Bona merupakan gadis periang walaupun sebenarnya ia memiliki hati yang sangat sensitif. Ia bekerja sebagai florist di tengah kota negara Swiss.
"Bona, kau mau melanjutkan s2?" tanya carolina saat melihat Bona sibuk merangkai susunan bunga pada oasis basah.
"aku akan memukul kepalamu jika kau bertanya lagi, kau sudah menanyakan itu 11 kali dalam minggu ini,"
"aku hanya ingin mencari teman tau," kekeh carolina sambil memelintir rambutnya dengan centil.
"keluarlah, bungamu sudah jadi untuk apa masih diam disini? Segera temui pacarmu dan tampar dia dengan bunga cantik itu," kesal Bona karena carolina selalu menganggunya tiap ia sedang kelelahan.
"jangan sering marah marah nanti jodohmu hilang karena alam tidak mengijinkan sosok pria untuk mendampingi orang gila sepertimu," carolina langsung berlari keluar saat melihat Bona sudah mengangkat gunting bersiap melempar ke arahnya.
"wanita gila itu benar benar membuatku ingin mati," gumam Bona sambil kesal karena tangannya terkena lem.
"selamat datang, kau ingin bunga yang bagaimana?" teriak Bona saat mendengar ada orang yang masuk ke dalam tokonya, namun ia masih sibuk di meja belakang.
"aku mencari pemiliknya," ucap pria yang suaranya langsung membuat Bona mematung, ia bahkan menjatuhkan bunga yang ia pegang karena kaget.
Bona berbalik dan mendapati ada Javier yang berdiri di dekat meja kasir tengah menatapnya. Ia benar benar terkejut karena hampir satu tahun lamanya mereka sudah berpisah dan pergi dari kehidupan masing masing.
"Javier , kau ingin bunga apa?" tanya Bona sedikit gugup, ia menyadari jika hatinya masih tertuju untuk pria didepannya.
"aku bilang mencari pemiliknya,"
"ohh, kau bisa langsung bicara. Hari ini aku sangat sibuk, tak ada waktu kusus untuk mengobrol,"
"kalau begitu besok saja,"
"sekarang tak apa, aku takut tak ada waktu," ucap Bona sedikit memaksa.
"kau tau betul kenapa kita putus?" tanya Javier sambil menatap Bona dengan kesal.
"ya, karena aku tak cantik dan..."
"kau masih berpikir itu alasannya?"
"itu... Seingatku kau bilang kita tidak cocok dan melelahkan menjalani hubungan membosankan denganku,"
"itu karena kau selalu sibuk dan membuatku tak bisa menjadi diriku sendiri, kau terlalu fokus bekerja dan membuat ku lupa pada diriku sendiri karena terlalu banyak membantumu,"
Bona meremas ujung bajunya, ia selalu lemah jika sudah menyangkut perihal Javier , "maaf sudah menyita waktumu,"
"kosongkan jadwalmu sehari saja dalam minggu ini, hubungi aku jika kau sudah luang," Javier menaruh kartu namanya di meja kasir dan berlalu pergi meninggalkan Bona yang kebingungan.
Bona mengambil kartu nama itu, ia melihatnya sangat lama. Ia sangat dejavu karena pertama kali mengenal Javier juga melalui kartu nama ini.
"kupikir kau merubahnya karena tak ingin mengingat tentangku lagi," Bona menyimpannya di laci dan kembali merangkai bunga pesanan customernya.
****************
Sudah satu minggu berlalu namun Bona tak ingat tentang Javier , ia sangat sibuk karena tiba tiba pesanan membludak sedangkan ia hanya memiliki satu karyawan.
Bona berjongkok di dekat tong sampah di depan tokonya karena lelah, ia baru saja mendapat kiriman bunga yang harus segera ia rangkai.
"aku baru tau kalau kau mulai pikun,"
Bona menoleh saat mendengar suara Javier , "astaga Javier , maafkan aku. Aku tak ada waktu jadi tak ingat harus mengabarimu,"
Javier memicingkan matanya saat melihat kantung mata milik Bona yang menghitam, "kau masih suka menyiksa dirimu?"
"kau tak akan tau jika tak menjadi pembisnis sepertiku, kau beruntung karena kau meneruskan perusahaan milik ayahmu. Sedangkan aku harus merangkak, tak ada waktu bersenang senang. Tapi aku tetap menyukai pekerjaan ini,"
"menjadi florist punya keuntungan yang banyak dan cepat mendapatkan uang, tapi aku harus menukarnya dengan waktu," lanjut Bona.
"ayo menikah,"
Bona langsung melotot saat mendengarnya, ia tak kaget jika di ajak menikah namun ia kaget karena dulu saat putus Javier bilang tak akan pernah mau menjalin hubungan dengan siapapun dan memilih melajang sampai mati karena tidak ingin repot dengan wanita.
"apa maksudmu..."
"aku buat kontrak 100 hari denganmu, kau mau minta bayaran berapa? 1m?"
Bona makin terkejut karena ternyata ini hanya di dasarkan pada uang, ia pikir Javier berubah pikiran dan masih mencintainya.
"tidak perlu, aku bisa mencari uang sendiri. Jangan kasihan padaku," tolak Bona dengan kecewa.
"yasudah berarti aku mencari wanita lain saja," Javier pergi begitu saja tanpa mendengarkan tanggapan Bona.
"aku mohon jangan," gumam Bona, namun masih bisa di dengar oleh Javier .
Javier masuk ke dalam mobilnya dan pergi dari toko milik Bona, ia juga tak punya tujuan karena Bona adalah pacar dan mantan pertamanya. Ia sangat anti dengan wanita karena malas, menghadapi ibunya yang rewel saja sudah membuatnya ingin mati.
"dia bukannya mantanmu," celetuk carolina membuat Bona kaget.
"ada apa lagi kau kemari? Jangan mengangguku,"
"kau galak sekali, aku yakin dia pergi karena sadar kau adalah wanita gila," ejek carolina.
"diamlah!" Bona masuk meninggalkan carolina yang masih sibuk melihat mobil Javier yang menjauh.
****************
"kau sudah menghubunginya lagi?" tanya nyonya lu, ibu Javier .
"dia masih memikirkannya," jawab Javier apa adanya.
"kau masih mencintainya?"
"tidak,"
"berbohong juga tidak ada artinya, jika kau masih mencintainya kenapa putus?"
"aku hanya beban untuknya, dia sibuk, jika aku masih menempel padanya itu hanya akan membuatnya tercekik dan tidak nyaman. Sudahlah aku bisa menikah dengan orang lain," kesal Javier .
"kau pikir semudah itu? Aku tau kau bisa memikat siapapun tapi berhentilah bersikap jika kau bisa menarik siapapun ke keluarga ini. Jangan memalukan ayah dan ibu di depan keluarga besar. Bona sangat cocok disini, kejar dia jangan sampai lepas," perintah nyonya lu sambil menikmati pijatan di kakinya.
"ibu, Bona itu bukan wanita yang mudah di bujuk. Dia sangat keras kepala dan tidak terbuka. Aku bahkan tak bisa memahaminya,"
"aku tidak mau tau, nikahi dia secepatnya. Kau mau dapat warisan atau tidak? Ingat kan apa kata kakekmu? Kau harus punya istri baru layak mendapatkan warisan,"
"aku sudah tidak mencintainya, aku malas berhubungan dengannya ibu,"
"aku tidak mau dengar pergi pergi, dasar keras kepala,"
Javier keluar dari ruang santai nyonya lu, ia benar benar malas dengan keadaan ini. Tapi ia tetap harus mendapatkan warisan itu bagaimanapun caranya.
"kenapa bilang aku tak boleh mencari yang lain jika kau sudah tak mau denganku? Dasar rewel, aku juga mengajakmu menikah hanya karena warisan!"
Javier melempar tubuhnya sendiri ke atas ranjang, ia sangat kesal karena Bona menolaknya dan tak boleh mencari wanita lain. Dan lagi ibunya yang memaksanya bersama Bona padahal wanita itu sudah tak ingin bersamanya.
"kenapa wanita sangat merepotkan! Kakek juga menyebalkan!"
...💋TBC💋...
Jangan lupa like & vote ya💋
Bona melihat layar ponselnya yang menunjukkan nomor milik Javier , "aku masih ingin bersamanya, tapi dia tak bahagia bersamaku,"
"sudah hubungi saja, aku yakin setelah menikah dia akan kembali mencintaimu. Lagipula dia tak pernah menjalin hubungan dengan siapapun kecuali dirimu,"
"jika aku cerai bagaimana?"
"setidaknya kau sudah menikah dengan pria yang kau cintai," ucap carolina sambil mengaduk tehnya.
"tapi..."
"sudah cepat daripada kau menyesal,"
✉️ you: Javier jika ada waktu kita bisa bertemu di kafe ujung jalan.
"bagaimana jika dia menolakku?"
"tidak akan lagipula dia membutuhkanmu, Bona dengarkan aku. Tidak papa jika seorang wanita mengejar cinta seorang pria,"
"kesalahan berfikir, aku yakin otakmu sudah rusak,"
ting!!!
Bona buru buru melihat ponselnya, ia melihat notifikasi yang masuk dari Javier , "ah semoga ini tak membuatku sakit hati," gumam Bona sambil menutup matanya.
✉️ Javier: aku kesana sekarang, jangan telat!
"aku harus pergi sekarang!"
"hey hey, berias dulu. Kau seperti pembantu, Javier langsung akan menceraikanmu setelah menikah jika begitu,"
Bona mengambil sisir, ia menata kembali rambutnya. Tak lupa kembali memoleskan lipstik dan menyemprotkan parfum agar ia terlihat segar dan tidak lusuh.
"apa sudah?"
"ya ini sudah lebih baik, hati hati jangan pulang jika tak bawa kabar baik,"
"tapi ini tokoku, ohh ya biarkan sonya pulang jam 4. Jika kau ingin pulang jangan lupa kunci pintunya,"
"ya ya jangan cerewet,"
Bona langsung pergi dengan hati gembira, kapan lagi ia bisa melihat wajah tampan Javier. Jujur saja ia masih sangat mencintai Javier, karena mereka berdua juga putus bukan karena orang lain namun karena keadaan mereka yang tak kondusif.
"Javier?"
"kupikir akan telat,"
Bona duduk dengan sedikit gugup, ia tak tau mau bilang darimana karena ia gengsi jika harus mengatakan jika ia masih mencintai Javier.
"ada apa? Kau berubah pikiran?" tanya Javier langsung.
"kau sudah cari wanita lain?"
"seseorang bilang padaku untuk jangan mencari wanita lain," ucap Javier sambil menyilangkan kedua tangannya.
"kupikir kau tak dengar,"
"aku tidak tuli, jadi kau mau menikah denganku?"
"berapa yang kau tawarkan?"
"1m, itu cukup karena pernikahan kita hanya berusia 100 hari. Habiskan hubungan kita di hari putih,"
"kurasa itu terlalu banyak, aku tak menginginkan uang darimu," tolak bona.
"karena kau masih mencintaiku?" tanya Javier .
Bona menatap Javier sedikit lama, ia menelisik ke dalam mata Javier . Namun tak ada harapan di dalamnya, "apa kau tak begitu?"
"aku tak pernah mengijinkan dirimu berfikir jika aku masih mencintaimu, aku hanya membutuhkanmu untuk warisan itu. Bukan untuk apapun, aku sudah tak mencintaimu sekarang, besok juga tidak,"
"aku pesan minum dulu," Bona bangkit dari kursinya menuju meja barista, ia tak tau mau berekspresi bagaimana setelah mendengar kalimat menyakitkan yang Javier ucapkan padanya.
Beberapa kali Bona melihat ke mejanya, Javier hanya diam sambil menatap ke arah luar, "kenapa dia mengatakannya," guman Bona.
"nona, ini pesanan mu. Ada tambahan?"
"tidak terimakasih," setelah membayar, Bona kembali duduk di kursinya.
"ini jika kesukaan mu belum berubah," Bona menyodorkan secangkir kopi latte di depan Javier.
"terimakasih,"
Javier mengambil dokumen dari dalam amplop coklat, ia membacanya sekilas dan menyodorkannya pada Bona, "bacalah dulu sebelum menyetujuinya,"
Bona menghela nafasnya saat tau jika pernikahannya benar benar di kontrak di atas surat, "Javier, aku ingin menanyakan beberapa hal padamu,"
"hmm, tanyakan,"
"setelah kita menikah, apa kita akan tinggal bersama?"
"ya, di apartemen ku. Kau sudah tau kan? Kita dulu tidur disana,"
"apa akan satu ranjang?"
"ya, tapi jika kau keberatan kau bisa tidur di kamar sebelah,"
"apa aku tetap bisa bekerja?"
"tentu saja, setelah kita cerai kau mau apa jika kau menutup tokomu? Aku tau kau punya uang 1m setelah ini tapi itu tak bisa menopang hidupmu selamanya," jelas Javier .
"yasudah," putus Bona, ia benar benar sakit hati walaupun ada sedikit rasa senang karena akhirnya ia akan kembali bersama Javier.
Bona diam melihat surat di tangannya, dia badai yang sangat aku cintai.
"jadi kau mau?" tanya Javier lagi.
"ya aku putuskan iya karena aku tak ingin melihatmu menyakiti wanita lain," ucap Bona sambil menanda tangani kontrak pernikahannya.
Javier terkekeh, "kau bukan takut aku menyakiti wanita lain kau hanya takut melihatku berbahagia dengan wanita baru,"
"terserah, kirimkan uangnya dalam bentuk cash ke tokoku,"
"aku beri cek saja," tawar Javier .
"tidak boleh, tak ada yang boleh tau kalau aku punya banyak uang. Aku pelit," Bona menyeruput kopi miliknya dan pergi meninggalkan Javier .
Javier terkekeh melihat Bona yang pergi dengan kesal, ia menyeruput kopinya dan ikut pergi.
****************
Hari berikutnya Javier membawa Bona kembali ke rumah nyonya lu untuk menunjukkan jika Javier berhasil membawa mantu kesayangan ibunya.
"nyonya lu," sapa Bona sambil meremas belakang baju Javier, ia gugup dan takut karena nyonya lu seperti sedang dalam mood yang buruk.
"Bona duduklah,"
"ibu, kenapa lagi? Jangan bilang kau mau sesuatu yang aneh lagi. Ibu jangan menyiksaku dan Bona dengan moodmu. Aku sudah bersusah payah membawa Bona kemari,"
"ayahmu tidak pulang dua hari, menyebalkan sekali!"
"tidak ada urusannya denganku, sudahlah ibu. Ibu sudah lihat Bona disini kan? Aku akan bawa pulang sekarang,"
"kenapa cepat sekali?"
"aku harus fitting baju dan menyiapkan pernikahan, kau bertanya seperti tak pernah menikah saja,"
"tidak tidak, aku tidak yakin jika kalian benar akan menikah sekarang. Cepat cepat aku harus lihat kalian berciuman di depanku," perintah nyonya lu.
"ibu apa apaan kau ini? Ibu tak seharusnya melihat aku melakukan itu padanya,"
"memangnya kenapa? Saat foto kalian juga akan berciuman. Di atas altar juga begitu, jadi aku harus melihatnya lebih dulu,"
Javier yang kesal langsung mengecup bibir Bona sangat cepat, "sudah kan?"
"aku bilang berciuman bukan mengecup," bantah nyonya lu.
"arghh ibu, dia pasti malu. Aku juga, sudahlah," tolak Javier malas.
"Bona kau mulai duluan," perintah nyonya lu.
"nyonya, bukannya begitu, tapi sedikit aneh melakukannya di depanmu," tolak Bona halus.
"memangnya kenapa? Aku ini ibu kalian, sudahlah aku harus tau apa bagus cara kalian berciuman. Aku tidak ingin fotonya nanti jelek,"
Bona meremas baju Javier, ia sedikit menjinjit untuk mencium bibir Javier. Ia sedikit memiringkan kepalanya agar posenya terlihat lebih bagus.
"Javier kau jangan membuat fotonya jelek!"
Javier memeluk pinggang Bona dan menekan tengkuk Bona, Bona sampai meremas baju Javier karena kaget jika Javier mau berciuman dengannya.
"sedikit kurang, latih lagi ciuman kalian. Aku tau kalian sudah lama berpisah jadi sering sering berciuman agar di foto dan video terlihat bagus,"
Nyonya lu keluar meninggalkan Javier dan Bona yang masih berciuman.
Javier menarik kepalanya menjauh, ia melihat Bona sangat lama. Tak lama ia mencium telinga Bona, "kau memakai parfum setajam ini untuk membunuhku?"
Bona mendorong Javier dan keluar begitu saja dari ruangan nyonya lu, ia benar benar malu.
Aku rasanya ingin masuk ke dalam dinding:(
...💋TBC💋...
Jangan lupa like & vote ya, dukungan kalian sangat berharga 💋
Bona di butik seorang diri tanpa di dampingi oleh javier, ia merasa jika ini tak ada artinya.
"nona dimana pengantin pria nya? Dia harus melihat ini, kau sangat cantik menggunakan gaun itu," puji salah satu staf yang membantu bona memilih baju.
✉️ you: *send a picture* bagaimana?
"eee tunggu sebentar, javier belum membalas pesanku,"
"baik nona, kau mau mencoba yang lainnya?"
"tidak, aku suka yang ini,"
"pilihanmu cantik nona, aku sudah siapkan makan siang dan camilan untukmu. Tuan javier yang memintanya,"
"benarkah? Kupikir dia tak peduli padaku,"
✉️ javier: yang kau suka saja.
"aku ambil ini, tapi furing di tanganku ini tolong hilangkan. Aku tak begitu nyaman,"
"baik nona,"
...****************...
Bona pergi ke gedung tempat ia akan mengadakan pernikahannya dengan javier. Selama seminggu ia menyiapkan semuanya sendiri, namun beberapa kali nyonya lu ikut datang untuk membantu membuat keputusan.
"bona," panggil nyonya lu.
"ibu, kau kemari bersama siapa? Dimana javier?"
"aku dengan supir, javier sangat sibuk. Aku pusing dengan anak itu, bona apa kau masih menyukai javier?"
Bona meremas ujung bajunya, "ibu, walaupun kami sudah berpisah tapi aku masih mencintainya karena kami putus bukan karena keinginan tapi keharusan,"
Nyonya lu mengangguk, "aku tau kau sangat sibuk untuk berkembang sedangkan javier sudah lebih dulu melakukannya ditambah lagi karena ayahnya kaya. Ibu tau perasaanmu, kau sudah makan?"
"sudah ibu,"
"bona, pernikahan ini dilaksanakan secara tertutup. Apa tak apa jika tak mengundang temanmu?"
"kalau hanya carolina apa tak boleh? Aku hanya punya teman dia,"
"emm tak apa,"
"ibu,"
"hmm ada apa?" tanya nyonya lu sambil mengusap bahu bona.
"bagaimana jika aku dan javier bercerai?"
"memangnya kenapa? Ada apa? Kenapa harus bercerai? Kalian masih saling menyayangi, bona jangan pikirkan hal hal yang tak mungkin terjadi, jika kau memikirkannya kau hanya akan makin dekat dengan hal buruk itu,"
"melihat javier yang terus sibuk, aku jadi berfikir jika kami tak benar benar akan menikah," ucap bona sambil menunduk.
"kau tenang saja jika javier melakukannya bilang saja pada ibu,"
Bona mengangguk pasrah, karena sudah pasti ia akan bercerai dengan javier. "ibu, apa javier masih mencintaiku?"
"tentu saja, saat aku menyuruhnya menikah dia langsung bilang akan menikah denganmu,"
"ibu kau mulai lagi," sela javier dari belakang.
"kau! Kemari, kau jahat sekali membuat bona ragu dengan pernikahan ini. Javier ini pernikahan sakral, kau jangan sampai kurang ajar padanya,"
"ya," javier menarik tangan bona untuk masuk ke dalam salah satu kamar di gedung itu.
"jangan bicarakan apapun tentang kontrak itu dengan ibuku!" desis javier masih mencengkram tangan bona.
"lepaskan!" tepis bona.
"javier, apa salahnya jika aku bertanya pada ibumu? Lagipula tetap saja kita tetap akan bercerai pada akhirnya,"
"kita akan bercerai dengan alasan aku mandul dan aku memintamu untuk meninggalkan aku. Jadi jangan khawatirkan apapun, kau harus terlihat mesra bersamaku di depan ibu!"
"tap..."
"aku membayarmu dengan mahal jadi jangan sesekali membantah!" potong javier.
Bona menatap javier dengan malas, ia membuang tasnya dan masuk ke dalam kamar mandi. Tak lupa ia membanting pintunya dengan keras karena kesal.
"kau pikir ini lelucon? Jangan pernah mencintaiku lagi," javier ikut kesal, ia keluar dan berganti membanting pintu.
"javier, dimana istrimu?" tanya nyonya lu saat melihat javier keluar dari kamar seorang diri.
"sedang di kamar mandi,"
"lihatlah pilihan bona sangat cantik," nyonya lu memperlihatkan beberapa konsep yang di pilih bona pada javier.
"ya pilihannya memang selalu bagus, termasuk menikah denganku,"
Nyonya lu terkekeh, "jangan menyakitinya apapun yang terjadi, jangan membuat istrimu terluka jika tak ingin mendapat kesialan,"
"ibu, jika aku gagal dalam pernikahan ini apa yang harus aku lakukan?"
"kau dan bona menanyakan hal yang sama, ada apa memangnya? Kalian tak mau menikah? Tak siap atau bagimana?"
"ibu, tetap saja pernikahan ini di dasarkan pada keinginan mendapatkan warisan. Bukan kesiapan antara aku dan bona," jawab javier sambil meremas tangannya, ia juga ragu dan takut.
"Kenapa kalian takut ha? Memangnya aku minta apa? Jika tak ingin punya anak dulu, aku tak memaksa. Kakek juga tak pernah memaksa ibu dan saudara ibu yang laiinnya sejak dulu. Kau tau kan itu hak dan kebebasanmu?" tanya nyonya lu sambil memegang tangan javier.
"jika seandainya gagal apa yang akan kau lakukan ibu?"
"tidak tau, perceraian adalah kegagalan terbesar dalam hidup setiap orang. Jangan pernah gagal, jangan pernah mengajak orang lain untuk gagal. Itu memalukan, kau pria terhormat jangan melakukannya,"
"tapi jika kita sedang bertengkar hebat?"
"javier, pria yang suka membohongi wanita sangat banyak, yang memainkan wanita dan menyakiti wanita juga sangat banyak. Jangan jadi salah satunya, jangan sampai ada di barisan pria menjijikkan seperti itu,"
"sudahlah javier, jangan pikirkan apapun tentang kegagalan kau hanya harus menjaganya,"
"ibu,"
"bona? Duduklah kemari, kita bicarakan ini,"
Bona sibuk membahas pernikahannya dengan nyonya lu, sedangkan javier diam seribu bahasa. Ia menyilangkan kedua tangannya dan menutup matanya. Pikirannya melayang layang memikirkan perkataan ibunya.
Hanya pernikahan tapi kenapa sangat berat dan menyiksaku, aku masih sangat normal bahkan aku jijik jika harus membayangkan hubungan dengan pria. Aku yakin penuh sampai aku memeriksanya dan aku masih normal.
Tapi kenapa berhubungan dengan wanita sangat merepotkan, aku sampai pusing. Tidak tidak ini hanya 100 hari.
"javier ini saja bagaimana?"
"ha?"
"kau ini kenapa? Kau tidak mendengarkan ibu?"
"aku mengantuk jadi tak mendengarkan, bagaimana?"
"kita pakai konsep ini saja ya?"
"iya terserah kalian,"
"javier, kau tidak mau melihat yang lainnya?" Tanya bona dengan sumringah.
Javier yang melihatnya mati kutu tak bisa menolak karena pasti ibunya akan memarahinya, "ya lihat sebentar,"
Bona menyerahkan buku katalognya pada javier, "ini"
"kemarilah, di sebelahku kau istriku kenapa duduk di sebelah ibu,"
Bona Langsung tersenyum, ia beralih duduk di sebelah javier. Ia tau jika ini hanya gimmick namun ia tetap senang dan bahagia.
Javier langsung merangkul bona, ia beberapa kali melihat ke arah bona untuk menunjukan beberapa gambar yang ia sukai.
"kalian sudah berlatih berciuman?" tanya nyonya lu tiba tiba.
"astaga ibu, aku sudah melakukan. Tunggu saja besok saat menikah pasti akan bagus,"
"awas jika jelek," peringat nyonya lu.
"javier, kau baru potong rambut?" tanya bona saat menyadari rambut javier sedikit berbeda.
"iya, kurapikan sedikit karena sudah sedikit panjang,"
Bona menyisir rambut halus javier, ia hampir menangis karena dulu ia sangat sering melakukan tanpa ragu dan takut. Namun kali ini ia ragu bahkan takut jika javier marah.
"haluskan rambutku?" tanya javier dengan sombong.
Bona tersenyum dan mengangguk, "masih bagus seperti dulu,"
...💋TBC💋...
Jangan lupa like & vote ya guys💋
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!