Di dalam sebuah kamar lebih tepat nya di atas sofa kamar itu terlihat seorang wanita yang terus menunduk menatap pergerakan suami nya.
Mengecup, mengusap, serta berbicara dengan perut besar sang istri yang terdapat calon anak nya. Wajah Dariel terlihat begitu bahagia.
"Satu bulan lagi 'bukan?" Tanya Dariel mendongak menatap wajah istri nya, Dara Lorraine.
Dara mengangguk singkat kemudian memalingkan wajah nya. Dariel yang menyadari itu tentu langsung berdiri dan memegang dagu istri kecilnya.
"Ada apa?" Tanya lembut Dariel.
"Kakak tidak mau membicarakan sesuatu padaku?" Tanya balik Dara
"Apa?" Bingung Dariel.
Dara terdiam sejenak, mata wanita itu berkaca-kaca menatap wajah pria yang sudah menjadi suami nya selama tiga bulan ini.
"Jujur kak, aku hanya butuh kakak jujur" Pinta Dara.
"Jujur tentang apa sayang? Apa yang tidak kamu tau tentangku hmm?" Dariel mengusap lembut pipi sehalus sutra itu.
Begitu lembut dan alami, kecantikan yang terpancar alami sungguh membuat siapa saja ingin menaklukan istri nya ini.
"Kakak mempunyai wanita lain, bukan?"
Gerakan ibu jari Dariel pada pipi Dara terhenti begitu mendengar perkataan wanita itu.
"Kakak belum bisa lepas dari wanita yang Daddy ceritakan itu 'bukan?"
Lagi, perkataan Dara semakin membuat Dariel membungkam.
Dara mendorong sedikit tubuh Dariel kemudian berdiri dan menatap suami nya itu dengan tatapan tak percaya.
"Dari awal sudah aku bilang, aku tidak butuh pertanggung jawaban. Kenapa kakak memaksa dan berakhir seperti ini?" Tutur sedih Dara.
Tiga bulan memang waktu yang singkat untuk jatuh hati, tetapi kini hati nya di sakiti oleh pria yang bersikap manis pada nya.
Pria yang membuat nya jatuh cinta dan pria yang akan menjadi ayah dari calon anak di kandungan nya.
"Dari mana kamu mendengar berita itu?" Tanya Dariel menatap lamat wajah istri nya.
"Jadi benar?" Tanya balik Dara.
"Dari mana Dara?!" Tanya Dariel mulai menaikkan nada bicara nya.
Dara yang semakin merasa sakit pun kini langsung mengambil handphone nya dan menunjukkan foto yang terpampang di layar tersebut.
"Ini.. Ini kakak dan wanita itu 'bukan?!"
Dariel merampas handphone Dara dan memperhatikan foto tersebut. Memang benar di dalam foto itu adalah diri nya bersama Jennita.
"Dari mana kamu mendapatkan nya sayang?" Tanya Dariel lagi.
"Tidak penting aku dapat dari mana, yang pasti aku membenci kakak!" Teriak Dara tepat di depan wajah Dariel.
Merampas kembali handphone nya Dara berniat pergi dari kamar itu. Tetapi Dariel menahan nya dan langsung mengangkat tubuh nya.
"Turunkan!!" Teriak Dara mengamuk.
Dariel menurunkan tubuh Dara di atas kasur dan langsung menindih nya. Tidak sepenuhnya menindih karena ia menjaga jarak agar perut besar istri nya itu tidak tertekan.
"Lepas kak, lepaskan aku dan berbahagia lah bersama--mpphh!!"
Ucapan Dara berganti gumaman saat Dariel meraup bibir nya dengan kasar.
Menekan tengkuk nya hingga napas Dara mulai habis baru lah ia melepaskan nya.
"Ingin meninggalkan ku?" Tanya Dariel dengan gerakan bibir yang bersentuhan dengan bibir Dara.
"Aku tidak mau menjadi penghalang di antara kalian, aku--"
"Kamu tidak akan bisa meninggalkan ku lagi, sayang" Potong Dariel yang kemudian langsung menyobek piyama yang Dara pakai.
Srakk.. Srakk!!
"Kak Dariel!!" Teriak Dara panik.
Bukan nya melepaskan atau pun menjauh mendengar teriakan itu, Dariel malah semakin menjadi.
Mengecup dan mengh*sap kulit putih mulus yang terekspos itu. Kemudian mengendus nya bak predator yang siap menerkam mangsa nya.
"Sekali pun kamu menangis darah, aku tidak akan melepaskan mu dan anak kita" Bisik Dariel.
Dara memejamkan erat kelopak mata nya seraya mencengkram lengan Dariel.
Pria yang sudah sama polos nya seperti Dara kini bersiap memasukkan milik nya dengan tangan yang terus mengelus perut Dara.
"Pantas beberapa hari ini sikap mu berubah, jadi karena hal ini hmm?"
Kepala Dara menggeleng samar, bibir nya membungkam erat saat merasakan milik suami nya itu mulai masuk menerobos liang nya.
"Eughh.." Dariel melenguh nikmat seraya menyembunyikan wajah nya pada dada istri kecil nya itu.
"Nikmati lah, karena ini akan menjadi yang terakhir untuk kakak" Bisik Dara pedih.
Dariel menggeleng pelan kemudian mengecup sela leher Dara.
"Kamu akan selama nya bersama ku, sayang. Bersama anak-anak kita" Balas Dariel mulai memompa pinggulnya.
Sebisa mungkin Dara menahan suara nya, tangis nya dan rasa sesak nya.
Perlakuan manis ini sudah sepenuhnya Dara terima sejak dua bulan lalu, ia selalu terlena dengan kelembutan Dariel di atas kasur ini.
Hanya saja kali ini rasanya begitu menyakitkan dan sesak mengingat bahwa seseorang mengirimkan foto suami nya bersama wanita lain di beberapa tempat.
"Euggh sayanghh.."
Dariel bergerak pelan namun begitu dalam dan bertenaga. Membuat tubuh Dara tersentak.
Belum lagi gerakan tangan dan bibir lembut pria itu terus menggelitiknya, memberikan perasaan hangat dan sakit secara bersamaan.
Dariel yang melihat istri nya hanya memejamkan mata dengan bibir terbungkam rapat pun sontak langsung mel*mat bibir itu.
Mengigit nya dan membelit lidah nya di dalam sana membuat lenguhan yang ia nanti-nanti akhirnya terdengar.
"Emmhh.."
Semakin bersemangat Dariel pun semakin menekan nya dan mencoba mempercepat gerakan pinggulnya secara perlahan.
Ia tidak ingin melukai calon anak nya di sana. Dariel hanya ingin membuat Dara kembali terlena dan melupakan semua nya.
"EEUUGGHH!!.." Erangan kuat yang berasal dari mulut Dariel itu menjadi penghujung dari kegiatan panas berkeringat itu.
Tubuh Dara bergetar dengan mulut yang mengigit bahu Dariel saat merasakan kehangatan yang selalu mengisi nya.
Sampai akhirnya rasa itu pun hilang dan Dariel pun melepaskan milik nya.
Cup.
Dariel mengecup lama kening Dara kemudian menyatukan kening kedua nya.
"I love you.."
Dara memalingkan wajah nya, mengabaikan kata cinta itu hingga terdengar helaan napas Dariel.
"Ayo kita bersihkan dulu" Ajak Dariel hendak mengangkat tubuh Dara.
"Duluan saja, aku masih ingin berbaring di sini" Tolak Dara menarik selimut.
Tidak memaksa, kali ini Dariel hanya menghela napas dan bangkit menuju kamar mandi.
Bugh!.
Pria yang mengguyur tubuh nya di bawah pancuran shower itu memukul dinding di depan nya.
"Bodoh!" Maki nya dengan kelopak mata terpejam erat.
Ceklek..
Pintu kamar mandi yang baru saja terbuka membuat Dariel langsung melepaskan handphone di tangan nya.
Dan gerakan itu sempat di tangkap oleh mata Dara dengan jelas.
"Sini aku keringkan rambut mu" Titah Dariel menepuk kursi yang sudah ia siapkan.
Mau tidak mau Dada pun mendekat dan duduk di kursi tersebut karena hair dryer sudah di tangan Dariel.
"Besok aku libur, mau jalan-jalan kemana?" Tawar Dariel seraya mengeringkan rambut istri nya.
Dara hanya diam menggenggam erat handuk kecil di tangan nya.
...****************...
Hai hai.. Kembali lagi dengan novel baru aku, semoga tidak membosankan dan dapat mengisi waktu luang kalian ya🥰😘
"DARA!!"
Dariel langsung terduduk dengan napas memburu, mata nya menatap sekitar dan lagi-lagi yang ia dapatkan hanya keheningan.
Tok.. Tok.. Tok..
"Tuan anda baik-baik saja?" Panggil seorang pria di balik pintu kamar itu.
"Pergi lah" Sahut Dariel dingin.
"Baik tuan, maaf menganggu anda"
Tidak lagi terdengar suara kini Dariel yang sudah terbangun dari tidur nya itu langsung beranjak menuju kamar mandi.
Mengguyur tubuh nya dengan air dingin dan meneteskan air mata nya yang bercampur dengan tetesan air dari shower.
"Kamu dimana sayang? Apa kamu tidak merindukan ku? Lalu bagaimana kabar anak kita sekarang?"
Dariel menangis tanpa suara di sana, sudah tiga tahun Dara menghilang.
Lebih tepat nya setelah malam panas itu dan Dara pergi saat diri nya tertidur pulas.
Bugh..
Bughh..
Dariel membenturkan kepala nya ke dinding di depan nya. Mimpi malam itu menjadi mimpi buruk nya.
"Aku mohon kembali sayang, aku menyesal.." Isak nya menjambak rambut nya sendiri.
**
***
"Bagaimana skripsi mu?" Tanya Dariel pada adik nya, Echa.
Echa mengangguk. "Lancar"
"Lalu kapan sidang nya?" Tanya Dariel lagi.
"Masih empat bulan lagi"
Dariel mengangguk mengerti, pria itu kembali fokus pada jalanan di depan nya untuk mengantar sang adik ke depan gerbang universitas nya.
Meski pun sudah pisah rumah tetapi Dariel rutin mengantar-jemput adik perempuan nya dan tidak membiarkan Echa berkeliaran bebas.
Tentu semua itu karena kejadian yang Dariel lakukan dan Dariel tidak mau jika adik nya terkena karma dari nya.
"Nanti selesai kuliah kakak jangan jemput 'ya" Pinta Echa menatap sang kakak.
"Mau kemana kamu huh?" Dariel melirik sekilas Echa.
"Aku ingin pulang bersama Rio dan mampir sebentar ke toko buku" Jujur nya.
"Tidak" Tolak Dariel terang-terangan.
Echa mendengus mendengar penolakan tersebut. "Please kak, aku sudah dewasa dan lagi Daddy saja sudah mengizinkan ku dengan Rio"
Dariel terdiam, memang benar Daddy nya sudah memberi izin pada bocah yang mengencani adik nya sejak duduk di bangku sekolah.
Namun tetap saja ia merasa waspada, bukan pada bocah itu tetapi takut jika terjadi hal yang tidak-tidak.
"Please kak, sekali saja dan hari ini Rio ulang tahun setidaknya aku ingin meluangkan waktu bersama nya" Pinta memohon Echa.
Dariel menghela napas kemudian mengusap rambut adik nya seraya menatap nya sekilas.
"Baiklah, tetapi jam tujuh malam kamu harus sudah berada di rumah!"
"Yes! Terima kasih kakak ku yang baik!" Seru senang Echa mengecup pipi sang kakak.
Sungguh kesempatan seperti ini jarang ia dapatkan terlebih lagi sejak sahabat nya, Dara kembali pergi dari hidup sang kakak.
Dariel menghentikan mobil nya tepat di depan gerbang universitas terbaik di kota nya sekaligus di negara nya.
"Uang jajan bulanan kamu sudah kakak transfer semalam" Ucap Dariel menatap pergerakan adik nya.
Echa tersenyum lebar mendengar itu, kakak nya memang tidak telat memberikan uang jajan bulanan nya dalam jumlah yang tidak bisa di bilang kecil.
"Thank you very much my brother" Girang Echa kembali mengecup pipi Dariel.
"Dasar" Dariel mengacak-acak rambut adik nya, sungguh menyayangi nya.
"Aku duluan 'ya, kakak hati-hati" Pamit Echa seraya membuka pintu mobil.
"Belajar yang benar" Pesan Dariel.
"Siap pak boss!" Sahut semangat Echa sebelum menutup kembali pintu mobil.
Dariel pun tidak langsung menjalankan mobil nya, ia memperhatikan adik nya yang saat ini berlari kecil.
Di samping gerbang itu ada seorang pria yang sangat Dariel kenali menunggu adik nya lalu merangkul nya untuk masuk bersama.
"Huh.." Dariel bersandar sejenak dengan kelopak mata terpejam.
Kembali duduk tegak Dariel pun menghubungi seseorang seraya kembali menjalankan mobil nya.
"Halo, selamat pagi tuan" Sapa seseorang di sebrang sana.
"Hm, bagaimana apa kau sudah menemukan nya?"
"Saat ini saya sedang mengecek di rumah sakit yang berada di Korea Selatan tuan, yang melahirkan di tanggal dua puluh ke atas sungguh banyak di negara ini" Jelas seseorang itu.
"Lanjutkan sampai ketemu!" Titah Dariel meremat setir nya dengan rahang mengetat.
"Laksanakan tuan"
Panggilan pun berakhir dan di sana Dariel semakin menambah kecepatan nya mengingat istri dan anak nya belum juga di temukan.
Memang sejak tiga tahun lalu ia menyuruh seseorang untuk mencari istri dan anak nya. Mencari melalui tanggal persalinan yang ada di setiap rumah sakit dan bukan hanya di satu negara melainkan sudah sembilan negara.
Kini Korea Selatan lah menjadi negara ke sepuluh yang menjadi harapan di tahun terakhir nya sebelum kembali berganti tahun.
"Sebesar itu kah kesalahan ku sampai kamu bersembunyi begitu jauh? Menyembunyikan anak kita?" Gumam Dariel dengan mata berair.
Sungguh ia lelah, harapan nya selalu pupus setiap kali mendengar orang suruhan nya belum menemukan istri dan anak nya.
****
"Sayang.."
Luca yang hendak marah saat pintu ruangan nya di buka tanpa di ketuk terlebih dahulu sontak langsung tersenyum saat mendapati sang istri yang masuk.
"Kok ke sini tidak bilang dulu?" Tanya Luca seraya menghampiri istri nya.
Merangkul pinggang nya kemudian mengecup bibir wanita itu sebelum akhirnya menuntun untuk duduk di sofa.
Anastasya mendengus lirih kemudian memeluk suami nya. "Aku merindukan cucu kita" Adu nya manja.
Mendengar itu Luca menghela napas. "Aku pun merindukan bocah menggemaskan itu, sayang" Jawab nya.
Anastasya pun langsung menatap wajah Luca. "Ayo kita ke Korea, aku merindukan si gemoy!" Ajak nya semangat.
Gemoy, panggilan yang Anastasya berikan untuk cucu laki-laki nya yang memiliki pipi seperti bakpao dan sangat mirip seperti Dariel saat kecil mengingat bahwa si gemoy itu anak dari putra nya.
"Tidak bisa sekarang sayang, pekerjaan ku masih banyak dan lagi akhir-akhir ini seperti nya Dariel semakin gencar mencari Dara" Tolak lembut Luca.
Kedua kali nya ia membantu menyembunyikan Dara dari Dariel putra nya sendiri.
Dan itu semua terjadi karena kebodohan dari putra nya yang benar-benar tidak bisa di toleransi.
"Sudah selama ini, apa lebih baik kita pertemukan saja mereka?" Tanya Anastasya merasa kasihan pada putra nya.
Luca menggeleng. "Ini hukuman untuk Dariel yang menj*lat janji nya sendiri"
Anastasya menghela napas mendengar itu, kemudian wanita itu bersandar pada dada suami nya.
"Andai Dara yang menjadi cinta pertama Dariel mungkin hal ini tidak akan terjadi" Hela nya sedih.
"Jangan salahkan cinta, tapi salahkan Dariel yang belum bisa melepaskan wanita itu sepenuhnya dan salahkan juga wanita itu yang terus menganggu putra kita" Jawab panjang Luca dengan nada kesal.
...****************...
Jangan lupa dukungan nya supaya aku semangat up😍
Seoul, Korea Selatan.
*
Pagi yang cerah di akhir pekan cocok untuk melakukan olahraga membakar lemak dan kalori 'bukan?
Maka hal itu lah yang sedang di lakukan oleh seorang wanita berumur sekitar dua puluh tahun di sebuah taman.
Kulit sedikit berwarna gelap dan bentuk wajah yang begitu berbeda dari masyarakat Korea Selatan pada umum nya itu, mampu mengalihkan perhatian para pria yang juga tengah berjoging di sana.
Bentuk tubuh yang tercetak jelas karena pakaian olahraga yang ia kenakan mampu mengundang siapa saja untuk mendekati nya, seperti saat ini.
"Hai nona" Sapa seorang pria yang menyamai langkah kaki nya dengan wanita tersebut.
Wanita itu hanya tersenyum tipis menanggapi sapaan itu, wajah nya begitu cantik terkena sorot matahari dan senyum nya begitu manis.
"Sudah beberapa minggu ini aku memperhatikan mu di taman ini, entah kebetulan atau memang jodoh" Ucap pria tersebut terkekeh pelan.
Lagi, wanita itu hanya merespon dengan senyum tipis seraya terus berlari mengitari taman.
"Bagaimana jika kita berkenalan? Emm setidaknya perkenalkan nama ku, Eun So" Pria bernama Eun So itu mengulurkan tangan nya dengan kaki yang terus menyamai langkah wanita di samping nya.
Pada akhirnya wanita itu menghentikan langkah nya dan menatap tangan Eun So seraya mengelap keringat di kening nya.
"Dara" Jawab wanita itu, Dara Lorraine. Benar ia lah sosok wanita yang memiliki senyum manis dan bentuk wajah yang begitu sempurna itu.
Kedua nya berjabat tangan namun hanya sesaat karena Dara kembali melepaskan nya.
Tentu hal itu membuat pria bernama Eun So tersenyum dengan ketampanan setara dengan para idol di negara yang saat ini menjadi rumah nya.
"Saya permisi" Pamit Dara hendak kembali berlari.
"Tunggu" Eun So menahan lengan Dara.
Dara pun terdiam menatap pada lengan nya yang di pegang oleh pria itu.
"Ah, maaf aku tidak sengaja" Eun So langsung melepaskan.
"Apa anda perlu sesuatu?" Tanya Dara.
"Boleh kita bertukar nomor?" Tanya ragu Eun So.
Mendengar itu Dara tersenyum, bukan nya mengeluarkan handphone nya tetapi wanita itu mengangkat tangan kanan nya.
"Astaga maaf, aku kira kamu belum menikah" Ujar tak enak Eun So begitu melihat cincin yang tersemat di jari manis wanita di hadapan nya.
"Tidak apa" Jawab Dara.
Eun So menggaruk tengkuk nya. "Kamu terlihat masih begitu muda"
"Tidak masalah, saya memang baru berumur dua puluh tahun" Jawab panjang Dara kali ini saat merasakan kegugupan pria di depan nya.
Lagi, mendengar umur wanita di depan nya mata pria itu kembali melotot kaget. Namun belum sempat berbicara Dara sudah pergi.
***
"Huuft.." Dara menghela napas nya dengan langkah memelan saat memasuki pekarangan rumah nya.
Lebih tepat nya rumah yang di belikan oleh Luca atas nama diri nya yang selama tiga tahun ini menjadi tempat tinggal nya.
Teringat akan beberapa pria yang pagi ini menggoda nya dan selalu ia sahuti dengan mengangkat tangan kanan yang tersemat cincin nikah dari Dariel.
Dara lagi-lagi menghela napas nya, rasa sakit atas pengkhianatan itu masih membekas namun sudah tidak sesakit dahulu.
"Mama..!!"
Suara yang mengalun indah di telinga nya itu mampu membuat perhatian nya teralihkan.
Di teras sana, seorang bocah laki-laki berusia tiga tahun tersenyum hingga menunjukkan barisan gigi rapih nya dan kemudian tanpa di duga bocah itu berlari.
"Jangan berlari, Daniel!!" Kaget Dara yang juga ikut berlari laly menangkap tubuh kecil itu.
"Hihihi" Bocah laki-laki itu tertawa bahagia dan mengecup pipi sang Mama.
"Harus berapa kali Mama peringatkan untuk tidak berlari, apalagi di sana ada tangga huh?!" Tanya Dara mendengus kesal berpadu gemas.
"Niel ingin berlari, Niel merindukan Mama" Ucap bocah yang masih belum bisa menyebutkan huruf R itu.
"Pintar sekali merayu nya anak Mama ini huh" Gemas Dara menciumi pipi gembul itu membuat Daniel meronta.
"Aaa Mama!!"
Sedangkan di teras sana seorang wanita berumur sekitar lima puluh tahun itu hanya terkekeh seraya menggelengkan kepala nya melihat interaksi putri dan cucu nya.
"Mama mau kemana?" Tanya Dara yang sudah memasuki teras rumah nya dan memperhatikan penampilan sang Mama.
"Grandma akan pergi Mama, Niel sangat sedih" Jawab Daniel mendahului Rose yang hendak menjawab.
Raut wajah bocah kecil itu terlihat sedih namun siapa pun yang melihat nya sungguh merasakan kegemasan berkali-kali lipat.
"Utututu.." Rose mengambil alih Daniel dari gendongan Dara kemudian mencium pipi yang selalu memanggil untuk di cium.
"Grandma pergi tidak lama sayang, Grandma pasti akan kembali lagi" Ucap lembut Rose pada cucu nya.
"Mama mau kemana?" Tanya Dara lagi, terlihat sedih.
"Mama harus kembali ke L.A, sayang" Jawab Rose.
Deg.
Jantung Dara berdebar mendengar itu.
"Kenapa ke sana?" Tanya Dara.
"Mama masih punya bisnis di sana, dan sekarang ada sedikit masalah jadi Mama harus turun tangan"
Ada perasaan sedih dalam hati Dara mendengar itu, pasalnya selama tiga tahun ia tinggal di sini ada Mama nya yang selalu mendampingi nya.
Namun ia juga sadar selama ini selalu merepotkan nya, hingga pada akhirnya Dada hanya tersenyum lalu memeluk sang Mama yang tengah menggendong putra nya.
"Baiklah, kapan Mama berangkat nya?" Tanya Dara mengurai pelukan nya.
"Siang ini" Jawab Rose.
"Hmm masih ada waktu, aku akan mandi dulu nanti aku dan Daniel yang akan mengantar Mama" Ucap semangat Dara.
"Sarapan dulu baru setelah itu mandi" Perintah Rose.
Dara pun mengangguk mengerti kemudian mengecup pipi putra nya sebelum masuk ke dalam rumah nya.
"Niel mau main sama Grandma di taman?" Tawar Rose yang kemudian langsung mendapat anggukan dari Daniel hingga pipi bocah itu bergetar.
"Ayo Grandma!!"
**
***
Dariel menghentikan mobil nya di tepi jalan, mata nya menatap keluar kaca mobil dimana saat ini banyak anak-anak dan orang tua nya tengah berolahraga di taman yang sering ia lewati.
Rasa lelah nya sedikit berkurang saat membayangi setiap pagi di akhir pekan seperti saat ini. Dirinya, istrinya serta anaknya berolahraga seperti mereka.
Dan kini ingatan nya kembali pada kenyataan nya bahwa setiap pagi di akhir pekan ia baru pulang dari kantor nya.
Menghabiskan waktu semalaman penuh untuk berkutat dengan pekerjaan nya agar ia bisa tidur seharian.
"Kali ini setelah aku menemukan mu, aku tidak akan melepaskan mu. Aku tidak akan ceroboh dan berakhir kehilangan mu lagi. Dara" Gumam Dariel memejamkan mata dengan tangan yang mengepal kuat setir nya.
...****************...
Ayo ayo, siapa yang nunggu Dariel ketemu sama Dara?🤭
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!