NovelToon NovelToon

Our Secret Marriage

Aila Maharani

Di suatu kota terdapat beberapa keluarga terpandang yang di akui kualitas serta kuantitas mereka. Menempati urutan kedua keluarga terpandang yaitu ada Sasnawi Maharani.

Keluarga ini bergerak dalam bidang musik dan kebanyakan anggota keluarga mereka merupakan musisi, terkecuali Aila atau Aila Maharani.

Aila merupakan putri bungsu dari dua bersaudari. Dari segi penampilan, Aila terlihat biasa saja tidak ada yang istimewa dari dirinya. Hal inilah yang terkadang membuat nya merasa insecure dengan kakak nya, yang memiliki penampilan lebih menawan dari dirinya.

Airis merupakan putri tertua sekaligus kakak dari Aila. Dia hampir bisa memainkan segala jenis alat musik bahkan pernah menjuarai kejuaraan tingkat internasional.

Aila merasa semakin menciut dengan tekanan yang ada. Berapa kali pun dia mencoba berusaha menenangkan diri, namun selalu ada hal-hal yang membuat mental nya naik turun.

Dan disini, di rumah megah ini Aila bersama keluarga nya sedang makan bersama.

Di meja makan itu hanya bunyi denting sendok dan pisau makan yang terus bergesekan dengan piring nya.

Setelah beberapa saat, ayah sekaligus kepala keluarga Sasnawi Maharani itu memulai percakapan nya.

"Aila, bagaimana kuliah mu." Tanya ayah.

"Hmm seperti biasa ayah. Tidak ada yang istimewa, hanya ditumpuki tugas yang terus berdatangan." Aila mengambil buah segar di meja sebagai penutup makanan nya.

"Hmm begitu."

"Airis, kamu ada pertemuan siang ini kan." Tanya ayah lagi.

"Ah iya, ayah. Presdir dari Symphony Band ingin membahas sesuatu mengenai pembuatan ......."

Sepanjang kakak nya itu berbicara, Aila sama sekali tidak terlalu mendengarkan.

Dia tidak terlalu tertarik dengan musik atau apapun itu. Dia hanya ingin ketenangan dan kedamaian tanpa dicampuri hal yang sulit.

Ibu dan ayah nya tidak pernah membedakan kedua nya, namun dari kondisi sekarang saja perbedaan itu sudah jelas adanya

Aila selesai makan dan pamit undur diri dulu.

"Bu, ayah, Aila selesai. Aila balik ke kamar, ya."

Begitu ayah dan ibu nya mengangguk, Aila pun menaiki tangga untuk ke kamar nya.

Brukk

"Waahhh memang sensasi kasur itu tidak terkalahkan, hmmm." Aila terus menggelinding permukaan kasur nya yang empuk, sampai dia terhenti mendengar suara seperti sebuah mobil yang masuk ke halaman parkiran mereka.

Hmm siapa itu. Perasaan tidak ada keluarga atau tamu undangan yang kata nya akan datang. Aila

Wajar jika Aila berpikir begitu, karena biasanya saat ada tamu besar  ataupun keluarga pasti ibu dan ayah akan bersiap dan memberitahu, hal itu dikarenakan mereka harus menjaga image di depan orang lain. Namun kali ini tidak sama sekali.

"Hmm, kalau bukan tamu besar yang mendadak kasi kabar, pasti itu tamu yang tidak terlalu penting urusan nya." Ucap Aila dengan mata yang tertuju keluar jendela sambil melihat ada seseorang yang keluar dari mobil tersebut.

"Memang nya apa peduli, ku. Lebih baik aku nonton anime saja." Aila tidak peduli dengan urusan orang tua nya, karena hal itu memusingkan.

Dia mengambil handphone nya dimeja dan mulai menonton kartun kesukaannya.

Belum 5 menit Aila ingin mengakses kartun nya, tiba-tiba pintu kamar nya diketuk.

"Non, tuan ingin nona untuk turun." Ucap orang yang mengetuk pintu dan tak laik adalah kepala pelayan.

"Memang nya ada apa." Tanya Aila.

"Hmm sepertinya karena ada tamu itu, nona." Ucap pelayan lagi.

Itu? Siapa? Aila

....

"Terserah saja, cepat aku turun cepat juga urusan nya selesai." Keluh Aila.

"Baiklah, Paman."

Aila merapikan penampilan dan keluar dari kamar.

Aila berjalan dengan santai menuruni tangga dan melihat keluarga nya sudah menjamu tamu itu.

Terdapat dua orang yang seperti nya antara boss dan sekretaris.

"Ah Aila kamu sudah datang. Ayo duduk disini." Ajak ayah dengan meminta Aila duduk di samping nya.

Aila menurut dengan tenang dan hanya diam saja. Dia melihat penampilan dari tamu yang seperti nya sangat ayah nya hormati ini.

Aku akui penampilan nya luar biasa, tapi.... Aila

Aila melihat ke sekretaris pria itu.

Dia tidak kalah luar biasa nya, haha. Aila

Aila mengangguk sendiri nya, sampai membuat ayah nya bingung.

"Ada apa." Tanya ayah.

"Ehh, oh tidak ayah. Bukan apa-apa."

Aila mematung karena bertingkah konyol.

Sedangkan ayah hanya mengangguk dan kembali memperhatikan tamu nya.

"Jadi tuan muda Egi Davidson apa yang membuat anda berkunjung ke tempat sederhana ini." Tanya ayah dengan sangat formal.

Disisi lain Aila sedikit terkejut saat mendengar nama belakang dari pria itu adalah Davidson.

Davidson merupakan keluarga dengan posisi pertama sebagai keluarga paling berpengaruh di kota mereka. Mereka bergerak hampir di berbagai aspek.

Keluarga Davidson hanya memiliki satu orang putra dan orang ini yang pasti nya.

Namun dengan kelebihan yang ada pada dirinya dan keluarga, putra mereka memiliki kekurangan yaitu memiliki sikap yang keras kepala dan terkenal dengan suka bermain wanita.

Ehm sangat tidak masuk kategori pria idaman. Tidak akan berguna jika kau hanya punya penampilan yang bersinar jika karakter mu saja jelek. Aila

"Mohon maaf sebelumnya Tuan, kami datang tanpa memberitahu dahulu." Sekretaris yang berdiri di belakang tuan muda nya yang angkat bicara.

Lihat itu. Yang di tanya tuan nya tapi kenapa sekretaris nya yang berbicara. Dia pasti sangat tidak mau mengotori mulut nya dengan kata maaf. Aila

Egi merasakan seperti ada yang menatap nya dari tadi.

Dengan sedikit melirik ke samping, dia melihat Aila sedang melihat nya dengan wajah yang serius.

Aneh. Egi

"Jadi kedatangan kami kesini ingin melamar putri anda, tuan." Ucap sekretaris lagi, dan kali ini semua anggota keluarga di buat terkejut oleh nya.

"Ha, ap..apa melamar?. Maaf kan saya jika lancang, tapi saya tidak mengira bahwa kedatangan tuan kesini dengan tujuan tersebut. Terlebih lagi melamar. Bukannya tuan muda Egi memiliki pasangan sekarang." Tanya ayah dengan penuh hati-hati.

Sebelum menjawab, sekretaris tersebut melihat ke arah tuan muda nya.

"Bagaimana saya harus menjawab ini". Pasti itu yang sedang di pikirkan sekretaris itu. Terlihat sekali dari wajah nya. Aila

Ngomong-ngomong pria ini. Apa dia sudah gila ya. Ayah benar bukan nya sekarang dia sedang menjalin hubungan dengan wanita lain, tapi kenapa dia ingin melamar wanita lain. 

Terus..hmm sepertinya nya dia menyukai kakak. Dia sering mencuri pandang, heh apa kau pikir kalau kau tampan kau bebas bertindak ya, ck. Aila

Tanpa sadar Aila berdecak dan membuat Egi melihat nya lagi.

"Begini, tuan..."

"Tuan sekretaris saya ingin mendengarnya langsung dari tuan muda anda. Saya tidak mau mendengar hal seserius ini di sampaikan oleh orang yang tidak bersangkutan." Ayah secara tegas memotong perkataan si sekretaris, karena beliau ingin mendengar langsung tuan muda Egi tersebut berbicara tentang keperluannya.

------------------------------------------------------------------------

...Jangan lupa Subscribe, Komen dan Like nya gaiss 😉...

...Support kalian buat author buat rajin update ...

...😁...

...Happy reading...

Si Arogan

"..."

"Baiklah tuan Sasnawi Maharani, kedatangan saya kesini persis seperti apa yang sekretaris saya sampaikan. Saya ingin melamar putri anda. Terlebih dari saya yang memiliki hubungan dengan wanita lain, itu tidak berpengaruh bukan." Egi berbicara dengan nada yang sangat arogan, sampai membuat wajah ayah memerah dan ibu bahkan tidak bisa berekspresi tenang lagi.

"Tuan..tuan muda, anda tidak boleh seperti ini. Tuan Maharani merupakan partner kerja sekaligus sahabat dari ayah tuan muda. Jika anda bersikap begini bisa-bisa hubungan mereka hancur." Sekretaris Egi terlihat kewalahan dengan sikap arogan tuan muda nya. Bagaimana mungkin dengan umur nya yang hampir menginjak 30 an, tapi sikap nya masih kekanakan begini.

"Tuan sekretaris, kenapa Davidson tidak ikut bersama kalian." Tanya ayah, mencoba untuk tetap tenang.

"Ayah sedang ada urusan bisnis di luar negri, jadi urusan ini saya bisa mengatasi nya sendiri." Ucap Egi.

"Haah, sebentar saya ingin menghubungi nya. Saya tidak bisa menyetujui atau menerima lamaran yang alasan nya sangat tidak jelas ini." Ayah meminta pada kepala pelayan untuk mengambil handphone di meja makan.

Ayah memanggil teman nya itu dan tak lama menunggu dengan dering pertama langsung di terima oleh ayah dari Egi.

"Halo, David apa kau sedang sibuk." Tanya ayah. Dan suara dari handphone beliau dengarkan pada yang lain.

"Ah, tidak tidak. Aku memang rencana akan menelpon mu. Anu, apa anak ku ada disana." Tanya ayah dari Egi.

"Iya dia disini dengan sekretaris nya. Karena kau bertanya begini jadi apa kau bisa jelaskan ada apa sebenarnya ini. Anak mu tiba-tiba ingin melamar putri ku, dan yang aku tau bukannya dia masih berhubungan dengan wanita lain." Tanya ayah sambil melihat anak teman nya itu.

"Dasar anak kurang ajar itu. Hm.. Nana..."

"Pfft."

Ah sial, kenapa aku tidak bisa menahan nya.. Aila

Dan bukan hanya Aila yang menahan untuk tertawa, tapi kakak dan ibu nya juga tidak bisa menahan ekspresi mereka.

"Hei sudah ku peringati kau jangan memanggil ku begitu di saat ada keluarga ku." Kesal ayah dengan wajah yang memerah menahan malu.

"Oh, ya haha baiklah. Baik aku lanjutkan jadi begini...."

Ayah dari Egi tersebut menceritakan bahwa alasan keluarga nya ingin melamar putri dari keluarga Maharani ini adalah karena dia terkendala mendapatkan hal yang berkaitan dengan bisnis nya jika di keluarga nya tidak ada dari keluarga Maharani.

"Hei, bukankah kerja sama kita saja cukup, kenapa harus membawa anak-anak, lalu memang nya dengan siapa kau berbicara sampai keputusan mu begini." Tanya ayah lagi.

"Itu...maaf Nawi, beliau tidak mau aku membocorkan identitas nya pada mu."

Ayah seketika diam, beliau tidak tau bagaimana harus bersikap lagi.

"Astaga, memang nya siapa dia. Terus untung nya buat keluarga ku apa, karena ini menyangkut hidup putri ku tentu saja harus ada imbal balik nya." Ucap ayah dengan terus terang.

"Oh tentu saja ada. Karena kita akan jadi besan, jadi aku hadiahkan kepemilikan mall di cabang xx dan pergelaran Symphony di akhir pekan, kau tidak perlu khawatir karena itu bukan pergelaran biasa jadi aku bisa jamin dengan bakat anak mu itu keluarga mu akan makin diingat dan masa depan nya yang terjamin. Bagaimana."

Mendengar apa yang akan diberikan oleh sahabatnya itu, ayah tidak menyangka akan sebesar itu. Apalagi mall di cabang xx sangat besar dan keuntungan nya pun luar biasa.

"Hmm tidak buruk. Tapi..aku harus bertanya dulu kepada para putri ku, jika mereka menolak aku tidak bisa memaksa, karena ini kehidupan mereka." Jelas ayah sambil melihat kedua putri nya.

"Baiklah, tapi aku harap kau bisa membantu ku dalam hal ini. Kalau begitu aku serahkan sisa nya pada anakku, dan kau Egi bersikap sopan lah. Sampai jumpa, Nawi."

Dan panggilan pun selesai, sekarang ayah tinggal mengeksekusi keputusan nya dengan tetap memikirkan anak-anak nya.

"Baiklah, untuk sekarang apa anda berdua mau memberikan sedikit waktu untuk kami membuat keputusan." Tanya ayah.

"Ya terserah saja, tapi jangan lama-lama."

"Tuan mudaa." Sekretaris Egi tersebut sepertinya lumayan kewalahan dengan sikap semaunya tuan muda itu.

"Ck, dasar anak kurang ajar." Gumam ayah.

"Ayo kita ke ruang makan sebentar." Ayah mengajak istri dan anak-anak nya untuk pindah sementara, namun saat ingin pergi beliau melupakan hal penting untuk di tanyakan.

"Ah, ya hampir lupa. Ngomong-ngomong, siapa yang tuan muda Egi ingin lamar." Tanya ayah.

Egi mengangkat bahu nya tanpa berkata, tapi ayah seperti nya tau apa yang di maksud.

"Astaga, saya lupa. Perkenalkan dia istri saya Hanna Sasnawi Maharani, ini putri tertua kami Airis Sasnawi dan ini putri bungsu Aila Maharani." Jelas ayah.

"Hm? Kenapa nama belakang nya berbeda." Tanya Egi penasaran.

"Bukan apa-apa, hanya kreativitas saya saja membagi nama saya di kedua putri. Jadi siapa yang anda pikirkan, tuan muda."

Egi terdiam sejenak melihat Airis dan Aila bergantian.

"Saya ingin melamar Bu Hanna."

Mata ayah seketika terbelalak mendengar apa yang Egi katakan.

Bahkan sekretaris nya pun hampir depresi.

"Hanya bercanda. Saya ingin anak bungsu anda, siapa tadi Aila..Aila Maharani."

Mendengar itu spontan Aila bergumam.

"Wha..what the.."

Karena ayah mendengar, seketika beliau melihat ke arah Aila.

Apa ini...aku sudah yakin kalau dia menyukai kakak. Kenapa aku. Aila

"Ayah aku tidak mauu." Bisik Aila dengan ekspresi seperti hewan kecil yang akan dimangsa predator.

"Pfft." Egi tidak bisa menahan tawa nya saat melihat ekspresi itu.

Ayah pun sepertinya kebingungan, tapi dia tetap berusaha tenang dan menggandeng tangan Aila untuk pergi segera.

Egi melihat keluarga itu menjauh dari mereka dan berbicara.

"Aku baru tau ada orang tua membagi nama nya begitu. Apa kau pernah." Tanya Egi pada sekretaris nya dengan wajah serius.

"Hmm ya memang tidak. Tapi tuan, keluarga ini memilikinya reputasi yang sangat bagus, tuan Sasnawi Maharani memulai perjalanan karirnya dari nol sampai sekarang beliau berhasil membuat keluarga nya di kenal jutaan orang. Istri beliau bukan lah dari keluarga terpandang, tapi beliau lah teman yang sanggup menemani perjalanan tuan Sasnawi saat sakit maupun senang."

"Kau sepertinya tau banyak tentang mereka, ya." Tanya Egi.

"Hehe memang begitu pekerjaan seorang sekretaris, tuan." Ucap sekretaris dengan senyum masam.

Anda saja yang hidup nya hanya tau wanita. Sekretaris

"Lalu apa kau juga tau bagaimana kedua putri nya itu." Tanya Egi lagi.

Sekretaris Egi pun menceritakan bagaimana putri pertama Airis dan si bungsu Aila dalam kehidupan sosial nya. Dari yang Egi dengar saja terlihat jelas perbedaan kedua nya, dari segi fisik Egi memang tertarik dengan Airis karena hal itu merupakan kunci nya memilih wanita, namun tentang Aila dia tidak bisa memutuskan apakah dia buruk atau baik, secara fisik memang bukan tipe Egi tapi ada sesuatu yang membuat nya terlihat berbeda dari kakak nya itu.

"Hmm, tuan muda jika boleh tau kenapa anda lebih memilih Nona Aila daripada Nona Airis. Karena berdasarkan yang saya tau tipe wanita anda lebih seperti Nona Airis." Tanya sekretaris nya.

"...kau benar, kau tidak salah. Kenapa aku memilih dia..hmm hanya ingin saja. Ya hanya. Aku pikir dia bukan tipe orang mudah jatuh cinta, jadi itu merupakan hal bagus."

Jelas Egi dengan wajah sumringah, membuat sekretaris nya itu tidak habis pikir.

Yaa saya harap anda bukan orang yang duluan jatuh cinta. Sekretaris

------------------------------------------------------------------------

...Jangan lupa Subscribe, Komen dan Like nya gaiss 😉...

...Support kalian buat author buat rajin update ...

...😁...

...Happy reading...

Syarat

"Ayah, aku tidak mau." Aila sangat menolak lamaran dari Egi tersebut.

Dia masih bingung dengan apa yang dia dengar, padahal dari gelagat nya saja Egi sangat menyukai kakak nya.

Bagaimana bisa dia memilih aku, saat mata nya saja hanya melihat kakak. Aila

"Ayah, aku yakin kalau tuan muda itu salah mengingat nama kakak dan aku. Bisa saja begitu iya, kan." Aila masih menyangkal fakta nya.

Di kursi mereka tampak ayah dan ibu tidak tau harus merespon bagaimana, kedua nya melihat satu sama lain.

"Jujur saja, ayah juga yakin kalau tuan muda Egi menyukai Airis, karena dari yang ayah tau dia menyukai tipe wanita dewasa daripada anak-anak."

"Siapa juga yang anak-anak." Gerutu Aila.

"Ayah bisa saja menolak nya, tapi ini juga menyangkut nama keluarga kita, sehingga tidak bisa menolak sembarangan." Ucap ayah.

"Ayah juga tadi yang mengatakan bahwa ayah akan memutuskan dengan adil karena ini menyangkut kehidupan putri ayah. Dan karena ini menyangkut kehidupan ku jadi lamaran nya ditolak." Jelas Aila dengan tegas.

"Tapi Aila apa kamu tidak dengar tadi apa yang dikatakan Pak Davidson bahwa keuntungan yang diperoleh kita nanti itu sangat bag..."

"Kak, aku tidak butuh itu. Aku tidak memiliki bakat seperti kakak yang bisa segala nya. Aku masih duduk dibangku kuliah, sedangkan kakak sudah terbang ke segala penjuru dunia untuk mengembangkan karir. Aku bukannya putus asa karena tidak seperti kakak, hanya saja kehidupan seperti ini bukan yang aku inginkan. Aku ingin melakukan apa yang aku mau, bukan yang 'keluarga' kita mau."

Mendengar perkataan Aila membuat ayah, ibu, dan kakak nya terdiam. Entah kenapa sepertinya mereka paham bahwa Aila saat ini hanya ingin menikmati kebebasan nya, bukan terkekang dengan takdir keluarga yang berpaku pada satu hal yang rumit.

"Haaah, baiklah karena waktu kita tidak banyak untuk ini jadi ayah ingin memberikan syarat. Aila, saat kamu terima lamarannya saat itu juga ayah akan memberikan kebebasan untuk mu. Ayah tidak akan ikut campur bagaimana kamu memperlakukan pernikahan ini, tapi jika kamu dalam masalah saat menangani tuan muda itu maka jangan sungkan untuk memberitahukan kepada kami." Jelas ayah.

Saat mendengarnya ada rasa gembira, tapi juga gelisah.

Bagaimanapun juga kebebasan ku dibayar dengan pernikahan ini. 

Selama itu sesuai kehendak ku, jadi bisa saja diartikan bahwa aku bebas sepenuhnya. Aila

Aila melihat ke ayah nya, walaupun dari luar beliau terlihat tegas dengan kata-kata nya, tapi ada saja makna lain yang Aila tak sangka.

"Kalau begitu memangnya ibu dan kakak setuju." Tanya Aila.

"Yaah karena ini menyangkut kehidupan mu, jadi terserah saja. Selama kamu tidak memendam masalah yang membuat mu stres, maka datang saja kesini kapan pun." Jelas Airis dengan wajah lega nya.

Ibu pun menangkup tangan Aila di atas tangan nya.

"Iya, jika kau terdapat kesulitan nanti nya maka bilang saja ya. Jangan menanggung seorang diri." Ucap ibu yang masih gelisah untuk menyerahkak anak nya di tangan pria dengan reputasi kurang baik.

"Baiklah, jika semua sudah setuju aku juga akan menerima lamaran ini. Dan akan aku buat pria itu menyesal telah memilih ku, haha." Di kalimat terakhir Aila bergumam lengkap dengan ekspresi sepertinya ingin menyiksa orang lain.

"Ingat, ayah memang tidak ikut campur tentang bagaimana kamu menangani tuan muda itu, tapi ayah harap kamu jangan terlalu aneh menangani nya." Jelas ayah saat melihat ekspresi meresahkan dari Aila.

"Bisa-bisa nanti tuan muda Egi yang mengadu ke ayah kalau kau berbuat aneh."

"Haha tenang saja ayah. Aila bahkan sudah memikirkan nya saat ini." Ucap Aila dengan senyum tersembunyi nya.

Ayah melihat Aila dengan diam.

"Aduhh kepala ku sakit, banyak sekali hal yang terjadi dalam waktu yang singkat." Gumam ayah sambil memijat kedua pelipis nya.

Aila dan keluarga kembali ke ruang tamu. Saat itu juga Aila melihat Egi yang tidak tau kenapa tersenyum melihat nya.

Dih, kenapa lagi dia. Kau pikir aku langsung jatuh cinta saat melihat senyum itu haa. Aila

"Baiklah, tuan muda Egi setelah banyak pertimbangan kami sekeluarga setuju jika anda ingin melamar Aila. Dan Aila sendiri juga setuju, tapi...mengingat ini menyangkut kehidupan nya maka saya tidak akan memaksakan sesuatu yang bukan kehendak nya. Saya menyerahkan segala nya di tangan Aila." Jelas ayah.

"Oh, jadi anda tidak akan ikut campur dalam kehidupan pernikahan kami berdua. Begitu." Tanya Egi yang seperti nya sedikit tertarik dengan apa yang Aila sampaikan pada keluarga nya.

Ayah mengangguk dan Egi pun tersenyum lagi.

"Ok, baiklah. Saya tidak keberatan. Jadi apakah kita perlu selesaikan hari ini atau di hari lain." Tanya Egi dan melihat ke arah Aila.

"Sebaik..."

"Tidak, kita selesaikan ini...hari ini juga." Aila memotong perkataan ayah nya. Dia tidak ingin menunda bulan karen dia ingin hidup bersama Egi secepat mungkin, tapi melainkan ingin hidup bebas.

"Tapi Aila bukankah banyak yang harus di siapkan."

Ibu dan ayah mulai cemas dengan apa yang direncanakan anak bungsu nya itu.

"Ayah, ibu, kakak, dan tuan muda Egi saya ingin melakukan registrasi pernikahan saja, tanpa dilakukan upacara maupun resepsi. Saya tidak ingin menarik perhatian orang ramai apalagi media, mengingat itu bersangkutan dengan hubungan dua keluarga besar."

Mendengar apa yang di katakan Aila, ayah seketika seperti menyesal telah menyerahkan segalanya di tangan Aila.

"Astaga kepalakuu..tuan muda Egi, seperti yang tadi saya sampaikan kami tidak akan ikut campur bagaimana Aila menangani  pernikahan kalian, tapi berbeda jika anda yang memutuskan karena ini menyangkut anda juga." Ayah bersandar di sofa nya dengan menahan denyut kepala yang semakin menjadi.

"Hmm~... kalau begitu saya tidak keberatan, toh ayah hanya ingin bukti bahwa saya sudah melamar putri dari keluarga Sasnawi Maharani. Jadi sekedar registrasi pernikahan saja sudah cukup."

Tanpa sadar Aila tersenyum lega dan hal itu di lihat oleh Egi.

Sepertinya aku tau pola pikir nya.

Sedikit terkejut karena dia tidak mau melangsungkan upacara dan resepsi, padahal kebanyakan wanita yang telah aku kencani berkhayal bahwa mereka akan merencanakan hal yang mewah-mewah saat pernikahan nanti. Egi

"Aku harus memanggil dokter saat ini semua sudah selesai." Gumam ayah.

"Sekarang jam berapa?. Apakah kantor nya masih buka." Tanya ayah

Sekretaris Egi membuka tab nya dan melihat jam kantor dari urusan catatan sipil.

"Maaf tuan, kantor nya sudah tutup beberapa menit yang lalu." Ucap sekretaris Egi

"Kalau begitu kalian berdua besok saja ke kantor, siapkan semua dokumen nya. Besok anda berdua kesini lagi di jam 12.00 an." Jelas ayah dan di angguki oleh Aila.

Setelah semua urusan nya telah selesai, Egi dan sekretaris nya pun pulang.

Ayah dan ibu nya mengantar kepulangan Egi, sementara Aila masih mematung di sofa dengan pikiran yang campur aduk.

Wahh aku masih tidak percaya akan menjadi istri orang besok hari.

Yah, walau menikah sekalipun kehidupan ku tidak akan berbeda, hanya saja kedamaian akan menghampiriku lebih sering, haha. Aila

------------------------------------------------------------------------

...Jangan lupa Subscribe, Komen dan Like nya gaiss 😉...

...Support kalian buat author buat rajin update ...

...😁...

...Happy reading...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!