Seorang pria tampan tengah berbicara dengan temannya. Dia adalah Madara Uchiha, pengusaha kaya yang memiliki banyak saham, perusahaannya bernama Uchiha Property dan bercabang. Usianya 39 tahun, tapi dia belum berkeluarga. Namun dia terlihat awet muda. Ciri fisiknya tinggi terlihat dewasa dan bijaksana, wajahnya tampan dengan mata terkesan tajam berwarna onyx, dan rambut panjang berantakan dan diikat begitu saja, dan itu membuatnya terlihat makin tampan. Banyak wanita yang menginginkannya, namun dia tidak menerima satu orang pun karena alasan masa lalunya yang kelam.
Temannya bernama Obito Uchiha yang memiliki bekas luka parah dibagian kanan wajahnya, katanya bekas kecelakaan berat. Dia juga punya perusahaan dan bekerjasama dengan perusahaan Madara, kebetulan juga mereka kerabat dekat.
"Kau 6 tahun lebih muda dari ku tapi sudah dipercaya ayahmu memegang perusahaan ini" kata Madara.
"Hmm kurasa, aku pantas" kata Obito sambil membuang koran yang baru saja dibacanya.
"Wah kau berterus terang sekali " kata Madara sinis.
"Bagaimana kalau kita keluar dan melihat koleksi mobil temanku? " ajak Obito.
"Hmm, baiklah" jawab Madara.
Mereka pun keluar dari ruangan Obito dan berpapasan dengan 2 orang gadis muda.
Yang satu bermata aquamarine dan berambut blonde, yang satunya lagi bermata lavender dan berambut indigo.
Madara terlihat berfikir sambil melihat mereka tepatnya melihat gadis berambut indigo.
Mereka berdua sudah berlalu tanpa menyapa Obito sang pemilik perusahaan.
"Siapa dia? " tanya Madara.
"Yang pirang itu Yamanaka Ino, dan... "
"Tidak, yang satunya lagi" Madara memotong ucapan Obito.
"Dia Hinata, sepertinya kau mulai membuka hatimu ya,setelah 25 tahun tertutup, tapi kan dia gadis kecil Madara " kata Obito.
Madara menatap Obito dengan tatapan membunuh. "Ah? Hehe aku hanya bercanda" kata Obito.
"Melihat mata dan rambutnya itu, aku mengingat sesuatu" gumam Madara.
"Apa kau mau biodatanya? Dia klien ku" kata Obito.
"Lalu kenapa dia tidak menyapamu? "
"Ah dia kan menjadi klien disini waktu perusahaan ini masih dipegang ayahku"
"Hmm, sekarang kita cari biodatanya kau pasti punya kan? " tanya Madara sambil berlalu
"Apa?! Kita?! " gerutu Obito.
♡♥♡♥♡♥♡♥♡
Obito mencari satu persatu data klien ayahnya.
"Ini dia, namanya Hyuuga Hinata. Putri tunggal Hyuuga Hiashi dan Hyuuga Hikari ,yang memiliki perusahaan bernama Hyuuga Property, usianya 19 tahun. Wah kalau kau dengannya kau terlihat tua hahaha" tawa Obito meledak.
Madara melemparkan tatapan membunuh pada Obito.
Obito menelan air liurnya sendiri. "Hehe aku hanya bercanda" kata Obito.
"Sudah kuduga, hanya Hyuuga yang memiliki mata lavender, hmm aku jadi ingat masa lalu" gumam Madara.
"Apa? Jadi dia bagian dari masa lalumu? " tanya Obito.
"Ya, bisa dibilang begitu "
"Kau mau balas dendam? "
"Ya, mendengar nama Hyuuga rasanya darahku mendidih"
"Besok ada rapat dan pertemuan klien. Jika kau mau, kau hadir saja. Dia pasti hadir. Bagaimana? "
"Baiklah"
♡♥♡♥♡♥♡♥♡
Hinata pulang ke mansionnya. "Hinata sudah pulang? Bagaimana di Kantor? " tanya seorang wanita cantik berwajah mirip seperti Hinata, dia adalah Hyuuga Hikari.
"Rasanya lelah bu, aku tidak cocok dengan pekerjaan ini, dari dulu aku ingin menjadi guru TK" kata Hinata.
"Kau anak kami satu-satunya. Hanya kau yang bisa mewarisi semua perusahaanku. Kau baru memegang 1 saja sudah lelah" kata Hiashi yang tiba-tiba berada disamping Hikari.
Hinata mengalihkan pandangannya menyembunyikan raut sedihnya.
"Ya sudah, permisi" Hinata berlalu memasuki mansion.
Hiashi dan Hikari saling pandang.
♡♥♡♥♡♥♡♥♡
Malam ini, Hiashi, Hikari dan Hinata tengah makan malam.
"Hinata, apa kau senang bekerja diperusahaan ayah? " tanya Hiashi setelah selesai makan.
"Emm, begitulah" jawab Hinata.
"Ayah senang satu tahun ini kau bekerja sebagai derektur kepala" kata Hiashi.
Hinata terdiam.
"Iya, kau memang berbakat, kau bisa meningkatkan perusahaan ayahmu itu " kata Hikari.
"Maaf permisi, aku harus istirahat, besok ada rapat klien" kata Hinata.
"Dimana? " tanya Hiashi.
"Uchiha Group" jawab Hinata kemudian berlalu. Meski Hinata anak tunggal, dia tidak dimanja. Bahkan Hiashi terbilang keras mendidiknya.
♡♥♡♥♡♥♡♥♡
Keesokan harinya, Hinata sudah berada di kantor Obito. Tiba-tiba, dia bertabrakan dengan pria tampan.
"Aw" ringis Hinata. "Maaf aku terburu-buru" kata pria yang ternyata Madara.
Hinata menatap mata obsidian Madara. "Hhh.. Ti.. Tidak apa-apa, a..aku yang salah tidak melihat anda Tuan" kata Hinata tergagap.
Madara tersenyum. "Permisi" Yukari berlalu. Madara tidak menghilangkan senyumannya. "Pembalasan dimulai" batin Madara.
♡♥♡♥♡♥♡
Hinata sedang persentase didepan para klien. Ada Madara, Obito, Ino, dan yang lainnya.
"...dengan begitu, peminat pasti senang" Hinata mengakhiri pidatonya.
"Iya, keramahan juga dibutuhkan. Harus ada yang menyambut pembeli, seperti gadis -gadis cantik" kata Madara pada Hinata.
Hinata tersenyum geli. "Sepertinya pria-pria tampan juga harus ada. Ide anda sangat bagus, Tn. Madara" kata Hinata.
Obito melirik Hinata dan Madara bergantian. "Ide kalian berdua sangat bagus.. Emm kurasa kalian berdua perlu bertukar pikiran" kata Obito sambil menarik tangan Hinata dan Madara.
Selesai rapat klien, Hinata berjalan menuju pintu keluar. "Tunggu" langkah Hinata terhenti kemudian menoleh. Ternyata Madara yang memanggilnya.
"Ada apa Tn. Madara? " tanya Hinata.
"Hmm Nn. Hinata ,emm Obito benar sepertinya kita perlu bertukar pikiran, bagaimana? " tanya Madara.
"Sekarang? "
"Iya, direstoran terdekat"
"Emm, boleh"
♡♥♡♥♡♥♡♥♡
Hinata duduk berhadapan dengan Madara. "Ide mu bagus kurasa kau cocok jadi direktur perusahaan itu " kata Madara.
"Itu perusahaan ayahku. Sebenarnya aku ingin menjadi guru TK, tapi orang tuaku tidak mengizinkanku" kata Hinata.
Madara mengerutkan dahinya. "Kenapa kau ingin jadi guru TK? Mengurus anak kecil itu menyusahkan" kata Madara.
"Aku ingin membangun kepribadian anak generasi baru menjadi lebih baik, karena kepribadian akan dibawa sampai dewasa... Hh itu hanya impianku" kata Hinata.
Madara terlihat berpikir. "Polos sekali dia untuk ukuran gadis 19 tahun" batin Madara.
"Maaf Tn. Madara aku malah bicara yang bukan-bukan" kata Hinata.
"Tidak masalah.. Oh ya lebih baik kau memanggilku seperti... Madara saja" kata Madara dengan hati-hati.
"Tapi aku menganggapmu seperti seniorku, jadi jika aku memanggilmu seperti itu rasanya tidak sopan" kata Hinata.
"Apa aku benar-benar terlihat tua? " batin Madara.
"Emm... Bagaimana kalau Madara -kun? " tanya Hinata.
"Hhhh itu bagus"
Hinata tersenyum. "Madara-kun tidak suka makan daging tusuk tanpa kecap? " tanya Hinata.
"Iya, aku benci kecap sejak gadis yang terakhir kucintai menghianatiku" kata Madara.
"Kenapa begitu? "
Madara tertawa kecil.
"Ceritanya panjang.. Kau mau mendengarkan? "
"Iya boleh"
By
Ucu Irna Marhamah
"Bagaimana ceritanya Madara-kun? "
"Kejadiannya sudah lama Hinata. Waktu itu aku kelas 2 Junior High School, dan gadis itu kelas 3 Senior High School. Aku sangat menyukainya. Karena tatapan matanya yang indah...." Madara menatap mata Hinata.
"....aku berkali-kali menyatakan perasaanku padanya. Dia selalu menolakku. Aku memberinya nasi goreng kecap dia malah membuangnya.. Ya karena itu aku tidak suka kecap" jawab Madara.
"Emm.. Apa hanya itu ceritanya? "
"Kau mau aku menceritakan semuanya ya? "
"Ya, jika Madara-kun tidak keberatan"
"Baiklah... Mungkin wajar dia menolakku karena dia melihat ku seperti melihat kuman. Tampilanku waktu itu sangat jelek aku konyol dan tubuhku pendek. Suatu hari, ada seseorang yang menyatakan perasaannya pada gadis itu. Dia menerimanya karena pria itu sangat tampan dan merupakan mantan kakak kelasnya..." Madara menyesap minumannya kemudian melanjutkan ceritanya.
"... Suatu hari, gadis itu akan diperkosa si pria. Aku berhasil menyelamatkannya. Kemudian dia mulai menyukaiku. Kami pun menjadi sepasang kekasih. Aku benar-benar sangat senang. Suatu hari ada pesta di Senior High School. Aku dilarang ikut karena masih Junior High School. Aku pun menyusup untuk memastikan gadis itu baik-baik saja...." Madara menghentikan ceritanya.
Hinata menatap Madara menunggu lanjutan ceritanya.
"... Ternyata pria itu berhasil memperkosa gadis yang sangat kucintai. Aku marah dan membentak pria itu. Tapi dia bilang, dia melakukan ini untuk memiliki gadis itu sepenuhnya. Sungguh alasan yang konyol. Tapi meskipun aku susah payah menyelamatkannya, gadis itu malah rela dengan apa yang dilakukan pria itu padanya dan memilihnya. Pria itu mengatakan ini padaku 'kau tidak bisa memiliki gadis yang usianya jauh lebih tua darimu, sejak awal kau sudah kalah. Pecundang seperti mu tidak pantas bersanding dengannya' dan kata-kata itu masih terngiang ditelingaku sampai saat ini.. "
Hinata terlihat sedih mendengar cerita Madara. "Apakah mereka menikah? "
"Tentu saja, bahkan sekarang mereka sudah punya anak"
Hinata menghela napas berat.
"Mereka berdua adalah orang tuamu Hinata. Kau adalah buah cinta mereka dan kau harus membayar kesalahan mereka " batin Madara.
"Kau baik sekali "
Madara mengerutkan dahinya setelah mendengar ucapan Hinata. "Maksudmu? "
"Meski kau sakit hati, kau tidak membalas dendam pada mereka " Hinata tersenyum dengan pipi merona.
"Memang belum saatnya"
♡♥♡♥♡♥♡
Madara mengantarkan Hinata pulang. "Terimakasih Madara -kun, mau mampir dulu? "
"Belum saatnya... Eh maksudku ini sudah malam"
"Oh ya sudah terimakasih ya"
Madara tersenyum dan mengangguk. Hinata memasuki mansionnya.
Madara menatap mansion itu. "Mansion yang bagus. Pilihanmu selalu bagus Hiashi. Kau memang selalu beruntung. Tapi sebentar lagi keberuntunganmu ada ditanganku. Kau lihat saja" Madara pun melajukan mobilnya menjauh dari kediaman Hyuuga.
Hinata tersenyum saat memasuki rumah.
"Siapa dia Hinata? " tanya Hiashi yang tengah membaca koran.
"Klien"
"Bagus jika kau tidak salah bergaul"
Langkah Hinata terhenti.
"Kau sudah berhenti menemui gelandangan itu kan? "
"Dia Kiba ayah"
"Ya, siapa pun dia"
"Aku tidak menemuinya"
"Baguslah"
Keesokan harinya
Madara datang ke Hyuuga Corp.
"Nn. Hyuuga ada Tn. Uchiha ingin bertemu dengan anda" kata Miana asisten Hinata.
"Benarkah? Kalau begitu persilakan dia masuk" kata Hinata.
Madara pun memasuki ruangan Hinata.
"Seharusnya kau telepon aku Madara -kun "
"Tidak masalah kita kan teman"
"Oh begitu, silakan duduk. Apa kah Obito-san memintamu kemari? "
"Tidak aku hanya ingin bertemu dengan mu saja "
Hinata tersenyum.
"Di usia muda kau dipercaya ayahmu untuk memegang perusahaan ini? "
"Iya sebenarnya aku kurang setuju, tapi karena aku anak tunggal, tidak ada pilihan lain "
"Maaf Nn. Hyuuga, Tn. Hyuuga dan Ny. Hyuuga sedang menuju kemari" kata Miana tiba-tiba masuk.
"Apa.. Tapi... " kata-kata Hinata tidak diteruskan.
"Apa! Bisa gawat kalau aku bertemu dengan Hiashi dan Hikari disini. Meski penampilanku berubah, bisa saja mereka mengenaliku" batin Madara.
"Emm.. Hinata aku dapat pesan dari Obito. Katanya ada klien ke kantorku. Sepertinya aku harus segera pergi"
"Sebentar saja, orang tua ku akan segera sampai kemari. Sekalian berkenalan"
"Emm nanti saja aku kembali"
"Baiklah "
Madara pun berlalu.
Saat dia keluar dari ruangan Hinata, dia melihat Hiashi dan Hikari berjalan menuju ke ruangan tersebut.
"Gawat" Madara segera memakai kacamata hitamnya dan menunduk.
Hiashi dan Hikari melewati Madara dan memasuki ruangan Hinata.
Madara menoleh.
Hinata menoleh saat kedua orang tuanya masuk.
"Hinata apa maksudmu!!" bentak Hiashi saat sudah memasuki ruangan Hinata.
"Memangnya ada apa? " tanya Hinata pelan karena takut melihat ekspresi ayahnya yang tengah marah.
Madara menguping pembicaraan mereka.
"Kau menemui pemgemis itu lagi kan! " bentak Hiashi.
"Hinata pikirkan masa depanmu" kata Hikari pelan.
"Apa yang kau lihat darinya! " bentak Hiashi.
"Ya sudah maafkan aku" kata Hinata.
"Kau sudah berbohong Hinata. Kau menemuinya sekali dalam seminggu" kata Hiashi.
"Iya ayah, aku tahu. Aku minta maaf " kata Hinata pelan.
"Kau minta maaf? Tumben sekali " kata Hikari.
"Jika orang yang sakit hati saja tidak balas dendam, kenapa aku tidak minta maaf jika aku berbuat salah " jawab Hinata.
"Siapa maksudmu? " tanya Hikari.
"Gawat jika dia menyebutkan namaku" batin Madara yang tengah menguping.
"Dia temanku klienku" jawab Hinata.
"Tentu saja orang berpendidikan sudah menularkan sifat baiknya pada mu" kata Hiashi.
Mereka berdua pun berlalu.
Madara segera bersembuyi dibalik hiasan besar. Setelah Hiashi dan Hikari berlalu, Madara kembali menguping.
"Apa hebatnya Hyuuga, kalau begini.. Aku tahan juga" gerutu Hinata.
"Ternyata Hiashi kejam juga pada putrinya" gumam Madara.
By
Ucu Irna Marhamah
Hinata menyusuri pemukiman kumuh. Pria tampan berpakaian lusuh dan kotor serta membawa anjing putih menghampirinya.
"Ayah dan ibumu tahu? " tanya pria itu.
Madara mengintip disalah satu rumah yang sengaja dia sewa untuk memata-matai Hinata.
"Iya " jawab Hinata.
"Lalu apa keputusanmu Hinata? " tanya pria yang bernama Kiba.
Hinata tampak berfikir. "Bukankah kau sudah bilang padaku untuk menemui kedua orang tuaku? "
"Dengar Hinata, jika aku datang kerumahmu dan meminangmu, yang ada mereka akan mengusirmu. Aku tidak mau kalau kau sampai menderita hidup dengan ku" kata Kiba
"Aku sudah siap dengan konsekuensinya Kiba-kun"
"Kita akhiri saja semua ini"
"Apa? "
"Maaf "
Hinata pun berlalu karena kesal dan sakit hati.
"Maaf aku terlalu mencintai mu, tapi cinta tidak perlu memiliki. Apalagi kau akan menderita jika hidup dengan ku" gumam Kiba.
Ada seseorang yang membidik kepala Kiba dan
DOOORRRR!!
Kiba terkejut begitu pun dengan Madara yang masih bersembunyi.
DOR DOR DOR
Kiba berlari.
Sekitar 6 orang yang memburu Kiba.
Madara menarik Kiba ke tempat persembunyiannya.
"Aahh siapa kau?! "
"Suttss jangan berisik"
"Keluar kau pengemis!! " teriak salah satu dari mereka.
Madara keluar dari tempat persembunyiannya.
"Hei kau pria berjas sedang ap.. Ah? Madara? "
"Jadi kalian mengenalku? Apa kalian kesini atas perintah Hiashi? "
"Meski kau orang berpengaruh, kami tidak akan segan membunuhmu! "
"Hhh dia memang selalu melakukan cara kotor untuk melaksanakan niatnya. Tapi.... "
Madara pun menembaki mereka. Mereka segera bertiarap dan sembunyi 2 orang mati tertembak.
Kiba terkejut melihat hal itu.
Madara sembunyi sambil membawa lagi satu pistol jadi kini dia memegang 2 pistol.
Kemudian dia menampakkan diri dan mnembaki secara membabi buta.
Peluru musuhnya habis, sebelum mereka mengisi ulang, Madara segera menghajar mereka.
Terjadi perkelahian. Akhirnya mereka kalah. Dua menarik bagian depan baju salah satu dari mereka.
"Katakan! Hiashi kan yang memerintahkan kalian!! " bentak Madara.
"I.. Iya, Tn. Hiashi yang yang memerintahkan kami untuk menghabisi pengemis itu jika Nn. Hinata masih menemuinya"
Madara melirik Kiba yang berdiri dibelakangnya.
"Hmm selamat tinggal" Madara menembaki semua orang suruhan Hiashi sampai tidak ada yang hidup.
Kiba berdiri terpaku. "Kkau membunuh mereka?? "
"Memangnya kenapa? Aku melakukannya agar kau dan aku tidak dalam bahaya"
Kiba terdiam setelah mendengar ucapan Madara.
♡♥♡♥♡♥♡
Kini Madara berada didalam rumah Kiba yang sederhana.
"Jadi kenapa kau menolongku Tn? " Kiba memecah kesunyian.
"Karena aku melihat ketulusan cintamu untuk Hinata "
"Iya, dia sangat baik, tapi mau bagaimana lagi. Kami berbeda. Lalu kau siapanya Hinata? "
"Aku... Sebenarnya... " Madara tampak berfikir.
"Bagaimana ini aku harus mencari alasan" batin Madara.
Flashback
"Menurutku kau menikah saja dengan Hinata. Itu akan menyakiti Hiashi dan Hikari. Bagaimana? " usul Obito.
"Bagus juga idemu. Tapi aku tidak sudi menyentuhnya" jawab Madara.
"Kalau begitu percuma kau menikahinya jika kau tidak menikmatinya"
"Hhh rasa dendamku lebih besar dari rasa lainnya"
End Flashback
Kiba mengerutkan dahinya. "Sebenarnya apa? "
Madara terhenyak. "Maaf, aku melamun ya, emm begini.. Sebenarnya aku mencintai Hinata. Tapi Hiashi sangat keras"
"Hiashi tidak mungkin keras padamu. Kau sepertnya orang kaya"
"Tetap saja dia keras kepala"
"Apa kau benar -benar mencintai Hinata Tn? "
"Memang nya kenapa? "
"Hinata gadis yang baik dan polos. Kau punya segalanya jika kau benar -benar mencintai nya, aku rela. Tapi jaga dia dengan segenap jiwa dan ragamu"
Madara terdiam.
"Bagaimana? "
"Baiklah "
Keesokan harinya
Hinata duduk diruangannya.
"Nn. Hyuuga, Tn. Uchiha ingin menemui anda " kata Miana.
"Silakan"
Madara pun memasuki ruangan Hinata.
"Silakan duduk Madara -kun "
Madara pun duduk berhadapan dengan Hinata. Dia tersenyum melihat kesedihan yang tersirat diwajah Hinata.
"Kau terlihat sedih? Kenapa? "
Hinata tersenyum masam. "Tidak ada "
"Bagaimana kalau malam ini kita ke pesta Obito? "
"Pesta? Emm boleh" Hinata terlihat senang.
"Dia memang polos. Bagus ini sesuai rencana"
Malam hari di pesta Obito
Madara duduk bersama Obito. Dia meminum wine. "Dia datang? " tanya Obito.
"Hn"
Rin mengajak Obito berdansa. Mereka pun berdansa dan meninggalkan Madara duduk sendirian.
Pandangan Madara terhenti pada gadis cantik bergaun ungu indah.
Madara berdiri kemudian menghampiri gadis yang tak lain adalah Hinata.
"Kau cantik sekali malam ini Hinata "
Pipi Hinata merona. "Terimakasih, kau juga terlihat tampan Madara -kun"
"Mau berdansa? " Madara mengulurkan tangannya.
Hinata menerima uluran tangan Madara. Mereka pun berdansa. Keromantisan mereka membuat yang melihat iri.
"Sebenarnya aku bukan penari yang bagus. Kau tidak takut kakimu terinjak? " tanya Hinata.
"Tidak masal... Aw" belum sempat Madara menyelesaikan kalimatnya, kaki Madara terinjak.
"Maaf, aku tidak bisa menari, kita akhiri saja"
"Tidak apa-ap... Aw" lagi-lagi kaki Madara terinjak.
"Payah! Kupikir dia bisa menari! Bisa-bisa kakiku memar" batin Madara. "Kau menaiki kakiku saja"
"Ah? Apa? Kkau se..serius? "
"Iya"
Hinata pun menurut, kedua kakinya bertumpu pada kaki Madara. Mereka pun menari.
Semua yang hadir memperhatikan mereka. "Wah romantis sekali "
Hinata menatap wajah Madara. "Dia tampan sekali dan lembut. Berbeda dengan Kiba... Hhhh apa yang aku pikirkan, harusnya aku memperbaiki hubunganku dengan Kiba " batin Hinata.
Madara melirik Hinata karena merasa diperhatikan. Hinata segera mengalihkan pandangannya. Madara mengerutkan dahinya.
"Jangan-jangan dia menyukaiku.. Tapi itu bagus " batin Madara.
Benar sekali , Hinata mulai menyukai Madara. Musik dansa pun selesai. Hinata turun dari kaki Madara.
Mereka pun duduk berdampingan. "Mau wine? " Madara mengulurkan gelas wine nya.
"Tidak, aku tidak minum"
"Kalau dia tidak minum, rencanaku tidak akan berhasil, aku harus segera mengubah rencana" pikir Madara.
"Aku mau mengambil dulu wine ya untukku" kata Madara.
Hinata mengangguk. Madara pun berlalu.
Hinata tersenyum bahagia. Dia pun menunggu Madara.
Seorang pria berambut oranye mencolok menghampirinya.
"Mau dansa? " tanya pria itu sambil mengulurkan tangannya.
Hinata tampak berfikir. "Aku menunggu temanku"
"Tidak masalah kita menari sebentar"
Hinata pun terpaksa menurut karena tidak enak juga jika dia menolak. Dia menerima uluran tangan pria itu kemudian mulai menari.
"Sebenarnya sudah sejak lama aku ingin mengatakan ini. Aku mencintai mu Hinata " kata pria itu sambil memeluk Hinata.
Hinata terkejut kemudian berusaha melepaskan pelukan pria itu.
"A..apa yang kau bicarakan! Ki.. Kita baru saja bertemu, aku tidak mengenalmu"
"Setiap hari aku melihat mu, setiap detik tidak pernah lepas dari pandanganku, Hinata kau sangat cantik. Aku tahu kau suka bunga mawar merah muda dan kau suka coklat"
"Kau aneh! Lepaskan aku! "
Tapi pria itu malah memeluk Hinata.
"To.. Tolong lepaskan aku "
"Aku tidak akan kasar jika kau tidak berontak,bagaimana? "
Tiba-tiba ada yang membekap mulut Hinata dari belakang dengan menggunakan sapu tangan putih.
Aroma asing menyeruak ke rongga hidung Hinata. Hinata terkulai tapi ditahan oleh pria yang sudah membekapnya. Yaitu pria berambut hitam.
"Aku akan membawanya" kata pria berambut orange.
Pria berambut hitam mengangguk. Pria berambut orange itu pun menggendong Hinata yang tak sadarkan diri dengan bridal menuju ke sebuah kamar dikantor Obito itu.
Didalam sana ada Obito dan Madara yang seperti nya tengah menunggu mereka.
Pria berambut orange pun menidurkan Hinata ke ranjang.
"Kalian boleh kembali" kata Madara.
"Baik" mereka berdua pun pergi berlalu sambil membungkukkan badannya.
"Jadi Madara, apa kau akan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Hiashi pada Hikari? "
"Tidak "
"Coba kau lihat dia begitu cantik dan menggoda, usianya masih remaja. Kau beruntung jika bisa memilikinya seutuhnya"
"Banyak gadis seusianya bahkan dewasa yang mengejarku. Mereka tergila-gila padaku. Tapi aku menolak mereka semua"
"Iya sekarang usiamu hampir 40 tahun karena dendam mu itu "
"Diamlah Obito!! Keluar! "
"Bagus aku diusir di kantorku sendiri " Obito pun meninggalkan ruangan kamar itu.
Madara menatap Hinata yang tak sadarkan diri.
"Rambutmu memang mirip seperti Hikari. Tapi wajah kalian berbeda. Kau lebih mirip Hiashi yang menyebalkan. Sekarang disini hanya ada kiba berdua. Kau lah satu-satunya orang yang bisa membuat orang tua mu itu bertekuk lutut"
Madara mendekati Hinata. Madara mendekatkan mulutnya ke telinga Hinata. "Bukan hanya ibumu yang menjadi korban. Wanita lain juga" bisik Madara. Perlahan tangan Madara memegang gaun indah Hinata kemudian merobeknya begitu saja.
"Aku tidak serendah ayahmu. Aku bahkan tidak sudi menyentuhmu"
By
Ucu Irna Marhamah
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!