NovelToon NovelToon

Hati Seindah Bunga

Masih dengan Rutinitas.

    Tiara indah dengan ramahnya melayani pembelinya yang sedari pagi tiada henti datang bergantian. Maklumlah, saat ini bulannya merayakan hari kasih sayang. Tiara tidak bekerja sendirian, ada seorang teman dan pemilik toko yang turut membantunya melayani pembeli.

    Seorang gadis berambut panjang sebahu, mengenakan pakaian ketat serba hitam dengan kelopak mata bengkak. Ia melangkah menghampiri Tiara yang sedang melayani pembeli.

"Ti, aku mahu curhat" ucapnya, memelas.

"Ti, kamu dengar nggak, sih?", lanjutnya kepada Tiara yang tidak sama sekali menoleh ke arahnya.

"Kamu tunggu di sana", responnya sambil menunjuk bangku panjang di samping pintu masuk.

"sebentar lagi aku istirahat", lanjutnya.

"ok".

    Gadis itu mengikuti arahan seseorang yang telah dianggapnya seperti seorang kakak. pertemanan mereka termasuk cepat. Mereka dipertemukan oleh satu peristiwa yang menorehkan luka tapi, tidak membuat sosok yang dianggapnya adik itu kapok untuk menjalani hubungan baru.

                                          ...

"Lama banget, sih?", ngambeknya.

"maaf..maaf.. Kamu tahu sendiri, besok valentine. Oh, ya, mana Andi?".

"nggak usah nyebut nyebut namanya!. dia sudah ku lempar ke mulut harimau!".

"ih.. Ngeri!. Cepat berdiri. kali ini aku yang traktir ", hibur Tiara.

"asyik, nih. tapi, tumben?".

"Sarah.."

"iya iya", jawab Sarah sambil menggandeng lengan Tiara tapi, Tiara menepisnya.

    Sepanjang kaki melangkah, sepasang telinga milik Tiara diperdengarkan senandung curhatan Sarah. Entah sudah berapa kali moment seperti ini berulang. Namun, Tiara indah tidak akan pernah bosan menjadi pendengar setia bagi Sarah, sahabat sekaligus adik baginya.

...****************...

    Tok..tok...tok.... Entah sudah berapa kali pintu kamar itu diketuk. Rangga enggan untuk meninggalkan kasur kesayangannya. Meski, ia telah menempatinya sejak jam 10 malam tadi. akibat kelelahan yang diterimanya setelah tour teater keliling Nusantara selama setengah tahun ini.

"Rangga?!, mahu sampai kapan kamu tidur?!", Tanya seorang wanita berusia setengah abad dari balik pintu kamarnya.

"ma, aku masih ngantuk!.".

"cepat bangun, temani mama ke swalayan".

"ajak Tiara saja, ma"

"ngaco, kamu. Anak mama kan, kamu. Mama beri kamu waktu 15 menit. mama tunggu di teras".

    Rangga mengacak-acak rambutnya yang mulai gondrong. Rangga memang sengaja memanjangkan rambutnya dikarenakan tuntutan peran yang ia mainkan. Sebenarnya Rangga lagi malas keluar rumah. tenaganya terlalu banyak terkuras dan selama tour ia dan rekan-rekannya kekurangan jam untuk memanjakan diri. Jadinya, Rangga ingin menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan.

"ayo, ma", ajak Rangga sambil mengunci pintu rumah.

"tunggu, mama mahu pesan taksi online dahulu".

"kita kan, bisa naik motorku".

"Motormu sudah berbulan-bulan tidak dipanaskan, mama khawatir mogok di tengah jalan".

"kenapa tidak meminta bantuan tetangga, sih?".

"masa mama harus ngerepotin tetangga terus?!. Kamu yang seharusnya mencari pekerjaan yang sudah pasti-pasti bukannya tour sana tour sini tapi, tidak ada hasilnya. Bagus kalau kamu bisa berjalan di karpet merah atau mendapatkan piala oscar".

"kenapa mama membicarakan pekerjaanku?, kalau mama tidak suka, itu hak mama. Aku menyukai dan senang dengan pekerjaanku. Mama ingat baik-baik janjiku ini, aku berjanji akan membawa piala oscar suatu hari nanti ".

    Nada dering ponsel pintar mamanya berdering. Muncul di layarnya nomor telepon supir taksi online. Rangga mengubah sikapnya dan mempersilakan ibunya masuk ke dalam mobil terlebih dahulu.

    Suasana di dalam taksi begitu hening. Rangga tidak ingin membuka suara. Karena, ia khawatir akan tersulut emosi.

...****************...

Bersambung

Masih dengan Rutinitas 2

    Sarah belum berhenti curhat meski, nasi campur dan es tehnya sudah habis. Tiara berulang kali melirik arloji di pergelangan tangan kirinya. Waktu di arlojinya menunjuk jam setengah dua.

"pasti jam istirahatmu sudah habis?", tanya Sarah, peka.

"maaf, ya".

"nggak apa-apa pergilah. Aku mahu mampir ke swalayan dahulu, beli cokelat "

"hah?!. Untuk apa cokelat?", tanya Tiara, keheranan

"untuk aku makanlah masa untuk tu orang", jawab Sarah sambil menopang dagu membayangkan wajah Andi, mantannya.

"Andi?!", panggilnya berbohong ke arah pintu masuk rumah makan membuat Sarah menoleh ke arah yang ditunjuk Tiara.

"bibirmu mengatakan putus tapi, hatimu penuh harap".

"jangan sok tahu. Lihat ya, tidak sampai sepekan aku akan menemukan pria yang lebih tampan dari Andi. Kalau dia menolakku, kamu ambil saja. Hahahaha".Nazarnya.

"Astaga!. Kamu pikir aku tempat pembuangan mantan?!. Lebih baik aku balik ke toko, omonganmu udah mulai ngelantur ".

    Tiara bangkit dari tempat duduknya, mengambil tas kain berwarna krem yang digantungkannya di bahu kanannya dan pergi.

"sampai jumpa kakakku!", Sarah melambaikan tangan meski hanya terlihat punggung Tiara yang semakin menjauh.

...****************...

    Rangga mendorong troli belanjaan ibunya tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"Kamu masih marah sama mama?".

"nggak mungkin. Aku hanya lagi malas ngomong".

"hahaha.. Seperti anak gadis yang lagi PMS saja. Oh, ya, apa kamu tidak punya perasaan kepada Tiara?. Menurut mama, dia anaknya baik dan cantik ".

"Mama mulai ngaco lagi", Rangga mendorong cepat trolinya menghindari ibunya.

"Au!. bisa ngelihat nggak, sih?!", marah Sarah yang tidak sengaja tertabrak troli milik Rangga.

"maaf..maaf.. Nona, saya tidak sengaja. Apa ada yang sakit?", Rangga, cemas.

    Sarah tiba-tiba terdiam, menatap wajah Rangga yang berhasil memanah hatinya.

"nona?..nona?..", Lanjutnya.

"ada apa, nak?", ibu Rangga menyadarkan Sarah dari lamunannya.

"tidak ada apa-apa, ma. ups, masuk saya tante"

    Sarahpun lari secepat mungkin dengan perasaan malu bercampur bahagia. Di benaknya kini hanya terpikirkan harus menemui Tiara dan memberitahukannya kalau dirinya sudah menemukan pengganti Andi.

...****************...

"kenapa balik lagi?, mana cokelatnya?", Tanya Tiara kepada Sarah yang berdiri di depannya.

"saat ini, cokelat itu nggak penting. Kamu tahu siapa yang aku temui di swalayan tadi?".

Tiara menggelengkan kepalanya sambil terus merangkai bunga mawar di keranjang berbentuk belah telur.

"JO..DOH..KU!", ejanya, setangkai mawarpun jatuh dari tangan Tiara.

"secepat ini?. Kok bisa?".

"biasa kali, reaksinya. Beginilah resiko perempuan cantik plus seksi, mudah mendapatkan pasangan. Karena, laki-laki udah pada ngantre", pedenya sambil mengibas-ngibaskan rambut panjangnya.

"hati-hati jangan sampai keluar dari mulut buaya masuk ke mulut singa", Tiara menasihati.

"harimau!", koreksi Sarah.

"Tiara coba kemari !", panggil bosnya yang tidak lain pamannya sendiri.

"ya, sudah aku pulang dahulu, bye!"

"e.. Tunggu. Siapa namanya ?".

"mana ku tahu. Kami belum berkenalan"

"hah?!".

    Tiara tidak habis pikir dengan Sarah. Semudah itu dia jatuh cinta dibanding dirinya yang semenjak lulus SMA hanya mengenal satu orang laki-laki saja dan itupun, tidak pernah menggetarkan hatinya. Apakah ada yang salah dengan jiwa kewanitaannya?. Pikirannya mulai kemana-mana hingga kepalanya menggeleng tanpa disadarinya.

"Tiara, bos memanggilmu".

"iya, bos!"

"Kamu tahu kan, nenekmu sedang dirawat di rumah sakit?, paman mahu menjenguknya. Jadi, toko ini paman titipkan kepadamu. Jangan pulang dahulu sebelum paman kembali"

"tenang saja, toko bunga kesayangan paman ini aman bersamaku",Tiara membanggakan dirinya.

...****************...

Bersambung...

Kejutan.

Pkl: 20.00

    Akhirnya Jam kerjapun selesai. Tiara yang diamanahkan memegang kunci toko tiap harinya, selalu datang pertama kali dan pulang terakhir kali. Namun, Tiara tidak pernah protes ataupun mengeluh. Malah dirinya merasa dipercaya oleh orang lain sama saja melatih kejujuran diri.

    Malam ini jalanan masih ramai dan lampu jalan menyala semuanya. Namun, Tiara merasa ngeri seakan-akan ada yang membuntutinya. Tiara menundukkan wajahnya mencoba memeriksa apakah ada bayangan seseorang di dekatnya dan, ternyata benar. Tiarapun mempercepat laju jalannya hingga telapak tangan menyentuh bahunya.

"au!. Sakit... sakit.... Ti, lepaskan ini aku, Rangga", Rangga merintih kesakitan akibat pergelangan tangannya dipelintir Tiara.

"jadi perempuan kejam banget".

"Kamunya yang nggak ngomong. Ku pikir rampok. Maaf, ya".

"au!. Nggak usah disentuh. Aku padahal mahu mengajakmu makan malam bareng tapi, aku sudah cedera begini, mana bisa megang sendok ".

"jangan berlebihan. percuma aku tidak bisa menerima ajakkanmu. Aku belum minta izin ke bapak", nolaknya.

"aku sudah tahu jawabanmu, makanya aku sebelum ke toko, aku ke rumahmu untuk minta izin dan paman memberikannya. Ha..ha..ha... Kamu tidak bisa menolakku", godanya mengarahkan jari telunjuknya ke wajah Tiara.

"kalau begitu ayo", ajak Tiara, melangkah meninggalkan Rangga di tempatnya.

"Kamu mahu kemana?!".

"aku sudah lapar, ayo makan. Jangan lupa janjimu".

"baik, nyonya ".

...****************...

"Tiara sedang apa, ya?", pikir Sarah sambil mencicipi Snack kripiknya di depan televisi.

    Diambilnya ponsel pintar miliknya yang diletakkan di samping.

📱 "hallo, Ti"

📱"hallo Sar, kenapa?"

📱"mahu nggak kamu kemari, cuma sampai papaku pulang?"

"matikan ponselmu selama bersamaku", keluh, Rangga dengan makanan penuh di mulutnya yang dibalas mulut manyun oleh Tiara.

    Sarah terkejut di dalam hatinya. Tidak pernah ia mendengar Tiara menyebut-nyebut nama lelaki tapi, barusan suara siapa?.

📱"hallo"

📱 "iya, Sar, Maaf aku sedang di luar rumah".

📱"ok, maaf sudah mengganggu".

"cepat makan, aku harus membawamu pulang sebelum jam 10. Kalau tidak, aku bisa dimarahi oleh paman ".

"pangkas rambutmu, aku tidak suka", kata Tiara usai mematikan ponselnya.

"aku belum bisa memangkasnya. Cerita yang ku perankan masih ada babak keduanya".

    Rangga merogoh kantong celananya, mengambil ponsel pintarnya dan langsung bersua foto bersama Tiara yang dalam posisi meneguk air mineral.

"apa yang kau lakukan?!", hampir saja Tiara tersedak.

"aku ingin mempostingnya di media sosialku".

"tenang saja, aku akan menutup wajahmu dengan imotikon agar penggemarku tidak akan menjambakmu", lanjutnya menutup bibir Tiara yang hendak memprotes.

"baguslah kalau kamu faham. Ayo antar aku pulang, aku sudah kenyang. Oh, ya, jangan lupa kirim ke ponselku".

"beres nyonya".

...****************...

"kebetulan kamu belum tidur. papa mahu memperkenalkan calon ibu barumu".

"papa kalau memang serius mahu nikah lagi, aku pasti restui. Tapi, jangan begini dong caranya. Jangan hampir tiap pekan ganti calon. Tante, maaf, ya. Tante lihat aku, usiaku sudah 22 tahun mahasiswi semester 4 jurusan bisnis. Aku masuk jurusan bisnis karena, aku anak satu-satunya yang akan meneruskan bisnis beliau. Itu berarti usia beliau sudah senior. Kalau Tante hanya mengincar harta kami, lebih baik pergi saja. Tante masih muda, masih bisa mendapatkan yang lebih muda dari papaku".

"Sarah jangan lancang kamu!", bentak ayahnya.

"sayang, nggak apa-apa dia belum mengenalku", Sarah mendengarnya kesal.

"lebih baik, kamu masuk tidur. papa mahu mengantarnya pulang. Besok kita bahas lagi".

"tidak ada yang harus dibahas. Pokoknya, kalau kalian serius, aku pasti restui. Aku tidak suka melihat orang-orang diusia kalian hanya menjadikan sebuah hubungan sebagai alat permainan. Aku ngantuk, aku ke kamar dahulu".

"terima kasih, nak. Kami bisa membuktikannya".

Sarah melambaikan tangan sambil melangkah menaiki anak tangga menuju kamar tidurnya.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!