...Di Senin pagi tepatnya di rumah Nala.......
pagi hari ini Nala bangun lebih awal, karena dia takut untuk bertemu dengan seseorang yang satu atap dengannya.
Ia berjalan menuruni tangga, saat ia sampai dibawah ia bertemu dengan BI Inah yang sedang memegang sebuah paperbag, yang ia yakini bahwa paperbag itu berisi makanan untuknya.
"ini non Nala,bibi tau non Nala pasti bakalan pergi jam segini" ucap bi inah pada
Nala mengambil paperbag itu dari tangan BI Inah, lalu pergi meninggalkan BI Inah yang masih berdiri di sana, Tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"hati-hati non...." teriak BI Inah pada Nala, namun Nala tak menghiraukan nya
Nala berjalan menuju halaman, yang dimana disana ada pak Pardi yang sedang menyiapkan mobil untuknya dan dini.
"ehh non Nala, udah mau berangkat?...tapi non dini belum keluar non, dan ini juga masih pagi banget non pasti sekolahan masih sepi.." ucap pak Pardi pada Nala tetapi lagi-lagi Nala mengacuhkan pak Pardi
Tapi apa yang pak Pardi katakan itu benar, ini masih begitu pagi untuk Nala berangkat sekolah, tapi rasa takut menyelimuti Nala, ia ingin segera pergi ke sekolah tanpa memperdulikan orang lain.
Tanpa menjawab ucapan pak Pardi padanya, ia langsung masuk kedalam mobil dan duduk di kursi penumpang.
Pak pardi yang melihat itu tak ada pilihan lain selain membawa Nala ke sekolahnya segera, walaupun itu pasti akan menjadi sangat capek baginya.
Karena jarak sekolah Nala dan rumahnya begitu jauh, belum lagi dia harus bergegas kembali untuk mengantar dini, mau tidak mau pak Pardi harus segera mengantarnya agar dia bisa membagi waktunya dengan baik.
"ehm.....yasudah kalo gitu, pak Pardi antar non Nala dulu, nggak apa-apa deh bolak balik, lagian bensin mobilnya masih banyak" ucap pak Pardi sembari memasuki mobil dan duduk di kursi pengemudi.
Mobil itu pun bergegas menuju sekolah Nala, Nala dan dini beda sekolah, dini disekolahkan disekolah internasional sedangkan Nala sekolah di sekolah swasta. Hal ini dikarenakan mamahnya tidak mau Nala bersekolah, disekolah elite seperti sekolah dini.
Bahkan biaya sekolah Nala pun ia bayar sendiri, menggunakan uang yang ia dapatkan dari warisan kakeknya, karena sekolah itu impian dari kakeknya.
...***********...
Waktu berlalu cukup lama Nala akhirnya tiba di sekolah, Nala membuka pintu mobil dan pergi meninggalkan pak Pardi di mobil sendiri tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"non Nala hati-hati yah sekolahnya" ucap pak Pardi padanya, tetapi ia tak memperdulikan nya dan malah masuk kedalam sekolah tanpa berpamitan.
Pak Pardi pun akhirnya pergi meninggalkan sekolah, Nala berjalan di koridor sekolah menuju kelasnya, di tengah perjalanan ia tak sengaja menabrak seseorang.
"ehh.... astaga maaf gue nggak lihat" ucap seorang pria yang menabraknya, pria itu mengulurkan tangannya bermaksud ingin membantunya berdiri.
Namun Nala hanya melihat sekilas ke tangan pria tersebut, ia pun bergegas berdiri sendiri, Nala memperlihatkan pria didepannya.
Tubuh pria itu lebih tinggi darinya dengan wajah yang bersih, kulitnya yang putih, senyuman yang manis, dengan almamater biru menghiasi seragamnya.
Nala yakin bahwa pria ini salah satu anggota OSIS, tanpa mengucapkan sepatah kata pun Nala pergi meninggalkan pria itu dengan wajah bingung dan uluran tangannya yang tak dibalas oleh Nala.
"hah....dia nggak marah kan" ucap pria tersebut dia berlari pelan mencoba menyamakan langkah kakinya dengan langkah kaki Nala.
"ehh.... aku minta maaf kamu nggak kenapa-napa kan kamu marah yah?" tanya pria tersebut sembari menyamakan langkah mereka
Tetapi Nala hanya membalas nya dengan gelengan kepala, yang membuat pria itu semakin bingung.
"terus kalo nggak marah kenapa pergi? dan nggak nge balas uluran tangan ku?" ucapnya pria itu pada Nala
Nala menghentikan langkahnya begitupun pria tersebut, Nala menoleh ke arah pria tersebut lalu berkata.
"aku bisa berdiri sendiri" ucap nya dengan wajah tanpa ekspresi itu.
"ya....tapi...aku cuman mau bantu kok, sebagai ucapan maaf....oh iya aku hidan ketua OSIS" ucap pria itu sembari kembali mengulurkan tangannya bermaksud mengajak Nala berkenalan.
"Nala...." ucapnya tanpa membalas uluran tangan hidan lalu berlalu pergi
Ini pertama kalinya hidan melihat Nala, bagaimana tidak Nala hanya menghabiskan waktunya di dalam kelas ataupun perpustakaan.
Tetapi bagi hidan namanya seperti tak asing baginya, apa mungkin karena dia ketua OSIS? Ia mungkin memiliki data-data siswa?
Tapi di pertemuan pertama mereka ini, hidan terpana dengan tatapan mata Nala, walaupun itu terjadi sangat singkat, bagi hidan Nala itu lucu, walaupun wajahnya terlihat selalu datar.
"sayang banget,orang imut kayak dia memiliki sifat yang cuek,dasar gadis freak...." ucap hidan sembari tersenyum kecil.
Hidan segera pergi ke ruang osis, karena hari ini anak osis mengadakan rapat begitu awal.
Tak lama lagi sekolah mereka akan berulang tahun yang ke 10 tahun, pastinya ini sudah menjadi tugas anak OSIS untuk melakukan sebuah kegiatan untuk mengisi acara nantinya.
HIDAN kini telah sampai di ruang osis, beberapa anggota osis sudah berkumpul dan dia rasa ini sudah cukup.
Rapat osis pun dimulai, hidan memberikan beberapa penjelasan kepada anggota-anggota osis nya dan ia juga meminta bantuan pada anggotanya tentang hal apa saja yang akan mereka lakukan nantinya.
"kak hidan, gimana kalo kita buat lomba untuk setiap ekskul kak...." seru salah satu anggota osis yang baru kelas 10 itu.
"ekskul.... tapi di sekolah kita ini hanya ada 5 ekskul saja! mungkin saran kamu bisa saya terima" ucap hidan sembari menunjuk ke arah anggota OSIS yang memberikan saran tadi.
"ekskul di sekolah kita ini kan ada bola basket, sepak bola, badminton, seni musik, dan seni tari. Seharusnya kita juga menambah beberapa acara lagi bukan? Siapa tahu salah satu siswa/siswi mau berpartisipasi pada acara ini"ucap salah satu anggota osis yang tidak lain adalah Alya.
"bisa aja sih...mungkin kita akan mengadakan acara selama 3 hari, dimulai dari lomba basket sebagai pembukaan dan sepak bola penutupan dan di isi oleh beberapa siswa/siswi yang ingin menunjukan bakatnya" ucap hidan pada merek, yang membuat mereka semua bersorak.
"iya kak setuju" ucap anggota OSIS serentak.
...***********...
Nala memasuki ruang kelasnya dan hendak duduk di bangkunya, Nala mengambil sebuah novel favoritnya dan mulai membacanya sembari menunggu bel upacara hari Senin akan di mulai.
Nala terlalu sibuk membaca novel sampai-sampai ia tak menyadari keberadaan Tasya di sampingnya.
"hai Nala... seperti biasa ya.... Lo selalu datang cepat dan sibuk baca buku Lo itu" ucap Tasya padanya tetapi ia masih tak menghiraukan nya, dan malah fokus pada novelnya itu
"ehm....Nala Lo mau ke lapangan bareng nggak nanti?" ajak Tasya yang masih tak di hiraukan olehnya
...Tak lama bel pun berbunyi tanda upacara hari Senin akan dimulai....
"(SEMUA SISWA SISWI SMA MERDEKA SEGERA BERKUMPUL DILAPANGAN UPACARA HARI SENIN AKAN SEGERA DIMULAI)" ucap seorang guru menggunakan mic.
Nala pun kembali menaruh novel favoritnya ke dalam tas dan bergegas menuju lapangan tanpa memperdulikan Tasya.
"susah banget yah.... berteman sama Lo Nala" ucap tasya.
...Seluruh siswa siswi sma merdeka sudah berkumpul di lapangan upacara, dan berbaris sesuai kelas mereka masing-masing....
...Upacara hari Senin pun akhirnya dimulai...
"saya Toni Setiawan selaku kepala sekolah SMA merdeka, ingin berterima kasih kepada guru-guru sekalian karena sudah mendidik anak SMA merdeka, sehingga mereka mampu menjadi anak-anak yang pintar dan juga berbakat. saya juga ingin menyampaikan bahwa tak lama lagi sekolah kita akan berulang tahun yang ke 10 tahun, tak terasa SMA merdeka sudah berdiri sejauh ini dan melahirkan anak-anak berbakat seperti kalian semua, satu persatu tujuan hidup bapak mulai terpenuhi. sedari kecil saya ingin mendidik dan melihat anak-anak penerus bangsa menjadi sangat berbakat berkat naungan saya, dan sekarang impian itu sudah tercapai!! kedepannya saya memiliki tujuan hidup untuk melihat anak-anak ku sekalian menjadi sukses dan mengharumkan nama sekolah kita....hanya itu yang bisa saya sampaikan kepada anak-anak ku sekalian, karena saya tahu kalian pasti capek dan panas yah? berdiri dilapangan sedari tadi.... untuk itu saya akhiri.....wasalam mu Alaikum" pidato panjang dari kepala sekolah.
Mendengar pidato yang di sampaikan kepala sekolah membuat Nala bertanya-tanya? apa itu tujuan kehidupan? bukan kah kita hidup hanya untuk merasakan rasa sakit? Dan untuk apa kita memiliki itu
Sebenarnya apa arti kehidupan itu? mengapa kita harus hidup? dan mengapa kita harus punya tujuan hidup?
...Tak terasa upacara hari Senin itu selesai, seluruh murid masuk kedalam kelasnya masing-masing, jam pertama akan segera dimulai....
"eh.....Nala, Lo mau ikut lomba nggak? Tapi gue nggak pernah lihat dan tau Lo ikut ekskul apa?" Tanya Tasya padanya, Nala menoleh ke arah Tasya lalu berkata.
"aku tak ikut hal semacam itu, karena aku tak tahu apa bakat ku!"ucapnya pada Tasya sembari mengambil buku pelajaran yang ada di dalam tasnya.
"hem....kenapa Lo nggak coba cari tahu bakat Lo aja,? kan Lo itu peringkat satu di kelas kita! masa Lo nggak punya bakat sih! apalagi Lo itu pintar banget, bisa jadi bakat Lo nyanyi atau nari bisa juga main badminton kan? kenapa nggak coba cari tahu saja" ucap Tasya panjang lebar padanya.
"untuk apa mencari sesuatu yang tidak berguna untukku" ucapnya tanpa melihat ke arah Tasya, dan membuka lembaran bukunya.
"bakat itu berguna Nala buat kita semua Lo har......"belum sempat Tasya menyelesaikan ucapannya Bu Eka sudah masuk ke dalam kelas.
...kelas di jam pertama pun mulai....
...Bu Eka menjelaskan pelajaran tentang norma dan hukum....
"ada yang tahu tujuan norma Dibuat?"tanya Bu Eka kepada murid-muridnya
"Nala, Lo tahu jawabannya nggak?"tanya Tasya padanya, ia pun mengulurkan tangan ke atas, ibu eka yang melihat itu langsung menunjuk ke arahnya.
"yah Nala, apa tujuan norma di bentuk kamu tahu?" tanya Bu Eka padanya
"Untuk menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat" jawabnya tanpa ekspresi
"yah benar, segala sesuatu pasti punya tujuan, dan norma di bentuk tujuannya untuk menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat. kalian di buat juga pasti punya tujuan kan? misalnya orang tua kalian ingin kalian jadi penerusnya, dan juga contohnya sekolah ini di buat tujuannya untuk melahirkan anak-anak berbakat seperti kalian ini" ucap Bu Eka menjelaskan.
Segala sesuatu yang di buat pasti punya tujuan apa maksudnya? Apakah itu semua benar? atau hanya ucapan untuk memberikan kita semangat untuk hidup?
Nala berfikir, jika ia tak mempercayai adanya tujuan kehidupan. Karena sekarang yang ia inginkan hanya ketenangan, mau hidup dengan adanya tujuan atau tidak itu tak akan mengubah apa-apa bukan? Pikirnya.
...Jam pelajaran pertama, kedua, dan ketiga tiga telah usai tiba lah waktunya istirahat....
Nala masih memikirkan apa yang dikatakan Bu Eka dan kepala sekolah tadi, ia tak tahu apa tujuan hidupnya, selama ini dia hanya menjalani kehidupannya mengikuti alurnya, tanpa memikirkan tentang masa depannya.
Nala yang masih berfikir tentang ucapan kepala sekolah dan Bu Eka, tak menyadari jika kini di depannya sudah ada Alya dan Tasya yang hendak mengajaknya ke kantin bersama.
"nala, Lo nggak mau apa sekali-kali ke kantin bareng kita?" tanya Tasya padanya
"gue tahu Lo bawa bekal... tapi Lo juga harus berbaur oleh orang-orang....Lo harus tau siapa aja penghuni sekolah ini, bukannya cuman diam di kelas pergi ke perpustakaan hanya untuk membaca buku yang sama" ucap Alya padanya, mata Alya fokus melihat novel yang ada di tangan Nala.
"iya....Lo selalu baca buku itu emangnya nggak bosan yah?" tanya Tasya sembari menunjuk ke arah novel miliknya
"Lo baca berulang-ulang emang udah tau makna novelnya?" tanya Alya padanya, tanpa menjawab pertanyaan dari mereka berdua, Nala segera berdiri dan pergi meninggalkan mereka
"dasar Nala aneh....." ucap Alya kesal
"udah Al.... kita ke kantin berdua aja" ucap Tasya
"kan gue dari tadi juga bilang!!! jangan ajak anak aneh itu....!" ucap Alya sembari menunjuk ke arah luar.
"ya...tapi nggak ada salahnya kan" ucap Tasya pada Alya.
Alya dan Tasya pun pergi ke kantin berdua, sedangkan Nala?
Sebenarnya Nala hendak pergi menuju perpustakaan, tetapi ia tahu jika di perpustakaan kita tidak beloh membawa makanan, biasanya Nala menghabiskan makanannya di dalam kelas sendiri setelah itu baru dia ke kantin.
Tetapi karena Alya dan Tasya tadi mengajaknya, ia jadi merasa tak nyaman dan pergi meninggalkan kelas.
Nala mencoba berfikir kemana ia akan makan sekarang, ia melihat ke atas dan berfikir menuju rooftop.
Disana pasti sepi dan tenang pikirnya, Nala pun mulai menaiki anak tangga menuju rooftop.
Setibanya di rooftop, Nala membuka pintu rooftop perlahan dan langsung di sambut oleh terpaan angin yang begitu sejuk.
Nala melangkah kan kakinya masuk kedalam rooftop, dan menutup pintu rooftop, ia melihat ke sisi rooftop disana terdapat sebuah bangku, ia pun berfikir untuk pergi kesana.
Nala pun memakan bekalnya bersama dengan angin yang nyaman di atas rooftop, kini bekalnya telah habis dan waktunya untuk membaca novelnya.
Ia membaca novelnya sembari mendengarkan lagu perfect Ed Sheeran, mengunakan earphone, tanpa ia sadari kini ada dua pria yang berdiri tepat di belakangnya sembari memandanginya.
Setelah menghabiskan makanannya, dia menaruh kembali kotak bekalnya ke dalam paperbag dan mengambil earphone yang ada di saku bajunya dan menaruhnya di telinganya.
Dia membaca novel sembari mendengarkan lagu (perfect -ed Sheeran) tanpa dia sadari bahwa ada dua orang yang memasuki rooftop.
Ia yang merasakan ke hadiran seseorang dibelakangnya pun menoleh kebelakang.
Ia kini melihat dua pria yang ia yakini adalah kakak kelasnya, bisa dilihat dari lambang kelas mereka yang berwarna merah, yang artinya mereka dari kelas 12.
Pria disebelah kiri dengan rambut yang rapi, wajah yang bersih, kulitnya yang terlihat agak putih, dilengkapi dengan cara berpakaiannya juga yang begitu rapi.
Dan pria disebelah kanan yang terlihat lebih tinggi dari pria dengan tampilan rapi itu, kulit sawo matang, wajahnya juga begitu bersih, tetapi tidak dengan pakaiannya, seragam putih yang tak di kancing, dan kaos hitamnya yang terlihat, rambut yang terlihat berantakan tetapi itu membuatnya terlihat tampan
"hai..... kita ganggu yah... saran gue sih kalo Lo mau nenangin diri di rooftop pintu nya jangan di tutup nanti bakalan susah di buka" jawab seorang laki-laki dengan seragam rapi itu sembari tersenyum manis ke padanya
melihat senyuman itu Nala terasa seperti terhipnotis, tetapi dia begitu cepat menganggukkan kepalanya dan segera berdiri hendak meninggalkan rooftop.
Sebelum salah seorang pria dengan wajah juteknya itu memegang pergelangan tangannya.
...^^^Happy reading ^^^...
...Di atas rooftop...
Sebelum salah seorang pria dengan wajah juteknya itu memegang pergelangan tangannya.
"Lo mau ngadu ke guru ya....kalo kita mau ngerokok disini..." ucap seorang lelaki dengan seragam berantakan itu padanya.
"eh...... tolol kita belum ngeluarin rokok!! dia pasti nggak bakalan tau anjir kenapa malah Lo kasih tau.....bangsat!!!" ucap seorang dengan seragam rapi itu sembari mendorong kepala lelaki dengan seragam berantakan itu.
"gue tau anjir!!! gue cuman mau bikin nih cewek salting... gitulah" ucapnya sembari menaikan sebelah alisnya.
"rak.....Lo nggak ada kapoknya yah, oh iya gue Arya dan ini Raka kita dari kelas 12 IPS 5, Lo kelas berapa. gue baru lihat Lo soalnya..." ucap seorang lelaki dengan seragam rapi itu padaknya yang tak lain bernama Arya.
"Nala 11 IPS 2..." ucapnya Dengan wajah datarnya,
"oh....berarti Lo sekelas sama adek gue Alya?" ucap Arya padanya
Ia pun mengangguk bermaksud mengiyakan ucapan Arya, ia hendak pergi dari tempat itu sebelum Raka kembali memegang pergelangan tangannya.
"Lo beneran kelas 11? bukan anak guru yang nyasar kan?..."ucap raka sembari mendekatkan wajahnya padanya, hal itu membuat Nala panik.
Nala pun akhirnya hanya mengangguk dan mencoba melepaskan genggaman tangan Raka, setelah berhasil melepaskan genggaman tangan Raka Nala pun segera pergi meninggalkan mereka berdua tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"woy..... Lo nggak ada sopan santunnya ya...sama kakak kelas" teriak Raka padanya tetapi tak di hiraukan.
Nala pun akhirnya hilang dari pandangan mereka.
"cih...dasar freak" ucap Raka kesal
"udah rak... Kita nyebat aja" ucap Arya sembari mengeluarkan rokok dari kantongnya.
Mereka berdua pun menghisap rokok, ditemani dengan angin rooftop yang menenangkan.
"eh ar....itu apaan" ucap Raka sembari menunjuk ke arah bangku.
"paperbag" ucap Arya sembari memegang paperbag itu
"kayaknya ini punya bocah freak tadi deh" ucap Raka
"bisa jadi, yuk kita balikin" ucap Arya hendak meninggalkan Raka, sebelum Raka menghalangi nya
"yaelah... Nanti aja pulang, kan dia bilang sekelas sama Alya" ucap Raka sembari mengeluarkan asap dari dalam mulutnya.
"benar juga" ucap Arya kembali menghisap rokoknya.
...*********...
Nala berjalan menuruni tangga, tepat saat Nala berbelok ia lagi-lagi tak sengaja menabrak hidan.
Tetapi hal itu membuat kertas-kertas yang ada di tangan hidan berterbangan dan terjatuh, hidan segera mengumpulkan kembali kertas yang terjatuh itu.
Nala hanya melihat Tanpa membantunya, hidan yang merasa jika Nala hanya melihatnya saja pun menegur nya.
"kamu daripada diam disitu mending bantu aku mungut tin ini kertas!!! kan ini jatuh juga gara-gara kamu!!" ucap hidan pada Nala
Mendengar ucapan hidan, Nala pun membantunya walaupun hanya beberapa yang ia pungut.
"makasih yah, Lo...nggak mau ngomong sesuatu gitu? kayak....maaf atau apa gitu?" ucap hidan pada Nala,
Tetapi Nala berfikir bahwa dia tak perlu mengatakan apa-apa, karena ia rasa kertas itu juga terjatuh karena ulah hidan yang tak memegangnya dengan benar.
"aku mau ke perpustakaan" ucapnya sembari berjalan meninggalkan hidan yang dibuat bingung olehnya
"emang aneh tuh anak, orang tanya apa dia jawab apa, heh...dasar untuk Lo cantik" ucap hidan (anjay Lo cantik Lo aman bro)
Belum sempat Nala ke perpustakaan, bel masuk pun berbunyi mau tak mau ia harus mengurungkan niatnya.
"loh Nala perasaan Lo keluar tadi bawa paperbag deh kok sekarang nggak ada" ucap Alya sembari melihat kearahnya
Ia baru sadar jika dia tak melupakan paperbag nya di rooftop tadi, bagaimana tidak pikirannya langsung terhenti saat melihat Arya.
Ia berniat kembali ke rooftop, tapi niatnya di urungkan karena gurunya telah memasuki ruang kelasnya, mau tak mau dia akan mengambilnya sepulang sekolah nanti, semoga saja rooftop tidak terkunci.
TRINGGG TRINGGG TRINGGG..........
Bel pulang pun berbunyi
Nala bergegas memasukan bukunya ke dalam tas, ia takut jika rooftop akan terkunci.
"nal.....kok Lo kayak buru-buru gitu Lo nggak kenapa-napa kan?" tanya Tasya padanya,
Nala hanya menggelengkan kepalanya, saat hendak pergi dari situ, dari kejauhan ia melihat kedua sosok orang yang berada di rooftop tadi.
Ia berniat menanyakan tentang paperbag nya pada mereka, kedua orang itu pun kini berada di dalam kelasnya
"nih punya Lo kan....makanya kalo dipanggil itu noleh jangan main asal pergi aja kayak bocah SD" ucap raka sembari memberikan paperbag miliknya
ia pun menggambil paperbag itu dari tangan Raka. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun
"bilang apa?" ucap Raka ketus kepadanya
"kak Raka, berharap ucapan apa dari mulut dia, jangankan makasih bilang maaf aja dia nggak bisa" ucap Alya pada Raka
"eh.....nala itu introvert kak makanya dia takut buat ngomong, bukan nggak bisa" sangkal Tasya
Nala menoleh ke arah Tasya yang memberinya kode untuk berkata iya.
Ia pun mengangguk dan ingin beranjak dari situ sebelum pergelangan tangannya di pegang oleh Raka.
"gue suruh Lo ngomong makasih! bukannya mengangguk, kalo gue tahu....mungkin nggak gue ambil nih paperbag Lo...!"ucap Raka kesal
"udah rak, Tasya bilang kan dia introvert,.udah biarin aja" ucap Arya sembari mencoba melepaskan tangan Raka padanya
"yah....setidaknya senyum kek apa kek ini diam aja kayak kanebo kering" ucap Raka kesal
"dia emang gitu kak aneh" sambung Alya
Nala segera beranjak pergi dari situ setelah Arya berhasil membantunya melepaskan genggaman tangan Raka padanya.
"tuh anak kayaknya salah daftar deh harusnya dia daftar di TK ehh malah nyasar di SMA merdeka" ucap Raka kesal.
Raka, arya, Alya, dan Tasya pun beranjak dari kelas 11 IPS 2 dan berjalan menuju parkiran.
Saat mobil mereka berhenti tepat di depan gerbang, mereka melihat Nala bersama dengan hidan.
"cocok deh mereka yang satu tolol, yang satu sok pintar, kalo mereka pacaran bakalan jadi couple goals deh gue yakin" ucap raka sembari melihat ke arah mereka
"ngapain kak hidan sama Nala?"ucap Alya dengan nada kesal
"kenapa alya? Lo cemburu sama hidan wkwk" ucap raka sembari tertawa
"nggak kok kak Raka, aku kesal karena kenapa kak hidan mau ngobrol sama Nala? pasti nggak bakalan di respon sama dia, Nala itu aneh" ucap Alya keliru
"udah rak pulang aja"ucap Arya padanya
"wkwkwk iya iya" ucap Raka sambil tertawa,
Tasya hanya diam sedari tadi, masih mencoba mencerna kejadian bahwa dia semobil dengan pria idolanya itu.
...**********...
Nala sedang menunggu pak Pardi di depan gerbang sekolah, dia sudah mencoba menghubungi pak Pardi tetapi tak ada jawaban dari pak pardi.
Tak lama sebuah motor berhenti di depannya, orang itu membuka helmnya dan menampilkan hidan.
"hallo... Nala udah ada yang jemput belum?" tanyanya pada nala dan hanya gelengan kepala yang nala lakukan
"kalo gitu mau bareng kakak nggak? Bentar lagi sekolah mau tutup ntar kamu sendirian disini" ajak hidan
Apa yang hidan katakan itu benar, sekolah sudah mulai sepi, dan pak Pardi masih belum bisa di hubungi, tetapi dia tak begitu mengenal hidan dia tak bisa percaya begitu saja padanya bukan?
Tapi sampai kapan dia menunggu? Tak ada pilihan lain selain ikut sama hidan, Nala yakin bahwa pak Pardi tidak menjemputnya ini ada kaitannya dengan mamahnya.
"kenapa Nala? mau ikut apa enggak? tapi aku harus ke Gramedia dulu" ucap hidan padanya
"kakak lama nggak di Gramedia?" tanya Nala pada hidan
"nggak lama sih cuman bentar doang" ucap hidan
Nala mulai tertarik, terlebih lagi ia belum pernah ke Gramedia dan dia dengar di Gramedia itu banyak sekali buku-buku.
"iya deh kak, Nala mau" ucapnya dengan wajah datar
"oke nih helmnya" ucap hidan sembari memberikan helmnya pada nala
mereka pun bergegas menuju Gramedia sesampainya disana Nala melihat begitu banyak sekali novel.
Nala tertarik sama sebuah novel yang berjudul (hidup untuk rasa sakit) Nala pun mengambil novel itu.
Hidan yang melihat Nala mengambil sebuah novel pun mendekati Nala.
"hidup untuk rasa sakit yah,....Lo suka novel yang berbau angsat yah?" tanya hidan penasaran
Nala menoleh sekilas ke arah hidan, lalu beranjak pergi ke meja kasir.
"emang susah ditebak anaknya" ucap hidan dengan senyuman tipisnya.
Nala pergi ke meja kasir untuk membeli novel yang ia ambil tadi, di susul oleh hidan dibelakangnya.
"totalnya 175k kak..." kata kasir itu kepadanya sembari tersenyum, ia mengambil dompet yang ada di dalam tasnya lalu menggambil 2 lembar uang seratus dan memberikannya pada kasir itu.
"makasih kak, kembaliannya 25 k yah kak, bentar yah kak" ucap kasir itu lagi padaku sembari tersenyum manis.
Kasir itu memberikan Nala sebuah plastik yang berisi novel tadi, Nala mengambil plastik tersebut dan langsung beranjak tanpa berkata apa-apa.
"dia itu emang nggak bisa ngomong atau gimana sih?" ucap karyawan itu
"maaf kak, dia lagi dapet jadi nggak mood gitu"jawab hidan sembari tersenyum pada kasir itu.
Nala menunggu hidan di parkiran, tak lama dari kejauhan ia melihat keberadaan hidan yang melambaikan tangannya.
"maaf Nala, nunggu lama" ucap hidan sembari tersenyum manis
Nala hanya diam tak membalas ucapan hidan, hidan pun berucap agar suasana tak menjadi canggung
"emang kamu nggak dicari pulang malam gini?" tanya hidan padanya
"nggak pulang pun, nggak bakalan ada yang cari" jawab Nala singkat
Namun hal itu membuat hidan merasa tak enak, hening antara keduanya, akhirnya mereka pun menjalankan motornya menuju rumah Nala.
Cukup lama mereka di perjalanan akhirnya mereka pun sampai di depan gerbang rumah Nala, Nala membuka helm dan memberikannya kepada hidan lalu ingin beranjak dari tempat itu sebelum hidan berkata.
"terimakasih kembali" ucapnya sembari tersenyum manis
Terima kasih, untuk apa? mengapa orang-orang tak takut mengucapkan kata itu? apa untungnya kita mengucapkan kata itu? pikirnya lalu meninggalkan kak hidan tanpa berpamitan dengan nya.
...**********...
Nala masuk ke dalam rumah dan bergegas berlari menuju tangga hendak masuk kedalam kamar, saat dia membuka pintu kamarnya sekilas dia melihat seorang gadis duduk di tempat tidurnya, Nala yang penasaran pun mendekati gadis itu, ternyata itu dini adiknya.
"kak Nala, akhirnya kak Nala pulang maafin... dini yah kak, gara-gara dini... kak Nala jadi nggak di jemput sama pak Pardi" ucap gadis yang lebih tinggi darinya yang tak lain adalah dini.
Dini adalah adik tiri Nala, meskipun dia adiknya tetapi dini lebih tinggi dari Nala, bahkan dini adalah satu-satunya orang yang buat dia masih bertahan.
jika suatu saat dini juga mengkhianati nya mungkin dia akan mengakhiri hidupnya.
Dini tiba-tiba memeluknya sembari menangis
"maaf kak" ucapnya lirih
"kenapa?" tanya nala padanya
"maaf karena aku telat bangun pagi tadi, yang buat kakak harus pergi sekolah sendiri, tapi mama mengira kakak terlalu egois, karena tidak menungguku alhasil mamah menyuruh pak Pardi tidak usah menjemput kakak dan tidak usah mengangkat telepon dari kakak, sekali lagi dini minta maaf kak,hiks hiks" jelasnya sembari menangis
"diam lah...dan segera tidur aku ada ekskul jadi pulang lama, aku juga pulang bareng teman kok"ucap nala mencoba menenangkan nya
"kakak sudah punya teman?" ucapnya dengan wajah yang sangat bahagia
Apakah dia bipolar? mengapa perubahan moodnya begitu cepat? Nala berfikir mungkin hari libur nanti dia akan membawanya ke psikiater, padahal seharusnya dia uang ke psikiater.
"Aku bakalan tidur disini saja kak, sebagai gantinya kakak harus ceritakan siapa teman kakak itu, bentar sebelum itu kakak mandi dulu deh heheh" ucap dini sembari tersenyum.
Nala membersihkan badannya, setelah itu dia berniat mengerjakan tugas yang tadi di berikan oleh Bu Eka, saat ingin berjalan menuju meja belajar dia melihat dini tertidur lelap itu membuatnya merasa sedikit tenang Nala pergi ke meja belajar untuk mengerjakan tugas sekolahnya.
Nala membuka lembaran demi lembaran buku pelajaran hingga sampai di bab berjudul norma dan peraturan, dia melihat sekilas ke arah plastik yang tadi dia beli di Gramedia, Nala menggambil novel yang ada di dalam plastik itu (hidup untuk rasa sakit)
Nala berfikir tujuan hidupnya mungkin hanya untuk mendapatkan rasa sakit, saat umurnya baru menginjak 5 tahun dia sudah merasakan rasa sakit yang menghantuinya sampai sekarang, hal itu yang membuatnya terlihat sangat pendiam.
Semenjak kejadian 10 tahun lalu, senyuman nya hilang dia juga menjadi kurang percaya sama orang-orang, makanya dia selalu menyendiri, karena dia rasa itu akan menjadi lebih baik untuknya dan juga orang lain.
(tinggg tringgg........waktu menunjukkan pukul 12)
bunyi dari jam dinding di kamarnya menyadarkannya pada lamunannya.
dia pun kembali mengerjakan tugas sekolahnya sebelum lewat tengah malam.
Waktu menunjukkan pukul 01:47, kini ia telah selesai mengerjakan tugas sekolahnya, dan dia benar-benar sangat kelelahan, dia berjalan menuju tempat tidurnya hendak tidur karena kini dia merasa benar-benar sudah sangat kelelahan.
...**********...
Tak terasa pagi pun tiba, Nala berjalan menuruni tangga, hingga langkahnya terhenti.
"kak kenapa berhenti?" tanya dini padanya
"papah yah?" ucap dini dengan nada cemas
"tunggu disini yah kak! aku akan menggambil bekal kita sama bi inah lalu kita bergegas berlari menuju pintu belakang agar tak bertemu papah" ucapnya sembari menunjuk ke arah pintu belakang.
sebelum dini ingin beranjak, aku memegang tangannya dan berucap.
"nggak usah, aku lagi pengen makan di sekolah sekali-kali" ucap Nala
"dini Nala kalian kemana?" ucap pak Adam pada mereka, yang membuat ketakutan Nala semakin besar tapi dini paham apa yang Nala rasakan dia membawa nala berlari menuju pintu belakang?
"heh....heh....heh.... untung heh.... kita bisa heh lari" ucap dini sembari tersengal
"eh non Nala.. non dini... mau berangkat sekarang?" tanya pak Pardi pada mereka berdua
"iya pak sekarang!" ucap dini sembari masuk ke dalam mobil diikuti oleh Nala.
Mobil mereka pun beranjak, tak lama mereka telah sampai ke depan gerbang sekolah.
"kak semangat yah belajar nya..... jangan lupa cari teman" ucap dini padanya sembari tersenyum dan hanya di balas dengan anggukan kepala
Nala berjalan di koridor sekolah, di tengah perjalanan Nala melihat beberapa anak laki-laki sedang bermain basket, seperti nya itu menarik perhatiannya untuk menontonnya tanpa ia sadari sebuah bola basket menuju ke arahnya, untungnya ada seorang lelaki yang menolong nya.
"Lo aman kan?" ucap seseorang yang tak lain adalah raka
"yah..... Lo lagi anak TK yang baru belajar bicara" ucap Raka dengan muka judesnya
"Lo mau bilang apa setelah gue tolong?" tanya Raka padanya
Nala berfikir, apa yang harus dia katakan? dia hanya memukul bola basket yang hampir mengenai wajah nya? apakah sia harus mengatakan sesuatu? Oh.... rasanya tidak?, karena Nala tak merasa harus mengatakan sesuatu nala pun beranjak dari lapangan itu.
"dasar anak TK lepas!!!! kalo gue tau itu Lo gue nggak bakalan mau nolongin Lo..." teriak Raka yang tak dipedulikan oleh nya.
...^^^^Happy reading^^^^...
Nala berjalan menelusuri koridor sekolah hendak menuju kelas, sesampainya di kelas dia bertemu dengan Tasya yang langsung menyapanya dengan senyuman.
"hai pagi Nala..." ucap Tasya padanya
Nala melihat kearahnya sekilas lalu berjalan menuju bangkunya.
"tas.... gue bilang jangan pernah berurusan sama dia kan, mau Lo bicara sampai jam istirahat pun dia nggak bakalan peduli" ucap Alya pada Tasya
"gue tau Alya, tapi adakalanya es batu itu akan cair secara perlahan jika terus diperhatikan" sambung Tasya
es batu? Cair? Apa yang Tasya maksud? Dan mengapa dia selalu berusaha membela nala? apa yang Tasya lakukan sama seperti apa yang dini lakukan mengapa? Apa yang dia inginkan dari Nala?
Nala mulai memikirkan kata demi kata yang Tasya ucapkan padanya, adakalanya Tasya terlihat khawatir padanya, dia selalu berusaha mendekatkan dirinya pada Nala, Nala tak tahu apa isi pikiran Tasya sekarang tetapi beban Nala sudah sangat banyak untuk apa dia harus memikirkan Tasya dia begitu penting.
tringgg tringgg tringgg.........
Bel pelajaran pertama di mulai Bu nur masuk kedalam kelas mereka dan menerangkan pelajaran.
"Baiklah anak-anak semua makhluk hidup itu saling membutuhkan, kita tak bisa hidup sendirian bukan?" ucap Bu nur menjelaskan.
Nala berfikir mengapa kita harus memiliki seseorang untuk hidup? mengapa kita tak bisa hidup sendiri? Nala memberanikan diri bertanya pada Bu nur.
"Bu kenapa kita tak bisa hidup sendiri,? bukankah lebih baik jika kita sendiri tanpa ada orang lain?" tanyanya penasaran
"Nala, jika kamu sedang sakit pasti butuh seorang dokter bukan?, dan jika kamu sedang lapar pasti butuh seseorang yang mencari makanan atau menyiapkan makanan bukan? Kita memiliki waktu beraktivitas selama 12 jam, mengapa begitu? karena 12 jamnya lagi kita pakai untuk beristirahat, bukankah sulit melakukan segala sesuatu selama 12 jam sendiri?" jawab Bu nur sembari tersenyum.
Jika kita benar-benar membutuhkan seseorang yang menemani kita selama hidup lalu mengapa? Mereka meninggalkan kita sendiri? Mengapa mereka mengkhianati kita?
Nala terus berkelahi dengan pikirannya,sampai tak sadar jika ini sudah memasuki jam terakhir,yang artinya tak lama lagi bel istirahat akan berbunyi.
Tringgg tringgg tringgg.......
waktu istirahat
Nala masih memikirkan kata-kata Bu nur tadi, Nala bisa hidup menyendiri selama 10 tahun tanpa teman, dan tanpa dukungan keluarga, lalu mengapa kita butuh seseorang untuk menemani kita? walau Nala masih memiliki adik yang dia percayai tapi setelah kejadian 10 tahun lalu, dia jadi jarang berbicara dengan dini,Nala lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar sembari membaca buku-buku favoritnya sendiri, Nala rasa dia tak butuh teman, dia bisa hidup sendirian menurutnya.
"Nala, Lo mau yah.... ikut kita ke kantin sekali ini aja kok please..."ucap Tasya dengan tangan seperti memohon (🙏 gini guys).
Sebenarnya dia tak ingin ikut dengan Tasya, karena menurutnya untuk apa? Dia tak begitu penting baginya, tetapi tadi ia tak sarapan, dan sekarang dia sedang lapar.
Mungkin tak ada salahnya, sekali-kali makan di kantin walaupun begitu banyak orang.
" Woy.... Nala Ayuk ikut,tidak ada penolakan" paksa Tasya sembari menarik lengan nala.
Dikantin begitu ramai, rasanya Nala ingin mengurungkan niatnya untuk makan di kantin, Nala hendak berbalik sebelum Tasya kembali memaksanya untuk ikut dengannya.
Tasya membawa Nala kesebuah kursi yang sudah di duduki oleh 2 orang laki-laki dan seorang wanita.
Mereka adalah kak Arya,kak Raka,dan Alya Tasya menunduk kannya di samping Alya tepatnya di depan Raka, lalu Tasya pergi meninggalkannya bersama dengan 3 orang ini.
"Gue dari tadi lagi mood pengen nonjok orang jadi jangan sampai Lo bertingkah, atau nggak Lo yang gue tonjok" ucap Raka sembari mengepalkan tangannya tepat di depan wajah Nala.
Nala sangat tidak suka dengan Raka, rasanya jika dia boleh meracuni Raka mungkin dia akan melakukannya segera.
" Raka udah, hai Nala....ini first time Lo ke kantin kan?" Ucap arya, sembari mengambil kepalaan tangan Raka di depan wajahnya dan tersenyum manis padanya,
Nala bingung harus merespon apa, dia hanya mengangguk kan kepalanya, rasanya begitu canggung karena ini memang pertama kali dia makan dengan lingkungan seperti ini.
Biasanya dia makan sendiri, tapi kali ini begitu banyak orang bahkan kini dia harus makan di depan orang yang sangat membuatnya kesal.
"gue nggak mood makan kalo ada Lo, jadi lebih baik Lo pergi deh dari sini" usir Alya
"Alya,!! kakak nggak pernah ngajarin kamu kasar kayak gitu, lagian biarin aja kali, ini ada baiknya biar dia lebih terbuka sama orang-orang" ucap Arya memperingati Alya
"kakak kok jadi belain cewek aneh ini" ucap Alya kesal
"bukannya belain tap...." ucapan Arya terpotong oleh kedatangan Tasya .
Tasya datang dengan 2 mangkok berisikan bakso dan 2 es teh di atas nampan.
"Eh....nih sorry lama antrian panjang, terus gue juga lupa nanya Lo mau apa?, tapi bakso pale Jon itu enak loh Nala, Lo harus cobain" ucap Tasya meyakinkan dan memberikan nala bakso dan es teh itu.
Nala melihat ke arah Tasya sekilas sebelum suara dari raka membuatnya menoleh ke arah Raka.
"udah... jangan lihat-lihat orang, aman kok itu nggak ada racunnya, kalo nggak percaya gue coba dulu dah" ucap Raka, yang hendak mengambil bakso yang berada di hadapan Nala, sebelum dihalangi oleh arya
"eits.... bro, jangan kelihatan kayak orang susah gitu anjir malu" ucap Arya sambil menekan kata malu di ucapannya
Nala melihat mereka berdua secara bergantian dengan wajah datarnya, bertanya-tanya apakah memang ada racun di dalam baksonya?
"Ada murid yang keracunan bakso yah sebelumnya?" tanya Nala dengan wajah polos.
"HAH......." ucap kak arya dan kak Raka serentak sembari melihat satu sama lain
"Tuh kan gue bilang juga apa nih anak masih TK otaknya polos banget..... tapi mukanya kayak orang dungu sih..." ucap Raka sembari menunjuk nala
"Eh.....anu.....Nala, Lo percaya ada racun di kuah baksonya?" ucap Arya dengan wajah bingung nya.
"Nala emang jarang ngomong, tapi sekalinya ngomong gue bingung mau jawab apa" ucap Tasya sembari meminum es teh nya.
Nala berfikir apakah yang dia katakan salah? bisa saja kan penjaga kantin itu memasukkan racun kedalam baksonya mengapa tidak?, jika papahnya saja ingin membunuhnya, kenapa penjaga kantin tidak bisa melakukannya?
"Nala, ini pertama kalinya Lo makan makanan luar yah?" Tanya Arya pada Nala, yang langsung dibalas dengan anggukan
"tenang Nala, gue Ama Raka udah 3 tahun makan disini tapi nggak keracunan kok" ucap arya sembari merangkul Raka
"Lo pertama kali makan bakso? gue pertama kali makan bubur hahahaha" ucap Raka sembari tertawa dan di lihat oleh arya,Alya dan Tasya dengan wajah tolol (😐😐😐 maksudnya tuh gini)
"aku baru tau kalo kak Raka itu freak...."ucap Tasya sembari melihat Raka
"Raka itu emang freak... Tasya cuman ketutup aja Ama muka so cool dia" lanjut Arya
"ya....elah Ar.....Lo bukannya dukung gue, Lo nge khianat persahabatan kita Ar......" ucap Raka penuh dramatis
"apasih rak, Lo nggak malu apa tuh dari tadi di lihatin Ama Nala?" ucap Arya sembari menunjuk ke arah nala dengan dagunya, raka pun menoleh kearah nala
"Napa Lo lihat-lihat? ntar Lo suka lagi sama gue.." ucap kak Raka sembari memainkan rambutnya
Nala berfikir, suka? Suka apa yang Raka maksud Nala rasa Nala tak punya waktu untuk menyukai seseorang.
"udah Nala makan aja keburu dingin tuh baksonya, tuh lihat Tasya aja udah mau abis nggak lama lagi juga masuk, habisin gih cepat..." ucap Arya padanya.
"Eh.....Nala, kakak baru lihat kamu di kantin,.... ini pertama kali kamu ke kantin yah?"ucap seseorang yang tak lain adalah hidan.
Nala pun melihat ke arah sumber suara dan mendapati hidan berdiri dengan semangkuk bakso dan es teh di tangannya sembari tersenyum pada Nala.
"Anak OSIS dilarang memasuki area asos" ucap Raka pada hidan dengan tatapan tajam
"tapi di depan Lo ada anak OSIS tuh" ucap hidan sembari menunjuk ke arah Alya
"oh..... ini beda ini, ini adek gue dia itu sebenarnya anak asos, tapi versi tobat iya nggak Ar..... hahahah" ucap Raka tertawa sembari menyenggol lengan Arya.
"sorry hidan, gue lupa kasih dia obat makanya kumat lagi, tapi kata dia benar sih kursi kami penuh, Lo nggak bakalan muat disini" ucap arya pada hidan
"tapi kalo Lo tetap mau gabung, Lo bisa kok duduk di pangkuan Arya tuh...." ucap Raka sembari menunjuk Arya
"Raka anjing....diem nggak Lo" ancam Arya pada Raka
"tenang gue cuman mau sapa Nala aja kok, gue juga nggak ada niatan gabung sama bocah freak kaya dia" ucap hidan sembari menunjuk Raka, lalu pergi meninggalkan kami semua.
Nala melihat ke arah Raka, Raka yang sepertinya sadar jika Nala melihat kearahnya pun membalas tatapannya sembari mengangkat sebelah alisnya
"kak asos itu merek laptop ya?" Tanya nala dengan wajah datar
"hah....anjir.....thanks Nala gue punya jokes baru buat anak-anak basket, kayanya Lo lucu juga walaupun muka Lo kayak orang dungu" ucap Raka sembari menunjuk ke arah wajah Nala.
"Nala, merk laptop itu bukanya Asus yah?" tanya Tasya pada nala
"iya, merk laptop itu asus bukan asos, asos itu juga kata-kata aneh si Raka, udah jangan dipikirin ntar Lo bisa gila kayak dia"ucap Arya pada kami berdua
"eh..... sebagai kakak kelas yang baik hati dan tidak sombong gue bakalan kasih tau kepanjangan asos itu apa, asos itu adalah kepanjangan dari, Anak Suka bOloS (asos) hahahaha"ucap Raka sembari tertawa
"kan gue bilang apa freak anaknya..."ucap Arya sembari menggelengkan kepalanya
"ternyata kak Raka nggak cool kayak di postingan Instragram nya ya"ucap Tasya
Alya? sedari tadi Alya hanya diam saja bahkan ketika hidan datang menyapa mereka dia hanya menatap Nala sekilas dengan tatapan tajam lalu kembali memainkan ponselnya bahkan tak lama setelah Raka menjelaskan asos itu, Alya pergi tanpa pamit pada kami.
Sebenarnya Nala menyadari jika Alya sedang marah tapi untuk apa dia memperdulikan nya? Dia bukan siapa-siapa.
Nala pun mulai memakan baksonya, Nala diam sejenak lalu kembali menyantap baksonya hingga habis tak bersisa.
"kan gue bilang juga apa enak kan" ucap Arya
"awas Lo.... entar keracunan" ucap Raka
"kak Raka, jangan nakutin Nala dong" ucap Tasya
"iya kak, ini enak banget, Nala baru pertama kali makan kayak gini" ucap Nala
Nala hendak mengambil es teh nya, tetapi tangannya di tahan oleh Raka.
"bentar, kalau Lo mau minum es teh, harus jawab pertanyaan ini dulu" ucap Raka
"apa" ucap Nala bingung
"apa bedanya es teh sama teh hangat?" tanya Raka, melepas tangannya pada es teh itu.
Nala mengambil es tehnya, lalu meminumnya Nala berfikir jika bedanya adalah dingin dan panas bukan?
"itu mah gampang kak, kalau es teh itu dingin, terus kalau teh hangat itu ya... hangat" jawab Tasya
"aku awalnya mikir gitu, tapi jawabannya pasti salah" balas Nala
"iya, jawabannya salah, ayok dong jawab" ucap Raka
Arya hanya menggelengkan kepalanya, melihat kelakuan temannya, sebenarnya Arya tahu jawabannya tetapi dia memilih untuk diam.
"harga es teh ini berapa?" tanya Nala
"oh... Es teh harganya 7k" jawab Tasya
"kalau teh hangat" tanya Nala lagi
"5k" jawab Tasya sembari menunjukkan ke lima jarinya.
Nala sekarang mengerti, ini pertanyaan jebakan, karena tak mungkin jawabannya karena suhunya, dari pertanyaan nya saja sudah menjebak, setelah meneliti Nala akhirnya tahu jawabannya.
"cepat jawab sebelum masuk, atau menyerah" ucap Raka.
"and the answer, perbedaan nya ada pada harganya" jawab Nala
Yang berhasil membuat Raka murung, padahal dia ingin melakukan jokes ala bapak-bapak tetapi Nala mengetahui jawabannya.
"ah.... Lo nggak asik Nala" ucap Raka beranjak pergi
"maaf ya... Guys, btw kakak di Luan ya.." ucap Arya menyusul Raka
"ada yang salah ya?" tanya Nala
belum sempat Tasya menjawab bel masuk pun berbunyi.
...^^Happy reading^^...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!