NovelToon NovelToon

Malam Petaka Party 17 Tahun

Episode 1. Peraturan ketat dari orang tua.

Mobil mewah berhenti di kediaman rumah mewah mewah dan luas. Rumah dengan bangunan klasik Eropa.

2 Wanita cantik langsung keluar dari mobil tersebut dengan memakai seragam sekolah yang sama.

Aurora Almira Dehway yang biasa di panggil Rora gadis berusia 17 tahun yang mempunyai wajah cantik berkulit putih. Wanita yang memiliki tinggi 163 dengan tubuh langsingnya dan rambut sebahunya.

Alethea Zevanya Dehway yang biasa di panggil Zeva yang berusia 16 tahun dengan wajah cantik putih bersih dan tinggi 163 sama dengan Rora.

2 gadis cantik itu adalah kakak beradik yang usianya sangat berdekatan yang hanya berbeda satu tahun saja. Anak dari Risya Hariyanto dan Arga Dehway. Pasangan suami istri yang memiliki anak dengan jarak yang. Seorang pengusaha dengan kekayaan yang tidak terhitung.

...Saya mengambil kisah dari anak Risya dan Arga yang sudah remaja. Bisa melihat Novel sebelumnya. Mantan Tapi Menikah Yukk...

Dua kakak beradik itu langsung memasuki rumah dan di rumah sudah terlihat ada Arga yang melihat ponselnya.

"Papa sudah pulang!" sapa Rora dengan bahagianya yang sumringah sama dengan Zeva yang tidak kalah sumringahnya. Mereka berdua berlari seperti anak kecil menghampiri sang papa dan langsung memeluk sang papa.

"Papa kapan pulang Rora kangen tahu sama papa?" ucap Rora.

"Zeva juga kangen," ucap Zeva yang tidak mau kalah merindukan sang papa.

"Papa juga kangen sama kalian berdua," sahut Arga yang mencium kening kedua putrinya itu yang beranjak dewasa.

"Lalu apa papa membawakan oleh-oleh untuk kita?" tanya Rora.

"Pasti papa membawa oleh-oleh untuk anak papa yang sangat pintar-pintar ini," jawab Arga.

"Kalau begitu oleh-oleh untuk Rora akan double. Karena Rora hari ini menang olimpiade fisika," ucap Rora yang menuntut hadiah yang menuntut hadiah berlipat-lipat.

"Wah itu hebat sekali. Papa bangga mendengarnya, kamu tingkatkan lagi prestasi kamu," sahut Arga yang kembali mencium dahi putrinya yang pasti sebagai orang tua sangat bangga dengan memiliki putri yang berprestasi.

"Hadiahnya ada sama mama nanti mama akan berikan," sahut Risya yang tiba-tiba datang yang membawakan orens jus untuk suaminya.

"Baiklah Rora akan menunggu," sahut Rora yang sudah tidak sabaran untuk mendapatkan hadiah dari sang papa yang memang baru melakukan perjalanan bisnis ke Luar Negeri dan sekarang baru pulang.

"Rora, kamu tingkatkan terus prestasi kamu ya. Supaya kamu lulus kedokteran. Jadi harus belajar yang keras dan jangan main-main. Apalagi pacar-pacaran," ucap Arga yang memang sangat tegas pada anaknya. Mendidik 2 putrinya sejak dulu tidak main-main mengingat pergaulan anak zaman sekarang yang sudah di luar zona.

"Pasti pah. Jangan khawatir lulus SMA nanti Rora akan lulus masuk universitas ke Dokteran," ucap Rora dengan semangat dan sangat yakin.

"Papa tahu kamu pasti akan lulus dengan nilai yang terbaik dan bisa menjadi Dokter yang hebat," ucap Arryan yang membuat Rora tersenyum mengangguk.

"Sama dengan kamu Zeva. Kamu juga rajin belajar. Kamu masih kelas 2 dan papa juga ingin kamu bisa mengejar cita-cita kamu," ucap Arga.

"Iya pah!" sahut Zeva.

"Ya sudah sekarang kalian berdua ganti seragam sana!" titah Risya.

"Baik mah, baik pah!" sahut Zeva dan Rora serentak dan keduanya yang langsung masuk ke kamar masing-masing.

"Tidak terasa sayang, anak kita sudah remaja dan sebentar lagi mereka juga beranjak dewasa," ucap Risya.

"Iya. Kita harus menjaga mereka. Mengingat pergaulan anak-anak remaja sekarang terlalu bebas dan itu alasannya aku tidak mengijinkan keduanya untuk pacaran sebelum mereka 20 tahun. Karena aku tidak ingin hal-hal yang di takutkan akan terjadi," ucap Arga.

"Iya sayang. Aku juga sebagai ibu pasti menakutkan anak-anak kita terjerumus hal yang tidak baik dan kita sebagai orang tua yang harus selalu mengawasi anak-anak kita," sahut Risya yang setuju dengan apa yang di katakan suaminya.

Meski Rora dan Zeva anak dari pengusaha Kaya dan serba ada. Tetapi keduanya tidak mendapatkan kebebasan seperti anak-anak yang lainnya. Remaja seperti mereka pacaran pasti sudah mulai. Tetapi Arga tidak mengizinkan putrinya untuk berpacaran.

Jangankan berpacaran. Keluar malam putrinya juga tidak diizinkan jika tidak ada pengawasan sopir. Jadi mau ke mana-mana Rora dan Zeva selalu didampingi sopir yang di percaya Arga dan Risya.

Jadi keduanya hidup tidak bebas. Seperti anak-anak orang kaya pada umumnya yang pulang sekolah mungkin nongkrong ke mall atau mungkin jalan ke sana kemari liburan ke sana kemari dan mereka tidak akan mendapatkan hal seperti itu tanpa ada orang tua dan juga pengawasan dari orang yang bekerja di rumah mereka.

Rora dan Zeva juga tidak pernah protes. Karena dari kecil sudah di kenalkan dengan lingkungan seperti itu. Jadi mereka tidak perlu mengeluh lagi atau harus bertanya alasannya apa.

******

Rora dan Zeva masuk ke dalam kamar masing-masing. Kamar Rora yang bertemakan warna pink dengan arsitektur kamar yang tidak lepas dari berwarna pink dari lemari dinding dan stiker lainnya. Di dalam kamar Rora juga penuh dengan penghargaan dan juga piala-piala. Rora murid yang paling pintar di sekolahnya dan mendapatkan juara 1 umum.

Berbeda dengan kamar Zeva. Zeva memilih kamar yang hanya berwarna putih dan juga coklat. Zeva tidak terlalu suka heboh dan memang lebih suka natural. Di kamarnya juga ada beberapa piala yang dengan prestasi yang di raihnya.

Arga dan Risya memang sangat beruntung memiliki dua putri cantik dan memiliki prestasi yang luar biasa di sekolahnya.

Rora yang sudah mengganti seragam sekolahnya langsung mengambil buku dan telungkup di atas kasur yang langsung membaca buku. Aktivitas mereka setelah pulang sekolah memang hanya belajar dan tidak.

Ting.

Ponsel Rora berbunyi yang langsung masuk pesan.

"Ulang tahun Steffi!" gumam Rora yang menerima undangan ulang tahun teman satu kelasnya.

Hahhhh

Rora menghela nafasnya.

"Minggu depan Steffy berulang tahun ke 17 tahun sama dengan ku yang juga akan ulang tahun yang ke 17 tahun. Tapi Steffy enak sekali bisa merayakan ulang tahunnya di Vila milik keluarganya di Bali. Kalau aku pasti tidak bisa seperti Steffy. Papa dan mama hanya mengajak makan malam dengan keluarga besar. Udah deh. Nggak ada acara apa-apa seperti mengundang teman-teman atau party. Arghhh boro-boro semua itu," keluh Rora dengan menghela nafasnya yang mengeluhkan perbedaan dengan teman-temannya yang memang memiliki kehidupan yang bebas.

Rora pasti kadang-kadang iri dengan anak-anak yang lain yang seusia yang tidak seberuntung dirinya.

**********

Pagi kembali tiba. Arga dan Risya sudah berada di meja makan dan tidak lama kedua Putri mereka Rora dan Zeva sudah berada menuruni anak tangga yang memulai sarapan. Rora dan Zeva sudah lengkap memakai seragam sekolah mereka yang menghampiri ke-2 orang tua mereka.

"Pagi mama! Pagi pah!" sapa Rora dan Zeva.

"Pagi sayang, ayo sarapan!" sahut Risya. Rora dan Zeva langsung duduk dan mengambil sarapan mereka berdua.

"Hmmm Rora bentar lagi kamu ulang tahun. Mau hadiah apa?" tanya Risya.

"Bisa tidak Rora minta untuk di rayakan bersama teman-teman dan tidak hanya keluarga," ucap Rora yang berbicara pelan.

Bersambung

Episode 2 Minta Izin

Permintaan Rora membuat Risya, Arga dan Zeva sempat berhenti makan dan melihat ke arah Rora.

"Rora ingin acara ulang tahun Rora kali ini di rayakan bersama teman-teman Rora," ucap Rora yang sebenarnya takut-takut meminta izin kepada orang tuanya.

"Kamu ingin ada perayaan untuk acara ulang tahun kamu?" tanya Arga.

"I-iya pah," jawab Rora.

"Itu hanya membuang-buang waktu saja Rora. Keluarga kita sudah banyak. Jadi lebih berharga dirayakan bersama keluarga," Arga langsung menjawab yang artinya berarti tidak boleh sama sekali. Hal itu pasti membuat Rora kecewa.

"Rora lagi pula membuat pesta dan mengundang teman-teman kamu itu juga sama saja merepotkan teman-teman kamu. Jadi seperti biasa dari tahun ke tahun ulang tahun kamu maupun Zeva selalu dirayakan bersama keluarga dan tidak dengan orang lain," sahut Risya menambahi membuat wajah Rora yang tampak kecewa.

"Aku sudah menduga mama dan Papa tidak akan mengizinkan hal itu. Padahal sweet seventeen adalah ulang tahun yang spesial untuk remaja sepertiku. Tapi Aku tidak seperti yang lainnya mendapatkan hari spesial di ulang tahun mereka," batin Rora yang tampak sangat sedih.

"Rora, kamu tidak perlu memikirkan perayaan ulang tahun kamu. Kita rayakan seperti biasa saja dan apapun hadiah yang kamu minta Papa dan Mama akan berikan," ucap Arga dengan tegas. Rora hanya bisa menganggukkan kepalanya walau tidak sesuai dengan keinginannya. Tetapi orang tuanya mana bisa dibantah dan apa yang dikatakan orang tuanya sudah paling terbaik.

"Zeva kamu nanti temani mama ya pulang sekolah," sahut Risya.

"Mau kemana mah?" tanya Zeva

"Ke butik ingin mengambil pesanan mama," jawab Risya.

"Baik Mah," sahut Zeva.

Mereka kembali sarapan namun Rora wajahnya sudah sendu yang pasti tidak mendapatkan izin untuk membuat party seperti teman-teman 1 kelasnya yang memang sudah beberapa orang merayakan party sweet seventeen.

*******

Rora dan Zeva sampai kesekolah. Keduanya sama-sama berjalan menuju kelas dan pasti selalu mendapat perhatian dari murid-murid. Karena memang keduanya sama-sama cantik dan menjadi tipe ideal semua pria. Walau sifat Zeva dan Rora berbeda. Jika Rora lebih ekspresif dan extrovert, maka berbeda dengan Zeva yang introvert dan tidak suka terlalu banyak bergaul.

Langkah Rora terhenti ketika melihat 3 pria yang mengelilingi tubuh seorang wanita yang bersandar di tembok dan 3 Pria itu terlihat nakal yang menggoda wanita yang ketakutan itu.

"Tolong kak jangan! Tadi aku tidak sengaja!" suara wanita itu begitu bergetar yang takut di Apai-apai.

"Tidak sengaja. Bagaimana, jika aku juga tidak sengaja menciummu," sahut salah satu pria itu dengan menyunggingkan senyumnya.

Huhhhhh.

Rora geleng-geleng kepala dan pergi.

"Kak Rora kamu mau kemana?" tanya Zeva yang melihat kakaknya yang menghampiri 3 pria itu.

"Aisss kenapa ikut campur sih," ucap Zeva dengan menghela nafas yang melihat kepergian Rora.

"Hay Zeva!" sapa 2 wanita yang menghampiri Zeva.

"Rora belum datang?" tanya wanita yang bernama Cindy.

"Tuh di sana!" tunjuk Zeva.

"Ngapain di di sana?" tanya Tiara.

"Apa lagi jika bukan ikut campur tentang masalah kak Marko," jawab Zeva. Mereka bertiga hanya menonton dari kejauhan saja.

"Heh! Marko!" Panggil Rora dengan suara lantang.

Pria yang pasti menjadi ketuanya langsung membalikkan badan.

"Apa yang lo lakuin, lepaskan dia!" tegas Rora.

Marko menyunggingkan senyumnya dan menghampiri Rora.

"Jangan ikut campur Rora, ini masalah urusanku apa kamu ingin menggantikannya," ucap Marko dengan tangan yang yang mencolek dagu Rora namun Rora langsung menepis tangan Marko.

"Jangan kurang ajar," sinis Rora memberikan peringatan.

"Kau jangan jadi pengecut yang hanya bisa melawan wanita yang. Kampungan!" sinis Rora.

"Apa kata mu, kampung!" Marko yang seperti tidak terima dengan pernyataan dari mulut Rora membuatnya mendekatkan wajahnya kepada Rora dengan memajukannya wajahnya sehingga jarak yang terlalu dekat.

"Kau sangat galak Rora dan selalu ikut campur urusan orang lain. Kau jadi ingin menciummu Rora.

"Cuiihhhh," Rora yang langsung meludahi wajah Marko yang membuat Marko terkejut mendapatkan ludah dari roda dan bukan hanya merokok kedua teman Marco dan bahkan juga Zeva dan juga Stefie dan juga Tiara yang mereka sama-sama terkejut.

"Rora kau!" Marco yang tidak terima ingin mengangkat tangannya memukul Rora namun tangan Marko tiba-tiba ditahan seorang pria dan langsung menjatuhkan kasar tangan Marco.

"Bryan!" lirih Rora.

"Beraninya kau ingin menampar pacarku. Kau akan berhadapan denganku," tegas Bryan yang mendorong dada Marko dengan kedua tangannya.

"Cewek lo yang udah ikut campur tentang urusan gue dan sekarang berani meludahi gue," Marko tidak terima dengan apa yang dilakukan Rora.

"Itu karena lo kurang ajar," ucap Bryan dengan menegaskan dan menggenggam tangan Rora lalu membawanya pergi dari hadapan Marko.

"Arghhh sial!" umpat Marko dengan kesal dan Marko melihat di sekelilingnya yang cukup banyak anak-anak murid yang melihatnya dan mereka semua menahan tawa.

"Apa yang kalian lihat-lihat hah!" kesal Marko yang pasti malu sendiri.

"Aisssssssss sial!" umpat Marko yang malu sendiri. Sama dengan Steffi Tiara dan juga Zeva yang akhirnya pergi meninggalkan tempat itu.

*******

Tring-tring.

Bel sekolah berbunyi yang pertanda sudah waktunya pulang sekolah.

"Zeva!" panggil Rora yang lari-lari mengejar sang adik.

"Ada apa?" tanya Zeva.

"Hmmm, kita jangan pulang dulu ya," ucap Rora.

"Maksud kak Rora apa?" tahta Zeva.

"Hmmm, Zeva. Ini anniversary 3 bulan aku dan Bryan. Aku ingin makan siang bersamanya. Jadi kita berdua jangan pulang dulu dan kamu bilang aja sama mama dan papa kalau kita ada kegiatan di sekolah," ucap Rora.

"Kakak mau makan di luar sama Bryan?" tanya Zeva.

"Iya," jawab Rora.

"Kak bagaimana jika Papa sampai melihat. Papa bisa tahu selama ini kalau kakak punya pacar tapi bisa mendapat masalah besar," ucap Zeva yang justru panik dengan rencana sang kakak.

"Kamu tenang saja dan jangan khawatir. Aku akan hati-hati kok. Lagi pula makanan makannya tidak jauh-jauh dari sekolah dan juga tidak dekat-dekat dengan Perusahaan papa. Pasti aman," ucap Rora yang terlihat membujuk adiknya itu. Namun Rora yang pasti takut untuk mengikuti kemauan sang kakak.

"Sudah ya Rora. Aku tahu kamu itu sangat pengertian sekali dan kamu jangan pulang dulu ya nanti kita pulang bareng-bareng setelah aku selesai berkencan dengan Bryan," ucap Rora Zeva dan Rora langsung pergi.

"Kak!" panggil Zeva. Namun tidak di pedulikan Rora.

"Hahhhhh, kenapa sih harus melanggar peraturan dari papa. Papa sudah tidak mengizinkan pacaran dan kak Rora pacaran diam-diam dan sekarang melibatkan.ku untuk kencan mereka berdua dan bagaimana jika Papa sampai melihat aku juga akan kena," batin Zeva dengan menghela nafas yang tidak bisa mengatakan apa-apa lagi dengan kepergian sang kakak yang bersama pacarnya.

Biasanya jika anak semakin ditekan dan juga banyak larangan maka anak akan diam-diam melakukan hal yang dilarang orang tuanya. Sama dengan Rora tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya ternyata Rora sudah memiliki seorang kekasih dan bahkan sudah berjalan selama 3 bulan dan memang sangat tidak mungkin jika Zeva tidak mengetahui hal itu karena mereka satu sekolah.

Bersambung

Episode 3 Meminta Izin.

Rora dan Bryan hanya makan siang di salah satu Restauran yang memang mereka pastikan akan aman dan tidak akan ketahuan oleh Arga atau siapapun.

"Sayang Minggu depan kita juga ada libur sekolah. Apa salahnya kalau kamu ikut acara ulang tahun Steffie di Bali," ucap Bryan.

"Aku juga pengen ikut, Steffie juga adalah teman ku. Tapi kamu tahu sendiri. Kalau mama dan papa pasti tidak akan mengijinkan hal itu dan apalagi itu hanya acara ulang tahun. Kamu tahu sendiri untuk acara kegiatan Study tour saja butuh persyaratan banyak untuk mama dan papa menginjinkan ku bisa pergi. Apalagi seperti itu. Aku sangat tidak yakin," ucap Rora.

"Sayang sekali kamu tidak bisa ikut. Coba saja kamu bisa ikut. Aku yakin kita bisa berduaan bersama. Kita tidak pernah liburan bersama," ucap Bryan.

"Tapi aku tidak bisa pergi," ucap Rora dengan wajah sedihnya.

Hhhhhhh.

Bryan hanya menghela nafas saja yang pasti sangat kecewa jika kekasihnya tidak bisa ikut.

"Ya tapi aku kan coba minta izin pada mama dan siapa tahu saja mama bisa membujuk papa untuk memberikan izin," ucap Rora yang memberikan harapan kepada kekasihnya. Dia juga tidak ingin melihat kekasihnya sedih.

"Tapi jangan di paksakan. Jika memang kamu tidak di izinkan. Maka tidak apa-apa. Aku mengerti dengan peraturan orang tua kamu yang pasti menginginkan kamu fokus pada belajar karena kamu harus lulus kedokteran nanti," ucap Bryan.

"Iya kamu benar. Makasih ya sudah mengerti bagaimana aku," ucap Rora.

"Sama-sama sayang," sahut Bryan dengan tersenyum.

Bryan memang sebagai kekasih Rora tidak pernah menuntut banyak. Sebelum mereka jadian Rora juga sudah mengatakan semuanya kepada Bryan dan Bryan tetap menerima syaratnya. Jadi inilah resiko Bryan berpacaran dengan wanita yang mempunyai orang tua yang membuat aturan dengan ketat.

********

Karena sang kakak yang masih pacaran dengan Bryan. Zeva harus menjadi korban yang menunggu di sekolah. Zeva duduk di salah satu bangku yang berada di sekolahnya yang bersandar pada dinding sekolah dan Zeva yang membaca bukunya.

"Zeva!" tiba-tiba seorang pria menegurnya yang berseragam sekolah yang rapi.

"Kak Reval!" sahut Zeva.

"Kamu sedang apa! kenapa belum pulang. Bukannya kegiatan ekstrakurikuler berenang hari ini tidak ada?" tanya Reval heran melihat Zeva yang masih ada di sekolah. Walau sudah sore hari.

"Oh aku sedang menunggu kak Rora. Dia tadi pergi bersama temannya," jawab Zeva.

"Temannya atau pacarnya?" tanya Reval.

"Ya semacam itu lah," sahut Zeva dengan mengangkat ke-bahunya.

"Kakak sendiri ngapain di sini kenapa belum pulang juga?" tanya Zeva.

"Ya namanya juga ketua OSIS dan pasti ada saja yang dikerjakan di sekolah," jawab Reval.

Reval yang berpakaian sangat rapi dan memang sangat terlihat jika dirinya adalah ketua OSIS memiliki wajah tampan dan sangat positif yang mana Reval juga adalah satu kelas dengan Rora. Jadi jelas Reval tahu. Jika Rora pacaran dengan Bryan yang juga sama-sama menjadi teman satu kelasnya.

"Jika tidak keberatan, boleh duduk di sini?" tanya Reval.

"Hmmm silahkan," sahut Zeva yang tidak mempermasalahkannya dan Reval langsung duduk di samping Zeva.

"Sekolah kita akan diliburkan minggu depan karena ada kegiatan yang dilakukan guru guru di sekolah kita selama 4 hari berturut-turut. Jadi makanya aku dan yang lainnya sibuk untuk mengurus persiapannya," jelas Reval yang padahal tidak ada yang bertanya kepadanya.

"Oh begitu," sahut Zeva singkat yang memang tidak terlalu penasaran dengan kegiatan Zeva.

"Hmmmm Steffi juga memanfaatkan hari libur itu untuk membuat pesta perayaan hari ulang tahunnya di Bali. Ulang tahunya sudah berlalu 5 hari yang lalu tetapi perayaannya akan di adakan di Bali. Kamu ikut. Karena kamu pasti di undang?" tanya Reval.

"Ya aku sudah mendapatkan undangannya dari kak Steffi. Tapi aku tidak akan pergi. Karena harinya juga bertepatan dengan hari ulang tahun kak Rora. Jadi kami juga akan merayakan ulang tahun kak Rora bersama keluarga," ucap Zeva yang memang tidak perlu berpikiran dia harus menghadiri acara pesta tersebut atau tidak jika berpikiran pun dia sudah tahu dirinya tidak akan di izinkan pergi.

"Iya aku sering mendengar dari Rora jika salah satu diantara kalian berulang tahun kalian akan bersama bersama keluarga besar kalian. Sangat enak ya mempunyai keluarga yang masih utuh," ucap Reval.

"Ya selagi masih ada keluarga memang tidak ada salahnya waktu dihabiskan bersama keluarga," sahut Zeva dengan santai

"Kamu benar! Lebih indah jika segala sesuatu di rayakan bersama keluarga. Rasanya akan sangat berbeda," sahut Reval yang tersenyum pada Zeva.

Senyum Reval tampak begitu tulus dan seperti senang berinteraksi dengan adik dari teman satu kelasnya itu. Rata-rata teman Rora memang pasti berteman juga dengan Zeva. Walau Zeva orangnya tidak terlalu dekat dengan siapapun.

**********

Zeva yang berbaring di sofa yang membaca buku yang terlihat sangat fokus. Namun tidak jauh dari tempatnya terlihat Rora yang sedang duduk di samping sang mama yang bermanja dengan membujuk sang mama.

"Ini hanya sekali-kali mah. Dari Rora kelas 1 SMA sampai sekarang Rora sudah kelas 3. Tidak sekalipun Rora menghadiri acara ulang tahun teman Rora. Apa salahnya sekali ini saja Roro bisa menghadiri acara ulang tahun teman Rora," bujuk Rora.

"Rora itu hanya perayaan saja dan jika kamu tidak hadir. Ulang tahun itu juga akan berjalan dengan lancar. Jadi untuk apa kamu pergi jauh-jauh ke Bali hanya untuk melakukan hal seperti itu..Itu sangat tidak penting Rora," ucap Risya.

"Tapi sekali ini saja ma dan seperti apa yang Rora katakan kepada mama sebelumnya. Jika Rora tidak pernah hadir di acara ulang tahun teman Rora. Mah jika kata orang lain masa-masa SMA itu adalah masa yang terindah maka itu tidak ada pada Rora. Karena Rora sama sekali tidak merasakan semuanya bagaimana untuk merasakan semuanya. Jika Rora saja hanya terus belajar di rumah dan hanya pergi ke acara ulang tahun saja tidak bisa ikut," keluh Rora.

"Selama ini Rora selalu menjadi yang terbaik untuk mama dan papa. Prestasi Rora tidak pernah menurun dan selalu meningkat dan Rora juga mendapatkan banyak penghargaan dari sekolah dan masa iya satu kali saja mama dan papa tidak mengizinkan Rora untuk hadir di acara ulang tahun teman Rora tidak bisa," Rora mengeluhkan semuanya kepada sang mama.

Risya terdiam. Zaman dirinya dan juga anak perempuannya memang sangat berbeda. Jika dirinya dan suaminya dulu berpacaran dan bahkan dikatakan cukup bebas tapi tapi mereka masih tahu batasnya. Sangat berbeda dengan putrinya yang memang dilarang untuk berpacaran dan apalagi pergi-pergi tanpa pengawasan orang tua.

"Ayolah mah, mama bilang sama papa!" bujuk Rora menunjukkan wajah sedihnya.

"Lalu bagaimana dengan Zeva. Zeva ikut juga?" tanya Risya.

"Zeva tidak ikut mah," jawab Zeva singkat.

Sebagai anak introvert memang Zeva tidak tertarik untuk mengikuti kegiatan yang seperti itu.

"Kamu lihat Rora adik kamu saja tidak mau pergi," sahut Risya.

"Ini itu teman Rora dan bukan teman Zeva. Jika Zeva tidak pergi itu bukan masalah tapi ini Rora," tegas Rora.

Risya jadi pusing sendiri dan juga kasihan dengan anaknya. Apalagi setelah mendengar keluhan anaknya seperti mengalami tekanan dengan peraturan mereka yang mungkin terlalu ketat dan berlebihan.

Bersambung

...Jangan lupa like, koment, vote dan subscribe. Terus dukung karya aku ya....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!