"Tidak, aku tidak mau menikah dengan nya."
"Mawar, kali ini kamu nggak bisa nolak. Mau sampai kapan kamu akan begini terus? Rani bahkan sudah menikah lebih dulu dari mu. Ikhlas kan hati mu, Nak."
"Ya jelas dong. Dia menikah dengan siapa? Hasil mencuri aja bangga."
"Mawar, kamu harus ikhlas. Jika Rani menikah dengan Reno, berarti mereka berjodoh."
"Pak, masalah nya mereka itu udah nusuk aku dari belakang. Coba kalau aku nggak mergokin mereka, bisa jadi sampai Reno menikah denganku, mereka masih berhubungan."
"Mawar! Serendah itu pikiran mu kepada adik mu Maharani? Ucap Ibu tiri nya Mawar.
Maharani adalah sang pelakor itu. Mereka ketahuan selingkuh sehari sebelum Mawar dan Reno menikah. Adik yang paling ia sayangi, yang selalu ia bela dan ia jaga. Malah menusuk nya dari belakang.
Pak Budi menikah dengan Ibu nya Rani saat Mawar berumur tiga tahun. Saat itu, Mawar yang masih kecil sangat membutuhkan kasih sayang seorang Ibu.
Ibu Kantil yang merupakan teman Pak Budi semasa sekolah dulu menerima pinangan nya dan menikah.
Awal pernikahan Bu Kantil sangat menyayangi Mawar. Hingga Maharani lahir, semua berubah. Kasih sayang itu hanya saat Pak Budi ada di rumah.
Pak Budi yang memang keturunan supir secara turun temurun, sudah mengabdikan diri nya di keluarga Hartawan sejak masih muda. Keluarga Pak Budi memang dari dulu sudah mengabdi menjadi supir di keluarga itu.
Entah sudah berapa generasi berlanjut, akan tetapi semua berubah saat Mawar lahir. Tidak ada supir wanita dalam sejarah keluarga Pak Budi. Namun, semua itu bisa berubah jika mereka menikah kan anak mereka nanti.
Perjanjian pernikahan itu di buat saat Mawar di lahirkan. Siapapun keturunan keluarga Hartawan yang berjenis kelamin laki-laki, harus menikah dengan Mawar.
"Tidak perlu di rendahkan, Rani memang sudah merendahkan diri nya dengan hamil sebelum menikah. Dan apa? Dia hamil anak calon suami kakak nya. Sungguh lucu dan konyol."
"Pokoknya Bapak nggak mau tahu. Besok, Tuan akan pulang dan ia ingin bertemu dengan mu. Bersikap lah yang baik, Mawar. Jangan sampai Bapak kehilangan pekerjaan gara-gara kamu."
Mawar sangat emosi. Nafas nya kian memburu. Sudah di tu-suk dari belakang. Di tinggal menikah. Di khianati dan sekarang ia harus menikah dengan ban-ci. Mengapa dunia seperti nya tidak ber pihak pada diri nya.
Menangis? Oh tidak semudah itu. Dari kecil Mawar sudah kebal. Tidak ada lagi air mata itu. Perbedaan yang ia terima dari kecil membuat nya lupa bagaimana cara menangis.
Dari kecil, bibit perebut memang sudah di miliki oleh Rani. Apapun yang menjadi milik Mawar, akan ia ambil dan jadi milik nya.
"Mengalah kau Mawar. Sama adik mu saja perhitungan." itu lah kata-kata yang selalu ia dengar dari Ibu Tiri nya.
"Tapi, kenapa Mawar yang harus selalu mengalah. Apalagi ini milik Mawar. Bukan milik Rani."
"Oh, sudah berani melawan kamu, ya."
Ibu Kantil yang marah kalau di bantah pasti akan memu-kul Mawar dengan sapu. Barang rebutan itu pasti akan hancur berkeping-keping jika Mawar tidak mau memberikan nya kepada Rani.
Pak Budi yang selalu sibuk tidak pernah tahu dengan keadaan anak nya di rumah. Bu Kantil selalu bermanis muka saat di depan nya. Dan Mawar, ia tidak ingin Bapak nya bersedih jika ia mengadu.
Puncak nya, Mawar di masukkan ke dalam asrama saat ia beranjak Remaja. Bukan nya sedih, Mawar malah sangat senang. Ia bisa jauh dari Rani dan Ibu Tiri nya Nyonya Kantil.
Di asrama ia memiliki banyak teman. Bahkan teman yang tidak memiliki hubungan darah bisa lebih baik dari saudara sedarah itu sendiri.
"Kamu nggak pulang Mawar? Ini kan udah libur."
"Nggak, enakan di sini. Bisa bantuin Abah dan Umma."
"Memang nya kamu nggak betah dirumah?"
Mawar pun bercerita tentang bagaimana keluarga nya di sana. Teman Mawar yang bernama Fitri tidak menyangka sama sekali. Yang ia lihat, Mawar adalah teman yang baik dan pintar.
*****
Saat itu, Mawar kuliah di jurusan ilmu komunikasi. Di sana lah ia bertemu dengan Reno. Karena sudah terbiasa jauh dari orang tua, kali ini Mawar memilih untuk merantau demi mencari ilmu.
Jangan harap ia akan mendapatkan uang jajan. Seluruh uang yang di berikan untuk Mawar, telah duluan di habiskan oleh Rani.
Mawar selama kuliah, ia mencari biaya nya sendiri. Terkadang mencuci piring di sebuah restauran atau berjualan apapun yang bisa menghasilkan uang.
Saat itu, Reno yang kecopetan merasa berhutang budi pada Mawar. Di sana lah benih-benih cinta itu hadir. Hingga Reno memutuskan untuk melamar Mawar.
Rani yang tergoda dengan ketampanan Reno, merasa ia harus merebut laki-laki itu. Apalagi yang ia tahu, Reno adalah manager di sebuah perusahaan iklan. Kapan lagi Rani bisa mendapatkan rejeki yang tidak di sangka-sangka itu.
"Bang Reno, kenal kan. Aku Maharani, adiknya kak Mawar. Bang Reno ganteng banget sih." Ucap nya dengan tidak tahu malu.
Saat itu Mawar sedang di tugaskan Ibu Kantil ke pasar. Jadi lah saat Reno ingin menjemput Mawar, wanita itu tidak ada di sana.
"Oh iya, makasih Rani."
"Kok tahu nama panggilan ku, Rani?"
"Ya feeling aja sih."
"Kalau punya feeling, berarti kita jodoh dong, bang."
Reno semakin tersudut. Apalagi saat itu Rani mengenakan pakaian yang lumayan terbuka. Belahan gunung kembar hampir saja membuat Reno kesulitan bernafas.
Namanya laki-laki, jika di suguhkan pemandangan seperti itu pasti tidak akan menolak. Walaupun ia juga terbayang wajah Mawar.
Rani memang lebih cantik dan bohai. Ia sering melakukan perawatan di salon ternama. Walaupun Pak Budi supir, tapi ia adalah supir legendaris. Gaji nya tidak sama dengan supir lain.
Uang bonus nya kebanyakan di habiskan oleh Rani ke salon dan merawat aset masa depan. Seluruh tubuh nya sudah banyak yang tidak asli lagi.
"Bang, kok bisa suka sih sama Kak Mawar. Kan masih cantikan aku, lagi."
Rani semakin mendekatkan diri nya pada Reno. Jantung Reno semakin tak karuan. Si kembar yang ada di hadapan nya terus minta di panggil dan di lihat.
Rani bahkan berpura-pura mengambil sesuatu yang ada di bawah kaki nya, agar si kembar tampak lebih menantang ketika di lihat oleh Reno.
"Kira-kira jam berapa Mawar pulang ya."
Reno berusaha menetralkan hati nya yang sudah memanas dan tidak bisa di kendalikan.
"Paling sebentar lagi. Biasa lah kalau di pasar itu kan pasti ada tawar menawar nya dulu."
Tiba-tiba Rani berpura-pura jatuh di pangkuan Reno. Tidak sengaja si kembar mengenai wajah Reno.
Reno terdiam. Selama berpacaran dengan Mawar, mana pernah ia mendapatkan hal seperti ini. Apalagi Mawar melarang keras Reno berbuat mesum.
Cup..
Tiba-tiba bibir Reno di kecup Rani. Rani yang sangat nakal itu juga mengambil tangan Reno dan meletakkan nya di atas si kembar.
Reno tak bisa berkutik. Ia telah kalah. Cinta nya pada Mawar dalam sekejap hilang akibat nafsu.
Setan tertawa melihat mereka. Bahkan Bu Kantil pun sangat senang karena rencana mereka telah berhasil.
Mawar dan Pak Budi sedang duduk di sofa milik keluarga Hartawan. Hari ini, tuan besar akan pulang dan ingin mengenal langsung siapa wanita yang akan menjadi menantu nya itu.
"Mawar, Om." Ucap nya sopan.
"Sudah lama sekali Om tidak melihat kamu, Mawar."
"Saya kuliah, Om."
"Kuliah dimana?"
"Di Universitas Xx jurusan Ilmu Komunikasi, Om."
Hartawan tersenyum saat mendengar jawaban yang di berikan Mawar. Biasa nya, seorang wanita akan menjawab dengan malu-malu. Berbeda dengan Mawar yang apa ada nya. Hartawan langsung menyukai Mawar pada pandangan pertama.
" Apa kamu sudah punya pacar? "
" Sudah, Om. Tapi di tikung adik tiri karena saya kurang cantik."
"Mawar!" pak Budi sangat malu saat Mawar berkata seperti itu.
Hanya Pak Hartawan yang tertawa sampai meneteskan air mata. Bagi nya, Mawar memang unik. Dan pasti akan cocok dengan anak nya.
"Besok di kafe Flamboyan, ada seseorang yang ingin berjumpa dengan mu. Silahkan temui dia."
"Baik."
Setelah berbincang lama dengan Pak Hartawan, Mawar dan Pak Budi keluar dari rumah itu. Rumah mereka memang tidak lah jauh.
Dari dulu, rumah supir di buatkan khusus dekat dengan rumah sang tuan. Agar jika perlu sesuatu, gampang untuk di panggil.
"Kamu itu nggak sopan. Kok begitu ngomong nya sama Tuan besar."
"Dimana nya yang nggak sopan? Coba bapak katakan."
"Mawar. Mawar. Contoh lah adik mu Rani. Tutur kata nya itu lemah lembut."
"Maaf pak, cita-cita Mawar bukan untuk menjadi perusak kebahagiaan orang."
"Itu lagi. Itu lagi. Ikhlaskan saja lah Mawar. Toh mereka sudah menikah dan adik mu sedang hamil."
"Trus, Mawar harus bilang wow, gitu? Dari dulu bapak memang suka pilih kasih. Dan sekarang malah tega jodohin aku sama pria gemulai itu."
"Namanya Angga. Angga pratama. Dia adalah satu-satunya pewaris langsung kerajaan Hartawan. Kau akan hidup senang jika menikah dengan nya."
"Pak, banyak uang tidak menjamin kita bisa hidup senang."
"Trus, Pria mana memang nya yang mau menikah dengan mu? Pria seperti suami adik mu itu? Apa kau akan menunggu mereka berpisah?"
"Ckk.. Aku tidak sudi memungut barang bekas." Ucap Mawar lalu pergi begitu saja.
Lelah sekali rasa nya menjadi Mawar. Bapak nya semakin hari semakin nampak saja pilih kasihnya. Belum lagi setiap hari harus melihat kemesraan adik nya itu bersama sang suami yang berhasil ia rebut.
Rani dan Suami nya Reno masih tinggal di sana. Alasan Reno supaya gaji nya bisa di tabung untuk biaya kelahiran anak mereka.
Bahkan terkadang, di meja makan pun mereka seperti tidak tahu diri. Harus nya mereka bisa menjaga adab jika ingin berciuman. Seperti kejadian di pagi itu.
"Huek..."
"Kau kenapa Mawar? Jangan bilang kau hamil."
"Tenang saja. Aku masih tersegel. Aku bukan perempuan murahan, Pak. Aku hanya mual melihat hidangan di depan ku."
"Jangan nyindir dong, kak."
"Maksud nya?"
"Tadi kakak bilang perempuan murahan. Kakak nyindir aku?"
"Kamu merasa? Bagus deh kalau gitu."
"Mawar,,"
"Udah ya. Mawar berangkat dulu."
"Mau kemana kamu?"
"Mau cari sarapan di luar. Yang di rumah udah basi."
Ia pun berlalu pergi. Seperti itulah kejadian yang selalu di alami oleh Mawar di rumah itu. Terkadang Rani seperti sengaja ingin memanasi Mawar dengan melakukan adegan mesra di depan nya.
*****
Angga telah sampai di kafe itu. Ia menunggu seorang wanita yang akan di jodohkan pada nya. Entah siapa wanita itu, Angga tidak ingin ambil pusing. Papa nya juga tidak mengatakan apapun soal wanita yang akan datang hari ini. Ia hanya di suruh datang dan berkenalan.
Angga selama ini tidak tinggal di tanah air. Hobi nya sebagai fotografer membuat ia menjelajahi seluruh dunia. Ia tidak ingin di atur dan tidak ingin ada yang ikut campur urusan pribadi nya.
"Permisi."
Angga mendengar suara seorang wanita yang tidak asing di telinga nya. Suara itu, dulu pernah menjadi favorit nya. Suara wanita yang selalu ia rindukan.
"Iya." Ucap Angga sok kalem.
"Maaf mbak, anda salah meja. Meja ini sudah di pesan oleh tuan Angga Pratama."
Saat itu Mawar tidak melihat wajah Angga. Wajah nya tertutup majalah. Sekilas Mawar hanya melihat rambut cantik dan panjang milik nya. Rambut yang panjang itu perpaduan hitam dan burgundy. Ah,, entah lah. Mawar pun bingung menjelaskan nya.
" Apa saya terlihat seperti wanita?" Ucap Angga sambil menurunkan majalah yang sedang ia baca.
Mawar terkesiap. Bagaimana ada laki-laki yang tampan sekaligus cantik dalam waktu yang bersamaan. Wajah nya lebih glowing dari wajah Mawar. Bahkan bibir nya pink alami dan di berikan sedikit sentuhan lip gloss.
Jari-jari nya yang lentik dan kuku-kuku indah itu membuat nya tampak seperti wanita pada umum nya. Mawar membandingkan diri nya dengan Angga. Sungguh sangat berbeda jauh. Ia bahkan merasa insecure.
"Iya. Bahkan dibandingkan dengan saya, kamu lebih cantik. Ntar di kira orang jalan sama kakak lagi. Eh kakak nya kok lebih cantik dari adek. Pasti gitu kan, di mata cowok semua sama. Lihat yang bening dikit, langsung lupa sama yang dirumah."
Mawar sama sekali tidak pernah bertemu dengan Angga sebelum nya. Ia hanya tahu Angga adalah seorang banci dari Rani. Rani bahkan selalu mengolok-olok diri nya yang akan menjadi istri dari seorang banci.
"Kakak memang cocok sama kak Angga. Kakak tenang aja. Kalau nikah nya sama kak Angga, kakak pasti akan jadi satu-satunya wanita di hidup nya. Soal nya, dia kan nggak normal." Ucap Rani dengan nada mengejek saat itu.
"Trus, urusan nya sama kamu apa?"
"Ya nggak ada sih. Kakak harus pinter-pinter. Dan harus banyak sabar. Mana tahu burung nya juga sudah nggak bisa on lagi."
Mawar sangat kesal saat itu. Bukan hanya Rani. Ibu tiri nya pun begitu. Ia selalu menyindir Mawar. Entah apa salah Mawar kepada mereka selama ini.
Sudah mereka yang salah, bukan nya minta maaf. Ini malah semakin menyudutkan Mawar. Dan Mawar, terpaksa mengiyakan. Ia tidak ingin di coret dari kartu keluarga.
Enak sekali hidup si Rani dan Nyonya Kantil itu jika nanti seluruh harta menjadi milik mereka semua. Karena hal ini lah Mawar masih bertahan sejauh ini. Mawar tidak mau mereka berkuasa.
Angga yang mendengar bagaimana Mawar bicara, merasa tertarik berbincang lebih lama lagi dengan nya.
Baru kali ini ia bisa bertemu dengan wanita yang selalu ia lihat dari jauh. Penampilan Mawar pun cukup sederhana hari itu. Ia hanya memakai gamis maroon dan jilbab segi empat yang di pakai kan peniti di bawah dagu.
"Kamu mau pesan apa?" Tanya Angga ingin mencairkan suasana. Ia juga bingung bagaimana menanggapi ucapan Mawar.
Pasal nya apa yang di katakan Mawar memang benar. Kebanyakan laki-laki pasti seperti itu.
"Jus Tomat aja. Sama kentang goreng."
"Itu aja?"
"Iya. Emang kenapa?"
"Nggak kenapa-napa sih. Cuma nanya aja."
Mawar menatap Angga lekat-lekat. Ia perhatikan wajah Angga dari ujung kepala hingga ke bawah bibir.
"Kenapa? Kok gitu liatnya?" Tanya Angga risih.
"Aku heran. Kok bisa sih ada laki-laki yang bisa jadi cantik kayak begini. Aku aja nggak bisa cantik dari dulu. Memang terhalang biaya sih. Mungkin kalau aku banyak uang kayak kamu, bisa jadi aku bakalan lebih cantik." Ucap Mawar dengan percaya diri.
Angga tersenyum. Mawar benar-benar membuat nya merasa ingin tertawa. Akan tetapi, ia tidak boleh terlalu memperlihatkan emosi nya di depan Mawar.
Bagi nya, Mawar itu unik. Mawar itu lucu. Mawar itu sudah mencuri hati nya dari dulu. Dari saat pertama kali ia tahu, bahwa ia telah di jodohkan dengan wanita itu.
Andai saja papa nya bilang kalau Mawar lah yang akan di jodohkan dengannya, pasti lah ia akan pulang lebih awal. Oh, Mawar.
Mawar memakan kentang goreng nya dengan asyik. Ia pun sesekali menyeruput jus tomat kesukaan nya.
"Kamu, nggak pesan makan? Takut gemuk? Atau sedang diet. Eh, takut gemuk sama diet itu sama ya."
Lagi - lagi Mawar berbicara sendiri tanpa tanggapan apapun dari Angga. Sebenarnya, bukan Angga mengabaikan Mawar. Ia hanya begitu terpukau dengan wanita satu-satunya yang ada di hati nya sampai saat ini.
" Kok diam sih? Ilfeel ya sama aku. Bagus deh. Aku sih mau nya gitu. Biar perjodohan kita gagal. Hufh!"
"Aku siap menikah dengan mu!"
Suara bariton itu membuat Mawar menganga. Mengapa tiba-tiba suara Angga berubah. Bukan kah dia banci. Biasa nya banci yang ada di dalam khayalan Mawar itu, pasti melambai.
"Anak gadis kalau makan nggak boleh berantakan gini." Ucap Angga sambil mengambil tisu dan mengelap noda bekas jus tomat yang masih menempel di bibir Mawar.
"Memang nya kenapa kalau aku berantakan. Kita akan gagal menikah gitu?"
"Siapa bilang? Kalau kamu berantakan, tugas ku nanti yang akan membuat mu menjadi rapi."
Uhuk,,,
Mawar tersedak kentang goreng yang sedang ia makan. Apa-apa an Angga itu. Buat jantung nya deg deg ser.
Mawar memang cepat meleleh. Hanya saja gengsi nya juga besar. Apalagi yang membuat nya meleleh saat ini adalah laki-laki setengah wanita. Ralat. Bukan setengah, seperti nya seperempat.
"Jadi, apa kegiatan mu sekarang? Tanya Angga.
" Aku wanita pengangguran yang hanya merepotkan orang tua."
" Bagus deh kalau begitu. Berarti setelah menikah dengan saya, kamu akan menjadi istri saya sepenuh nya. Saya tidak suka menikah dengan wanita karir."
Lagi-lagi Mawar tergagap. Laki-laki jenis apa Angga ini. Ya, Mawar tahu dia memang dari spesies lain. Akan tetapi, semua yang di katakan Mawar ia malah suka.
Mawar jadi bingung, apa lagi yang harus ia lakukan agar Angga Ilfeel pada nya. Ia pasti akan di olok-olok jika memang jadi menikah dengan laki-laki cantik seperti Angga.
Bukan itu saja, ia pasti akan di katakan wanita Matre. Menikah dengan Banci demi harta. Uh, Mawar langsung galau.
"Memang nya pekerjaan mu apa? Kok bisa penampilan mu jadi cantik begini. Nanti aku di kira suka sesama jenis lagi."
"Aku fotografer. Dan aku suka gaya ku. Ada yang salah?"
"Salah besar! Aku nggak suka punya suami yang lebih cantik dari aku."
"Jika seperti itu, aku akan membuat mu lebih cantik dari ku."
"Tidak, aku nggak suka laki-laki gemulai. Apalagi nanti pas malam pertama. Pasti kamu nggak bakal nafsu sama aku. Pasti kamu selera nya sama laki-laki."
Mawar langsung menutup mulut nya. Apaan ni mulut. Bisa-bisa nya ngomong kayak gitu. Niat nya padahal mau buat Angga membatalkan pernikahan mereka. Tapi sekarang, seperti Mawar yang kelihatan murahan.
" Dari mana kamu tahu kalau aku nggak akan bernafsu saat melihat mu. Apa perlu kita coba sekarang?" Tanya Angga membuat Mawar terbungkam.
Mata Angga langsung menatap langsung ke arah Mawar, yang jantung nya sedang tidak baik-baik saja.
"Rani yang bilang. Punya mu itu nggak akan bisa berdiri kalau lihat perempuan."
Iya. Untung saja ia bisa mengkambing hitam kan Rani kali ini. Bukan kah memang benar Rani mengatakan hal itu.
"Jadi, apa selama ini ia pernah melihat ku? Atau pernah melihat milik ku?"
"Entah. Bisa jadi mungkin. Dia itu kan bisa merayu siapa aja. Apalagi dia menikah dengan calon suami ku setelah hamil anak nya. Ah, kok jadi curhat gini, ya."
"Jadi, kamu mau bukti?"
"Hah? Bukti apa?"
"Bukti kalau aku bakalan bernafsu lihat kamu."
"Nggak perlu!" Ucap Mawar sambil melotot.
"Tadi, kamu sendiri yang bilang."
"Bukan aku. Tapi Rani. Dia itu saudari aku dari Ibu yang berbeda."
"Nggak usah nyalahin orang lain, kalau memang kamu sendiri yang penasaran." Ucap Angga membuat Mawar malu.
Sebenarnya Mawar tidak bermaksud mengatakan hal itu. Hanya saya, ia sudah kehabisan kata-kata. Apapun yang ia katakan, Angga langsung bisa menjawab dan membalikkan kata-kata.
Ah, Mawar sungguh merasa sangat malu. Pasti Angga akan mengira ia wanita mesum. Tanpa Mawar sadari, Angga diam-diam tersenyum saat melihat tingkah laku konyol Mawar.
Rani, iya. Akan ia pelajaran wanita itu suatu saat nanti. Karena dia lah, Angga bisa menjadi seperti ini. Karena hasutan dari nya ia menjadi salah sangka kepada Mawar.
Mawar melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan nya. Ia sedang berfikir bagaimana cara nya untuk pergi. Akan tetapi, Angga seperti tahu dan bisa membaca isi pikiran nya.
"Kalau kamu sibuk, silahkan pergi sekarang juga. Aku nggak apa di tinggal sendiri di sini." Ucap Angga.
"Beneran?"
"Iya. Pertemuan kita cukup untuk hari ini."
Setelah berkata seperti itu, Angga kembali membaca majalah nya lagi. Ia menganggap Mawar sudah tidak ada di sana. Padahal Angga mau Mawar tidak pergi dan tetap bersama nya di sana.
Namun, itu hanya ada di dalam angan nya saja. Saat ia menurunkan majalah itu, Mawar sudah tidak ada pada tempat nya. Angga menghembuskan nafas nya kasar. Ia berfikir, apakah ia memang seburuk itu di mata Mawar.
*****
Mawar tiba di rumah beberapa jam kemudian setelah ia mutar-mutar tak tentu arah. Setelah pertemuan nya dengan Angga ia jadi bimbang.
Angga memang tidak gemulai akan tetapi penampilan nya itu. Mawar tidak mungkin menikah dengan seorang pria yang lebih cantik dari diri nya.
Sesampainya ia didepan rumah, tangan nya di tarik oleh seseorang.
"Reno, ada apa tarik-tarik? Nggak sopan sama kakak ipar." Ucap Mawar berang.
Bagaimana tidak, ia sangat kesal. Jantung nya masih belum pulih saat tadi bertemu dengan Angga. Dan sekarang adik ipar merangkap mantan pacar itu malah menarik nya ke semak yang ada di depan rumah.
" Apa benar kamu akan menikah dengan Banci itu, Mawar?"
"Kalau iya, emang kenapa? Masalah?"
"Kamu masih waras kan Mawar. Apa karena aku, kamu bisa jadi begini? Sadar Mawar. Laki-laki di dunia ini tu banyak. Kenapa harus menikah dengan Banci sih."
"Suka-suka aku dong. Kok kamu yang sewot sih. Urus saja itu istri mu yang sedang hamil."
"Apa karena dia kaya?"
"Oh jelas sekali. Setidak nya setelah menikah. Kami nggak akan tinggal serumah sama mertua dan ipar. Ups." Ucap Mawar sambil menutup mulut nya.
Reno berang saat mendengar kata-kata Mawar. Memang benar sih apa yang dikatakan Mawar. Akan tetapi, ego nya berkata lain.
Tiba-tiba saja ia ingin mencium Mawar, dan dengan tenaga super Mawar menendang burung kebanggaan nya itu.
"Dasar mesum!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!