NovelToon NovelToon

Srita(Cinta Manis Berakhir Miris)

#1

Di suatu hari...

Di sebuah rumah yang cukup mewah milik seorang pengusaha.

"Pokoknya Papa gak mau tau!kamu harus pergi ke kampung besok!."

Seorang pria paruh baya tampak sedang marah.

"Tapi Pa....".

"Gak ada tapi-tapian.ini keputusan Papa..jadi jangan coba-coba untuk menolak!."

Suara pria paruh baya itu terdengar tinggi,ia terlihat sangat marah pada pemuda yang sedang berdiri di belakangnya itu.

Suasana terasa begitu tegang.

"Mah..please bantuin!bilang ke Papa..aku ga mau ke kampung!."

Pemuda itu kini beralih pada seorang wanita yang sedang duduk terdiam di sofa.

Wanita itu tampak iba melihat si pemuda yang terus merengek memohon bantuan padanya.

Dan sejurus kemudian,wanita paruh baya itu pun berdiri dan berjalan mendekati pria yang masih berdiri.

Ia tak langsung bicara pada pria itu,ada rasa ragu yang sedang menguasai hatinya.tapi,saat ia kembali menoleh kearah wajah pemuda yang masih duduk bersimpuh di lantai itu,ia merasa tak tega.sepertinya ia memang harus bicara.sebelum semuanya menjadi terlambat.

"E..Pah..tolong pertimbangkan lagi keputusan Papa."

Sangat hati-hati wanita itu berbicara,ia takut salah mengatakan hal yang mungkin akan membuat pria itu tersinggung.

"Mah..tolong jangan bela terus anakmu itu!."

Nada bicara pria itu meninggi.

"Tapi Pah...Haras,kan anak kita satu satunya..apa Papa sungguh akan berbuat setega itu?."

Wanita itu terus memohon.

Pria itu memalingkan tubuhnya,kini ia sudah berhadapan dengan wanita itu.

Tatapan matanya tajam,penuh dengan rasa kesal yang sepertinya sudah cukup lama ia pendam.

"Jangan mematahkan semangat ku untuk mendidik bocah manja itu Mah!".

"Aku selama ini sudah terlalu sering memaklumi setiap perbuatannya yang tidak bertanggung jawab!."

"Iya Pah...Mama tau..tapi.. Haras kan belum tamat kuliahnya..lalu bagaimana dengan masa depannya nanti?."

"Akan jadi apa ia kalau sampai ia tak tamat Pah?."

Wanita itu tampak sangat cemas.

"Aku sudah tak perduli!dia sudah sering membuat aku kecewa!!."

Ucap pria itu sambil berlalu pergi meninggalkan wanita itu dan juga si pemuda yang hanya bisa menatap dengan rasa kecewa.

"Papa!Pa!tolong dengarkan dulu Pah!."

Wanita itu,Bu Selvi,terus berusaha menghentikan pria itu,Pak Herawan,yang adalah suaminya.

Tapi Pak Herawan tak perduli,ia terus melangkah meninggalkan istrinya itu.

hatinya sudah terlanjur kecewa.

Bu Selvi menatap nanar ke arah pemuda yang masih bersimpuh.ia adalah Haras Putera Herawan,anak semata wayang pak Herawan dan Bu Selvi.

Bu Selvi mendekati sang putra,ia membimbing putranya itu untuk berdiri.

Haras tampak lesu,ia sangat kecewa dengan keputusan sang ayah yang dirasa sangat tak adil itu.

"Mah...gimana ini..?."

Suara Haras terdengar tak bergairah.

Wajah tampannya yang begitu menawan itu terlihat pucat.

Bu Selvi sendiri tak tahu harus bicara apa agar sang putera bisa terhibur meski hanya sedikit saja.keputusan sang suami sudah bulat,dan seperti yang sudah-sudah,jika pak Herawan sudah membuat keputusan,itu akan sulit untuk bisa dihentikan.

Apalagi kali ini,ia sepertinya sudah kehilangan kesabaran,sebab selama ini Haras memang sudah sering melakukan perbuatan yang membuat pak Herawan kecewa.

"Kau tenang dulu nak..nanti mana akan coba bicara lagi sama papa mu ya?."

Bu Selvi mencoba menenangkan Haras.

"Tapi..apa Mama sungguh akan bisa membuat Papa berubah pikiran?."

Tanya Haras penuh ragu.

Bu Selvi membuang muka,ia ingin menghindari tatapan mata Haras yang penuh keraguan itu padanya.

Ia tak ingin sang putera menjadi putus asa karena tak bisa menemukan sebuah keyakinan di dalam dirinya.

"Mah...?."

"I.ya sayang?."

Bu Selvi tergagap, lamunannya seketika buyar.

"Mama akan co..coba sayang..kau tunggu dulu ya?."

Ucap Bu Selvi sambil mengelus bahu Haras,dan ia segera bangkit dari tempat duduknya lalu bergegas pergi meninggalkan Haras.

Sedang Haras tetap duduk lesu di sofa.

Ia masih merasa sangat kesal dengan sang papa.

Bagaimana bisa sang Papa berpikir untuk mengirim ia ke kampung,tempat tinggal Kakek dan Nenek dari pihak Papanya.

Sedang ia sedari lahir sudah terbiasa dengan hiruk pikuk kota dengan segala kemudahan dan kemewahannya ini.

Belum lagi,ia juga mungkin harus terpisah dari sang kekasih,Aydra,gadis kembang kampus yang sudah tiga tahun ini ia pacari.ia sungguh tak sanggup.

Jangankan menjalaninya,untuk membayangkannya saja ia sungguh tak sanggup.

Tidak.Haras tak ingin itu terjadi.Ia terus berpikir di susa Waktu yang ada, bagaimana caranya agar sang papa mengurungkan niatnya untuk mengirim ia ke kampung esok hari.

*****

#2

Bu Selvi dengan langkah yang hati-hati mendekati sang suami.

Pak Herawan tampak sedang berdiri di balkon rumahnya,entah apa ia sungguh sedang menikmati pemandangan sunset di sore itu,atau justru sedang berusaha untuk menenangkan hatinya.

"Tidak usah memohon lagi!."

Tiba-tiba pak Herawan berbicara, rupanya ia sadar akan kehadiran Bu Selvi.

Bu Selvi terkejut,namun ia berusaha untuk tenang.ia sebisa mungkin ingin berusaha untuk menghentikan keputusan suaminya itu.apapun alasannya,tetap saja,mengirim Haras ke kampung ia anggap bukanlah sebuah solusi yang tepat.

"Tapi Pah..ini terlalu mendadak bukan?aku takut Haras belum siap."

"Mah..aku melakukan ini bukan karena aku ingin menghancurkan hidup anak kita.tapi aku justru ingin membuat ia menjadi pribadi yang lebih baik!."

Pak Herawan berusaha mempertahankan keputusannya.

"Ia sudah sangat kelewatan!."

Pak Hermawan memandangi langit sore yang mulai berwarna jingga.pemandangan yang sangat indah sebenarnya.langit jingga yang membentang di atas hamparan kota yang dipenuhi oleh gedung-gedung tinggi.

Tatapannya nanar,jauh mengembara seolah berusaha menembus langit dan meninggalkan semua kerumitan yang ada di bumi.

"Anak itu terlalu kita manjakan Mah.selama ini kita selalu turuti apapun yang ia inginkan. Sehingga lihatlah!lihat sekarang.. sekarang ia pun sudah tak terkendali lagi."

"Pah...kita harus maklum.. namanya juga anak muda..jiwa mereka masih labil!."

"Apa?maklum?!".

Pak Herawan yang semula sudah mulai tenang,kini kembali berapi-api.

Ia memalingkan lagi tubuhnya pada Bu Selvi,dan kini keduanya sudah saling berhadapan.

"Mah..kau ini apa tidak sadar?,karena sikapmu yang terlalu memanjakan Haras, itulah yang akhirnya membuat dia tumbuh jadi manusia yang tidak berguna seperti sekarang!."

Nada bicara pak Herawan meninggi.

"Kau turuti setiap ia inginkan sesuatu,uang jajan yang jor-joran, akhirnya membuat ia berbuat sesuka hati. Kuliah malas-malasan,suka hura-hura,pergi ke tempat yang tak jelas dan pulang sampai larut malam. Bahkan saat aku tidak merestui hubungannya dengan anak Pak Edy itu,ia tetap saja nekat!!".

"Aku sudah hilang kesabaran Mah!."

Pak Hermawan sangat menggebu-gebu,ia seolah menumpahkan segala kegundahan hatinya yang selama ini selalu ia pendam.

Bu Selvi hanya mampu diam tertunduk.

Dalam hatinya,ia sebenarnya setuju dengan apa yang suaminya katakan itu.

Haras memang selama ini hidup dengan cara yang kebablasan. Sudah tak terhitung lagi berapa banyak perbuatan putera tunggalnya itu yang membuat ia dan suaminya kecewa.

Padahal ia juga tahu,jika Pak Hermawan sesungguhnya sedang mempersiapkan Haras untuk menjadi penerus bisnis yang milik mereka.

Tapi yang ada, Haras justru seperti tak tertarik sedikitpun dengan bisnis,ia lebih suka kebut-kebutan di jalan dan pesta pora di klub malam.

Wajar jika pak Hermawan merasa sangat kecewa pada putera semata wayangnya itu.padahal harapan yang sangat besar ia percayakan pada anaknya itu.

*****

"Gimana Mah?apa Papa mau mendengar ucapan Mama?."

Haras memberondong Bu Selvi dengan pertanyaan saat Bu Selvi baru saja masuk ke dalam kamar Haras.

Wajah Bu Selvi tampak lesu. Ia tak menjawab pertanyaan Haras,ia langsung duduk di pinggir tempat tidur.

"Jangan bilang kalo Mama ga bisa buat Papa berubah pikiran."

Haras mulai khawatir, manakala ia melihat gestur sang mana yang tampak lesu.

Bu Selvi lagi lagi tak menjawab,ia masih diam.

"Oh myGod..hancur sudah!hancur!!."

Pekik Haras.

Pemuda itu mondar-mandir ke segala arah di dalam kamarnya yang di penuhi ornamen bohemian itu.

"Oke Haras..hidupmu sudah tamat. Sekarang harus aku ucapkan...selamat datang di neraka!."

Haras melempar beberapa barang ke sembarang arah.

Hingga suasana gaduh terdengar.

Bu Selvi kaget melihat tingkah anaknya itu.

"Haras!!hentikan!!."

Teriak Bu Selvi sambil bergegas menahan tubuh Haras.

"Sudah cukup!!."

"Tidak Mah!!."

"Jangan hentikan aku!!."

"Aku sudah tidak tahan lagi Mah!."

Teriak Haras seperti orang yang kerasukan.

Ia berteriak,menangis dan mengumpat.

Ia sungguh putus asa.

Segala kehidupan mewah dan penuh kesenangan akan segera ia tinggalkan.

Hiruk pikuk kota dengan segala fasilitas nya yang selama ini ia nikmati,akan segera menjadi kenangan saja.

Tinggal menghitung jam,Haras akan berpisah dari orang tuanya, teman-temannya,dan juga sang kekasih.

Menyebut nama yang terakhir ini,batin Haras terasa sangat terguncang.

Bagaimana bisa ia harus berpisah dari Aydra,gadis cantik nan seksi* itu adalah satu satunya wanita yang benar benar bisa membuat Haras mabuk kepayang.

Ia sudah sering menjalin asmara dengan banyak wanita,namun saat bertemu Aydra,Haras langsung bertekuk lutut.ia benar-benar cinta mati pada gadis yang juga berkuliah di kampus yang sama dengannya itu.

"Lepaskan aku Mah!!."

Haras memberontak,ia mencoba melepaskan Bu Selvi yang terus mendekap erat puteranya yang sedang marah itu.

"Tidak! Mama tidak akan melepaskan mu sebelum kau berjanji untuk tak seperti ini lagi!".

Teriak Bu Selvi.

Tapi,Haras tak perduli.

Ia terus memberontak hingga akhirnya ia berhasil melepaskan dirinya.dan tanpa menunggu lagi,ia langsung meraih jaket yang terletak di atas tempat tidur.

Dan dengan cepat ia keluar dari kamarnya itu.

"Haras!kau mau kemana nak??!."

Bu Selvi berteriak,mencoba menahan Haras yang keluar dengan terburu-buru.

Haras acuh.pemuda itu terus berjalan tanpa memperdulikan sang ibu yang terus memanggil namanya.

"Haras!jangan pergi nak!mama mohon sayang, dengarkan Mama..!!."

"Harasss...!!!!."

Teriakan Bu Selvi kian keras seolah memenuhi seisi rumah mewah itu.

Rupanya teriakan Bu Selvi itu terdengar hingga ke lantai dua,tempat pak Hermawan tadi berada.

Pak Hermawan segera bergegas turun ke lantai dasar.ia mencari darimana sumber suara teriakan itu.

"Ada apa Mah?!."

Tanya pak Hermawan pada Bu Selvi yang sedang berdiri sambil menangis.

"Haras Pah...Haras...!!."

"Ngngngng....!!."

Bu Selvi merengek,seperti anak kecil yang merengek minta dibelikan mainan oleh orang tuanya.

"Ada apa dengan anak paya* itu?apa dia berulah lagi?!."

Pak Hermawan bukannya iba mendengar keluhan istrinya,ia malah merasa kesal.

"Papa!!Papa ini keterlaluan! bagaimana kalau terjadi apa-apa pada anak kita?!."

Protes Bu Selvi,sambil menyeka air matanya.

Pak Hermawan tetap tak perduli,ia tetap merasa kesal pada Haras.

"Kenapa kau baru khawatir sekarang Mah?bukankah selama ini anak itu sering berbuat sesuatu yang tak baik?."

"Kau sadar dengan semua itu...tapi kau tenang-tenang saja."

Celetuk pak Hermawan.

"Papa sungguh tak punya perasaan...!!."

Bu Selvi kecewa pada suaminya,ia langsung berlari naik tangga menuju lantai atas. Tangisnya pecah lagi,kali ini bukan hanya karena ia cemas dengan kondisi Haras,tapi juga karena ia merasa kecewa dengan sikap suaminya yang terlalu keras kepala itu.

******

#3

Haras memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi,membelah padatnya jalanan kota dimalam itu.

Ia sangat marah,tapi ia tak berdaya untuk bisa melampiaskan amarahnya itu. Keputusan sang papa dinilai sangat tak adil untuknya.ia bisa saja nekat ,kabur dari rumah.Tapi,itu sama sekali tak berguna.ia belum bekerja. Sekalipun ia paksakan untuk bekerja, pekerjaan serabutan mungkin yang akan dia dapatkan.

Dan dengan penghasilan yang tak seberapa, bagaimana bisa ia akan menjalani kehidupan.ia sudah terbiasa hidup mewah. Semua keinginannya selalu terpenuhi.ia tak sanggup jika harus hidup dalam kondisi yang serba kekurangan.

"Jallo!dimana lu?!."

seseorang rupanya menelpon Haras.

"ada apa?".

Kawab Haras lesu.

"Kita lagi nongkrong ni?!."

"Ikutan gak?!."

"Mongkrong dimana lu?."

Wajah Haras mulai sedikit berbinar.

"Di tempat biasa."

"Buruan..nih!ada Aydra juga."

"Aydra?serius lu?."

"Ya elah...emang kapan gua gak serius?!."

"Oke deh No,gua segera meluncur ."

Ucap Haras pada Kino,orang yang berbicara ditelpon dengannya itu.

Haras mulai kembali bersemangat.meski esok mungkin ia akan segera kehilangan semuanya yang selama ini ia miliki, setidaknya malam ini ia masih bisa menikmati kesenangan yang seperti biasa ia lakukan.

Mobilnya terus melaju dengan cepat menuju ke tempat yang di maksud oleh Kino di telpon tadi.

Tak berselang lama,ia akhirnya sampai juga di sebuah klub malam.

Suasana di klub itu begitu ramai.ini memang malam Minggu, itulah sebabnya suasana klub ramai karena banyak orang-orang yang sudah seminggu ini bekerja,dan mereka memilih mencari hiburan di akhir pekan seperti ini untuk melepas lelah dan penat.

Setelah memarkirkan mobilnya,Haras langsung masuk kedalam klub.

Suasana didalam yang hingar bingar langsung menyambut kedatangan pemuda dua puluh dua tahun itu.

Haras celingukan mencari keberadaan rekan-rekannya.

"Ras!sini!!."

Saat Haras sedang kebingungan, tiba-tiba ada yang berteriak memanggil namanya.

Haras menoleh kearah sumber suara itu,dan setelah memastikan siapa orang yang memanggilnya itu,ia pun bergegas menuju ke tempat orang tersebut.

"Hai bos!!."

Sapa seorang pria yang bertubuh kekar dengan tato bunga di lengan kirinya.

Dia adalah Kino,teman Haras yang menelponnya tadi.

"Ini..ni..yang ditunggu-tunggu."

Sahut seorang lainnya,seorang pria berambut pirang,Hendrik namanya,ia juga teman Haras.

Selain Kino dan Hendrik,masih ada dua lagi teman Haras yang sedang nongkrong di tempat itu,ada Gabin dan Roski.

Haras langsung duduk di atas sofa.

Di meja kaca dihadapan mereka ada beberapa botol minuman,dan piring berisi camilan.

Mata Haras memandang kesana-kemari, seolah sedang mencari sesuatu.

"Mana Aydra?kata lu ada dia!?."

Tanya Haras pada Kino dengan setengah berteriak,karena suara dentuman musik yang cukup keras.

"Aydra?."

"Tu dia!!."

Ucap Kino sambil menunjuk kesebuah arah.

Mata Haras mengikuti telunjuk Kino,ia melihat seorang wanita yang sedang asyik berjoget dengan menegang gelas kaca ditangannya.

"Gua kesana dulu ya?."

"Boleh..tapi..traktir kita yak?!."

Seloroh Hendrik.

"Terserah lu pada!!."

Haras tak perduli,ia langsung bergegas menuju Aydra yang masih asyik berjoget diiringi dentuman musik disko.

Ia langsung menarik lengan Aydra.

Aydra kaget.

Dibawah lampu klub yang temaram,ia berusaha melihat siapa orang yang sudah menarik lengannya .

"Si..siapa sih lu?!."

Tanya Aydra yang sepertinya sudah mulai mab*k.

Haras terus menarik tangan Aydra,ia membawa sang pacar ke sudut ruangan.

Ia langsung mendudukkan Aydra disebuah sofa.

"Si..siapa sih..?pake acara tarik-tarik tanganku..sakit nih."

Ucap Aydra dengan mulut yang beraroma minuman.

"Udah mabu*k aja sih lu!."

Haras nampak kesal.

"E.e..kayak su..suara Ha..Haras ya?."

Aydra sepertinya mengenali suara sang pacar.

"Ngapain sih pake acara minum kayak gini?."

Protes Haras.

"Emang kenapa..?ga boleh?biasanya kita juga minum kan?".

Tanya Aydra dengan mata yang sayup.

"Iya..tapi lu gak pernah sampai kayak gini..."

"Sorry..gua terpaksa Beb...."

Tiba-tiba ekspresi wajah Aydra berubah,dari yang ceria menjadi sedih.

"Terpaksa?!."

"Siapa yang maksa lu?."

"Kino?Hendrik?Gabin?...atau.Ros...."

"Bukan.bukan!!."

"Jadi siapa?!!."

Nada suara Haras meninggi.

"Lu...!!."

Tunjuk Aydra.

Haras mengerutkan keningnya,ia tak paham dengan maksud dari Aydra.

Ia lalu tersenyum kecut,merasa kekasihnya itu sudah mabu* berat sehingga ia meracau.

"Apa-apaan ini..kenapa jadi gua yang jadi sasaran?,gua kan baru datang?!."

Protes Haras.

"Kenapa lu ngelak?."

"Lu gak mau tanggung jawab gitu?."

"Hah..?!."

Aydra bangkit dengan sempoyongan.

Ia meraih jaket Haras dan dengan tenaga yang lemah,ia mencengkeram kerah jaket sang kekasihnya itu.

"Lu..jangan macam-macam ya Ras!gua bakal. bilang ke Papi..kalo lu udah menghancurkan hidup gua..!!".

"Apaan sih ini..?."

Haras kaget dengan ucapan Aydra.

Ia tahu Aydra sedang mabu*,tapi kenapa ia berbicara seperti orang yang memang sedang patah hati.Karena selama ini,ia tak pernah meracau seperti itu saat sedang tak sadar.

Haras kembali membimbing Aydra untuk duduk lagi.

Aydra sempat memberontak,tapi karena tubuhnya yang lemah, akhirnya ia pun menurut dan kembali duduk di sofa.

Haras garuk-garuk kepala,ia makin pusing.Satu masalah belum usai,kini malah timbul masalah baru.

Ia yang tadinya datang ke tempat ini untuk melepaskan rasa kesalnya dengan bersenang senang,kini justru harus menghadapi ko sisi yang rumit.

Aydra terus mengoceh tak jelas.Terkadang ia tertawa,terkadang juga marah.

"No,sini lu!."

Perintah Haras lewat telepon.

Tak berselang lama, Kino sudah sampai.

Ia kaget melihat Aydra yang duduk lunglai di sofa sambil terus mengoceh.

"Kok udah tel*r aja ni bocah?."

Tanya Kino.

Haras mengangkat bahunya.

"Serius lu?!."

"Yah gua mana tau.tadi pas gua temui..dia udah gini..mana dia meracau terus.Pas gua tanya..katanya gua yang buat dia kayak gini".

Kino manggut-manggut mendengar penjelasan Haras.

"Kayaknya dia udah tau deh..."

Ucap Kino.

"Tau apaan?."

Haras penasaran.

Kino menatap serius kearah Haras.

"Tentang elu!."

"Gua....?!."

Kino mengangguk.

"Emang gua ngapain..kok dia sampe kayak gini.?."

"Jadi lu beneran gak tau?."

Tanya Kino lagi.

Haras menggeleng.

"Dia mungkin udah tau kalo lu..lu..bakal pindah ke kampung bokap lu!."

Mata Haras melotot mendengar perkataan Kino.

Ia tak tahu bagaimana bisa Aydra tahu tentang hal itu.Padahal ia tak pernah bercerita pada siapapun.Termasuk aydra.tapi mengapa,kini bukan hanya Aydra saja yang sepertinya sudah tahu,tapi Kino dan juga mungkin teman-teman yang lain sudah mengetahui ihwal tersebut.

Tapi bagaimana mereka bisa tahu soal itu.

"Darimana mereka tahu ya?.'

Haras berpikir keras,ia sangat penasaran siapa gerangan yang sudah membocorkan rahasia tersebut.

Pikirannya kini bertambah kacau dan rumit.

*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!