💌 RETALIATION 💌
🍂
🍂
🍀 HAPPY READING 🍀
Radio news hari ini.
Sebagian besar perairan di new York dilaporkan membeku dalam beberapa hari terakhir ini, Layanan cuaca nasional new York telah memperingatkan kita akan potensi risiko dari suhu ekstrem yang menyelimuti negara ini.disampaikan adanya kemungkinan akses masyarakat desa yang hendak pergi ke kota akan diputus, karena hujan salju lebat yang mungkin terjadi di negara-negara bagian.Sebagian jalan akan ditutup, pemadaman listrik bergilir, hilangnya sinyal ponsel, dan penundaan transportasi dari new York, seperti pesawat terbang dan kereta api. Tetap berada dirumah sampai batas ditentukan, terima kasih sahabat radio.
Seorang lelaki mematikan tape mobil. Mereka tetap melajukan mobilnya membelah keheningan malam menuju salah satu pedesaan. Kedua orang lelaki itu tidak perduli dengan peringatan akan cuaca ekstrem.
" Bagaimana ini? apakah kita tetap lanjut? ini peringatan keras." ucap lelaki berkulit hitam itu kepada temannya.
" Kita harus mengurus anak ini dulu, setelah kita membuangnya kita bisa kembali lagi." ucap Romal masih fokus menyetir.
Mereka diperintahkan bosnya, agar anak ini tidak boleh dibunuh. Mereka ditugaskan agar anak ini dibuang jauh dari perkotaan. Jangan sampai orang menemukannya. Mereka yakin jika Anak ini tidak akan bisa mengingat, siapa yang membunuh orang tuanya. Kakak lelakinya berhasil ditahan oleh bosnya. Karena sampai detik ini tidak mengatakan apa apa mengenai surat yang disimpan orang tuanya. Surat penting yang membuat mereka rela membunuh orang tuanya.
Loyisa mengerjapkan matanya, telinganya sakit mendengar suara musik yang berdentum keras didalam mobil. Loyisa melihat kedua lelaki itu asyik bernyanyi mengikuti lagu dari Audio mobil.
" Kemana mereka akan membawaku? " Batin Loyisa. Ia berusaha bersikap tenang, gadis remaja itu tidak ingin mereka menyadari jika dirinya sudah sadar. Ia berusaha menahan sakit pada tubuhnya, dia habis dipukul ketika Loyisa melakukan perlawanan. Hatinya kembali sakit, Mommy nya diperkosa didepan Daddynya. Kakaknya tidak bisa melakukan apapun, karena ia diikat dan dipukul. Loyisa mencengkeram dadanya, mengingat bagaimana mereka dengan kejamnya, membunuh kedua orang tuanya. Hatinya sakit karena ia tidak bisa meluapkan isi hatinya. Ia ingin membunuh kedua pria ini,namun ia tidak mampu karena kekuatan mereka lebih besar dibandingkan dirinya.
Loyisa melihat tato kepala naga diLengan pria itu.Ia kembali memejamkan matanya ketika dua pria itu berbicara.
" Bagaimana kalau anak ini kita buang disini saja, tempat ini sudah lumayan jauh dari perkotaan." usul lelaki berkulit hitam itu bersuara.
" Kamu gila, ini hutan. Kita buang dia kepinggir laut saja. Jika ia mati itu lebih bagus." Seringai Romal tersenyum jahat.
Loyisa menutup mulutnya, ia ketakutan bagaimana bisa nasibnya berujung disini.
Ia teringat akan orang tuanya yang dibunuh didepan matanya.Bagaimana dengan kakaknya? apakah kakaknya ikut dibunuh juga? Apa yang terjadi dengan nasibnya sekarang? Semua pertanyaan itu berputar putar diotaknya.
Rasa takut kembali membuncah didalam dadanya. Loyisa tidak mampu mengeluarkan suara. Ia berusaha meredam rasa takutnya.
Tiba tiba mobil berhenti, gadis itu kembali memejamkan matanya. Loyisa pikir kedua lelaki itu akan menyeretnya keluar dan membuangnya begitu saja.
" Apa yang terjadi? " Batinnya, karena kedua lelaki itu belum ada pergerakan setelah mereka keluar.
Loyisa membuka matanya berlahan lahan, ia mengernyitkan keningnya.
" Kemana mereka? " ucapnya gusar.
Loyisa mengedarkan pandangannya, mencari cari kedua pria yang hilang entah kemana perginya. Dengan cepat Loyisa membuka pintu mobil, dan langsung berlari menjauh dari mobil. Ia mendengar suara lelaki itu berteriak menyuruhnya untuk berhenti, namun Loyisa tidak perduli. Kedua pria itu akhirnya berlari mengejarnya.
Loyisa kebingungan, ia kehilangan arah memandang sekelilingnya nampak gelap.
" Oh Tuhan selamatkan aku." ucap Loyisa berusaha berlari sejauh mungkin.
" Hei mau kemana kau ? " teriak pria itu berusaha mengejar gadis remaja itu.Mereka menggunakan penerang melalui ponsel.
Cuaca dingin yang menusuk tulangnya, tidak ia perdulikan, Loyisa sama sekali tidak menggunakan alas kaki, ketika ia diseret paksa dari rumahnya. Loyisa tidak kuat kakinya luka dan terasa perih tidak tertahankan. Batinnya menangis, jiwanya meronta.
" Tolong selamatkan aku, siapa saja yang melihatku." Doa Loyisa menangis didalam kegelapan, ia sangat takut. Napasnya memburu karena berlari sekencang mungkin
ketakutannya kembali merayapi dirinya, suasana malam ini benar benar mengerikan, tidak ada rumah warga ia temukan,bahkan lampu penerang dipinggir jalan pun tidak ada untuk menerangi jalan.
" Berhenti atau kau kutembak ! " ucap lelaki itu nampak geram karena Loyisa masih tetap berlari.
DORRRRR
Satu tembakan peringatan buat Loyisa menjerit ketakutan. Loyisa berhenti, ia terduduk sambil menunduk ketakutan. Ia menutup telinganya, ia mengeluarkan napasnya secara cepat dan tidak beraturan.
Kedua pria itu mendekat dan menendang kakinya. Salah satu pria mencengkeram baju Loyisa. menariknya sampai ia dalam posisi berdiri.
" Jangan paksa kami membunuhmu disini." Geram romal menyeringai. lelaki itu menyorot lampu penerang kewajah Loyisa.
" Tolong lepaskan aku! " pinta Loyisa menangis terisak.
" Lepaskan aku." teriak Loyisa tidak takut.
Loyisa menahan napas, sekujur tubuhnya menegang penuh ketakutan, tubuhnya lunglai ketika ia diseret paksa.
AAAAHHHH
Ia sama sekali tidak berdaya, ketika ia kembali dipukul dan disiksa.
" Lepaskan aku !! "
" Diam, atau kubunuh kau. Nasibmu akan sama dengan orang tuamu jika mulutmu tidak diam !! " ucap Romal menodongkan pistol kekepala Loyisa. Gadis remaja itu terdiam, dia hanya bisa pasrah ketika tubuhnya bersentuhan dengan aspal. Tubuhnya diseret paksa. Udara dingin seakan membekukan tubuhnya. Air matanya menetes membasahi pipinya. Badai salju yang telah diprediksikan mulai turun di pedesaan ini.
" Cepat, sepertinya badai salju sudah mulai turun." ucap lelaki berkulit hitam.
Tubuhnya dilempar paksa masuk kedalam mobil, Loyisa sudah tidak sadarkan diri.
" Secepatnya kita bawa anak ini, sebelum dia nekat kabur lagi." ucap Romal menutup mobilnya dengan kasar.
" Bagaimana kalau kita buang kehutan saja? bos kita tidak akan tahu juga."
" Kita jalankan sesuai perintah." ucap Romal melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Hari ini sudah pukul lima dini hari. Rencana tidak sesuai yang diharapkan, badai salju ternyata turun lebih cepat dari dugaan. Perjalanan mereka akan terhalang, tidak bisa kembali ke perkotaan karena jalan akan ditutup.Cuaca musim dingin yang mematikan menghantam wilayah sekitarnya, badai salju memicu angin kencang.
Kedua pria itu membuang tubuh Loyisa. Mereka benar benar tidak perduli jika Loyisa akan mati kedinginan disana. Mobil hitam yang membawa mereka melaju membelah jalan meninggalkan pedesaan itu. Mereka mengejar waktu sebelum jalan akan ditutup.
Loyisa kembali mengerjapkan matanya, hujan salju membasahi tubuhnya, saat ini ia berada ditepi laut. Ia meringis kesakitan. Loyisa berusaha bangkit namun ia tidak sanggup, remaja berusia 16 tahun ini terlalu lemah melakukan perjalanan malam ini. Angin malam menusuk tulangnya. Loyisa kembali menangis, ia sangat takut menghadapi malam yang mencekam. Hujan salju telah turun, dinginnya malam menusuk tulangnya.
Loyisa menyusuri hutan menemukan ada pencahayaan di arah barat. Gadis remaja itu berlari, ia tidak perduli jika ada binatang buas yang akan menerkamnya, kakinya dipenuhi luka sampai tersayat tidak ia perdulikan. Saat ini baginya dingin malam ini begitu kejam, Loyisa berusaha ingin menemukan keajaiban. Semoga pertolongan Tuhan menuntunnya pada cahaya lampu.
AAAHHHHHH
Loyisa terjatuh dan tidak sadarkan diri.
🍂
🍂
BERSAMBUNG
.
.
.
💌BERIKAN LIKE DAN KOMENTARMU💌
💌 BERIKAN VOTEMU 💌
💌 BERIKAN BINTANGMU 💌
💌 RETALIATION 💌
🍂
🍂
🍀 HAPPY READING 🍀
" Bagaimana keadaannya dokter ? " tanya salah satu biarawati kepada dokter yang melakukan pemeriksaan.
" Pasien mengalami hipotermia." jawab dokter.
" Apa berdampak buruk dokter jika ia mengalami hipotermia, apakah ia bisa selamat? " tanyanya kembali.
" Sejauh ini saya lihat fisiknya kuat, kita tunggu sampai dia sadar. Biasanya dampak yang dirasakan pasien dia akan merasakan menggigil. Namun jika tidak, itu lebih bagus. Disamping itu Napasnya akan pendek, denyut nadinya cepat, Kita akan perhatikan terus jangan sampai pasien mengalami kejang. Dampak buruknya adalah dia akan bingung dan sampai kehilangan ingatan.Tapi kita akan awasi terus kondisi pasien, panggil saya jika dia sudah sadar. " ucap Dokter menjelaskan.
" Bagaimana dengan lukanya? " tanya mereka kembali.
" Luka lumayan parah,kami akan tangani sebaik mungkin." jelas dokter.
" Terima kasih Dokter. " ucap mereka serempak.
Dua orang biarawati sedang melakukan perjalanan menuju kapel St Paul untuk melakukan doa bersama disana, ditengah jalan sebelum sampai ke kapel mereka menemukan seorang remaja tidak sadarkan diri dalam keadaan terluka. Mereka menduga jika gadis remaja itu adalah seorang mayat yang dibuang dipinggir jalan. Namun ternyata setelah diperiksa gadis itu masih hidup. Kedua Biarawati itu, tidak menduga jika gadis remaja ini masih hidup, mengingat badai salju menggoncang wilayah ini tadi pagi begitu parah.
Mereka duduk menunggu gadis remaja itu sampai sadarkan diri.
" Apa yang terjadi pada gadis ini? saya tidak pernah melihatnya disini, selama kita bertugas membiara 6 tahun ditempat ini, apakah ia korban penculikan dan sengaja dibuang disini? " kata salah satu biarawati menduga duga.
" Seperti begitu, dia memang sengaja dibuang ke desa ini. Karena desa ini paling jauh dari perkotaan." ucap Biarawati membenarkan perkataan temannya.
" Bersyukur kita bisa menyelamatkannya. saya akan hubungi ibu Hanna untuk merawatnya. " ucapnya melangkah keluar untuk menghubungi kepala koki yang bertugas mengurus makanan di kapel St paul.
Melihat pergerakan Loyisa yang berbaring lemah membuat dua biarawati langsung terjengkit bangkit dari duduknya.
Loyisa mengerjapkan matanya, ia masih menyesuaikan pandangannya. Melihat ruangan rumah sakit yang didonasi warna putih, Bau obat obatan tercium langsung ke indera penciumannya. Loyisa memandangi sekelilingnya. Ia mengernyitkan keningnya.
" Kamu sudah sadar? " tanya salah satu biarawati, dia memberi kode kepada temannya agar memanggilkan dokter.
Loyisa kembali mengernyitkan keningnya, ketika yang dilihatnya adalah seorang biarawati yang menungguinya. " Dimana saya? " tanya Loyisa nampak bingung.
" Kamu berada di desa Woodstock tepatnya di daerah Sleepy. kamu sedang dirawat." ucap biarawati menjelaskan.
" Apakah Kalian yang menolongku suster? " tanya Loyisa dengan nada lemah.
" Benar, kamu terjatuh dan kami menemukanmu. Kamu sempat mengalami hipotermia. tubuhmu mengalami trauma dingin saat badai salju datang, beruntung kami menemukanmu." ucap biarawati tersenyum dan menghusap rambut loyisa dengan lembut.
" Tolong selamatkan aku, aku dibuang jauh ketempat ini dan ingin dibunuh." Ucap Loyisa menangis, wajahnya tiba tiba panik dan ketakutan.
" Siapa yang ingin membunuhmu?" tanya Biarawati berusaha menenangkan Loyisa.
" Mereka adalah lelaki bertato kepala naga.saya tidak mengenalnya, mereka telah membunuh orangtuaku." Isak Loyisa menutup matanya dengan tangannya. Ia menangis mengingat semua yang terjadi dirumahnya. Ia ketakutan dan reflek memegang tangan suster dengan erat untuk meminta perlindungan.
" Tolong selamatkan saya Suster, saya sangat takut jika mereka kembali menemukanku dan membunuhku." ucap loyisa dengan derai air mata yang membasahi pipinya.
Biarawati itu mengernyitkan keningnya. Benar dugaan mereka, gadis remaja ini memang sengaja dibuang kesini.
" Kamu aman disini, jangan pikirkan apapun. nanti akan ada ibu Hanna yang datang kesini, dia akan membawamu tinggal bersama mereka. Jadi kamu tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Tuhan akan melindungimu." ucap biarawati itu kepada Loyisa.
" Terima kasih suster." ucapnya dengan nada penuh harap. Ia bersyukur biarawati ini yang menolongnya.
" Siapa namamu? " tanya biarawati.
" Saya Loyisa Eleanor ." jawabnya Loyisa.
TOK TOK TOK
Dokter masuk keruang rawat inap dan memberikan salamnya.
" Selamat siang nona, bagaimana perasaanmu sekarang? " tanya dokter tersenyum ramah.
" Sekarang saya sudah baikan dokter." jawabnya Loyisa.
" Adakah perasaanmu menggigil? atau semacam mengalami napas pendek dan denyut nadi cepat? " tanya dokter kembali memeriksa Loyisa dengan stetoskop.
" Tidak dokter." jawab Loyisa.
" Bagus, itu tandanya fisikmu kuat. Biasanya jika tubuh kita mengalami hipotermia sangat sulit mengembalikan suhu tubuh kita kembali lagi, apalagi nona lumayan lama berada diluar rumah ketika badai salju terjadi. Tapi itu kembali ke fisik kita masing masing. Ternyata fisik nona lebih kuat dari yang saya bayangkan. " Ucap dokter tersenyum simpul, dan kembali memeriksa luka dikaki Loyisa.
" Oke, nanti jika infusnya habis pasien sudah bisa pulang. Tidak ada yang perlu dicemaskan. Penyembuhan luka bisa dilakukan dirumah." jelas dokter menjelaskan.
" Terima kasih dokter." ucap Loyisa dengan nada terendahnya.
" Sama sama, saya permisi dulu." ucap dokter pamit undur diri.
" Kita bersyukur, kondisimu sekarang baik baik saja. Nanti akan ada ibu Hanna datang kesini. Kamu bisa tinggal bersama mereka." ucap biarawati.
" Terima kasih suster." kata Loyisa dengan penuh haru. Tuhan masih memberikannya kesempatan untuk hidup.
" Kami pamit undur diri, hari ini di kapel St Paul ada acara doa bersama, semoga Tuhan memberkatimu." ucap biarawati pamit undur diri.
Loyisa tersenyum melihat kepergian dua orang biarawati yang menolongnya, samar samar senyum itu hilang dari wajahnya. Loyisa menarik napasnya yang begitu sesak dirasakannya. Ia membenamkan wajahnya pada kedua kakinya. Tatapannya kosong, Matanya kembali berkaca kaca. Bahunya bergetar, ia terus menunduk dan memejamkan matanya beberapa tetesan air matanya terjatuh begitu saja.
Sesak, hampa itulah yang dirasanya saat ini. Kebahagiaannya direnggut paksa.Ingatannya kembali, Loyisa tersedu sedu. Hatinya sakit melihat kedua orangtuanya dibunuh didepan matanya. Loyisa kembali menangis, luka itu seperti ternganga. seperti ada lubang besar dan dalam yang tiba tiba terbuka dalam diri. Hampa dan menyakitkan.
" Apakah kau selamat kak? Apakah mereka membunuhmu juga? " isak Loyisa semakin menangis.
Kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidup memang berat. Semakin besar keterikatan kita pada orang yang kita cintai, semakin besar pula kepedihan yang akan kita rasakan. Kalau kita sedang mengalami itu, kita harus bisa mengiklaskannya.
Karena pada dasarnya, tidak ada yang abadi di dunia ini. Semua akan menghilang, termasuk diri kita sendiri. Hanya saja, tak ada yang tahu siapa yang bakal menghilang duluan dan siapa yang ditinggalkan.
Loyisa semakin tersedu sedu sampai mengeluarkan suara dalam tangisannya. Ketika ia mendengar penyiar radio memberikan kata kata penguat untuk orang yang kita disayangi. Kesedihannya tidak bisa terbendung lagi. Bagaimanapun ia tidak bisa melupakan sosok orang tua yang telah membesarkannya.
Loyisa berjanji dalam hati akan menemukan kakaknya kembali dan membalaskan dendamnya atas kematian orang tuanya.
🍂
🍂
BERSAMBUNG
.
.
.
💌BERIKAN LIKE DAN KOMENTARMU💌
💌 BERIKAN VOTEMU 💌
💌 BERIKAN BINTANGMU 💌
💌 RETALIATION 💌
🍂
🍂
🍀 HAPPY READING 🍀
Loyisa disambut hangat oleh pasangan suami istri yang menjadi koki di kapel St Paul. Mereka sampai menyiapkan makan malam enak untuk menyambut kedatangannya,membuat Loyisa terharu. Mereka bahkan menganggap Loyisa seperti anak sendiri. setelah makan malam Hana menghantarkan Loyisa untuk beristirahat kedalam kamar.
" Kamu boleh istirahat nak! " ucap Hana merapikan tempat tidur yang ingin digunakan Loyisa.
" Biar saya saja bu. " kata Loyisa dengan nada terendahnya, Ia membantu ibu Hana membersihkan sebagian kamar . Karena kamar ini sudah lama tidak digunakan.
" Tidak nak, lebih baik kamu duduk saja. " ucap Hana mengelus pundak Loyisa dengan lembut.
Loyisa mengedarkan pandangannya, melihat kamar yang tertata rapi. Pandangannya tertuju pada bingkai foto yang ada diatas meja, foto itu nampak seorang lelaki menggunakan seragam sekolah.
" Siapa ini ibu? " Tanya Loyisa mengambil bingkai foto, Hana membalikkan tubuhnya dan tersenyum mendekati Loyisa.
" Dia anak ibu, dia anak tunggal kami nak. Adiknya meninggal ketika berusia 4 tahun. Sampai sekarang kami tidak bisa memberikan Ethan adik lagi.Sekarang dia berada di New York, Ethan melanjutkan sekolahnya dengan mendapatkan beasiswa disana." ucap Hana.
" Namanya Ethan ibu? " tanya Loyisa.
" Ya Ethan Alcander. " ucap Hana tersenyum hangat.
Loyisa kembali meletakkan bingkai foto itu keatas meja.
" Ethan anak mandiri, dia melanjutkan kuliah disana karena di desa ini tidak ada universitas yang besar seperti di New York. Beruntung Ethan anak pintar sehingga bisa mendapatkan beasiswa disana." kata Hana menceritakan anaknya dengan bangga.
Loyisa dia tak memberi komentar, dia hanya tersenyum mendengar ibu Hana menceritakan anak lelakinya.
" Tahun ini Ethan tidak bisa pulang karena menyelesaikan ujian akhir semesternya. Tapi beruntung ada kamu, kita bisa merayakan natal disini bersama kami." kata Hana memeluk Loyisa dengan penuh kehangatan seperti ibu dan anak.
" Besok kita bisa membeli kebutuhanmu Loyisa, untuk sementara kamu bisa memakai baju ibu dulu. Sepertinya ukuran baju kita gak jauh berbeda. Walau tubuh ibu terlihat lebih besar." ucap Hana mengelus rambut Loyisa.
" Tidak masalah ibu, aku sangat berterima kasih kepada kalian telah berbaik hati menerimaku." jawab Loyisa dengan nada terharu, ia membalas senyuman ibu Hana.
Loyisa sangat bersyukur dipertemukan dengan orang orang yang baik. Tiba tiba ia teringat akan orang tuanya, Ia sedikit terisak hingga Hana menyadari jika Loyisa sedang menangis.Hana langsung memeluk Loyisa sambil mengelus tangannya kepundak Loyisa. Hana menuntun gadis remaja itu duduk dipinggir tempat tidur.
" Aku sudah mendengar ceritamu dari suster Marta dan kenapa kamu bisa sampai disini, Jadi kamu jangan khawatir masalah apapun.Anggap aku ibumu, kamu bisa melanjutkan sekolah disini. Kami juga senang karena dipertemukan denganmu. " Ujar Hana memeluk Loyisa sambil mengelus pundaknya.
Bernandus masuk kekamar dan mendapati kedua wanita itu sedang berpelukan. Ia sudah mendengar cerita dari suster marta ketika mereka menjemput Loyisa dari rumah sakit. Lelaki itu menarik napasnya dalam dalam. Ia tahu bagaimana rasa trauma anak ketika orang tuanya dibunuh didepan matanya sendiri.Mengingat anak telah kehilangan dua sosok terpenting dalam hidupnya, gadis remaja ini juga memerlukan dukungan yang tidak hanya menyeluruh tetapi juga kuat dari keluarga besarnya. Namun nasibnya begitu malang Ia malah dibuang jauh kepedesan, membuat keluarganya tidak bisa menemukannya.
" Kamu ingat nak siapa yang membuangmu ketempat ini? " Tanya Bernandus ikut duduk bersama mereka.
Loyisa menggelengkan kepalanya. Karena pada saat itu sepanjang jalan begitu gelap.
" Aku hanya mengingat tanda tato dilengannya. Kedua pria itu menggunakan tato yang sama." ucap Loyisa dengan suara terendahnya.
" Kamu sengaja dibuang ketempat ini? " Tanya Hana.
" Sepertinya begitu ibu, aku tidak tahu apa yang terjadi dengan kakakku." Loyisa kembali menangis.
" Kamu mempunyai kakak? " Hana dan Bernandus sama sama terkejut.
" Ya bu, aku mempunyai kakak yang sampai sekarang tidak tahu apakah dia masih hidup atau sudah dibunuh." Lirih loyisa menutup kedua matanya sambil menangis. Ia masih ingat akan kejadian itu.
FLASH BACK ON
Loyisa kembali kerumah ketika ia selesai melakukan tugas kelompok bersama teman temannya.
" Mom...dad..! teriak Loyisa memasuki ruang keluarga. Tidak ada sahutan, biasanya Mommy nya langsung menyambut kepulangannya.
Langkahnya terhenti ketika ia melihat keluarga beserta pembantunya semua dalam posisi diikat.
Loyisa sangat terkejut sampai menjatuhkan tasnya. Nampak seorang lelaki tersenyum menyeringai kepada Loyisa. Wajah lelaki itu nampak dingin dan kaku.
" Kamu datang sayang? " ucap lelaki itu tersenyum jahat.
" Apa yang kalian lakukan ? lepaskan orang tuaku ?! " Teriak Loyisa meninggikan suaranya, namun dalam batinnya ia sangat ketakutan dan ingin berhambur memeluk ibunya. Namun melihat keluarganya diikat dan mulutnya ditutup, membuat Loyisa mempunyai keberanian untuk menatap lelaki itu.
" Saya akan lepaskan, asalkan daddymu memberikan apa yang kami inginkan." kata lelaki itu dengan nada dingin.
" Apa yang kalian inginkan, rumah ini? ayo ambil sekarang. " hardik Loyisa menatap lelaki itu tak kalah tajam.
Loyisa melihat ayahnya menggelengkan kepalanya berulang kali, memberikan kode buat Loyisa agar tidak banyak bicara. Namun Loyisa bukannya diam ia bahkan menunjukkan sikap beraninya.
" Ayo katakan kalian menginginkan apa, perkebunan daddyku? Ambil semua lalu pergi dari sini." Ucap Loyisa dengan nada membentak.
Mendengar kata kata Loyisa, membuat pria itu bangkit lalu menamparnya. Sampai membuat Loyisa terjatuh. Ia memegang pipinya, rasa panas bekas tamparan yang menjalar dipipinya menyisakan rasa sakit yang teramat sangat, telinganya sampai berdengung dan pandangannya yang berkunang- kunang membuat Loyisa tidak sanggup untuk bangkit berdiri.
Mommy nya menangis mengatakan tidak, namun suara mommy nya tidak jelas karena mulutnya di tutup dengan plester. Lelaki itu nampak marah dan mencengkram baju Loyisa hingga membuatnya sampai berdiri. Lelaki itu mengangkat tubuh loyisa seperti kapas, lalu menghempaskan tubuh Loyisa ke sofa. AHHHHHHH Loyisa kesakitan.
" Diam disitu, Kalau kau tidak ingin di bunuh.
Jadilah menjadi anak patuh.Cukup kau menjadi penonton disini. Mengerti ! " katanya dengan seringai tajam dan nampak rahang Carlos mengeras.
Lelaki itu kembali duduk tepat di hadapan orang tua loyisa. Ia tersenyum sinis dan menatap Orlando dengan tatapan iblisnya.
" Sekarang katakan, dimana dokumen itu kau simpan? " ulang Carlos dengan nada penekanan.
" Buka mulutnya! " Perintah Carlos kepada anak buahnya. Salah seorang lelaki langsung membuka plester yang menutup mulut lelaki itu.
" Saya yakin dia akan menyerahkan dokumen itu." Gumam Carlos tersenyum licik.
" Sekarang ambil dokumen itu." Perintah Carlos mengulangi kata katanya.
" Sampai aku mati, aku tidak akan menyerahkan dokumen itu. Kau penghianat dan manusia iblis dan dokumen itu bukan hakmu. " ucap Orlando menyeringai dan tidak takut kepada Carlos. Lelaki yang tahunya hanya mengancam saja.
" Baiklah sampai dimana kamu bisa bertahan, Aku akan membuatmu menyesali setiap ucapanmu sendiri." Sinis Carlos memerintahkan anak buahnya. Tubuh Orlando nampak menegang ketika mereka menarik tubuh Eliana dengan paksa.
" Perkosa wanita itu." Perintah Carlos dengan nada dingin dan tersenyum licik.
Loyisa yang mendengar itu sangat ketakutan, dengan penuh keberanian ia langsung bangkit dan mengambil keramik koleksi mommy nya, tanpa basa basi ia memukul salah seorang lelaki yang sudah siap membuka celananya.
" Mati kau! " Teriak Loyisa berhasil menghantam kepala anak buah Carlos hingga membuatnya pingsan.
Dengan cepat anak buahnya yang lain langsung menarik paksa tubuh Loyisa dan memukulnya berulang kali sampai ia pingsan. Kendrick berusaha memberontak ketika adik kesayangannya diperlakukan dengan kasar. Carlos langsung menodongkan pistolnya ketika melihat Kendrick berusaha melepaskan ikatan tangannya.
" Jika kau berani bertindak, kalian semua akan akan mati di tanganku." kata Carlos tidak main main dengan ucapannya.
Carlos langsung menghujani pelurunya dan menghabisi semua pembantu rumah tangga yang ada dirumah Orlando. Membuat Eliana menangis ketakutan. Darah dimana mana, tubuh Eliana sudah tidak sadarkan diri karena Ia tidak sanggup melihat pembunuhan itu.
" Sekarang dimana Dokumen itu? " Ulang Carlos kembali, ia tidak putus asa untuk mencari dokumen penting itu.
🍂
🍂
BERSAMBUNG
.
.
.
💌BERIKAN LIKE DAN KOMENTARMU💌
💌 BERIKAN VOTEMU 💌
💌 BERIKAN BINTANGMU 💌
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!