NovelToon NovelToon

Bukan Lelaki Pilihan

Permintaan Cerai

"Aku mau cerai!!!!" ucap seorang wanita dengan suara lantang.

Wanita itu sudah siap meninggalkan rumah dengan tangan menenteng koper besar.

"Astaghfirullah, ngucap kamu Ras. Jangan sembarang kamu kalau ngomong." kata pria yang di depannya.

"Aku gak sembarangan dan aku serius. Aku mau cerai dan ini sudah kupikirkan matang-matang." kata Rasita wanita 32 tahun itu.

"Ya Allah... Apa-apaan kamu, Ras. Bisa-bisanya kamu memikirkan cerai. Kamu gak kasian sama anak-anak." kata Damar suami dari Rasita.

"Justru karena aku memikirkan anak-anak makanya lebih baik kita cerai. Dan aku udah ngomong ke mama dan keluargaku tentang masalah ini. Dan mereka mendukungku." kata Rasita

"Nggak, aku gak mau cerai. Gila kamu, udah gak mikir anak-anak." kata Damar dengan tegas.

"Terserah, aku udah mengurus semuanya. Anak-anak juga sudah aku bawa ke rumah mama. Kami akan tinggal di sana." kata Rasita tak mau kalah.

"Rasita!!!!" Suara keras Damar menandakan dia sudah sangat geram dengan istrinya.

"Apa??? Mau pukul aku? Nih, silahkan. Pukul aku." kata Rasita yang justru menyodorkan wajahnya, memprovokasi Damar agar memukul wajahnya.

Namun Damar tak melakukan apapun, hanya memandang wanita yang berstatus ibu anak-anaknya itu dengan tatapan nanar.

"Aku udah gak nyaman hidup sama kamu, aku gak bahagia. Seharusnya kamu paham, Damar." kata Rasita dengan nada tinggi.

Damar mengepalkan kedua tangannya, harga diri Damar terluka dengan ucapan Rasita.

"Tolong jangan mempersulitnya. Aku minta kerjasamamu agar proses kita cepat selesai. Satu lagi, aku mau rumah ini juga mobil sebagai harta gono-gini." Kata Rasita dengan enteng kemudian pergi meninggalkan Damar yang masih berdiri mematung di ruang tamu di rumah itu.

Terlihat Rasita menyeret kopernya ke luar rumah, tak memperdulikan Damar yang sudah terlihat berkaca-kaca.

Damar Prasetyo menikahi wanita bernama Rasita Anjani dan diusia pernikahan yang hampir tiga tahun, Rasita malah meminta bercerai. Padahal mereka sudah dikaruniai dua orang anak yang berusia dua tahun dan lima bulan.

Rasita adalah anak atasan Damar di kantor lamanya. Usia Rasita lebih tua dua tahun dari Damar. Rasita yang memang berasal dari keluarga berada membuatnya selalu bersikap dominan dan tak mau kalah dengan suaminya.

Damar yang hanya seorang PNS biasa dan hanya memiliki gaji yang tinggal setengah karena pinjaman di bank. Rasita tak puas dengan keadaan seperti itu dan sering mencari gara-gara untuk bertengkar.

Padahal uang yang dipinjam dari bank semuanya Rasita yang memegang dan mengaturnya.

Salah satunya untuk operasi caesar kelahiran anak ke duanya. Rasita mengeluh tak mau melahirkan normal dan ingin melahirkan secara caesar.

Dia meminta Damar meminjam uang untuk biaya operasi dan membeli sebuah kendaraan roda empat yang dirasa Damar sebenarnya belum memerlukannya.

Damar menahan air mata yang hampir saja luruh itu. Kesedihan Damar bukan karena harus kehilangan Rasita jika mereka bercerai, tetapi karena anak-anaknya.

Jika dia bercerai, bisa dipastikan Damar akan sangat kesulitan menemui anak-anaknya karena dia sudah paham dengan watak dan karakter Rasita serta keluarganya.

Damar bahkan ingat bagaimana ayah mertuanya mengusirnya ketika melihat Damar yang menampar Rasita karena kekurangan ajarannya.

Dulu Damar dan Rasita memang pernah bertengkar dengan cukup hebat. Karena Rasita yang memang tak suka dengan keluarga Damar itu membuat keributan saat lamaran adik kandung Damar, Amira.

Yang membuat Damar marah adalah Rasita mengatai Damar dan Amira adalah anak seorang pelacur dan buah jatuh tak jauh dari pohonnya di depan keluarga calon suami Amira.

Sontak saja Damar menyeret Rasita pulang dari rumah peninggalan ayah angkatnya dan mereka bertengkar cukup hebat sampai-sampai Damar yang terkenal sabar itu bisa melayangkan tamparan di pipi sang istri.

Sialnya saat itu ayah Rasita melihatnya dan mengusir Damar dari rumah sederhana yang dibeli Damar sewaktu dia masih bujangan dulu.

Dan beberapa minggu kemudian mertuanya meminta Damar pulang karena Rasita mengalami pendarahan dan harus dirawat inap. Damar diminta kembali dan menjaga Rasita sampai melahirkan.

Damar sangat menyayanginya buah hatinya. Selama ini Damar lah yang selalu mengurusi putranya jika ada di rumah.

Bahkan saat tidur pun Damar yang meninabobokan Hanif, putra pertamanya.

Sementara sang istri yang sudah capek itu hanya berbaring sambil memainkan ponselnya tanpa mau membantunya.

Dan kelahiran anak keduanya adalah anugerah buat Damar. Bayi cantik itu lahir beberapa bulan setelah ayah mertuanya meninggal dan rumah tangga mereka sudah mulai goyah saat itu.

Apalagi Rasita yang sering pulang ke rumah orang tuanya dan menginap di sana karena menemani ibunya yang kini hidup sendiri. Damar tak mempermasalahkannya, baginya itu salah satu bakti kepada orang tuannya

Setahu Damar istrinya memang tak menggunakan kontrasepsi dan dia sendiri tak mau menanyakan hal itu. Baginya anak adalah rejeki dan tentunya damar tak akan menolak rejeki.

Terus terang saja, Damar pun jarang sekali berhubungan dengan sang istri. Bukan karena tak punya hasrat tapi istrinya selalu menolaknya.

Dan jika Rasita sedang ingin, barulah mereka bisa berhubungan suami istri.

Damar bukan tipe suami pemaksa dan akhirnya pun mengerti jika sang istri yang kelelahan mengurus rumah tangganya.

Walaupun sebenarnya tak ada pekerjaan apapun yang dilakukan oleh Rasita.

Pakaian semuanya di laundry, menyapu dan mengepel Damar yang mengerjakannya saat subuh.

Memasak, Rasita tak pernah menyentuh dapur semenjak mereka menikah. Bahkan untuk memasak bubur anaknya pun Damar yang mengerjakannya.

Damar rela bangun sebelum subuh untuk menyiapkan sarapan dan makanan untuk istri dan anaknya.

Jadi kurang apa lagi. Damar masih terlihat diam dan meratapi keadaannya.

Cukup lama dia merenung sendiri, kemudian dia beranjak dari tempatnya duduk tadi dan mengambil ponselnya di rak televisi.

Damar menghubungi seseorang. Orang yang memiliki kekuasaan dan Damar yakin jika dia bisa membantu Damar.

"Waalaikumsalam. Mas lagi sibuk nggak?" jawab Damar setelah panggilan itu tersambung dan dijawab oleh kakak iparnya Seandy Kenneth Abidzar.

############

Selamat datang di novel ke empat ku

Yang bingung dengan Damar bisa baca novel aku sebelumnya Merayu Gadisku

Mutasi

Damar berjalan menuju kantor atasannya. Hari ini dia dipanggil oleh pak Hamdani, katanya ada hal yang ingin disampaikannya.

Tadi pagi dia datang, mas Rio bilang pak Hamdani berpesan agar Damar menemuinya.

Tok..tok..tok..

Damar mengetuk pintu ruangan Kabid, yang merupakan atasannya.

Damar pun masuk ke dalam ruangan setelah ada perintah masuk dari arah dalam.

"Permisi, pak. Bapak manggil saya?" tanya Damar pada lelaki yang sedang duduk di kursi kebesarannya.

"Duduk dulu, Mar." perintah pak Dani dan menunjuk kursi yang ada di depannya.

"Ini, silahkan dibuka dan kamu baca." Pak Dani menyerahkan sebuah amplop berlogo kantor dinasnya.

Damar membuka amplop itu dengan rasa penasaran. Namun betapa terkejutnya Damar ketika melihat isi surat tersebut.

"Apa maksudnya ini, pak?" tanya Damar pada lelaki yang bernama lengkap Hamdani itu.

"Surat mutasi kamu. Kamu akan dipindahkan ke desa Timur. Pegawai di kantor sana ada yang pensiun, jadi mereka kekurangan staf." kata Pak Dani dengan santainya.

"Tapi kenapa saya pak? Kan banyak staf lain yang bisa dimutasi ke sana, terutama yang masih bujang. Kalau saya pindah ke sana, kasian keluarga saya pak. Mohon pertimbangkan kembali pak." pinta Damar pada atasannya.

"Kenapa kamu gak mau? Toh, sebentar lagi kamu juga akan bercerai. Gak ada masalah kan kalau kamu pindah ke sana. Surat itu sudah di tanda tangani kepala dinas. Kamu gak bisa nolak lagi." kata lelaki berusia lima puluh tahunan itu dengan nada mengejek.

Damar terdiam, dia baru teringat jika lelaki yang merupakan atasannya ini adalah saudara ibu mertuanya, paman kandung Rasita.

"Saya gak akan menceraikan Rasita, pak. Saya tidak mau berpisah dengan anak-anak saya." Kata Damar dengan tegas

"Kamu gak bisa buat apa-apa. Rasita nya udah gak mau sama kamu lagi, kok dipaksa. Lagi pula prosesnya sudah berjalan. Kamu tinggal terima beres saja." kata Pak Dani seraya mengejek Damar dengan senyuman sinis nya.

"Sudah, silahkan keluar dan bereskan barang-barangmu. Lusa kamu sudah harus berangkat ke sana." kata pak Dani sambil mengibaskan tangannya seolah mengusir Damar dari ruangan itu.

Damar pun segera keluar dari ruangan itu dengan tatapan kemarahan.

Namun, Damar tak mau membuat keributan di kantor ini. Apalagi sampai merusak integritasnya sebagai ASN.

Diliriknya papan nama di atas ruangan itu, nama seorang lelaki paruh baya dan memiliki posisi penting di kantornya.

Posisi yang didapatkannya karena kekuasaan kakak iparnya sebelum pensiun dan meninggal dunia.

Mertua Damar dahulunya adalah kepala dinas di instansinya. Lelaki yang terlihat wibawa dan bersih justru banyak 'bermain belakang'.

Damar pernah diajak untuk bersekongkol dalam pengadaan sarana prasarana kantor.

Namun, ditolak oleh Damar dan sejak itulah hubungannya dengan mertua dan keluarganya merenggang.

Damar dianggap sok suci dan pengkhianat yang tak tau terima kasih.

Padahal selama ini Damar tak pernah meminta apapun pada mertuanya ataupun pak Dani.

Damar menghidupi keluarganya dengan gajinya sebagai ASN. Dan tinggal di rumah yang memang sudah Damar beli saat ayah angkatnya masih hidup. Dan saat itu Damar belum menikah bahkan belum mengenal Rasita.

"Cih, bang*at." maki Damar dengan suara lirih.

Dia pun berjalan ke arah meja kerjanya dan membereskan semua barang-barangnya. Toh, tak ada yang bisa dia lakukan sekarang.

Surat Keputusan itu sudah ditandatangani oleh kepala dinas dan sudah berada di tangannya sekarang.

Damar hanya berdoa dalam hatinya, agar dia selalu kuat menghadapi semua masalah yang menimpanya.

Lelaki yang akan berusia tiga puluh tahun bulan depan itu sungguh tak menyangka jika akan meninggalkan kantor yang sudah menjadi tempatnya bekerja dari pertama kali dia menjadi ASN.

Apalagi mutasinya bukan karena kenaikan jabatan dan Damar sangat yakin jika ini ada hubungannya dengan istrinya yang meminta cerai.

Damar berjalan menuju mejanya, dia melihat beberapa teman sejawatnya tiba-tiba saja bubar padahal tadi Damar sempat melihat mereka berkumpul di meja mas Rio.

Sudah pasti mereka menanyakan kenapa Damar dipanggil ke ruang pak Hamdani dengan tiba-tiba.

Dia ingat saat baru-baru saja pak Suganda, mertuanya menjabat menjadi kepala dinas di tempatnya.

Lelaki itu merombak semuanya, orang-orang yang menurut Damar kompeten justru dilepaskan dari jabatannya.

Dan orang-orang yang menggantikannya masih memiliki hubungan dengan mertuanya itu.

Entah keluarga atau kolega yang berhubungan baik dengannya.

Dulu almarhum mertuanya lah yang membujuk Damar untuk menikah dengan Rasita yang saat itu masih tinggal di Jakarta.

Pak Suganda mengenalkan dan sedikit memaksa Damar menikah dengan Rasita. Damar bahkan sempat menentang Mbak Li dan Mbak Las saat itu karena mereka tak setuju Damar menikah dengan Rasita.

Entah racun apa yang diberikan oleh mertuanya sehingga dia bisa melakukan hal itu. Dan jika diingat-ingat Damar sangat malu pada mereka.

Namun sikap mertuanya berubah setelah dua bulan dia menikah. Mertuanya yang awalnya welcome dengannya justru berubah menjadi banyak menuntut dan senang merendahkan Damar.

Ditambah lagi sindiran-sindiran yang dilontarkan mereka, membuat Damar sendiri bingung apa kesalahannya pada mertuanya itu.

Apa karena Damar tak mau diajak bekerja sama memanipulasi pengeluaran belanja kantor.

Toh, Damar tak pernah mengatakan pada siapapun tentang manipulasi itu walaupun dia tak pernah mau ikut-ikutan dengan mertua dan paman istrinya.

"Mas Damar, beneran mas bakalan mutasi?" tanya Bu Nia. Wanita bertubuh tambun itu adalah teman seangkatan Damar. Mereka sama-sama mendapatkan SK di saat bersamaan.

"Iya Bu. Ke desa Timur." kata Damar dengan lesu.

"Ya ampun, di sana akses jalannya susah buat ditempuh mas. Mana listriknya juga belum ada." kata Bu Nia, terlihat ibu satu anak itu menahan tangis.

"Gak apa-apa lah, Bu. Udah ditandatangani pak Kadis juga." kata Damar memaksakan senyum sambil melambaikan amplop berisi surat keputusan mutasinya.

"Kok mendadak begitu sih, Mar? Gak bisa gitu dong. Orang kamu itu kerjanya kompeten, cepat lagi." kata Bang Husni, lelaki itu adalah teman lemburnya Damar. Bang Husni lebih cocok bekerja dengan Damar tentunya akan merasa kehilangan.

"Gak apa-apa, bang. Namanya juga ASN bersedia ditempatkan di mana saja." kata Damar sambil terkekeh.

"Sabar ya, Mar." kata Pak Arif, lelaki yang tiga tahun lagi akan pensiun itu menepuk pundak Damar memberikan semangat.

"Iya pak, Insyaallah. Mohon doanya saja pak, siapa tau saya di sana malah lebih sukses." kata Damar setengah bercanda.

"Amiiiin." kata kedua orang itu juga beberapa temannya yang lain.

Namun Damar sempat melihat sekilas ada satu wajah yang menunjukkan senyum mengejeknya. Seolah-olah Damar sudah kalah. Dia adalah mas Rio, yang sebenarnya adalah junior Damar. Namun karena usia Rio di atas Damar, maka Damar tetap memanggilnya Mas untuk menghormati orang yang lebih tua.

'Ck, rupanya ada yang bahagia aku dimutasi selain keluarga Rasita.' batin Damar.

Dan hari itu, teman-teman kantor Damar membuat acara perpisahan kecil-kecilan untuk Damar walaupun tak ada pak Hamdani yang ikut serta.

Tapi mereka tak perduli. Toh, acaranya setelah pulang jam kantor.

######

Halo semuanya, bantu semangatin author ya mohon like nya🤗

Kenyataan???

Damar melangkah masuk menuju sebuah perusahaan besar. Tempat yang sudah lama tak Damar datangi.

Karena dia merasa tak enak hati dan juga segan pada si pemilik bangunan dan perusahaan ini.

"Silahkan naik saja, Pak Damar. Pak Sean sudah berpesan jika adiknya datang, disuruh langsung ke kantornya saja." kata Resepsionis kantor itu dengan sopan.

Damar pun mengangguk dan segera masuk ke dalam lift menuju lantai kantor Sean.

Begitulah Sean dan Alisa selalu mengatakan kepada orang-orang di sekitar mereka jika Damar dan Amira adalah adik mereka.

Sean adalah suami dari Alisa, wanita yang sudah seperti kakaknya.

Mereka tak memiliki pertalian darah hanya saja ibu tiri Damar adalah saudara ibu Alisa.

Namun, Damar tetap dianggap saudara oleh wanita yang baik hati itu. Walaupun di masa lalu ibu tiri Damar membuat keluarga Alisa hancur berantakan.

Ayah Mbak Li, ayah Yudha bahkan menganggap Damar sebagai putranya. Dan mendapatkan hak yang sama dengan Alisa.

Ayah Yudha meninggalkan warisan sebagian saham perusahaan konstruksi milik almarhum untuknya dan Alisa juga Amira adik kandung Damar.

Namun, Damar tak pernah mau merecoki perusahaan yang dikelola oleh bang Rendi itu. Bahkan Damar tak pernah mengambil bagian keuntungannya.

Damar malu, dia bukan siapa-siapa namun diperlukan sangat baik oleh mereka.

Damar merasa bersalah ketika setiap pagi melihat ayah Yudha pulang dari makam istri dan anak sulungnya, Praja dengan mata sembab dan merah.

Damar tau jika lelaki tua itu menangis di sana walaupun dia tak pernah mau menunjukkan kesedihannya di depan orang lain.

"Assalamualaikum." Damar mengucapkan salam pada lelaki yang merupakan orang kepercayaan Sean, Aldo.

"Waalaikumsalam. Wah, akhirnya kamu nongol lagi. Apa kabarmu, Mar?" tanya Aldo sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Baik bang, memang kemarin lagi sibuk-sibuknya, bang. Mas Sean ada?" tanya Damar pada lelaki yang cukup tengil di antara mereka.

"Ada, di dalam sama Lutfi. Biasalah, kalau masalah cari info kan memang mainan bocah ajaib itu." kata Aldo sambil mengetuk pintu sebelum membuka pintu besar berwarna hitam itu.

"Assalamualaikum." Damar mengucapkan salam kepada dua orang yang terlihat serius membahas sesuatu itu

"Waalaikumsalam. Akhirnya kamu bisa keluar dari kandang kamu juga, Mar." ledek lelaki yang bernama Sean itu. Lelaki berparas blasteran yang didapatnya dari kakek sebelah ibunya yang memang warga Amerika.

Sean memeluk Damar dan menepuk-nepuk punggung lelaki yang dianggapnya sebagai adik itu.

"Gimana kabarmu?" tanya Sean pada Damar

"Baik mas, mas sama mbak Li gimana kabarnya? Senja sama adik-adiknya pasti sekarang makin lucu ya mas." tanya Damar pada lelaki itu.

"Baik, mas dan mbak mu juga anak-anak. Amira juga. Cukup lama kamu menghindari kami. Apa kamu tidak merindukan mereka?" tanya Sean pada Damar.

Damar hanya menunduk saja, dia tau salahnya. Dan saat ini, Damar seperti diberikan hukuman karena menghindari dan memutus semua keluarganya demi keutuhan rumah tangganya yang justru akan hancur itu.

"Iya mas, kapan-kapan aku akan menemui mereka." kata Damar.

"Jadi, apa nih yang bisa mas bantu?" tanya Sean pada Damar

"Rasita minta cerai mas, udah proses katanya." kata Damar dengan sendu

"Lalu, kamu mau mas batalkan prosesnya?" tanya Sean

Tentu saja hal itu mudah untuknya yang memiliki kekuasaan.

"Nggak mas, udah gak nyaman juga dia hidup sama aku. Cuma anak-anakku mas, kalau bisa aku mau ambil hak asuh anak-anakku mas. Selama ini Rasita selalu acuh dengan anak-anak." kata Damar

Sean menghela nafas dengan panjang, dia melirik Lutfi yang masih ada di ruangan itu.

"Kamu udah tau kan kalau anak-anak bawah umur hak asuhnya sudah pasti jatuh ke tangan ibunya?" tanya Sean

"Sudah mas, makanya aku mau minta bantuan mas. Kasian anak-anakku mas." kata Damar sembari menahan tangisannya.

"Ya sudah, mas lihat dulu situasinya. Tapi mas nggak bisa menjanjikannya. Karena biar bagaimanapun anak-anak kamu perlu ibunya apalagi yang bayi, pasti masih menyusui ibunya." kata Sean

"Rasita tak pernah mau menyusui anak-anak mas. Semua anakku minum susu formula." kata Damar

Sean menggeleng pelan, sungguh tak menyangka jika wanita yang dinikahi Damar memiliki sifat seburuk itu.

Pantas saja Alisa, istrinya tak setuju mereka menikah. Termasuk juga Mbak Las.

"Lalu, kalau kamu mendapatkan hak asuh anak-anakmu. Apa rencanamu? Kamu bisa mengasuh mereka sambil bekerja?" tanya Sean

Damar mendadak bingung dengan pertanyaan Sean.

Apa rencananya jika mendapatkan hak asuh anak-anaknya, sedangkan dia saja akan dimutasi ke daerah yang terpencil.

Bahkan listrik saja di sana hanya hidup di malam hari. Fasilitas kesehatan pun belum memadai. Dan jika terjadi hal yang tak diinginkan akan sangat sulit untuk mendapatkan pengobatan.

"Aku dimutasikan ke desa Timur, mas. Dan sekarang aku pun jadi bingung, apa rencanaku selanjutnya. Karena ke tempat itu pun aku tak pernah." kata Damar.

"Desa Timur??? Daerah yang sulit untuk dilalui. Mas dengar harus menyebrang dengan motor air dulu baru sampai ke tempat itu." kata Sean

"Iya mas, makanya sekarang aku bingung kalau pindah ke sana bagaimana anak-anak. Fasilitas di sana belum lengkap bahkan masih jauh." kata Damar.

Sean mengkode Lutfi, lalu lelaki itu pun segera keluar dari ruangan itu.

"Sebelum mas ikut campur, mas mau tanya dulu. Apa kamu mencintai istrimu?" tanya Sean

Damar terkejut dengan pertanyaan lelaki di depannya itu. Damar pun berpikir sejenak, menyelami hatinya. Apakah dia mencintai istrinya?

Jujur saja di awal pernikahan Damar tak merasakan perasaan itu. Apalagi Damar dijodohkan oleh atasannya yang tak lain adalah mertuanya. Yang Damar rasakan hanya ingin menikah dan membina rumah tangga saja.

Dia beranggapan jika cinta akan hadir seiring waktu. Apalagi jika mereka sudah suami istri tentunya rasa itu akan timbul.

Damar memejamkan matanya dan membukanya kembali dengan tatapan yang berbeda dengan sebelumnya.

"Nggak mas, aku gak pernah mencintai Rasita. Pengorbananku selama ini hanya sebagai bentuk tanggung jawab sebagai suami untuk wanita yang melahirkan anak-anakku saja." kata Damar dengan yakin.

"Oke, kalau begitu lebih baik kamu pergilah dulu ke tempat tugasmu yang baru. Serahkan semua urusanmu itu pada mas." perintah Sean.

Damar pun mengangguk, sekarang dia hanya bisa mengharapkan bantuan lelaki di depannya ini.

"Sebelumnya mas minta, temui mbak mu, juga adikmu. Jangan buat mereka mengkhawatirkan mu." kata Sean lagi

"Baik mas, aku akan segera menemui mereka pulang dari sini." kata Damar sambil mengangguk dengan semangat.

"Satu lagi, apapun kenyataan yang akan kamu ketahui nanti, kamu harus kuat dan jangan lemah. Paham kan, Mar?" tanya Sean pada Damar

Walaupun Damar bingung dengan ucapan ambigu Sean, dia tetap mengangguk saja.

Kenyataan???? Batin Damar

🍀🍀🍀

Damar oh Damar, semoga aja masalahmu cepat selesai.

Mohon dukungan likenya ya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!