Seperti hari sebelumnya, Geana sibuk di dapur untuk memasak, apa lagi sebentar lagi suaminya pulang dari kantor. Seharian ia sangat sibuk mengurusi pekerja ibu rumah tangga lainnya, ia juga harus berbagi waktu untuk mengurus kedua buah hatinya.
"Mama!" panggil seorang balita laki-laki berumur tiga tahun memanggil Mamanya yang saat itu sedang di dapur.
"Iya, Mama datang," jawab Geana berlari ke dalam kamar dan menghampiri bocah yang saat itu sedang terbaring di atas kasur bersama adik laki-lakinya yang berumur 1 tahun 3 bulan.
Bion baru saja pulang dari kantor dan langsung masuk ke dalam kamar.
"Mas, ini Zeco mau ...." Belum sempat Geana melanjutkan ucapannya, terdengar suara langkah kaki masuk ke dalam rumahnya.
Ya, dia adalah mertuanya, Mama dari Bion yang bernama Lena. Lena masuk tanpa permisi dan langsung duduk di sofa, karena ia merasa jika ini adalah rumah anaknya, itu berarti ia anggap seperti rumahnya sendiri.
"Pada kemana sih? Orang tua datang malah nggak di sambut?" tanyanya sedikit tidak senang.
Bion pun keluar dan duduk di sofa yang berseberangan dengan Mamanya.
"Mana istri mu? Apa sibuk mengurusi kedua anaknya yang cacat itu?" tanya Lena dengan menatap pintu kamar Geana sambil mencibir.
Jleb!
Ucapan mertuanya itu terasa menusuk sekali di hatinya. Tapi Geana memilih untuk diam, rasanya ia sudah terbiasa mendengar ucapan kasar dari mertuanya itu. Tapi ia berusaha sebisa mungkin tidak pernah ambil pusing agar ia tidak stres.
Memang benar apa yang di katakan mertuanya itu, kedua anaknya memang catat dari lahir.
Anak pertamanya bernama Zeco, kedua kakinya lumpuh tidak bisa berjalan karena akibat dari Atrofi otot. Saraf di otot kakinya tidak bisa berkembang membuat kedua kakinya mengecil dan hasilnya ia hanya bisa duduk di kursi roda.
Sedangkan anak keduanya bernama Zeky, bayi kecil itu terkena epilepsi saat berumur 2 hari setelah dilahirkan. Karena ganggu perkembangan otaknya, ia hanya bisa terbaring di kasur tanpa bisa melakukan aktifitas seperti anak seusianya.
Awal mulanya pernikahan mereka baik-baik saja, kedua orang tua Bion menerima kehadiran Geana, karena Geana sangat sopan dan ia sangat cantik hingga semua orang memuji kecantikannya.
Malangnya, setelah lahir anak pertama, keluarga Bion mulai membenci Geana karena melahirkan bayi cacat. Di tambah lagi sekarang, Geana yang sudah tidak bisa mengurus diri sendiri dan anak kedua yang lebih parah cacatnya dari anak sulungnya. Mulai saat itu, mulut-mulut yang dulunya memujinya, kini mulai membicarakan dirinya dan seluruh keburukannya.
Geana bahkan tidak berani sering keluar rumah dan berbicara terlalu banyak dengan tetangganya. Karena mereka pasti akan membicarakan kedua buah hatinya, mereka membandingkan anak mereka yang normal dengan segala kepintarannya dengan anaknya yang tidak bisa apa-apa.
Yang lebih menyakitkan, baik mertua maupun iparnya, mereka memfitnah Geana kepada orang-orang jika ia pembawa sial. Bagaimana tidak, dari kecil ia anak yatim piatu di tinggal mati kedua orangtuanya. Di usia pernikahan dengan Bion 6 bulan, neneknya meninggal. Di pernikahannya 10 bulan, Papa Dion meninggal. Dan kini ia punya 2 orang anak cacat.
Namun, ia mencoba untuk bersabar dan hanya fokus untuk tumbuh kembang kedua anaknya, karena mereka sangat membutuhkan kasih sayangnya, ia tak boleh sakit agar ia tetap menjadi seorang ibu yang kuat.
"Sekarang kamu lihatlah, sejak mengurusi kedua anak cacat itu, dia sudah tidak punya waktu lagi untuk mengurus mu, untuk apa kamu punya istri tapi tidak bisa mengurusi suaminya," ucap Lena yang sengaja menyinggung Geana.
Ia benar-benar tidak peduli apa Geana tersinggung atau tidak. Lena sengaja mengatakan itu agar Geana sakit hati, barulah hatinya merasa puas.
Waktu untuk mengurus Bion memang sangat terbatas, tapi di sisa waktunya ia berusaha ada untuk suaminya. Bion enggan mencari pembantu dengan alasan penghematan biaya. Bagaimana tidak, karena uang kerja Bion harus berbagi dengan Mamanya. Dengan pekerjaan yang selalu menumpuk, Geana bahkan sering telat makan.
"Mama, tolong jangan katakan itu," pinta Bion dengan suara pelan.
"Bion, aku sebagai Mamamu ingin memberikan nasehat yang baik agar hidup mu kedepannya agar tidak sengsara. Kamu lihatlah sekarang, bagaimana anakmu akan menjaga mu di hari tua nanti jika mereka saja tidak bisa mengurus diri mereka sendiri. Saat kau tua nanti, kamu minta urus pada siapa?" tanya Lena dengan suara tinggi.
Bion terdiam sejak, sekilas apa yang di ucapkan Mamanya memang benar adanya, jika ia sudah tua dan tidak bisa mencari makan, siapa yang ia harapkan lagi jika bukan anak-anaknya, tapi keadaan anaknya saja seperti itu.
"Tidak apa-apa Ma, kami akan program anak ketiga," jawab Bion berusaha untuk menenangkan hati Mamanya.
"Program anak ke tiga? Iya kalau dapatnya anak normal, kalau cacat lagi bagaimana? Kamu nggak bosan kah mengurus anak cacat terus? Benar-benar nggak ada hasilnya sama sekali, merepotkan! Mau sampai kapan mau punya anak cacat? Aku sampai malu ketemu sama orang-orang karena punya cucu cacat!" seru Lena ketus.
Bion tidak berani menjawab, karena kedua anaknya yang cacat sampai harus membuat Mama menjadi malu. Karena ia hanya punya Mama sebagai sandarannya setelah kepergian Papanya.
Geana tak tahan lagi, ia pun keluar sambil menggendong Zeky dan mendorong kursi roda Zeco keluar dari kamar.
"Ma, aku juga tidak mau ini terjadi pada kedua anakku, tapi ini adalah takdir yang Tuhan berikan kepada mereka. Aku harus berbuat apa untuk menolak takdir ini," ujar Geana kesal, tapi ia tetap berbicara sopan.
"Takdir juga yang kamu salahkan. Siapa yang tahu kalau ayah dan ibumu juga cacat. Kamu lihat sendiri, mana ada dari keluarga ku yang cacat. Itu pasti dari keturunan keluarga mu, berarti kamu yang salah!" ucap Lena kesal.
"Ma, jika Ayah dan Ibuku juga cacat, itu berarti itu juga takdir dari Tuhan, Mama nggak boleh nyalahin Ayah dan Ibu ku yang sudah meninggal," ucap Geana dengan suara sedikit meninggi.
"Geana, tolong bicara sopan sedikit dengan Mama, sedikit banyaknya omongan Mama ada benarnya," bela Bion untuk Mamanya.
Terlihat seulas senyum di bibir Lena karena ia mendapatkan pembelaan dari Bion.
Ingin rasanya Geana menangis, hati ya sakit sekali. Ia benar-benar tak habis pikir kenapa Bion membela Mamanya yang jelas-jelas menghina anaknya. Sedikit pun Bion tidak sadar atau dia memang tidak peduli?
Geana kembali membawa masuk ke dalam kamar agar ia tidak berdebat dengan Mama mertuanya itu, tidak ada gunanya karena Bion sudah pasti membela Mamanya.
"Kamu lihat itu cara istrimu memperlakukan aku sebagai mertuanya, benar-benar tidak ada sopan santunnya sama sekali! Orang Tua sedang bicara dia malah pergi, untuk apa dia keluar tadi!" tampik Lena kesal.
"Maaf Mama, aku akan mendidiknya lebih baik lagi," ucap Bion pelan.
"Kamu coba pikir ulang, aku ini Mama mu, hubungan anak dan ibu tidak akan putus. Tapi dia cuma orang lain yang menikah dengan mu lalu kau mengurusnya, memberi dia makan dan lain-lainnya, jika kalian cerai kalian bukan siapa-siapa lagi. Dasar perempuan tidak tahu di untung!" ucap Lena ketus.
"Sudahlah, aku mau pergi berbelanja dulu. Beri Mama uang," pinta Lena.
"Tapi aku gajian masih 2 Minggu lagi Ma," ucap Bion.
"Alah, Mama minta sedikit kamu nggak mau kasih. Makanya suruh istri mu kerja juga. Di rumah selama ini nggak ngapa-ngapain juga. Cuma duduk manis goyang kaki nikmatin hidup, kamu sendiri capek-capek kerja dia yang nikmatin hasilnya. Banyak di luar sana istri orang yang ikut kerja, mereka juga bisa menghasilkan uang sambil jaga anak," ucap Lena mencibir.
"Baiklah Ma." angguk Bion menurut.
"Mama nanis?" tanya Zeco saat melihat air mata Geana jatuh.
"Enggak kok Sayang, mata Mama cuma kelipatan," jawab Geana mencoba tersenyum.
Bion pun masuk ke dalam kamar. Geana secepatnya menyeka air matanya dan berpura-pura seolah-olah ia biasa saja. Geana membuat dirinya seolah-olah tidak terlalu peduli dengan omongan mertuanya tadi.
Bion melihat sekilas ke arah Geana yang sedang memeluk kedua anaknya di atas kasur. Tanpa bicara, ia membuka kotak penyimpanan dan mengambil sejumlah uang.
"Mas! Untuk apa uang sebanyak itu?" tanya Geana.
"Oh, ini mau kasih Mama, untuk uang jajan dia," jawab Bion.
"Mas kan gajiannya masih lama, lagian uang itu untuk kebutuhan anak-anak," ucap Geana menahan tangan Bion.
Bion menarik tangannya dengan kasar. "Kamu ini jangan pelit lah, dia itukan Mama ku, masa kamu perhitungan banget sama Mamaku. Masalah kebutuhan anak nanti aku carikan," tampik Bion menatap Geana dengan wajah tidak senang.
Bion pun pergi keluar dan memberikan uang tersebut. Barulah Lena pergi dari rumahnya.
Bion kembali dan masuk ke dalam kamar, ia duduk di samping Zeco.
"Kamu jangan tersinggung dengan ucapan Mama. Dia itu hanya ingin terbaik untuk ku, kamu harus mengerti itu," ucap Bion merasa tidak bersalah.
'Ya, terbaik untuk mu, tapi bukan untukku dan untuk anak-anak mu,' batin Geana menahan sakit dan sesak di dada.
"Sudahlah, aku ingin makan," ucap Bion tidak terlalu peduli berjalan keluar dari kamarnya menuju dapur.
Bion mengambil makanan sendiri, kali ini Bion ambil makanan sendiri karena Geana tidak sempat menyiapkannya.
Bion makan sendiri di dapur dengan wajah yang sedikit masam. Ya, biasanya ia di temani sekarang apa-apa ia lakukan sendiri.
Geana sama sekali tidak menggubris suaminya yang makan sendiri, hatinya terlalu sakit karena ucapan mertuanya barusan. Ia butuh menenangkan diri, ia butuh kewarasan demi anak-anaknya.
"Sayang ayo main ke halaman belakang rumah, kita lihat bunga yang cantik di sana," ajak Geana.
Geana mengendong Zeky dan mendorong kursi roda Zeco keluar dari kamar menuju ke halaman rumah belakangnya.
"Mau kemana lagi sore-sore begini?" tanya Bion menekuk Alisnya.
Geana Dian dan tidak menyahutinya, seharusnya Suaminya mengerti kenapa ia marah.
"Mas bicara kok nggak di jawab!" ucap Bion dengan suara meninggi, ia merasa tak di hargai lagi.
"Ke halaman belakang," jawab Geana singkat dan padat.
"Dari pada kamu main ke halaman belakang lebih baik kamu pergi ke rumah Kak Wina. Cobalah berdamai dengan kakak-kakak ku, mereka semua tampak akur, tapi kamu malah menjauh. Apa keluarga ku sangat buruk di mata mu?" tanya Bion.
Langkah Geana tertahan, dadanya sangat sesak sekali. Ingin ia menumpahkan segala kekesalannya kepada Bion, tapi ia tahan. Pada akhirnya ia juga di salahkan, jadi untuk apa bercerita dengan orang yang tidak akan mendengarkan ucapannya.
Geana udah kapok ke sana kalau pada akhirnya ia di singgung juga, ia di sindir juga. Anaknya yang cacat bukannya mereka kasihan, malah jadi bahan nyiyiran dan olokan mereka saja. Apa salah dari anak cacat, mereka juga tak mau begini, mereka juga ingin seperti anak lainnya, tapi ini takdir.
Geana menekan dadanya yang sesak, ia menarik nafasnya agar merasa longgar sedikit. Geana pun melangkahkan kakinya menuju halaman belakang tanpa mempedulikan Bion lagi.
"Di bilangin malah nggak ngerti," ucap Bion kesal yang langsung masuk ke dalam kamarnya.
Ia duduk di kursi dan membiarkan Zeco bermain dengan bunga, ia memeluk Zeky yang saat itu tidak bisa apa-apa, duduk aja ia masih kesulitan karena ia masih seperti anak bayi.
"Sayang, kalian adalah nyawa Mama, kalian adalah kekuatan Mama, jadi jangan tinggalin Mama ya," lirih Geana mencium Zeky dengan berlinang air mata.
...☃️☃️☃️☃️☃️☃️☃️☃️...
Saat malam tiba, Geana sedang menidurkan kedua anaknya, ia pun hampir saja terlelap. Bion saat itu sedang duduk di kursi menghadap ke layar laptopnya karena ingin menyelesaikan pekerjaannya.
Triring! Triring!
Triring! Triring!
"Halo Ma," jawab Bion mengangkat ponselnya.
"Kamu datanglah ke rumah," pinta Lena.
"Ada apa? Aku sedang ada kerja ini," jawab Bion.
"Ish! Nanti pulang kan bisa di kerjain, datang saja ke rumah, ada seseorang yang ingin bertemu kamu," ucap Lena.
"Iya aku ke sana sekarang," jawab Bion memutuskan panggilannya.
"Mas pergi sebentar," ucap Bion memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.
"Kemana?" tanya Geana dengan yang sudah mengantuk.
"Ke rumah Mama," jawabnya melangkahkan kakinya keluar dari kamar.
Geana hanya bisa menatap punggung yang sudah hilang dari balik tembok itu. Kalau di bilang iri, Geana pasti sangat iri dengan mertuanya. Giliran Mamanya yang minta ini itu pasti langsung di lakukan oleh Bion, giliran ia yang memintanya, ia harus menunggu cukup lama sampai ia kesal, akhirnya apa-apa ia melakukan sendiri tanpa minta bantuan dari Bion lagi.
Terdengar suara stater mobil dan suara itu pun bergerak menjauh. Geana pun memilih untuk tidur saja tanpa menunggu suaminya pulang.
"Tu Bion udah sampai," ucap Lena tersenyum kepada seorang wanita.
Wanita itu tersenyum, rasanya sudah lama tidak bertemu dengan Bion sejak hari ia keluar negeri.
Bion memarkirkan mobilnya di depan rumah Lena dan berjalan masuk ke dalam.
"Ada apa Ma?" tanya Bion.
"Cepat Masuk ke dalam!" ucap Lena melambaikan tangannya dengan senang.
Bion masuk ke dalam dan ia terkejut karena ada seseorang yang ia kenal.
"Angelista, kamu ...."
Bion duduk di sofa dengan perasaan yang campur aduk.
Dulunya, Angelista adalah teman sekolah Bion waktu SMA, ia sering juga main ke rumah Bion. Hanya saja saat itu tiba-tiba Angelista memutuskan untuk keluar negeri dan mencari pekerjaan di sana dan menemukan jodoh. Angelista pun memilih untuk menikah lebih duluan 2 tahun, hanya saja Angelista lama dapat anak sehingga anak Bion dan Angelista seumuran.
"Mas Bion, apa kabar?" tanya Angelista mengulurkan tangannya.
Bion pun menyalami tangan Angelista, tangannya sangat lembut dan halus, sangat berbeda dari tangan Geana.
"Dia baru pulang dari luar negeri lho, menyempatkan diri main ke sini," ucap Lena sangat senang.
Ya, dari pakaian Angelista juga sangat mahal, baju musim panas dari luar negeri. Rambut pirang panjang bergelombang sangat cocok untuk seorang Angelista yang cantik dan putih itu.
Ia bukan seperti orang kampung, tapi ia benar-benar sudah menjadi orang luar negeri.
"Ini anak kamu?" tanya Bion melihat ke arah seorang anak kecil yang rambutnya pirang, karena papanya orang bule.
"Iya." angguk Angelista tersenyum dengan menawan.
"Usianya sama lho dengan Zeco. Lihatlah, dia bukan hanya tampan, tapi dia juga sangat pintar dan lincah. Aduh gemesnya Mana, pengen banget dia jadi cucu Mama," ucap Lena memegang dagu anak Angelista dengan senangnya.
"Papanya Mana?" tanya Bion.
"Aku dan Mr. Alan sudah bercerai Mas, makanya aku pulang ke sini, padahal ada pekerjaan ku di sana yang aku tinggalkan," ucap Angelista sedih.
"Ya ampun, pekerja kenapa kamu tinggalkan, kan sayang banget pekerja di luar negeri itu pasti pekerjaan yang sangat bagus yang nggak di dapatkan di sini," ucap Lena antusias.
"Soalnya nggak ada yang jaga Almer, aku di sana sibuk banget," jawab Angelista.
"Ya udah biar Mama aja yang jaga Almer," ucap Lena bersedia.
"Hm ... rencana aku usaha yang ada di sana mau aku bawa ke sini aja, cuma aku butuh tempat untuk usaha ku itu."
"Ya udah, Bion yang carikan nanti untuk kamu. Iya kan Bion," ujar Lena cepat.
"Mohon bantuannya ya Mas," ucap Angelista tersenyum penuh harapan pada Bion.
"Eh, iya." angguknya salah tingkah.
"Haishhh, andai aja kamu yang menjadi menantu Mama, dan punya cucu selucu dan sepintar ini, Mama pasti sangat senang," ucap Lena tersenyum melihat ke arah Almer.
Angelista hanya tersenyum. Tapi senyumannya di mata Bion sangat manis dan cantik. Sangat berbeda dengan Geana yang mukanya kusam dan cemberut terus.
"Oh ya Mas sudah punya anak berapa?" tanya Angelista dengan suara lembutnya.
"Dua," jawab Bion.
"Mama, bisa aku pinjam sebentar Mas Bion, aku ingin mengobrol berdua dengan Mas Bion. Udah lama banget nggak ngobrol sama Mas Bion," pinta Angelista.
"Ya udah pergi sana, biarkan Mama main sama Almer," jawab Lena memberi kode kepada Bion agar mereka pergi mengobrol di luar.
Bion pun berjalan terlebih dahulu keluar dari rumah dan mereka pun duduk di teras samping rumah.
"Kamu kenapa cerai sama suami kamu?" tanya Bion.
"Udah nggak cocok lagi Mas, kami juga sering berantem, dia juga udah ada wanita lain jadinya lebih baik aku udahan aja," jawab Angelista.
******
Keesokan harinya, Geana membuka matanya terbangun karena mendengar suara air dari kamar mandi. Geana terlambat bangun karena tadi malam ia tidak bisa tidur karena Zeky rewel. Geana sudah menghubungi Bion agar ia cepat pulang, tapi nyatanya Bion tidak mengangkatnya.
Itu karena Bion asik mengobrol dengan Angelista hingga pulang larut malam.
Geana remang-remang mendengar suara mertuanya di ruang tamu. Ia juga mendengar suara anak kecil dan suara wanita asing.
Bion keluar dari kamar mandi dan mengelap tubuhnya dengan handuk.
"Mas, itu siapa yang datang?" tanya Geana.
"Oh itu Mama sama Angelista," jawab Bion enteng.
"Siapa dia?" tanya Geana mengerutkan alisnya.
"Teman Mas waktu SMA." Bion sibuk mengambil baju kerja di dalam lemari yang sudah Geana setrika.
Geana turun dari ranjangnya dan membuka sedikit pintu dan melihat jika mertuanya itu sedang mengobrol ria dengan seorang wanita cantik di sofa, rasanya sangat berbeda dengan perlakuan mertua dan dirinya. Tapi kenapa Mertuanya membawa wanita itu ke sini? Ingin pamer?
Geana merapatkan pintu kamar kembali dan berbalik badan ke arah Bion.
"Mas, kenapa Mama kamu bawa wanita ke sini tanpa persetujuan dari ku, ini kan rumah kita. Kenapa Mas biarkan ada orang asing masuk ke sini," ucap Geana tak terima.
"Angelista kan di bawa sama Mama, rumah ini juga rumah Mas itu berarti ini juga rumah Mama. Mas juga udah ngijinin Angelista untuk ke sini kok," jawab Bion tanpa merasa bersalah.
"Lagian dia ngapain kesini, kan tau kalo Mas udah punya istri. Kenapa nggak di rumah Mama aja," ujar Geana merasa terganggu.
"Sudahlah, dia kan cuma mau jalan-jalan aja ke sini, mau lihat rumah Mas. Kamu kok nggak terima begitu, sesekali teman Mas datang malah kamu nggak senang gitu," ucap Bion menatap Geana tidak suka.
Ia mengambil tas laptopnya dan keluar dari kamar tanpa mempedulikan Geana dan langsung duduk bersama Mamanya.
Geana terdiam. Ia seperti tidak di pedulikan oleh Bion, apa ia terlalu egois membuat Bion tidak menyukainya.
Geana kembali duduk di ranjang, ia segan ingin keluar karena ada wanita asing itu. Di rumah sendiri tapi malah merasa seperti rumah orang lain.
Zeky tiba-tiba menangis mendakan jika ia haus. Mau tak mau Geana harus keluar untuk membuat susu untuk Zeky.
Cklek!
Pintu pun terbuka, Geana berjalan dan menatap Bion yang tertawa renyah bersama mertua dan wanita itu.
Melihat Geana, Lena langsung pasang wajah toxic.
"Aduduh, enak ya jadi kamu, suami mau pergi kerja baru bangun. Gimana suami mau sayang kalo apa-apa suami harus melakukannya sendiri," omel Lena memutar bola matanya.
"Tadi malam Zeky rewel Ma, aku nggak bisa tidur," jawab Geana dengan suara pelan memberhentikan langkahnya.
"Alah, alasan," ucap Lena sedikit ketus.
Geana memilih untuk diam dan ia pun menuju ke dapur untuk membuat susu untuk Zeky. Tanpa terasa air matanya menetes di pipinya.
Meskipun sudah terbiasa mendengar ucapan Lena, tapi tetap aja sakit. Geana berusaha untuk tidak menangis lagi, berusaha menghilangkan rasa sakitnya, tapi tetap tidak bisa karena ia hanya wanita lemah.
Geana menyeka air matanya dan cepat-cepat kembali ke dalam kamar dan langsung memberi kepada Zeky.
"Ya udah Ma, aku pergi ke kantor dulu," ucap Bion menyalami Mamanya dan Angelista.
Bion pun pergi keluar dengan menggunakan mobilnya.
Geana pikir Bion pergi kerja mereka juga pergi, tapi nyatanya mereka nggak juga pergi dari rumahnya karena masih terdengar suara mertuanya berbicara.
"Angelista, kamu anggap aja ini rumah kamu sendiri, kamu bikin kopi ya bikin aja," ucap Lena.
"Tapi kan Ma … di rumah ini ada istrinya, nanti …."
"Udah, ini adalah rumah Bion, berarti rumah Mama juga, jadi kamu nggak usah sungkan begitu," ucap Lena tersenyum.
"Eh, iya Ma. Aku buatkan teh untuk Mama ya," ucap Angelista.
Angelista pun pergi ke dapur untuk membuatkan teh. Lena tersenyum karena ia mendapatkan perhatian dari Angelista.
Geana mendengarkannya menjadi geram, apa kurang selama ini ia menghina anaknya, kini ia malah memperbolehkan orang asing masuk ke rumah tanpa persetujuan darinya.
Geana keluar dari kamarnya dan berhenti di depan Lena yang sedang duduk di sofa.
"Mama kenapa bolehin orang asing masuk ke dalam rumah ini sih?" tanya Geana menahan sesak di dadanya.
"Memangnya kenapa?" tanya Lena mendongakkan kepalanya melihat ke arah Geana yang berdiri di depannya.
"Inikan rumah aku dan Mas Bion, kenapa Mama tidak bertanya pada ku dulu, setidaknya minta izin juga pada ku," ucap Geana menatap Lena lekat.
"Heh! Ini kan rumah anak ku, aku yang berikan uang kepada Bion untuk membangun rumah ini. Kamu nikah sama anakku ku bawa apa? Nggak ngasih apa-apa kan?" seru Lena dengan membelalakkan matanya membuat Geana terdiam.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!