Di sebuah rumah mewah tengah di gelar pernikahan dari keluarga terpandang yaitu keluarga Dirgantara. Tidak banyak tamu yang datang karena mereka hanya mengundang kerabat dan beberapa rekan kerja saja. Hal itu di lakukan karena pernikahan tersebut terjadi begitu mendadak.
Bukan karena mempelai wanita yang hamil di luar nikah. Tapi justru keluarga Dirgantara mencegah agar hal itu tidak terjadi karena mereka memergoki putra mereka tengah berada di dalam kamar dengan seorang wanita.
"Sekarang kalian sudah sah menjadi suami istri. Silahkan pasangkan cincin di jari manis pasangan masing-masing baru kemudian kalian boleh berciuman."
Ragu-ragu si wanita memasangkan cincin di jari manis pria. Berbeda dengan si pria yang langsung memasangkan cincin tersebut tanpa keraguan. Baru setelahnya ia mendekatkan wajahnya hendak mencium wanita yang sekarang sudah sah menjadi istrinya. Namun si wanita justru menahan dada pria itu.
"Jangan mempermalukan keluargaku," seru si pria dengan ekspresi dingin
Si wanita menelan ludahnya kasar. Dia memejamkan matanya kala bibir mereka menyatu.
"Akhirnya Kevin menikah juga," seru Celine senang
"Iya sayang. Dan tentu saja sebentar lagi kita akan mempunyai cucu." Nicholas terkekeh membayangkannya. Kevin adalah putra pertama mereka. Namun karena pengkhianatan dari mantan kekasihnya membuat Kevin enggan menjalin hubungan dengan wanita lain. Itu sebabnya saat mereka memergoki Kevin didalam kamar dengan Flora, mereka langsung menikahkan mereka.
"Aku tidak menyangka hal ini akan terjadi pada cucuku," keluh Andara.
Hendra menatap bingung istrinya yang kemudian kembali berkata, "dulu aku menikahkan Nicholas dengan Celine di rumah ini dengan pesta seadanya dan sekarang, kita menyaksikan pernikahan cucu kita dengan cara yang sama." Andara menghela nafas panjang dan menggeleng pelan yang membuat Hendra terkekeh.
Sementara kedua mempelai masih menikmati ciuman mereka. Sampai Flora memukul dada Kevin karena ia hampir kehabisan nafas.
"Kau mau membunuhku, ya?" sungut Flora. Namun Kevin hanya diam menatap Flora yang tengah mengatur nafas. Dia mengalihkan tatapannya pada tamu undangan yang mulai menghampiri mereka untuk mengucapkan selamat.
...****************...
"Kenapa kalian tidak tinggal di sini saja? Ini juga rumahmu, Vin," seru Andara. Acara pernikahan sudah selesai dan kini mereka tengah berkumpul di ruang keluarga.
"Maaf Nek. Tapi kami ingin hidup mandiri di rumah kami sendiri. Lagipula jika kami terus berada di sini, kami tidak akan bebas melakukannya." ucapan Kevin membuat mata Flora melotot sempurna. Apa maksudnya tidak bebas melakukannya? Melakukan apa? Begitu pemikirannya.
"Dasar kau ini. Jika hanya karena itu, kau bisa menghidupkan kedap suara di kamarmu. Baru kalian bisa berteriak sesuka kalian," timpal Nicholas
Kevin hanya tersenyum tipis dan menggoda ayahnya. "Apa Daddy tahu? Di dapur lebih menyenangkan." Kevin menarik tangan Flora dan berpamitan pada seluruh keluarganya tanpa memperdulikan teriakan ayahnya.
"Dasar menyebalkan. Darimana dia tahu jika di dapur lebih menyenangkan? Memangnya mereka pernah melakukannya?" gerutu Nicholas. Dia melirik Celine yang berada di sampingnya dan memanggilnya mesra, "sayang,"
"Ingat umur dad!!" Celine melengos pergi begitu saja tanpa memperdulikan Nicholas yang terus memanggilnya. Sementara Andara dan Hendra hanya bisa menggeleng pelan.
Di perjalanan, Flora terlihat sangat gugup. Sesekali ia melirik pria yang saat ini sudah sah menjadi suaminya.
"Ini malam pertama kami. Apa dia akan melakukannya? Tapi kan kami tidak saling mencintai. Dan pernikahan ini juga terjadi karena kesalahpahaman. Jadi, dia tidak akan memaksaku untuk melakukannya, bukan?" Flora terus bergelut dengan pemikirannya. Sampai-sampai ia tidak sadar jika mobil yang ia tumpangi sudah terparkir sempurna di depan rumah mewah yang menjadi saksi awal mula ia bernasib seperti sekarang.
"Turun!!" titah Kevin yang menyadarkan Flora dari lamunannya. Pria itu berjalan terlebih dahulu diikuti oleh Flora yang mengekor di belakangnya.
"Di mana kamarku?" tanya Flora
"Di tempat pertama kali kau membuka mata," jawab Kevin
Flora melebarkan kedua matanya sempurna. Ia menyusul Kevin dan berdiri tepat di depan pria itu. "Apa maksudmu? Itu kan kamarmu," seru Flora
"Lalu?" Kevin melewati Flora begitu saja tanpa memperdulikan wanita itu yang terus mengoceh disampingnya.
"Hei ... Kenapa aku harus tidur di kamarmu? Kau tidak mungkin menganggap pernikahan ini serius, kan? Kita memang sudah menikah tapi ini cuma salah paham. Jadi ... " ucapan Flora terhenti saat Kevin menatap tajam dirinya.
"Jadi kau hanya menganggap ini permainan?"
"Bu-bukan begitu. Ki-kita kan sudah sepakat untuk mengakhiri pernikahan ini setelah satu tahun. Jadi ... "
Kevin masih terdiam. Ya, memang Sebelum pernikahan ini terjadi, mereka sepakat untuk menandatangani kontrak pernikahan yang mana pernikahan itu akan berakhir setelah satu tahun.
Tapi pernikahan yang mereka lakukan ini adalah sah di mata Tuhan. Tentu saja ia menganggap pernikahan ini serius walaupun semua berawal dari kesalahpahaman.
"Sepertinya kau harus membaca ulang surat kontrak yang kau tanda tangani." Kevin membuka pintu kamar yang berada di belakang Flora dan masuk begitu saja.
"Membaca ulang surat kontrak?" gumam Flora bingung. "Apa jangan-jangan aku melewatkan sesuatu?" Flora menyusul Kevin masuk ke kamar. Dia mencari surat kontrak yang ia tanda tangani dan membacanya dengan seksama.
"APA?" pekik Flora
"Ti-tidak mungkin. Kenapa jadi begini?" Flora menjatuhkan dirinya di tepi tempat tidur dan membaca surat kontrak tersebut berulang kali.
"Tidak mungkin. Ini tidak benar, kan?" gumamnya tidak percaya
"Apanya yang tidak mungkin?" tanya Kevin yang keluar dari kamar mandi.
Flora menyodorkan surat yang ada di tangannya dan bertanya, "Apa maksudnya ini? Kenapa kita harus terlihat mesra di depan umum? Dan ... Surat kontrak ini batal jika kita melakukan hubungan intim? Yang benar saja." protes Flora
Kevin berdecak dan memakai kaos tipis miliknya. "Makanya, di baca dulu dengan teliti sebelum menandatanganinya," gerutu Kevin
"Aku tidak membacanya karena saat itu kau sudah menjelaskan semuanya padaku. Makanya ... "
"Jadi kau menyalahkan ku?" sela Kevin yang membuat Flora terdiam.
"Dengar ya nyonya Dirgantara. Aku memang mengatakan jika kita akan menjalani pernikahan ini selama setahun. Setelah itu, kita akan bercerai. Tapi kita tidak tahu apa yang akan terjadi selama setahun nanti. Dan jika kita kehilangan kendali dan melakukan hubungan intim, kita tidak akan bercerai karena aku tidak mau anak-anak kita mempunyai keluarga yang tidak utuh," terang Kevin sambil memalingkan wajahnya.
"Cih ... Alasan macam apa itu? Semua tidak akan terjadi jika tidak ada kontak fisik antara kita dan kita tidur terpisah," sungut Flora
Kevin melirik sinis. Dari awal ia sudah menjelaskan jika dia tidak ingin orang-orang menganggapnya tidak bahagia dengan pernikahannya. Bagaimanapun juga ia berasal dari keluarga terpandang. Mau di taruh di mana mukanya jika mereka tahu soal pernikahannya yang hanya sementara ini. Apalagi semua terjadi karena kesalahpahaman.
"Andai saja aku tidak menolongmu waktu itu, mungkin kita tidak akan berakhir seperti ini." Flora mendengus kesal dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri tanpa memperdulikan Kevin yang berteriak tidak terima.
"Hei wanita gila!! Apa kau pikir aku mau di posisi sekarang? Jika tahu begini aku juga tidak mau menolongmu dari berandalan itu," teriak Kevin kesal
Semua orang sangat mendambakan sebuah pernikahan. Acara sakral yang menyatukan dua insan untuk membina rumah tangga yang bahagia. Tapi sayang, hal itu tidak di rasakan oleh Kevin maupun Flora.
Mereka, dua orang yang tidak saling mengenal tapi justru dipersatukan dalam ikatan pernikahan karena sebuah kesalahpahaman.
"Apa aku harus tidur satu ranjang dengannya?" batin Flora. Dia tidak mungkin meminta Kevin untuk pindah ke sofa karena bagaimanapun ini adalah kamarnya. Apalagi Kevin sudah terlelap dalam tidurnya. Jadi, apa dia yang harus tidur di sofa?
"Tidak!! Aku tidak mau mengalah." batinnya lagi. Dia juga berhak atas ranjang itu. Jadi dia tidak akan tidur di sofa.
Flora melihat kesana kemari dan menemukan piring berisi buah beserta pisau di atas meja. Ia mengambil pisau tersebut dan membaringkan tubuhnya di samping Kevin.
"Awas saja jika kau berani macam-macam. Akan aku bunuh kau," geram Flora dalam hati. Ia memejamkan matanya dengan pisau di tangannya. Dan dalam hitungan detik, ia sudah terlelap dalam tidurnya.
...****************...
Dinginnya malam kini berganti dengan hangatnya sinar matahari. Semilir angin berhembus menggoyangkan dahan dimana burung-burung hinggap dan saling berkicau untuk menyambut pagi yang sunyi.
Flora mengerjapkan matanya kala merasa silau saat sinar matahari masuk melalui celah jendela. Tapi bukannya bangun, ia justru menggeliat dan membelakangi jendela tersebut. Bahkan ia menarik selimut tebalnya dan memeluk guling besar di sampingnya.
Tunggu dulu!! Guling besar? Seingatnya dia tidak mempunyai guling. Tapi kenapa sekarang ada guling di kamarnya?
"Siapa yang menaruh guling di sini?" gumam Flora dengan mata terpejam. Dia meraba-raba guling yang ia peluk. Terasa sangat keras tapi berbau maskulin.
Dia tersenyum simpul sambil terus meraba-raba turun kebawah dan sampai di bagian terlarang yang membuat si empunya sekuat tenaga menahan hasratnya.
"Apa ini? Kenapa ada sosis sebesar ini di sini?" gumam Flora lagi. Dia menekan-nekan benda tersebut yang membuat Kevin menahan nafasnya sejenak.
"Jika kau sangat ingin tahu, buka matamu dan lihat apa yang kau pegang."
Deg
Seketika jantung Flora berdetak kencang. Suara itu, suara menyebalkan yang akhir-akhir ini membuatnya kesal.
Flora membuka matanya perlahan dan melotot sempurna saat melihat Kevin berada di sampingnya. Tapi yang lebih membuatnya terkejut adalah saat ia melihat di mana tangannya saat ini berada.
"Apa kau begitu menikmatinya sampai-sampai kau tidak menyingkirkan tanganmu dari bawah sana?" tanya Kevin kesal
Flora menelan ludahnya kasar. Dia menatap tangannya dan berteriak kencang. "Kyaaaa .... "
...****************...
Flora membantu Kevin untuk bersiap ke kantor. Dia terus menunduk karena malu dengan apa yang sudah ia lakukan. Padahal ia sudah menyiapkan senjata untuk berjaga-jaga jika Kevin macam-macam padanya saat ia tidur. Tapi ternyata justru dia yang melanggarnya. Bahkan dia sempat lupa jika ia sudah menikah dan berada di kamar Kevin saat itu.
"Pakaikan dasiku!!" perintah Kevin
Flora hanya bisa menurut. Dia naik di kursi meja rias dan memakaikan dasi di kerah kemeja Kevin. Ya, walaupun mereka menikah karena kesalahpahaman dan tanpa cinta, namun Flora tetap melakukan kewajibannya sebagai seorang istri karena Kevin juga melakukan hal yang sama yaitu dengan memberinya nafkah. Dan semua itu tertulis di surat kontrak pernikahan mereka. Bahkan jumlah nominal yang Kevin berikan padanya tertulis jelas di sana. Untuk itu, sebagai balasannya, Flora akan melakukan kewajibannya sebagai istri. Tentu saja selain melayani di atas tempat tidur.
"Kenapa dari tadi kau terus menunduk, hm?" tanya Kevin
"Ti-tidak apa-apa." Flora menggigit bibir bawahnya saat teringat benda berurat yang ia pegang tadi pagi. Sangat besar dan keras.
Blush
Membayangkannya saja sudah membuat Flora tersipu. Dia segera menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran kotornya.
"Kau juga bersiaplah. Hari ini aku akan mengajakmu ke perusahaan," seru Kevin
"Ti-tidak perlu. A-aku di rumah saja ya," tolak Flora
"Jangan salah sangka. Aku juga tidak mau mengajakmu. Tapi mommy ingin aku memperkenalkan mu pada seluruh karyawan ku. Jadi, jangan membuatku repot. Cepat bersiap dan kita akan segera berangkat."
Flora hanya menghela nafas panjang dan mulai bersiap. Dia tidak ingin membuat dirinya dalam masalah. Jadi lebih baik ia menuruti apa yang Kevin ucapkan.
Bukan karena takut, tapi dia baru tahu jika Kevin adalah putra pertama dari Nicholas Arian Dirgantara, pria yang di kenal kejam pada masanya. Dan Kevin mewarisi kekejaman ayahnya. Setidaknya itu yang ia dengar dari orang-orang.
Tapi sepertinya semua itu hanya rumor saja karena selama mereka bersama, ia merasa jika Kevin adalah pria yang sangat menyebalkan.
Setelah selesai bersiap, mereka berangkat ke perusahaan milik keluarga Dirgantara. Tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun selama di perjalanan. Kevin tengah sibuk dengan laptopnya sementara Flora hanya melihat keluar jendela mobil. Sesekali ia memainkan ponselnya untuk menghilangkan rasa canggungnya berada di dalam satu mobil bersama orang besar seperti Kevin.
Sampai mobil mereka terparkir sempurna di depan gedung pencakar langit dengan logo NA Company. Satpam yang berjaga langsung membuka pintu untuk Kevin dan Flora. Dan mereka berjalan beriringan masuk ke perusahaan.
"Tegakkan kepalamu!!" titah Kevin
"A-apa?" tanya Flora terbata.
Kevin menghentikan langkahnya dan menatap Flora. "Ingat statusmu. Kau adalah istriku yang artinya kau adalah nyonya muda Dirgantara," seru Kevin dengan wajah dinginnya.
"Lalu aku harus bagaimana?" gerutu Flora. Dia terlahir dari keluarga yang tidak mampu. Ia hidup di desa bersama dengan paman dan bibinya karena kedua orang tuanya sudah meninggal. Untuk itu ia memutuskan merantau ke kota untuk mencari pekerjaan dan tinggal di rumah kontrakan.
Tapi semua berubah setelah ia menolong Kevin yang saat itu pingsan karena mabuk. Kini ia menikah dengan pria itu dan menyandang sebagai nyonya muda keluarga kaya. Jadi ia harus menyesuaikan diri dengan status barunya.
Dia merasa seperti Cinderella. Hanya saja, dia tidak mencintai tokoh pangeran seperti yang ada di dalam cerita.
"Kau harus memeluk lenganku seperti ini agar orang lain melihat jika kita bahagia dengan pernikahan kita. Dan tegakkan kepalamu saat berjalan. Kau istriku jadi kau tidak perlu menunduk pada mereka. Apa kau mengerti?" tanya Kevin yang di jawab anggukan oleh Flora. Mereka kembali melangkah dan mengabaikan sapaan karyawan yang berpapasan dengan mereka.
Sampai keduanya masuk ke dalam lift, Flora buru-buru melepaskan pelukannya. "Ha-hanya ada kita berdua di sini," seru Flora.
Kevin tidak perduli. Dia hanya melirik sekilas dan terdiam dengan wajah dinginnya.
"Aura nya sangat berbeda sekali. Saat di rumah, dia terlihat sangat menyebalkan tapi disini dia sangat mengerikan." Flora bergidik dalam hati.
Kini mereka berada di ruangan kerja Kevin. Flora terus berdecak kagum melihat desain interior di ruangan milik pria itu, benar-benar sangat mewah.
Sebenarnya ini pertama kalinya ia masuk ke perusahaan besar. Dia sangat ingin berkeliling, tapi atmosfer saat bersama Kevin benar-benar membuatnya merinding dan tidak berani melakukan apapun.
Seperti sekarang, Kevin tengah memarahi karyawan nya karena kesalahan dalam mengerjakan laporan keuangan perusahaan. Kevin terlihat sangat menyeramkan, bahkan suaranya terdengar menggelegar. Sangat berbeda jauh saat pria itu berada di rumah. Tapi dia akui, Kevin terlihat sangat tampan dan berwibawa saat bekerja.
"Aku tidak mau tahu. Segera perbaiki laporan ini hari ini juga." titah Kevin
"Ba-baiklah tuan."
Kevin mengibaskan tangannya, meminta karyawan nya untuk keluar. Dia menghela nafas panjang dan menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya.
"Setelah ini aku ada rapat bulanan. Nanti kau harus ikut karena aku akan memperkenalkan mu pada semua dewan direksi di perusahaan ini," seru Kevin tanpa menatap Flora.
"Ta-tapi, apa itu tidak berlebihan? Bukankah lebih baik pernikahan ini di rahasiakan agar nanti saat kita berpisah, kau tidak terlalu ... "
"Di sini bukan kau yang memutuskan." sela Kevin.
"Tapi jika kau tetap tidak ingin melakukannya, kau bisa berkata pada mommy," lanjut Kevin
Flora berdecak kesal. Kevin selalu mengatakan jika itu keinginan ibunya. Tentu saja dia tidak berani membantahnya. Saat pertama kali ia bertemu dengan Celine saja, dia sudah di perlakukan dengan baik tanpa memperdulikan status sosialnya.
Namun, hal itu juga yang membuatnya takut jika suatu hari nanti Celine mengetahui jika mereka mempermainkan pernikahan mereka dengan membuat surat perjanjian pranikah. Dia yakin, wanita itu pasti akan sangat kecewa.
Tapi mau bagaimana lagi. Semua berawal karena kesalahpahaman. Dia tidak sengaja berada di kamar Kevin.
Saat itu, dia hampir saja dilecehkan oleh berandalan dan beruntungnya Kevin datang menyelamatkan nya. Pria itu membawanya ke rumah. Namun sialnya, Celine dan Nicholas datang di saat yang tidak tepat dan menuduh mereka melakukan hal yang tidak-tidak. Itu sebabnya mereka di paksa untuk menikah.
Hah ... Jika di ingat-ingat rasanya Ia menyesal telah menolong Kevin saat mabuk. Andai ia tidak membawa pria itu pulang, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Dia tidak akan di ganggu berandalan dan mereka tidak perlu menikah.
"Sudah waktunya." Kevin beranjak dari kursi kebesarannya dan mengulurkan tangannya tanpa menoleh sedikitpun. "Ayo!!" ajaknya
Flora menghela nafas panjang dan menerima uluran tangan Kevin. Kini ia harus berakting di depan semua dewan direksi yang hadir dalam rapat nantinya.
Kevin berjalan dengan wajah dingin favoritnya sementara Flora berusaha untuk tersenyum saat berpapasan dengan karyawan suaminya.
Mereka memasuki ruang rapat dan di sambut oleh orang-orang yang sudah berkumpul di sana.
"Selamat pagi tuan," sapa mereka serempak
Kevin hanya mengangguk pelan dan duduk di kursinya. Begitu juga dengan floral, dia duduk di samping Kevin diikuti para dewan direksi yang juga duduk di kursinya masing-masing.
"Sebelum rapat ini di mulai, aku ingin memperkenalkan seseorang pada kalian." Kevin menatap Flora dan menggenggam tangannya. "Dia adalah Flora Arzeta Dirgantara, istriku."
Deg
Semua orang terkejut mendengarnya. Selama ini Kevin tidak pernah terlihat bersama dengan wanita manapun setelah putus dengan kekasihnya. Tapi sekarang tiba-tiba Kevin memberi pengumuman yang begitu mengejutkan.
"Aku tahu kalian pasti terkejut. Tapi kami baru saja melangsungkan pernikahan secara tertutup dan hanya mengundang kerabat saja. Untuk alasan kenapa kami menikah secara mendadak karena aku tidak ingin kehilangan dirinya." Kevin tersenyum tipis dan mencium tangan Flora.
Semua orang ikut senang mendengar kabar tersebut. Apalagi Presdir mereka terlihat sangat mencintai istrinya. Namun berbeda dengan Flora, dia justru merasa risih atas perlakuan Kevin.
"Na-namaku Flora. Senang berkenalan dengan kalian," sapa Flora
"Wah, anda cantik sekali nona. Pantas saja Tuan Kevin sangat mencintai anda," seru salah satu dewan direksi
Flora hanya tersenyum. Dalam hati, ia terus menggerutu karena semua yang mereka lihat itu tidak nyata. Mereka hanya sedang berakting saja agar orang lain mengira jika mereka saling mencintai dan bahagia dengan pernikahan mereka.
Hah ... Sebenarnya ia merasa aneh saat Kevin menulis poin itu dalam surat kontrak pernikahan mereka. Jika memang pernikahan ini hanya berjalan selama satu tahun, kenapa mereka harus terlihat mesra di depan umam? Bukankah hal itu akan mempersulit mereka bercerai nantinya?
Tapi Kevin selalu beralasan jika dia tidak ingin terlihat menyedihkan dimata orang-orang. Cih ... Alasan yang tidak masuk akal.
"Kita mulai rapatnya," titah Kevin. Mereka terlihat serius saat membahas masalah perusahaan dan hal itu membuat Flora merasa bosan. Dia tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Dan hal itu membuat kepalanya pusing saat mendengarnya.
"Astaga ... Apa yang mereka bicarakan?" gerutu Flora dalam hati. Dia tidak tahan lagi dan mendekatkan wajahnya di telinga Kevin. "Bo-boleh aku keluar saja? Aku bosan," bisiknya
Kevin hanya mengangguk pelan. Dia mendekatkan bibirnya di telinga Flora dan berpesan untuk tidak pergi jauh-jauh.
Flora mengangguk paham. Dia pamit pada semua orang dan keluar dari ruang rapat tersebut. "Ah ... akhirnya aku bisa keluar juga." Flora merentangkan kedua tangannya lega. "Sekarang, aku harus apa ya?" Flora tampak berfikir. Mungkin dengan berkeliling bisa membuatnya senang. Ide yang bagus.
Dia menghampiri karyawan Kevin yang terlihat senggang dan meminta tolong untuk menemaninya berkeliling.
Sementara itu, Kevin terlihat sangat gelisah. Dia berulang kali mengecek ponselnya tapi tidak ada pesan masuk dari Flora. Padahal ia sudah mengirim pesan pada wanita itu untuk kembali ke ruang rapat karena setelah ini mereka harus menemui klien di restoran. Tapi, sudah satu jam berlalu dan Flora belum juga membalas pesannya.
"Rapat cukup sampai di sini. Kita teruskan besok." Kevin meninggalkan ruang rapat diikuti asistennya yang bernama Alan.
"Cari tahu di mana Flora berada!!" perintahnya
"Baik Tuan." Alan mengotak-atik laptopnya dan mencari Flora melalui cctv yang terpasang di setiap sudut perusahaan tersebut.
"Nona sedang berada di pantry tuan tapi ... ,"
"Ck ... Dasar wanita itu." Kevin bergegas menyusul Flora tanpa mendengar penjelasan Alan lebih lanjut.
Kevin berjalan tergesa-gesa sampai-sampai mengabaikan setiap orang yang berpapasan dengannya. Mereka merasa heran karena tidak biasa' Presdir mereka datang ke pantry. Biasanya, Kevin akan menyuruh OB ataupun sekertaris nya untuk membuat minum. Tapi sekarang, pria itu terlihat terburu-buru menuju pantry.
BRAKH
Kevin membuka pintu dengan keras dan melihat Flora tengah tertawa dengan seorang pria. "Jadi ini yang kau lakukan di belakangku, hah?" Kevin mendekat dengan aura yang suram.
"Kau sudah selesai rapat?" tanya Flora yang belum mengetahui situasinya saat ini. Sementara pria yang berbincang dengannya, menunduk ketakutan.
Kevin menatap tajam Flora dan beralih ke pria yang menunduk di samping wanita itu.
"APA AKU MENGGAJI MU UNTUK BERGOSIP, HAH? JIKA KAU SUDAH BOSAN BEKERJA DI SINI, SILAHKAN KELUAR DARI PERUSAHAAN KU." bentak Kevin
Flora tersentak, begitu juga dengan pria itu yang gemetar ketakutan. Ia terus meminta maaf agar tidak dipecat. Tapi semua sia-sia. Kevin menatap Alan untuk mengurus pria itu sementara ia menarik kuat lengan Flora untuk ikut dengannya.
"Lepas!!" Flora terus memberontak. Tubuhnya di himpit saat mereka masuk di dalam lift.
"A-apa yang kau lakukan?" tanya Flora ketakutan
"Aku membiarkanmu keluar bukan berarti kau bisa seenaknya berduaan dengan pria lain," ucap Kevin penuh penekanan
"Ka-kau salah paham. A-aku tidak berduaan dengannya tapi dia yang sudah menemaniku berkeliling di perusahaan yang besar ini. Kan tidak lucu jika aku, nyonya muda Dirgantara tersesat di perusahaan suaminya sendiri," gerutu Flora
Kevin terdiam. Dia melepas Flora dan berdehem pelan. "Apapun alasannya, aku tidak suka kau dekat dengan pria lain." Kevin berjalan lebih dulu saat pintu lift sudah terbuka.
"Dia kenapa sih? Apa dia cemburu?" gerutu Flora. Dia segera menyusul Kevin dan mencoba mengimbangi langkah Kevin dan meraih lengan pria itu. "Kenapa kau meninggalkanku begitu saja? Apa kita sudah tidak perlu berakting lagi?" sungut Flora
Kevin menghentikan langkahnya yang membuat Flora ikut berhenti. Dia menundukkan wajahnya dan menekan tengkuk wanita itu hingga bibir mereka menyatu.
"Wah ..." Semua karyawan merasa iri melihat adegan romantis di depannya. Jarang-jarang mereka melihat Presdir mereka bucin terhadap pasangan seperti sekarang ini.
"Hmmpptt ... " Flora mendorong kuat dada Kevin hingga ciuman mereka terlepas. "Kau ... "
"Itu hukuman untuk mu." Kevin tersenyum tipis. dan meninggalkan Flora yang terus mengumpat tidak jelas.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!