki pasangan menari, hingga akhirnya matanya terdiam begitu melihat seorang pria dengan tudung hitam sedang berjalan seolah mencari sesuatu.

Yvonne langsung meraih tangan lelaki itu dan mengajaknya berdansa.

"Kau mencari patner dansa? Menarilah denganku!" seru Yvonne mengangkat tangan pria itu.

Mereka menari bersama untuk beberapa saat sampai akhirnya kesadaran Yvonne hilang karena mabuk yang begitu berat.

.

Pagi telah tiba, Yvonne terusik dengan sinar yang menusuk indra penglihatannya itu. Ia segera membuka matanya dan terkejut dengan pemandangan yang tak biasa.

"Ini dimana?!"

Yvonne melirik kearah sekitar lalu pandangannya terhenti begitu menyadari bahwa ia tengah tidur bersama laki - laki.

"Hah!" Yvonne menutup mulutnya sambil membelakkan mata.

Ia segera bangkit dengan kesusahan dan memakai bajunya satu per satu lalu berlari meninggalkan kamar.

"Gila - gila! Apa yang baru saja aku lakukan!" teriak Yvonne begitu sudah berhasil keluar dari penginapan.

"Bagaimana bisa ini terjadi? Si--"

"Nona!" teriak seseorang menyadarkan Yvonne.

"Gresh?"

"Nona! Anda dari mana saja, ya ampun! Saya hampir mati mencari anda yang semalam menghilang begitu saja. Apa anda tidak kenapa - kenapa?" tanya Gresh khawatir, Yvonne langsung menarik Gresh menjauh menuju rumahnya.

"Gresh, aku tidak baik - baik saja, Sumpah! Bagaimana jika ayah dan ibu mengetahui ini!" seru Yvonne membuat Gresh semaki khawatir.

"Nona, tolong jangan mengatakan hal itu, tentu mereka akan menghabisiku terlebih dahulu sebelum nona." Ujar Gresh lirih sambil meneteskan air mata.

"Apa berarti aku juga akan dihabisi?"

Yvonne menggigit jarinya khawatir. Apa yang akan terjadi bila kedua orang tuanya mengetahui bahwa anak semata wayangnya yang mereka jaga setulus hati, telah melakukan malam pertama bersama pria asing?

"Yvonne, apa malam festival mu menyenangkan?" sambut seseorang membuat Yvonne terdiam membeku.

Dilihatnya seorang pria dengan tubuh bidang sedang melipat tangan dibalik pintu gerbang kediaman Duchy Jadeveuzs.

"A--ayah.."

Reagan Jadeveuzs, duke pertama kekaisaran Khoontz, menyengitkan matanya menatap tajam kearah anak semata wayangnya.

"Ah--ha--halo ayah. Sela--"

"Aku memberi hukuman padamu karena pulang melewati jam yang disepakati. Kamu diam di kamarmu sampai aku mengizinkanmu keluar." Tegas Reagan membuat Yvonne menundukkan kepalanya.

"Baik, ayah."

Yvonne berjalan menunduk bersama kesatrianya memasuki gerbang utama dan hendak melanjutkan perjalanan menuju rumah.

"Gresh, aku tak menyuruhmu pergi." Ucap Reagan membuat Gresh terdiam kaku.

"Maafkan saya tuan."

Gresh menunduk menghadap Reagan, Reagan menatapnya lekat dengan posisi yang masih sama seperti sebelumnya.

Yvonne yang tak bisa membantunya hanya melanjutkan perjalanan menuju kamarnya dengan tubuh yang bergetar.

"Yvonne, ya ampun. Syukurlah kamu pulang dengan selamat! Semua mengkhawatirkanmu nak!" seru Hanna menyambut kedatangan putrinya.

"Nona.. tolong jangan pergi sendirian lagi." Ucap Juyi, dayang pribadi Yvonne.

"Aku minta maaf ibu, Juyi, sudah membuat kalian khawatir. Aku akan beristirahat di kamar sekarang." Ucap Yvonne.

"Baiklah, ibu akan membawakan makanan untukmu sarapan. Juyi, antarkan Yvonne ke kamarnya." Titah Hanna.

"Baik, Nyonya."

Yvonne dan Juyi berjalan bersama menuju lantai dua, tempat dimana semua kamar anggota keluarga terletak.

Tak lama, pintu terbuka menampilkan Reagan membuat Hanna beralih perhatian padanya.

"Reagan, kamu tidak mengatakan hal yang buruk pada Yvonne kan? Dia terlihat sangat sedih.." tanya Hanna khawatir, Reagan membuang mukanya.

"Reagan.."

"Hanna, berhenti memanjakannya. Dia sudah bukan anak kecil yang harus kita lembuti." Tegas Reagan.

Hanna menghela nafasnya. Sebenarnya sejak kapan Reagan melembuti putrinya? Ia saja selalu kaku didepan Yvonne ketika mereka bertemu.

"Yvonne memang bukan anak kecil, tapi dia seorang putri. Kamu bisa kan membedakan perlakuanmu padanya karena dia perempuan?" rayu Hanna.

"Sudahlah, aku lelah. Beberapa hari lagi yang mulia akan datang mengunjungi, sebaiknya kita persiapkan itu." Ucap Reagan menutup pembicaraan lalu pergi begitu saja.

Hanna hanya bergeleng dengan sikap dingin suaminya. Ia tahu, walaupun Reagan sangat cuek, tapi ia sangat menyayangi putrinya lebih dari apapun. Hanya saja, ia tak tahu harus memperlakukan putrinya seperti apa.

.

"Huh.. hari ketiga aku dikurung di kamar, apa ayah tidak berniat melepaskanku?" tanya Yvonne pada dirinya sendiri sambil bengong memperhatikan taman utama yang terlihat dari jendela kacanya.

Pintu terketuk lalu menampilkan Juyi yang datang membawa makanan lezat yang akhir - akhir ini tidak diminati oleh Yvonne.

"Nona, saya mohon makan untuk kali ini saja. Koki selalu menangis begitu makanan kembali utuh padanya." Pinta Juyi menghampiri majikannya.

Yvonne membalikkan badannya dan melirik makanan yang baru saja dibawa Juyi. Entah mengapa membayangkan makanan itu masuk pada dirinya saja sudah membuatnya mual.

"Ah, Juyi, cepat singkirkan itu sekarang! Itu membuatku mual!" titah Yvonne namun tak digubis oleh Juyi.

"Nona, tolong jangan berkata seperti itu. Koki membuatnya dengan setulus hati!" balas Juyi.

Yvonne bergeleng menolak sambil menutup mulutnya begitu aroma makanan yang Juyi bawa sudah sampai ke indra penciumannya.

"Nona makanlah sedikit!"

"Tida--hueekk!"

Reagan yang baru muncul dari balik pintu terdiam begitu melihat Yvonne mengeluarkan isi perutnya.

"Yvonne!"

Reagan berlari mendekati Yvonne dan menahan tubuh Yvonne yang hendak terjatuh.

"Apa kamu sakit? Sial, Juyi, panggilkan dokter!" seru Reagan, Juyi langsung berlari keluar kamar menjalankan perintah majikannya.

Yvonne kini bertumpu pada Reagan. Ia menundukkan kepalanya karena pusing dan Reagan hanya menuntunnya untuk duduk ditepi kasur.

"Seharusnya kamu bilang kalau tidak sehat, ini malah membuat aku menyesal telah mengurungmu." Ucap Reagan, Yvonne meliriknya kasihan.

"Ayah, ini bukan salah ayah. Aku hanya tidak berselera makan." Balas Yvonne sambil tersenyum agar Reagan berhenti khawatir.

"Tuan! Ada apa dengan nona?" teriak sang dokter begitu datang bersama Juyi dan Hanna.

"Yvonne, apa kamu baik - baik saja?" tanya Hanna mendekat.

"Ah, tolong semuanya jangan terlalu khawatir, aku benar - ben--"

"Cepat periksa putriku." Potong Reagan yang langsung dilaksanakan oleh dokter.

Dokter itu memeriksa beberapa bagian tertentu dan sedikit terkejut begitu mendapati hasilnya.

"Bagaimana dokter?" tanya Reagan, dokter meliriknya dengan wajah khawatir membuat Hanna tak tenang.

"Dokter, apa putriku baik - baik saja?" tanya Hanna, dokter menghela nafasnya.

"Nona.. hamil."

Bertemu Kaisar

"Nona.. hamil."

Semua orang yang ada diruangan itu terdiam membisu. Termasuk Yvonne yang merasa nyawanya ini sudah pasti akan melayang beberapa saat lagi.

"Dokter, jangan mengatakan omong kosong jika kamu masih menyayangkan nyawamu!" ancam Reagan sambil menodongkan pedang.

"Reagan, tenanglah!" tahan Hanna menarik lengan Reagan.

"Ampun, Tuan, saya tidak mungkin berbohong untuk putri semata wayang anda! Ini semua sangat mirip dengan gejala kehamila minggu pertama!" jelas dokter membuat Reagan menatap lekat Yvonne.

"Yvonne."

Gadis yang dipanggil itu meremas selimut yang tak bersalah. Ia masih menundukkan kepalanya walau sang ayah sudah memanggilnya.

"Cepat jawab, siapa ayah dari anak itu!" sentak Reagan, Yvonne memejamkan matanya takut.

"Kau tidak mau menjawab juga?!"

"Tuan, yang mulia sudah tiba di gerbang utama."

Seorang pelayan masuk ke kamar Yvonne sambil menunduk sopan karena telah memotong pembicaraan mereka.

Reagan melirik ke pelayan itu sebentar lalu melirik lagi kearah putrinya.

"Jangan biarkan Yvonne pergi kemanapun. Berikan penjagaan yang ketat dan berikan dokter pribadi disisinya!" tegas Reagan lalu pergi berlalu.

Reagan menutup pintu keras membuat semua yang ada didalam kamar tersentak.

Hanna yang khawatir langsung mendekati putrinya dan memeluknya dengan penuh kasih sayang.

"Yvonne, putriku, cintaku. Apa ada yang kamu rasa sakit?"

Yvonne merasa sesak mendengar itu. Bagaimana bisa seorang ibu yang melihat anaknya tengah hamil diluar nikah masih bersikap lembut seperti ini?

"Ibu.. maafkan aku. Aku melakukan kesalahan!" seru Yvonne menangis membuat Hanna semakin khawatir.

"Yvonne! Apa maksudmu meminta maaf, kamu tidak bersalah sama sekali. Ibu tahu bahwa kamu adalah korban, sekarang istirahat lah, jangan biarkan pikiranmu mengganggu janin yang ada diperutmu." Ujar Hanna mengelus rambut sang putri.

Yvonne masih menangis sambil melirik kearah ibunya. Hanna yang ikut bersedih mengelap air mata itu sambil berusaha menenangkan.

"Ibu akan menemanimu sampai kamu terlelap."

.

"Rumahmu sepi ya." Sindir Neil, kaisar dari kerajaan Khoontz begitu sampai dikediaman Jadeveuzs.

"Mohon maaf yang mulia, putri saya sedang tidak sehat dan istri saya sedang menemaninya." Jawab Reagan dengan sopan, Neil terdiam sambil memikirkan sesuatu.

"Begitu ya, padahal aku ingin melihat putri yang sangat kamu manjakan itu." Ucap Neil, Reagan hanya diam tak menjawab.

Neil masih memperhatikan Reagan, ia merasa sepertinya Reagan sedang menyembunyikan suatu hal yang besar?

"Apa aku boleh menjenguk putrimu?" tanya Neil membuat Reagan tersentak kaget.

"Mohon maaf yang mulia, tapi dia pasti tidak bisa bersiap - siap karena tubuhnya yang lemah." Tolak Reagan tegas, Neil menunjukkan smirknya.

"Tidak apa, aku hanya ingin menengok sebentar." Ucap Neil yang sudah tidak bisa di tolak lagi oleh Reagan.

"Baik, kalau begitu mari saya antar."

Reagan dan Neil berjalan bersama menuju kamar Yvonne yang diikuti oleh beberapa ajudan Neil. Mereka setia mengikuit Neil berjalan hingga akhirnya sampai didepan pintu kamar Yvonne.

"Saya hanya mengizinkan yang mulia masuk." Tegas Reagan yang bermaksud agar para ajudan Neil tidak ikut masuk.

Para ajudan hendak menolak namun Neil menahannya.

"Tidak apa."

Neil pun masuk bersama Reagan dan melihat kearaah Yvonne yang tengah bersandar pada bantalan kasur.

"Selamat datang matahari kekaisaran, yang mulia Neilsedz Khoontz." Sambut Hanna dan Yvonne bersamaan sambil menunduk.

Neil mengangguk lalu menyuruh mereka mengangkat kepalanya. Begitu tatapan Neil dan Yvonne bertemu, Yvonne merasakan getaran hebat diperutnya membuat dirinya ingin mengeluarkan kembali isi perutnya.

"Aku dengar kau sakit, padahal kau anak yang dimanja disini, kenapa bisa sakit?" tanya Neil mendekati Yvonne membuat gadis itu semakin merasa mual.

"Yvonne hanya merasa lelah karena menikmati festival kemarin hingga larut malam, jadinya ia terserang flu." Jawab Hanna mewakili Yvonne.

"Begitu.."

Neil berdiri ditepi kasur Yvonne dan menatapnya lekat. Yvonne yang tak kuasa menahan mual itu memilih untuk menunduk karena merasa mualnya itu ketika melihat wajah Neil.

"Kenapa kamu tidak mengangkat wajahmu?" tanya Neil.

Yvonne memejamkan matanya tak tahan, lalu berusaha mendonggakkan kepalanya untuk melihat kaisar.

Baru saja sedetik ia melihat wajah Neil, Yvonne langsung mengeluarkan isi perutnya dihadapan Neil membuat pria itu sedikit terkena cipratan dari muntahan Yvonne.

"Ya ampun, yang mulia!"

Bruak!

Pintu langsung terbuka begitu mendengar teriakan dari dalam yang membuat para ajudan khawatir.

"Yang mulia, apa anda tidak apa - apa?" tanya Gowen khawatir.

Neil diam tak bergeming. Hanna langsung membantu membersihkan tubuh Neil dan Juyi membantu Yvonne.

"Apakah terserang flu bisa sampai muntah ketika melihatku?" sindir Neil membuat para anggota Jadeveuzs mematung.

"Ah, sudahlah. Aku tunda pertemuan kita hingga putrimu membaik." Ucap Neil pergi begitu saja.

Reagan yang merasa bertanggung jawab atas tamunya langsung berlari kecil mengikuti Neil untuk mewakili putrinya meminta maaf.

"Saya mohon maaf yang mulia, karena saya tidak bisa menjaga putri saya dengan baik jadinya ia.."

"Tidak menjaga ya.. benar juga, kamu tidak becus menjaganya. Tapi jagalah dia kali ini sampai ia sembuh, aku yakin kamu bisa melakukannya sekarang." Titah Neil yang malah membuat Reagan kebingungan.

Neil pergi bersama para ajudannya kembali menuju kekaisaran. Setelah dipastikan bahwa rombongan mereka pergi, Reagan bergegas kembali masuk menuju kamar anaknya dan melihat keadaan disana.

"Reagan.."

"Yvonne, sebaiknya kamu bersembunyi disuatu tempat." Titah Reagan membuat Yvonne menundukkan kepalanya bersedih.

"Tidak, aku tidak bermaksud membuangmu, Yvonne, kamu bisa tinggal di villa perdesaan bersama nenekmu." Jelas Reagan.

"Tapi kenapa? Bukankan bersama kita jauh lebih aman untuk kondisi Yvonne saat ini?" tanya Hanna khawatir. Reagan bergeleng cepat.

"Tidak. Yvonne adalah kandidat ratu paling tinggi untuk saat ini, bisa bahaya jika yang mulia mengetahui kalau Yvonne mengandung anak pria lain. Lebih baik kita mengirimnya pergi agar yang mulia tidak mengangkat Yvonne menjadi calon kandidat permaisuri." Jelas Reagan panjang membuat Hanna dan Yvonne merasa semakin khawatir.

"Yvonne, apa kamu bersedia?" tanya Hanna, Yvonne mengangguk sambil tersenyum karena berpikir bahwa keputusan sang ayah adalah jalan yang paling tepat.

"Hanna, pergilah bersama Yvonne, aku akan beralasan bahwa kalian sedang menjaga ibu yang sedang sakit. Berdiamlah disana sampai anak Yvonne besar!" titah Reagan, Hanna mengangguk paham.

Yvonne menundukkan kepalanya.

"Tapi sampai kapan anak ini akan disembunyikan?" tanya Yvonne membuat Reagan dan Hanna sedih.

"Yvonne, kita bisa menyelesaikan itu nanti. Yang penting sekarang kesahatanmu untuk melahirkan anakmu." Ucap Hanna lembut sambil memeluk Yvonne.

Yvonne mengangguk sambil membalas pelukan Hanna. Reagan yang tak tega pun ikut memeluk anak semata wayangnya yang terkena musibah besar sepanjang hidupnya.

"Bertahanlah anakku."

Melahirkan Anak Kaisar

"Yang mulia, kabar masuk dari keluarga Duke Jadeveuzs." Ucap seorang ajudan yang sudah menyatakan sumpah setia pada kaisar Neilsedz.

"Laporkan."

"Shadow melaporkan bahwa mereka telah melakukan perjalanan rahasia menuju tempat yang tidak diketahui pagi - pagi buta sekali." Jelas Gowen, Neil mengerutkan alisnya.

"Perjalanan rahasia? Lalu kenapa kalian tidak bisa mengetahui lokasi tibanya?" tanya Neil.

"Mohon maaf yang mulia, mereka berteleportasi menggunakan lingkaran sihir sehingga kita tidak bisa mengikuti kemana mereka pergi." Jelas Gowen kembali, Neil menggepalkan tangannya.

"Lalu siapa saja yang pergi?" tanya Neil kembali.

"Itu.. duchess dan putri Yvonne."

Prang!

"Yvonne, apa kau baik - baik saja?!" teriak Hanna khawatir begitu Yvonne tak sengaja menjatuhkan piring.

"Aku baik - baik saja ibu, hanya tangaku terasa licin." Jawab Yvonne sambile tersenyum.

Dhoty, nenek dari Yvonne yang melihat itu bergeleng - geleng kepala lalu mendekati Yvonne.

"Pada awal kehamilan, sebaiknya kamu istirahat, Yvonne. Biarkan pelayan yang melakukan semua pekerjaanmu."

"Tidak apa, nenek. Aku rasa aku butuh banyak bergerak karena sepertinya bayiku ini akan menjadi anak yang aktif!" seru Yvonne.

"Benarkah? Kenapa kamu merasa seperti itu?" tanya Hanna ikut gembira.

"Iya, ibu! Aku merasa ia terus bergerak bahkan saat aku tertidur. Bukankah itu pertanda bahwa dia anak yang aktif?" tanya Yvonne bersemangat.

"Sepertinya kamu akan melahirkan anak laki - laki. Dulu saat aku mengandung ayahmu juga begitu." Ucap Dhoty sambil mengingat masa lalunya.

"Itu berarti anakmu juga akan sehebat ayahmu nanti." Sambung Hanna membuat Yvonne makin bahagia.

"Terimakasih ibu, nenek. Aku akan melahirkan anak ini dengan selamat!"

.

Neil mendobrak kamar Yvonne yang kosong membuat Reagan yang tak mengerti dengan sikap kaisar itu marah.

"Yang mulia, sebenarnya kenapa anda begini! Tolong kendalikan diri anda saat berada di rumah orang lain!" sentak Reagan tak tahan menahan emosi.

Neil melirik kearah Reagan lalu menatapnya kesal.

"Dimana kamu sembunyikan Yvonne!" balas Neil sambil menarik kerah Reagan.

"Apa maksud anda menyembunyikan? Dia putri saya, itu hak saya untuk menempatkan dia dimanapun dia berada." Jawab Reagan yang tidak membuat Neil puas sama sekali.

Reagan sangat kebingungan dengan sikap kaisarnya yang datang secara mendadak dan membuat kerusuhan dipagi ini.

"Yang mulia, tolong kendalikan diri anda. Ada banyak mata yang melihat saat ini, bisa saja mereka salah paham dengan sikap anda." Tegur Gowen membuat Neil sedikit meredam.

"Sial."

Neil pergi begitu saja dari kediaman Duke Jadeveuzs membuat Reagan sedikit lebih tenang.

"Sebenarnya kenapa kaisar berperilaku seperti itu? Apa dia sebegitu inginnya menjadikan Yvonne sebagai permaisuri?" tanya Reagan pada dirinya sendiri.

Neil telah sampai kembali di ruangannya. Ia mengacak semua dokumen yang ada diatas meja beserta pajangan - pajangan mahal yang tertata di meja sebelahnya.

Gowen yang biasa melihat trempamental kaisarnya hanya terdiam memperhatikan sambil mencerna alasan dibalik kemarahan Neil.

"Yang mulia, bisakah anda menjelaskan arti kemarahan anda terhadap putri Yvonne?" tanya Gowen membuat Neil terdiam dari amuknya.

Ia membalikkan badannya lalu mendekati Gowen.

"Gowen, bukankah kamu bilang istrimu pernah muntah dihadapanmu sewaktu ia hamil anakmu?" tanya Neil membuat Gowen mengerutkan alisnya.

"Itu benar yang mulia. Tapi apa hub--ah.."

Gowen terdiam mengingat bahwa Neil pulang pagi buta saat festival kemenangannya. Neil sempat bertanya - tanya tentang asal usul gadis yang katanya menghabiskan malam dengannya, apakah itu putri dari Duka Jadeveuzs?

"Pewaris tahta sedang dikandung olehnya, kita harus menemukan gadis itu secepatnya." Ucap Neil sambil menduduki dirinya dikursi.

Gowen melihat tatapan Neil yang seolah ingin merebut anak yang tengah dikandung oleh Yvonne.

"Yang mulia, mungkin saja mereka sedang menjaga anak itu dengan baik agar tidak terlihat mata publik. Karena berita kehamilan putri Yvonne akan sangat mengejutkan publik sehingga mereka memilih untuk membesarkan anak itu secara sembunyi - sembunyi." Jelas Gowen menenangkan keparahan sifat kaisarnya.

Neil berpikir sejenak. "Kau benar juga. Anak itu.. akan menjadi kaisar nantinya, pasti dia harus tumbuh dengar benar. Baiklah, aku akan melepaskannya untuk saat ini."

Gowen menghela nafas panjang. Ia sedikit senang karena berhasil menahan kegilaan atasannya. Ia hanya berharap kedepannya Neil bisa melupakan anak yang dikandung Yvonne yang menurutnya belum tentu anak kaisar.

.

Beberapa bulan kemudian, hari kelahiran anak Yvonne.

"AAAKKKH! IBUUUU! INI SAKIIT!" teriak Yvonne begitu kepala anaknya sudah keluar dari lubang lahirannya.

"Yvonne, sedikit lagi! Berusahalah lebih keras lagi!" seru Hanna melihat keluarnya bayi Yvonne yang sedikit lagi lagi kedunia.

"Peganglah tangan ayah, Yvonne. Aku akan memberimu kekuatan!" seru Reagan mengulurkan lengannya.

Namun bukannya lengan yang Yvonne pegang melainkan rambut sang ayah. Yvonne menarik rambut Reagan dengan keras membuat Reagan menahan sakitnya demi kelahiran sang cucu.

Oeekk oeek!

Semua langsung mengehela nafas lega, dokter langsung menyerahkan bayi Yvonne setelah dibersihkan dan diselimuti kain.

Reagan membelakkan matanya terkejut begitu melihat warna mata dari putra Yvonne.

"Yvonne.. apakah ini,"

Hanna menutup mulutnya begitupun Yvonne. Tidak ada salah satu diantara mereka yang tahu bahwa anak yang selama ini dikandung Yvonne adalah keturuanan kaisar.

Rambut pirang yang mengikuti keturunan Duke Jadeveuzs dan mata merah yang menjadi ciri khas keturunan kaisar menjadi penampilan utama dari bayi yang baru lahir itu.

"Pantas saja yang mulia begitu mencarimu, apa dia tahu bahwa kamu mengandung anaknya?" tanya Reagan, Yvonne melirik dan mengangkat bahunya.

Yvonne menatap anaknya sendu, dia benar - benar mirip dengan pria yang Yvonne lihat dari mimpinya. Apakah benar pria itu adalah kaisar?

Tapi setelah ditelaah bagian mata anaknya, dia memang sama miripnya dengan mata kaisar yang terakhir kali Yvonne lihat.

"Yvonne, kamu akan memberi nama siapa anak ini?" tanya Hanna sambil tersenyum, mengusir kekhawatiran yang Yvonne baru saja rasakan.

"Ah.. namanya, aku akan menamainya Theodore." Jawab Yvonne sambil membelai lembut wajah bayi mungil itu.

"Selamat atas kelahiran Theodore, aku harap kamu menjadi anak yang membanggakan." Ucap Reagan mengecup puncak kepala Theodore.

Yvonne beserta kedua orang tuanya tersenyum senang sambil memperhatikan Theodore yang begitu tenang dalam tidurnya.

.

"Tolong, jaga diri kalian. Maaf aku tidak bisa disini terlalu lama Yvonne." Ucap Reagan sambil menyentuh pipi Yvonne.

"Ayah, jangan khawatir. Lebih baik ayah memperhatikan kesehatan ayah." Balas Yvonne.

Reagan menatap Yvonne khawatir, Yvonne yang kebingungan mengerutkan alisnya.

"Ayah? Apa ada sesuatu yang anda khawatirkan?" tanya Yvonne.

Reagan mengangguk sambil menitikan air mata.

"Ada baiknya kamu menyembunyikan mata Theo. Kamu pasti dicari oleh yang mulia dan kamu bisa berkata bahwa Theo bukanlah anaknya. Aku tidak ingin kamu dan Theo berada dalam bahaya." Ujar Reagan.

Yvonne terdiam mendengar itu, sedetik kemudian ia tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.

"Saya akan berusaha menyembunyikan mata, Theo. Ayah."

Reagan tersenyum lalu melepaskan lengannya dari pipi Yvonne. Ia berjalan menjauh menuju lingkaran sihir untuk telepotasi menuju rumahnya yang berada di ibu kota.

"Jaga dirimu dan The--"

"Apakah kau sudah bertemu dengan anakku?"

Reagan membelakkan matanya begitu melihat Neil dengan para pengawalnya sedang menunggu tepat didepan sihir teleportasinya.

"Kenapa kau tidak mengajakku? Bukankah seharusnya aku memberikannya nama?" tanya Neil kembali membuat Reagan geram.

Reagan tidak terbuai dengan pangkat Neil yang merupakan kaisar sebuah negara. Ia sama sekali tidak ingin menjadikan putri atau cucunya sebagai keluarga kaisar.

"Apa yang anda maksud anak anda?" tanya Reagan pura - pura tak mengerti.

Neil tertawa keras lalu berjalan mendekati Reagan.

"Apa menurumu aku tidak tahu tentang kehamilan putrimu?"

Reagan menggepalkan tangannya kesal.

"Putriku tidak mengandung anak anda, yang mulia." Tegas Reagan membuat Neil kesal.

"Kalau begitu, beritahu dimana anakmu berada. Dengan itu, aku bisa melihat apakah matanya tidak memiliki mataku?" Balas Neil.

"Tidak, anak itu memiliki warna mata ungu seperti ibunya."

Neil yang kesal karena selalu mendapat jawaban membangkang dari Reagan langsung melayangkan pukulan kearah perut Reagan membuat pria itu terhuyung jatuh.

"Tahan duke dipenjara sampai ia mau memberitahukan keberadaan putrinya."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!